Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGERTIAN DAN PERIODISASI SEJARAH


PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Untuk Tugas


Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Dr. Muslim Afandi, M.Pd

DISUSUN OLEH:
ASRULLA
22090611968

PROGRAM PASCASARJANA
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG

Eksistensi pendidikan Islam telah ada sejak Islam pertama kali diturunkan di muka

bumi. Di mulai ketika Nabi Muhammad SAW mendapat mandat dari Allah untuk menjadi

Rasul terakhir. Semenjak saat itulah, Rasulullah mendapat bimbingan langsung dari malaikat

Jibril. Prose yang dijalani Rasulullah bisa kita kategorikan proses pendidikan.

Allah pertama menurunkan wahyu pertama kepada Rasulullah melalui perantara

Malaikat Jibril di Guahira. Ayat tersebut adalah Surat al-‘Alaq (96) ayat 1-5, yang artinya:

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Ia telah menciptakan

manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang Maha Pemurah. Yang telah

mengajarkan manusia dengan pena. Mengajarkan manusia tentang segala sesuatu yang

belum diketahui.

Para ulama tafsir sepakat bahwa lima ayat tersebut merupakan legitimasi bahwa

Islam merupakan agama yang mengedepankan pendidikan. Dalam perkembangan pendidikan

Islam, menjadi wadah lahirnya ulama-ulama karismatik dan juga lahirnya para pemikir-

pemikir Islam yang turut membawa pengaruh bagi ilmu pengetahuan di dunia. Pusat-pusat

pendidikan Islam telah bertransformasi menjadi media-media penghasil ilmuan dan ulama

andal.

2
Surat al-alaq telah menjadi sebuah semangat baru bagi ummat Islam untuk menuntut

ilmu. Penyebaran pendidikan Islam telah memancing umat Islam untuk mendirikan lembaga-

lembaga pendidikan tempat orang menuntut ilmu, juga sebagai tempat bertukar pendapat.

Darul Arqam di Mekkah telah menjadi tonggak kokoh penanda majaunya peradaban Islam

ketika itu.

Pada masa Khulafaur Rasyidin dan seterusnya, muncul pula lembaga pendidikan

Zawiyah, Ribath, al-Badiah, Baitul Hikmah, al-Qushr (Istana), Madrasah, Manazil al-Ulama

(Rumah Guru), al-Bimaristan, dan sebagainya. Lembaga pendidikan tersebut telah

melahirkan lulusan yang nantinya akan berkontribusi dalam bidang kemasyarakatan. Profesi

yang dihasilkan dari lembaga tersebut adalah guru, Qadhi, pegawai pemerintah, da’i, khatib,

tokoh agama, ulama, penulis, pengelola lembaga pendidikan, dan lain sebagainya.

Pengalaman mereka dalam berbagai profesi di masyarakat, telah menjadi bekal guna

melahirkan berbagai karya-karya ilmiah, kitab-kitab dalam berbagai bidang, diantaranya:

ilmu mantiq, ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu astronomi, ilmu fikih, ilmu kalam, ilmusejarah dan

kebuidayaan Islam, dan lain sebagainya. Karya-karya para pemikir Islam hingga hari ini

tersebar di belahan dunia dan masih menjadi rujukan dalam berbagai bidang ilmu

pengetahuan. Selain itu, kita juga masih dapat menjumpai di perpustakaan berbagai kampus

di dunia, termasuk kampus-kampus yang berada di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

Berangkat dari latarbelakang masalah, maka dapat diangkat beberapa pertanyaan

yang dapat menjadi pijakan dalam pembahasan makalah, adalah sebagai berikut:

1. Apa definisi pemikiran pendidikan Islam?

3
2. Bagaimana perkembangan pemikiran Islam dalam beberapa periodisasi sejarah

pemikiran pendidikan Islam?

C. TUJUAN

Ada pun tujuan pembuatan makalah ini, adalah:

1. Pembaca dapat mengetahui konsep sejarah pemikiran pendidikan Islam

2. Pembaca dapat mengetahui sistem periodisasi sejarah pemikiran Islam

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

1. Pendidikan Islam

Menurut Ibn Sina, tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan

seluruh potensi yang dimliliki seseorang ke arah perkembangannya yang sempurna,

yaitu perkembangan fisik, intelektual, dan budi pekerti. Selain itu tujuan pendidikan

menurutnya harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup

di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang

dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan, dan potensi yang

dimilikinya.1

Ibn Sina membedakan tahap pendidikan: pertama, pendidikan di rumah dan

kedua, pendidikan di sekolah (maktab) di bawah seorang guru (mu’allim) dan

keduanya sebetulnya saling melengkapi. Tujuan pendidikan awal: memperkokoh

keimanan, membangun karakter yang baik dan kesehatan, memberantas buta aksara,

mengajarkan cikal-bakal berpikir yang benar dan mempelajari kerajinan. Guru harus
1
Miftaku Rohman, Konsep Pendidikan Islam Menurut Ibn Sina dan Relevansinya dengan
Pendidikan Modern (Epistemé Vol. 8 No. 2, Desember 2013), 2

5
dipilih secara teliti karena akan sangat berpengaruh pada karakter siswa. Guru harus

saleh, bermoral, lembut, berpengetahuan luas, pemilik kebijakasanaan (hikmah)

mampu menghayati karakter siswa, menilai bakat mereka untuk menuntut aneka

lapangan pengetahuan supaya mampu memberi saran tentang kajian lanjutan pada

tahap akhir kehidupan.

Selama ini buku-buku pendidikan Islam telah memperkenalkan paling kurang

empat kata yang berhubungan dengan pendidikan Islam, yaitu al-tarbiyah, al-ta’lim,

al-ta’dib, dan al-tahdzib.

Dalam Mu’jam al-Lughah al-Arabiyah al-Mu’ashirah (A Dictionary of

Modern Written Arabic), karangan Hans Bodo Gerhardt Wehr, kata attarbiyah

diartikan sebagai: education (Pendidikan), upbringing (Pengembangan), teaching

(Pengajaran), instruction (Perintah), pedagogy (Pembinaan kepribadian), breeding

(memberi makan), raising (of animals) (menumbuhkan). Kata tarbiyah berasal dari

kata rabba, yarubbu, rabban, yang berarti mengasuh, memimpin, mengasuh (anak).

Kata al-ta’lim yang jamaknya ta’lim, dapat berarti information

(pemberitahuan tentang suatu), advice (nasihat), instruction (perintah), derection

(pengarahan), teaching (pengajaran), training (pelatihan), schooling (pembelajaran),

educational (pendidikan), dan apprenticeship (pekerjaan sebagai magang, masa

belajar suatu keahlian).

6
Kata al-Ta’dib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta’diban yang dapat

berarti education (pendidikan), discipline (disiplin, patuh, dan tunduk pada aturan),

punishment (peringatan atau hukuman), dan chastisement (hukuman-penyucian).

Kata al-ta’dib berasal dari kata adab yang berarti beradab, bersopan santun, tata

krama, adab, budi pekerti, akhlak, moral, dan etika.

Kata al-tahdzib secara harfiah berarti pendidikan akhlak, atau menyucikan diri

dari perbuatan akhlak yang buruk, berarti pula terdidik atau terpelihara dengan baik,

dan berarti pula yang beradab sopan. Al-tahdzib adalah expurgation (menghilangkan

bagian-bagian atau kata-kata yang tidak patut dari buku, surat, dan sebagainya),

emendation (perbaikan atau perubahan), correction (perbaikan), rectification

(pembetulan), revision (perbaikan), training (latihan), instruction (perintah

mengerjakan sesuatu), education (pendidikan), upbringing (asuhan, didikan), culture

(budaya), dan refinement (kehalusan budi bahasa, perbaikan, kemurnian). 2

Jadi, Pendidikan Islam merupakan proses pengembangan semua potensi

individu menuju terbentuknya manusia paripurna sesuai dengan ajaran Islam. Proses

ini dapat berlangsung di berbagai tempat, lembaga dan dalam berbagai situasi. Di

mana pun, dalam bentuk apa pun dan dalam situasi yang bagaimana pun pendidikan

Islam berlangsung, ia harus diarahkan kepada pencapaian manusia ideal sesuai

dengan ketentuan ajaran Islam. Untuk mencapai tujuan yang ideal itu, pendidikan

Islam harus dilaksanakan berdasarkan pemikiran yang matang. Sekecil dan


2
Siti Aisiah Tjobolo, Manajemen Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Cendekia, 2018),4-
9

7
sesederhana apa pun aktivitas kependidikan yang dilakukan oleh setiap muslim harus

berdasarkan pemikiran yang benar.

Hal ini diperlukan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mengantisipasi

kegagalan. Bila terjadi kesalahan yang fatal, kita akan mengalami kerugian besar

dalam hidupnya. Pemikiran pendidikan Islam itu harus dinamis. Ia harus mampu

memberikan landasan pengetahuan pedagogik yang dapat dijadikan acuan untuk

melaksanakan pendidikan dalam setiap waktu dan berbagai situasi. Jika pemikiran

pendidikan Islam itu bersifat statis, maka hasilnya juga akan ketinggalan zaman dan

tidak dapat mengangkat harkat dan martabat manusia muslim.

Bersamaan dengan itu, pemikiran pendidikan Islam harus memiliki nilai

kebenaran yang handal agar dalam perkembangan dan aplikasinya tidak melanggar

norma-norma ajaran Islam. Sehubungan dengan pokok-pokok pemikiran di atas,

tulisan ini mencoba mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan upaya

pengembangan pemikiran pendidikan Islam dengan menggunakan pendekatan tafsir

tematik.

2. Pemikiran Pendidikan Islam

Secara etimologi, pemikiran berasal dari kata dasar “pikir” (dari bahasa

Arab ‫فكر‬ ), yang berarti proses, cara, atau aktifitas memikir, yakni menggunakan akal

budi untuk memutuskan suatu masalah dengan mempertimbangkan segala sesuatu

8
secara bijaksana. Dengan kata lain, pemikiran adalah upaya cerdas dari proses kerja

akal dan kalbu untuk melihat gejala dan berusaha mencari solusinya secara

bijaksana.3

Pemikiran berarti proses, cara atau perbuatan memikir yaitu menggunakan

akal budi untuk memutuskan suatu persoalan dengan mempertimbangkan segala

sesuatu secara bijaksana. Dalam konteks ini, pemikiran dapat diartikan sebagai upaya

cerdas (ijtihâdiy) dari proses kerja akal dan kalbu untuk melihat fenomena dan

berusaha mencari penyelesaiannya secara bijaksana. Pendidikan, secara umum berarti

suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang

(peserta didik) dalam usaha mendewasakan manusia (peserta didik), melalui upaya

pengajaran dan latihan, serta proses perbuatan dan cara-cara mendidik.

Konsep pendidikan Islam didasarkan kepada suatu acuan bahwa Islam

sebagai agama dan sistem. Pendidikan menurut Islam merupakan upaya mendidikkan

agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of lifè

(pandangan dan sikap hidup seseorang). Oleh karena itu, pendidikan Islam dapat

berwujud segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau suatu lembaga untuk

membantu seseorang atau sekelompok peserta didik dalam menanamkan dan/atau

menumbuhkembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya Idris (dalam Umar, 2011:

95) . 4
3
A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2009), 2-3
4
Bukhari Umar, Pengembangan Pemikiran Pendidikan Islam ( Ta’dib Volume 14 No. 1, Juni
2011), 95

9
Dengan demikian, yang dimaksud dengan pemikiran pendidikan Islam adalah

proses kerja akal dan kalbu yang dilakukan secara bersungguh-sungguh dalam

melihat berbagai persoalan yang ada dalam pendidikan Islam dan berupaya untuk

membangun sebuah peradaban pendidikan yang mampu menjadi wahana bagi

pembinaan dan pengembangan peserta didik secara paripurna.

Secara khusus, pemikiran pendidikan Islam memiliki tujuan di antaranya adalah:

1. untuk membangun kebiasaan berpikir ilmiah, dinamis dan kritis terhadap

persoalan-persoalan di seputar pendidikan Islam

2. untuk memberikan dasar berpikir inklusif terhadap ajaran Islam dan

akomodatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang dikembangkan

oleh intelektual di luar Islam

3. untuk menumbuhkan semangat berijtihad, sebagaimana yang ditunjukkan oleh

Rasulullah dan para kaum intelektual muslim pada abad pertama sampai abad

pertengahan, terutama dalam merekonstruksi sistem pendidikan Islam yang

lebih baik

4. untuk memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan sistem

pendidikan nasional.

Menurut Ramayulis (dalam Umar, 2011: 96), pemikiran pendidikan Islam

disusun berdasarkan dua model, yaitu: (1) model idealistik dan (2) model pragmatis.

Model idealistik adalah model yang lebih mengutamakan penggalian dari ajaran dasar

Islam (Quran dan Hadis) dan dari hasil ijtihad/interpretasi para ulama (pakar

10
pendidikan Islam) terutama ulama klasik. Sedang model pragmatis adalah model

yang mengutamakan aspek praktis dan kegunaan. 5

Model Pragmatis ini dilakukan dengan cara: (1) adopsi, yaitu mengambil

secara utuh teori pendidikan non-Islam dan dijadikan sebagai teori pendidikan Islam,

(2) asimilasi, yaitu mengambil teori kependidikan non-Islam dengan

menyesuaikannya di sana sini, dan (3) legitimasi, yaitu mengambil teori pendidikan

non-Islam kemudian dicarikan nash untuk jastifikasinya. Model idealistik lebih

didasarkan atas kerangka dasar yang diyakini kebenarannya sehingga ia bercorak se-

Islam mungkin, dibandingkan dengan model praktis

Pendapat lain dikemukakan oleh Arifin (dalam Umar, 2011: 97). Menurutnya,

Ada dua pendekatan dalam mempelajari pemikiran pendidikan Islam, yaitu:

pendekatan terhadap wahyu dan pendekatan sejarah. Pendekatan wahyu adalah cara-

cara yang ditempuh dalam upaya memahami kebenaran dengan menggunakan ayat-

ayat Allah sebagai premis. Kebenaran dicari dengan merenungkan, menggali,

menafsirkan, memperbandingkan, menghubungkan serta mentakwilkan informasi

yang terkandung dalam wahyu. Dari kajian ini kemudian disusun konsep pemikiran

dasar tentang pendidikan Islam. Untuk mengembangkan pemikiran pendidikan Islam

dengan pendekatan wahyu diperlukan suatu metodologi penelitian yang disebut

dengan metode penelitian tafsir tematik (al-tafsîr almawdhû'iy). Sehubungan dengan

itu, dalam bagian mendatang ini akan dikemukakan sekilas tentang metode dimaksud.
5
Bukhari Umar, Pengembangan Pemikiran Pendidikan Islam ( Ta’dib Volume 14 No. 1, Juni
2011), 96

11
B. PERIODISASI SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

Menurut Harun Nasution, sistem Periodisasi Sejarah Pemikiran Dalam Dunia

Islam terbagi ke dalam beberapa periode, di antaranya sebagai berikut:

1. Periodisasi Sejarah Islam Klasik (650 - 1250 Masehi)

Periode ini dimulai sejak zaman Rasulullah Saw. hingga Dinasti

Abbasiyah. Sejak kecil, Rasulullah dikenal sebagai orang yang berbudi pekerti

luhur. Beliau tidak pernah ikut-ikutan kebiasaan buruk masyarakat kala itu, seperti

minum khamr dan berjudi. Karena fantasi Rasulullah Saw. diberi julukan al-Amin,

yang artinya orang yang tidak percaya. Ketika Rasulullah di Mekah, dakwah fokus ke

pemeliharaan tauhid, baru setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah Saw. membina

masyarakat dengan membangun tauhid. Masyarakat Madinah lebih demokratis

dibanding dengan masyarakat Mekah.

Hal ini dibuktikan dari diadakannya Piagam Madinah. Ringkasan isi Piagam

Madinah oleh Syalabi yaitu:

a. Pengakuan terhadap hak pribadi, keagamaan, dan politik

b. Terjaminnya kebebasan beragama

c. Membantu penduduk Madinah, baik itu Muslim, Yahudi, maupun Nasrani

d. Pemimpin tertinggi Madinah adalah Nabi Muhammad Saw.

12
Setelah Rasulullah Saw. wafat, tonggak kepemimpinan pengalaman oleh al-

Khulafa al-Rasyidin. Mereka juga membuat dasar-dasar pemerintahan yang

demokratis, membentuk departemen-departemen, dan jabatan lain untukmengurus

urusan publik. Dinasti Umayyah berdiri tahun 661 masehi di Damaskus, oleh

Muawiyah bin Abu Sufyan. Pada masa ini, kekuasaan Islam sangat luas, termasuk

Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Irak, Jazirah Arab, Persia, sebagian Asia

Kecil, Pakistan, Afganistan, Purkmenia, Kirgiztan, dan Uzbekistan.

Selain Perluas wilayah, Dinasti Umayyah juga banyak melakukan

perkembangan di bidang pembangunan dan ilmu pengetahuan. Tokoh - tokoh

intelektual pada Dinasti Umayyah di antaranya al-Khalil bin Ahmad, Sibawaih,

Hasan al-Basri, dan Ibnu Syihab az-Zuhri.

Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali

ibn Abdullah ibn al-Abbas, dan berlangsung pada 750-1258 masehi. Dinasi

Abbasiyah berdiri setelah memenangkan pertarungan dengan Dinasti Umayyah.

Dapat dikatakan bahwa pada masa ini, umat Islam berada pada puncak daya cipta,

penalaran, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang nantinya akan

menjadi referensi peradaban Barat.

Rumah sakit-rumah sakit juga didirikan dengan menggunakan kekayaan

negara, begitu juga pendidikan kedokteran, farmasi, perpustakaan, dan pusat

penerjemah.

13
Tokoh-tokoh intelektual pada masa Dinasti Abbasiyah di antaranya adalah Al-

Kindi, Ar-Razi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Maskawih, dan al-Ghazali.

Kemudian beralihlah ke masa Disintegrasi, di mana negara yang jauh dari

pusat pemerintahan, perlahan pembebasan diri dan muncul dinasti-dinasti kecil.

2. Periodisasi Sejarah Islam Pertengahan (1250-1800 Masehi)

Periode sejarah Islam pertengahan di mulai pada abad ke-13 hingga abad ke-

18, atau sekitar tahun 1250 - 1800 masehi. Akhir abad ke-18 menjadi masa kegelapan

dunia Islam disebabkan oleh jatuhnya imperium - imperium kesultanan dan perebutan

kekuasaan. Selain itu, juga terjadi karena perkembangan sains dan teknologi yang

stagnan.

Perkembangan sains dan teknologi yang stagnan, menurut Umer Chapra

disebabkan oleh tiga faktor, yaitu:

a. Dukungan finansial dari negara yang menurun

b. Sektor swasta tidak berdaya mengatur pendidikan

c. Para rasionalis yang masuk masyarakat untuk memasukkan pandangan

mereka yang notabene bertentangan.

Tokoh-toko pemikir islam abad pertengahan adalah Avicenna, Ibnu Khaldun,

Ibnu Rushd, Zahrawi, Al khawarizmi.

14
3. Periodisasi Sejarah Islam Modern (1800-Sekarang)

Periode sejarah peradaban Islam modern dimulai pada abad ke-18 hingga

abad ke-20. Pada periode ini, banyak tokoh muslim yang kemudian sadar, atas sifat

jumud pada umat Islam. Tokoh-tokoh itu berupaya untuk membawa Islam bangkit

kembali. Tokoh-tokoh itu di antara Jamaluddin a-Afghani (1839) dan Muhammad

Abduh (1849).

Menurut sejarah, awal kebangkitan Islam adalah ketika Napoleon Bonaparte

bersama pasukannya mendarat di lembah Sungai Nil pada abad ke-18, atau sekitar

tahun 1798 masehi. Peristiwa itu menjadi awal dunia Islam mengenal modernitas.6

BAB III
PENUTUP

Pemikiran Pendidikan Islam merupakan serangkaian proses kerja akal dan

kalbu yang dilakukan secara sungguh-sungguh dalam melihat berbagai persoalan

6
Munawir Sazali, Pengembangan Pemikiran Pendidikan Islam ( Jurnal IAIN Mataram
Volume 6 No. 1, Juni 2014), 16-26

15
yang ada dalam pendidikan Islam dan berupaya untuk membangun sebuah paradigma

pendidikan yang mampu menjadi wadah bagi pembinaan dan pengembangan secara

menyeluruh.

Sejarah telah membuktikan bahwa para pemikir-pemikir Islam telah

berkontribusi besar pada kemajuan ilmu pengetahuan di muka bumi. Mereka tidak

saja ahli terhadap satu bidang keilmuan saja, tetapi mereka ahli pada bidang-bidang

lainnya. Ini sebuah bukti kongkrit, bahwa Islam di masa-masa keemasannya telah

menjadi pusat peradaban yang telah berhasil membawa pengaruh yang cukup

signifikan pada berbagai bidang keilmuan.

DAFTAR PUSTAKA

Aisiah, Siti Tjobolo. 2018. Manajemen Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka


Cendekia, 2018
Falah, Ahmad. 2015. Pemikiran Pendidikan Islam Menurut M. Atiyah Al-Abrasyi
dalam Kitab At-Tarbiyah Wa Falasifatuha. Kudus: Jurnal STAIN Kudus
Vol.10. No.1

16
Hambali, Muh dan Mu’alimin. 2020. Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer.
Yogyakarta: IrciSod
Kurniawan, Syamsul dan Erwin Mahrus. 2011. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan
Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Langgulung, Hasan. 1992. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta:Pustaka Al-Husna
Maya, Rahendra, dkk. 2019. Studi Literatur pada buku pemikiran pendidikan Islam di
perguruan tinggi keagamaan Islam. Bogor: Ta’dibuna Jurnal Pendidikan Islam
Vol.8 No.2
Nasution, Harun. 1996. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jakarta:
Universitas Indonesia
Nata, Abuddin. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Pranada Media Group
Rohman, Miftaku. 2013. Konsep Pendidikan Islam Menurut Ibn Sina dan
Relevansinya dengan Pendidikan Modern. Jurnal Epistemé Vol. 8 No. 2
Sazali, Munawir. 2014. Pengembangan Pemikiran Pendidikan Islam. Mataram: Jurnal
IAIN Mataram Vol. 6 No. 1
Siti, Ema Rohyani. 2015. Pemikiran Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif Prof.
Achmadi . Salatiga: Mudarrisa, Jurnal Kajian Pendidikan Islam Vol. 7 No.2
Susanta, A. 2009. Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah
Umar, Bukhari. 2011. Pengembangan Pemikiran Pendidikan Islam. Jurnal Ta’dib
Volume 14 No. 1
Umbara, Sukma Tirta Firdaus. 2017. Pembaharuan Pendidikan Islam Ala Harun
Nasution (Sebuah Refleksi Akan Kerinduan “Keemasan Islam”). Madura: El
Furqania. Vol. 7 No.2

17

Anda mungkin juga menyukai