Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam merupakan satu-satunya agama yang ayat pertamanya mewajibkan
umatnya untuk membaca (menelaah, belajar, meneliti, mengkaji, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan). Islam juga merupakan agama yang sangat
mendorong umatnya untuk berpikir, mendayagunakan akal (i’mâl al-aqli wa al-
fikr) secara optimal, sehingga melahirkan pemikiran yang kreatif, inovatif, dan
konstruktif bagi kemanusiaan dan kemajuan peradaban. Dengan kata lain, Islam
itu agama peradaban; dan peradaban tidak mungkin terbangun dan berkemajuan
tanpa proses pendidikan.
Para pemikir pendidikan modern kini memfokuskan perhatiannya terhadap
ilmu-ilmu sosial dan humaniora (sosiologi, antropologi, linguistik, psikologi,
semiologi, sastra, dan sebagainya) untuk kemudian diaplikasikan dalam
memahami ajaran Islam. Karena itu, upaya pengembangan pendidikan Islam tidak
jarang hanya dipahami sebagai penerapan pendekatan dan metodologi baru dalam
menelaah dan mengembangkan model pendidikan yang sudah ada.
Gagasan aktualisasi pendidikan Islam holistik integratif merupakan gagasan
yang pernah direkomendasikan dalam konferensi pendidikan Islam pertama di
Mekkah pada 1977. Pendidikan Islam holistik integratif dipandang sebagai
paradigma pendidikan alternatif yang dapat memberikan solusi terhadap berbagai
persoalan umat Islam. Pendekatan holistik integratif penting dilakukan dalam
memaknai pendidikan, desain kurikulum, pengelolaan proses pendidikan dan
pembelajaran, terutama penyiapan tenaga pendidik dan kependidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kurikulum?
2. Apa Pengertian Pendidikan Agama Islam?
3. Bagaimana Sistem Kurikulum PAI?
4. Bagaimana Kurikulum PAI dalam Pendekatan Holistik-Integratif?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang artinya
pelari dan curare yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari
dunia olahraga pada jaman Romawi kuno di Yunani, yang mengandung pengertian
suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari star sampai garis finish. Dalam
bahasa Arab, mata kurikulum bisa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan
yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan
kurikulum pendidikan (manhaj al-dirasah) dalam kamus tarbiyah adalah seperangkat
perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam
mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.1
Menurut Ralt Tyleer (1949) definisi kurikulum adalah semua kegiatan belajarnya
siswa yang telah direncanakan dan diarahkan oleh sekolah untuk mencapai tujuan
pendidikannya. Adapun Zakiah Darajat memandang kurikulum sebagai suatu program
yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai
sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu. Sementara menurut UU NO.20 Tahun
2003, pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pembelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan definisi diatas, kurikulum pada hakekatnya suatu program yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan.2
Jadi dapat kita simpulkan bahwa kurikulum merupakan suatu kegiatan pendidikan
yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa
bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar mengajar, pengaturan-
pengaturan program agar dapat diterapakan, dan hal-hal yang mencakup pada
kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan.3

1
Nurmaidah, “Kurikulum Pendidikan Agama Islam”, Jurnal AL-AFKAR, Vol.III, NO.II Oktober
2014, hal. 43
2
Rosichin, Mansur, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Multikultural (Suatu
Prinsip-Prinsip Pengembangan)”, Jurnal Kependidikan dan Keislaman FAI Unisma, Volume 10, No.2
Nove,ber 2016, hal. 2
3
Nurmaidah, “Kurikulum Pendidikan Agama Islam”, Jurnal AL-AFKAR, Vol.III, NO.II Oktober
2014, hal. 44
B. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan (tarbiyah, education) merupakan investasi sumber daya manusia
paling strategis bagi pembangunan masa depan umat manusia dan peradaban bangsa.
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan
didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
An-Nahlawi mendefinisikan pendidikan Islam sebagai pengorganisasian atau
pengelolaan aspek psikis dan sosial yang meniscayakan aktualisasi ajaran Islam dalam
kehidupan individu dan masyarakat. Pendidikan Islam adalah proses penyiapan jiwa
dan raga manusia yang mampu mengemban aktualisasi nilai-nilai Islam dalam
kehidupan yang bersumber dari al-Qur‘an dan as-Sunnah.4
Pendidikan Islam sering dimaknai para sarjana dari berbagai perspektif yang
merefleksikan perbedaan konsep di kalangan mereka. Jika pendidikan merujuk kata
tarbiyah, maka pendidikan Islam dimaknai sebagai proses pendidikan yang
memberikan penekanan pada pengembangan fisik dan intelektual pada diri peserta
didik. Sementara jika merujuk kata ta’dîb, pendidikan Islam dimaknai sebagai proses
pendidikan yang menekankan pada penanaman nilai-nilai akhlak agar menjadi pribadi
yang shalih. Sedangkan jika merujuk pada kata ta’lîm, maka pendidikan Islam
dipahami sebagai proses pendidikan yang berbasis belajar mengajar. Karena itu,
pendidikan Islam harus dimaknai sebagai proses holistik dan komprehensif, meliputi:
pembentukan karakter, penanaman nilai, pengembangan fisik dan intelektual, dan
aktualisasi segenap potensi dasar (fitrah) yang dimiliki peserta didik. Dengan
demikian, pendidikan Islam menempati posisi sangat penting dalam peradaban Islam,
karena tujuan pendidikan Islam adalah menyiapkan dan memproduksi manusia yang
baik (berperadaban) yang mampu menjadi hamba Allah (‗abdullah) dan menjadi
khalifah-Nya di muka bumi.5

4
Muhbib Abdul Wahab, dalam Abdurrahman an-Nahlawi, “Ushûl at-Tarbiyah al-Islâmiyyah wa
Asâlîbuhâ fi al-Baiti wa al-Madrasah, wa al-Mujtama’’, (Damaskus: Dâr al-Fikr, 2002), Cet. II, h, 20.
5
Roudlatul Firdaus Binti Fatah Yasin dan Mohd. Shah Jani, ―Islamic Education: The Philoshophy,
Aim, and Main Feature‖, dalam International Journal of Education and Research,Vol. 1 No. 10, October 2013,
h. 1.
Jika dilihat dari karakteristiknya, Pendidikan Agama Islam memiliki beberapa
karakteristik, diantaranya:
1. Pendidikan Islam itu bersifat rabbâni, bersumber dari dan bermuara kepada sistem
nilai ketuhanan. Sumber utamanya adalah wahyu, yaitu: al-Qur'an dan as-Sunnah.
2. Pendidikan Islam bersifat insâniyyah (berwawasan kemanusiaan, humanistik).
Produk pendidikan Islam hendaknya berorientasi kepada proses humanisasi,
pemanusiaan manusia, dengan mengedepankan pencerahan, pemberdayaan,
pencerdasan, kemaslahatan dan kesejahteraan umat manusia.
3. Pendidikan Islam itu bersifat syumûliyyah wa mutakâmilah, komprehensif dan
integratif, meliputi segala bidang keilmuan, keterampilan (bahasa, sosial, hidup)
berorientasi dunia-akhirat (masa kini dan mendatang). Pendidikan Islam tidak
hanya mengkaji masalah metafisika –seperti yang digeluti oleh filosof dan teolog
—tetapi juga mencakup seluruh bidang dan aspek kehidupan manusia.
4. Pendidikan Islam itu bersifat al-hadafiyyah al-sâmiyah (bercita-cita dan bertujuan
luhur/mulia). Pendidikan Islam tidak menganut paham "pemikiran untuk
pemikiran‖, ilmu untuk ilmu", atau ―seni untuk seni‖, tetapi pendidikan Islam
dikembangkan untuk merealisasikan cita-cita mulia dan luhur, yaitu: ‗ibadat
Allah (ibadah dan dedikasi yang tulus kepada Allah Swt) dan ‘imâratul al-ardh
(membangun peradaban di muka bumi).
5. Pendidikan Islam memiliki karakteristik al-wudhûh (kejelasan, evidensi).
Pendidikan Islam itu jelas, tidak hanya dari segi sumber acuan dan metodenya,
tetapi juga jelas dari segi orientasi, kerangka berikut prosedur kerja dan
implementasinya. Kejelasan konsep, desain, dan formulasi pendidikan Islam itu
menjadi sangat penting untuk aktualisasi visi dan misi dari pendidikan Islam itu
sendiri, sekaligus cetak biru (blue print) pemajuan peradaban Islam melalui proses
pendidikan Islam yang holistik integratif.6

C. Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI)


Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan, serta cara pembelajaran yang digunkan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan. Ia merupakan sekumpulan studi keislaman yang meliputi Al-Quar’an,

6
'Abd al-Rahman ibn Zaid al-Zunaidî, Haqîqat al-Fikr al-Islâmi: Dirâsat Ta'shiliyyah li Mafhûm al-
Fikr al-Islâmi wa Muqawwimatihi wa Khashaishihi, (Riyâdh: Dâr al-Muslim 1995), h. 175.
hadist, akidah akhlak, tarikh, fikih, dan kebudayaan Islam. Sama halnya dengan
kurikulum mata pelajaran lain, kurikulum Pendidikan Agama Islam di sekolah juga
menjadi acuan dalam kegiatan pembelajaran PAI. Kurikulum PAI dicantumkan dalam
kesatuan integral bersama-sama dengan bidang studi lainnya dalam satuan kurikulum
untuk sekolah.
Setiap guru agama sebagai pelaksana kurikulum PAI diharapkan dapat
mempelajarai dengan sebaik-baiknya dan kemudian dapat menggunakannya sesuai
dengan teknik pembelajaran berdasarkan prinsip interaktif dan komunikatif dengan
memeperhatikan kegiatan murid, akan tetapi harus bertindak sebagai pembimbing dan
dapat mengkoordinir lingkungan serta menyediakan fasilitas agar anak belajar sendiri.
PAI di sekolah dimaksudkan agar peserta didik berkembang sebagai manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, memiliki pengetahuan agama yang luas,
dan berakhlakul karimah. Untuk itu, dibutuhkan kurikulum PAI yang kontekstual dan
dapat melayani harapan masyarakat. Kegiatan pembelajaran PAI dan evaluasi hasil
belajar PAI harus dirancang secara kontekstual.
Mata pelajaran PAI masuk pada kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak
Mulia dan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia beriman
dan bertakwa kepada Tuhan YME serta berakhlak mulia, cakupan materinya meliputi
etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Guna
mewujudkan harapan tersebut, kurikulum disusun dengan berpedoman pada SI-SKL,
SK-KD, serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh badan standar
nasional pendidikan dengan mengacu kepada prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum.
Kurikulum PAI selanjutnya dilaksanakan oleh guru PAI pada setiap satuan
pendidikan dengan menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.7

D. Kurikulum Pendidikan Agama Islam Pendekatan Holistik Integratif


Menurut Said Nursi, pendidikan Islam itu merupakan proses penyucian diri,
perbaikan potensi diri, optimalisasi daya akal, spiritual, dan moralnya menuju
kesempurnaan dan kemuliaan dirinya. Karena itu sains dan agama harus dikaji dan
dikembangkan secara proposional, holistik, dan integral. Dalam dunia modern hari

7
Nurmaidah, “Kurikulum Pendidikan Agama Islam”, Jurnal AL-AFKAR, Vol.III, NO.II Oktober
2014, hal. 47-48.
ini, ilmu-ilmu agama dan sains modern perlu dipadukan dalam kurikulum dan proses
pendidikan secara proposional.
Reintegrasi sistem pendidikan Islam perlu dilandasi oleh dua prinsip
operasional yang mengarah kepada pendidikan Islam holistik integratif:
Pertama pendidikan Islam pada hakekatnya merupakan sebuah usaha untuk
mengembangkan dan meletakan kerangka dasar bangunan dan teori pendidikan Islam
diatas landasan dan sumber acuan murni, yaitu doktrin tauhid yang menekankan pada
prinsip pemaduan ilmu agama (syari’ah) dan umum (sains modern).
Kedua, dalam realisasi pendidikan Islam holistik mengacu kepada paradigma tauhid
(nur al- tauhid). Karena, tauhid merupakan basis wordview Muslim, sekaligus
merupakan pandangan umum tentang realitas, kebenaran-kebenaran, dunia, ruang dan
waktu, sejarah manusia dan takdir.
Yang tidak kalah pentingnya untuk diintegrasikan dalam proses pendidikan
menurut Nursi adalah pendidikan di rumah tangga, pendidikan dalam masyarakat dan
pendidikan oleh Negara. Pendidikan Islam merupakan pembumian dua sumber ajaran
Islam (Al Qur an dan As-Sunnah) yang bersifat tematik dan perlu dikaji melalui
proses pembelajaran yang berparadigma integralistik anatara agama dan sains, berjiwa
humanis (membebaskan akal untuk berkreasi dalam mengembangkan sains), memiliki
visi misi yang jelas, mengutamakan kepentingan umat diatas kepentingan nasional
dan pribadi. Di atas semua itu, pendidikan Islam holistik itu harus berbasis nilai( nilai-
nilai ketuhanan yang bersumber dari wahyu, nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai sosial
budaya, termasuk nilai keindonesiaan).
Akan tetapi, yang paling fundamental dalam reformasi dan reintegrasi
paradigma pendidikan Islam holistik adalah tujuan akhir pendidikannya, yaitu
menghasilkan suatu institusi pendidikan holistik dan dinamis. Paradigma yang
dikembangkan dilembaga-lembaga pendidikan holistik ini adalah sebagai berikut:
1. Penyatuan sekolah-sekolah agama dan pembaharuan terhadap sistem pendidikan.
2. Penyiapan kaderisasi ulama’ yang memahami sains modern.
3. Membebaskan Islam dari sifat taklid dan dari Islam fanatik buta.
4. Membuka peluang berkembangnya ilmu dan reformasi dunia pendidikan.
Tujuan utama pengembangan paradigma pendidikan Islam holistik, menurut
Saida Nursi adalah untuk membebaskan umat Islam dari peradaban barat yang
dianggapnya akan melunturkan kultur dan ajaran islam dalam diri kaum muslimin.
Pendidikan Islam harus dibebaskan dari “sekularisme, materialism, dan kapitalis
Barat” yang jauh dari sinar tauhid.
Kurikulum integratif yaitu kurikulum yang mengintegrasikan sejumlah
disiplin keilmuan melalui isi kurikulum, keterampilan-keterampilan, dan tujuan-tujuan
yang bersifat afektif. Tujuan utama kurikulum integratif adalah mengintegrasikan
sejumlah materi kurikulum dan komponen-komponen pembelajaran dengan benar-
benar menghilangkan batas-batas diantara berbagai mata kuliah atau berbagai
dispiplin keilmuan.8
Secara srtruktural desain kurikulum holisik tidak berbeda dengan model lainnya,
yaitu mencakup empat aspek pokok yang melingkup tujuan, materi, proses,/aktivitas
pembelajaran dan evalusai. Pengembangan sebuah desain kurikulum holistik pada
rumpun mata pelajaran PAI bisa dirancang dengan format model kurikulum yang
berlaku seperti KTSP. Hal tersebut agar lebih mudah dan dapat diterima guru sebagai
pelaksana. Sebagaimana pendapat Zaltman bahwa cepat atau lambatnya prosespross
penerimaan sebuah inovasi, diantaranya kompleksitas. Tingkat kesukaran inovasi
mencakup konsep (pengertian) maupun cara penggunaanya. Untuk itu maka
rancangan desain kurikulum PAI yang berlaku, dan hanya memodifikasi redaksi,
pendekatan dan prosedur implementasinya. Hal itu tidak bertentangan dan sejalan
dengan model pengembangan kurikulum yang berlaku, yang intinya menuntut kepada
sekolah atau guru untuk mengembangkan kurikulumnya sesuai dengan kondisi dan
kapasitas lembaga masing-masing.9
Indonesia saat ini menerapkan Kurikulum 2013 dimana dengan kurikulum
tersebut pendekatan pembelajaran PAI mengusung konsep integrasi (terpadu).
Keterpaduan pembelajaran PAI meliputi: (1) Keimanan yang memberikan kesempatan
pada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai sumber
nilai universal. (2) Pengamalan untuk memberikan peluang kepada peserta didik
untuk dapat merasakan dan mempraktikan nilai universal ajaran Islam dalam
menghadapi tugas dan perannya di kehidupan. (3) Pembiasaan untuk memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk menjadikan nilai-nilai Islam sebagai sikap dan
perilaku sehari-hari. (4) Rasional, usaha ini memberikan porsi yang lebih besar

8
Wahidmurni, dkk, “Penguatan Kelembagaan Menuju Destinasi Utama Pendidikan Islam Global
Menyongsong World Class University”,( Malang: UIN Maliki Press, 2016).
9
Salamah, Pengembangan Model Kurikulum Holisik Pendidikaan Agama Islam pada Madrasah
Tsanawiyah, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2011), hlm. 117
kepada akal (rasio) untuk memahami dan membedakan berbagai sistem nilai dalam
kehidupan. (5) Emosional, upaya ini untuk menggugah perasaan peserta didik dalam
menghayati sikap dan perilaku yang sesuai nilai-nilai Islam dan budaya bangsa. (7)
Keteladanan, yang berarti menjadikan sosok guru agama dan orang tua sebagai figur
manusia yang berpribadi muslim sehingga dapat dijadikan uswah khasanah. (8)
Keterpaduan materi. Keterpaduan yang dimaksud adalah pengembangan materi dalam
PAI agar ada korelasi anatar Al-Qur’an Hadits, Akhlak, Keimanan dan fiqih-ibadah
sehingga akan menghasilkan manusia muslim yang berkepribadian utuh.
Pengembangan nilai-nilai dan sikap dalam materi PAI dilakukan dengan cara
mengintegrasikan pada semua aspek pembelajaran mulai dari perencanaan sampai
evaluasi. Pertama,dimulai dari perencanaan,proses pengintegrasian berawal dari
pengintegrasian melalui SKL dan KI, melalui KD, Silabus, dan RPP mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Kedua, pengintegrasian dalam
pelaksanaan proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti. Ketiga, pengintegrasian dalam proses penilaian mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti. Tentang materi PAI dan Budi Pekerti di Kurikulum
2013 tampak jelas tidak mengalami banyak perubahan, yang mencolok membedakan
dari kurikulum sebelumnya adalah istilah Standar Kompetensi (SK) untuk aspek
dalam PAI yang meliputi Al-Qur’an, Aqidah Akhlak, Fiqih dan SKI sekarang berubah
menjadi Kompetensi Inti, yaitu Sikap Keagamaan (KI 1), Sikap Sosial (KI 2),
Pengetahuan (KI 3) dan Penerapan Pengetahuan (KI 4) .
Konsep dalam kurikulum 2013 dan Pendidikan Islam tampak sejlan dan searah
dengan konsep pendidikan yang disampaikan UNESCO yang merekomendasikan
empat pilar yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live
together yaitu yang mengedepankan intelegensi, mengembangkan potensi dan hidup
dalam kebersamaan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan suatu kegiatan pendidikan yang mencakup berbagai
rencana keguatan peserta didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan
pendidikan, saran-saran strategi belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program
agar dapat diterapakan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan
mencapai tujuan yang diinginkan.
An-Nahlawi mendefinisikan pendidikan Islam sebagai pengorganisasian atau
pengelolaan aspek psikis dan sosial yang meniscayakan aktualisasi ajaran Islam dalam
kehidupan individu dan masyarakat. Pendidikan Islam adalah proses penyiapan jiwa
dan raga manusia yang mampu mengemban aktualisasi nilai-nilai Islam dalam
kehidupan yang bersumber dari al-Qur‘an dan as-Sunnah.
Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan, serta cara pembelajaran yang digunkan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Paradigma yang dikembangkan dilembaga-lembaga pendidikan holistik ini
adalah sebagai berikut:
1. Penyatuan sekolah-sekolah agama dan pembaharuan terhadap sistem pendidikan.
2. Penyiapan kaderisasi ulama’ yang memahami sains modern.
3. Membebaskan Islam dari sifat taklid dan dari Islam fanatik buta.
4. Membuka peluang berkembangnya ilmu dan reformasi dunia pendidikan.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kelengkapan dalam
penyususnan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Nurmaidah. “Kurikulum Pendidikan Agama Islam”. Jurnal AL-AFKAR, Vol.III, NO.II


Oktober 2014.
Rosichin, Mansur. “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Multikultural
(Suatu Prinsip-Prinsip Pengembangan)”. Jurnal Kependidikan dan Keislaman FAI
Unisma, Volume 10, No.2 Nove,ber 2016.
Muhbib Abdul Wahab, dalam Abdurrahman an-Nahlawi. “Ushûl at-Tarbiyah al-Islâmiyyah
wa Asâlîbuhâ fi al-Baiti wa al-Madrasah, wa al-Mujtama’’. Damaskus: Dâr al-Fikr.
2002.
Roudlatul Firdaus Binti Fatah Yasin dan Mohd. Shah Jani. Islamic Education: The
Philoshophy, Aim, and Main Feature‖, dalam International Journal of Education and
Research,Vol. 1 No. 10, October 2013.
Abd al-Rahman ibn Zaid al-Zunaidî, Haqîqat al-Fikr al-Islâmi: Dirâsat Ta'shiliyyah li
Mafhûm al-Fikr al-Islâmi wa Muqawwimatihi wa Khashaishihi. Riyâdh: Dâr al-
Muslim 1995.
Wahidmurni, dkk. 2016. “Penguatan Kelembagaan Menuju Destinasi Utama Pendidikan
Islam Global Menyongsong World Class University”. Malang: UIN Maliki Press.
Salamah. 2011 Pengembangan Model Kurikulum Holisik Pendidikaan Agama Islam pada
Madrasah Tsanawiyah. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai