Anda di halaman 1dari 12

Pemikiran pendidikan Islam

Dosen pengampu : Ustadz Umar said M,pd.

Oleh :

Naufal Muhammad Ismi 422021111105

Fakultas: Tarbiyah
Pendidikan Agama Islam

UNIVERSITY OF DARUSSALAM GONTOR

1445 H / 2023 M
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Islam memiliki akar yang dalam dalam ajaran-ajaran Islam dan
terhubung erat dengan pemikiran-pemikiran filosofis, teologis, dan sosial dalam tradisi
Islam. Salah satu poin penting dalam pemikiran pendidikan Islam adalah konsep tauhid,
yaitu kepercayaan kepada keesaan Tuhan. Tauhid mencerminkan landasan filosofis
pendidikan Islam yang menekankan kesatuan ilmu pengetahuan dan kehidupan, serta
menyoroti pentingnya mengembangkan akhlak dan moral dalam proses pendidikan.
Pendidikan Islam berfokus pada pembentukan karakter individu yang mencerminkan nilai-
nilai moral dan etika Islam.

Selain itu, pemikiran pendidikan Islam dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Al-Qur'an


dan Hadis, sebagai sumber utama hukum dan pedoman dalam kehidupan umat Islam.
Konsep ilmu pengetahuan (ilmu) dalam Islam ditempatkan sebagai sarana untuk
mendekatkan diri kepada Allah dan menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi. Oleh
karena itu, pendidikan Islam tidak hanya terbatas pada aspek akademis, tetapi juga
mencakup pengembangan spiritualitas, keadilan sosial, dan tanggung jawab moral.

Seiring waktu, pemikiran pendidikan Islam mengalami perkembangan sejalan


dengan perubahan zaman. Pada masa kejayaan peradaban Islam, seperti pada masa
Abbasiyah dan Andalusia, lembaga pendidikan Islam berkembang pesat dengan
memperkenalkan konsep universitas, perpustakaan, dan pusat-pusat pembelajaran. Para
pemikir Muslim terkenal seperti Al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Khaldun memberikan
kontribusi besar dalam pengembangan pemikiran pendidikan Islam.

Pemikiran pendidikan Islam juga mencakup konsep-konsep seperti ijtihad


(penafsiran hukum Islam), tarbiyah (pembinaan), dan tazkiyah (pemurnian diri). Dalam
konteks modern, pemikiran ini terus berkembang untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan
zaman, teknologi, dan perkembangan ilmu pengetahuan. Keseluruhan, pemikiran
pendidikan Islam mencerminkan upaya untuk menyelaraskan prinsip-prinsip agama dengan
kebutuhan pendidikan dalam rangka menciptakan individu yang beriman, berakhlak, dan
berkontribusi positif dalam masyarakat.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian pemikiran pendidikan islam?
2. Apa peran peserta didik dalam pemikiran pendidikan islam?
3. Apa peran pendidik dalam pemikiran pendidikan islam?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan sejarah Pemikiran pendidikan islam

Secara etimologi pemikiran berasal dari kata dasar pikir, berarti proses, cara atau
perbuatan memikir yaitu menggunakan akal budi untuk memutuskan suatu persoalan
dengan mempertimbangkan segala sesuatu secara bijaksana. 1 Dalam konteks ini pemikiran
dapat di artikan sebagai upaya cerdas (ijtihady) dari proses kerja akal dan kalbu untuk
melihat fenomena dan berusaha mencari penyelesaiannya secara bijaksana sedangkan
pendidikan ,secara umum berarti sesuatu proses perubahan sikap dan tingkah laku
seseorang atau sekelompok orang (peserta didik) dalam usaha mendewasakan manusia
(peserta didik) ,melalui upaya pengajaran dan latihan .serta proses perbuatan dan cara-cara
mendidik.Dengan berpijak pada definsi di atas .maka yang dimaksud dengan pemikiran
pendidikan islam adalah proses kerja akal dan kalbu yang dilakukan secara
bersungguhsungguh dalam melihat berbagai persoalan yang ada dalam pendidikan islam
dan berupaya untuk membangun sebuah peradaban pendidikan yang mampu menjadi
wahana bagi pembinaan dan pengembangan peserta didik secara paripurna2.

Sejarah pendidikan sama usianya dengan sejarah manusia itu sendiri.keduanya tak
dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Manusia tidak akan bisa berkembang secara
sempurna bila tidak ada pendidikan untuk itu tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
eksistensi pendidikan merupakan salah satu syarat yang mendasar bagi meneruskan dan
mengekalkan kebudayaan manusia.

Di sini, fungsi pendidikan berupaya menyesuaikan kebudayaan lama dengan


kebudayaan baru secara propesional dan dinamis. Wacana pemikiran pendidikan Islam
masa nabi sudah tentu tidak sesistimatis dan secanggih yang ada sekarang ini. Meskipun

1
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012)
2
Rusli mali, pemikiran pendidikan islam, JURNAL PILAR: Jurnal Kajian Islam Kontemporer Volume 05 , No. 2,
Desember 2014
demikian perhatian ummat terhadap ilmu pebgetahuan jelas sangat tinggi dan hal ini
terwjud sesuai dengan kemungkinan kondisi sosial waktu itu. Ketika di Mekkah, proses
pendidikan Islam dilakukan nabi dan para pengikutnya Dar Al-Arqam, sebagai pusat
pendidikan dan dakwah. Setidaknya ada empat alasan pentingnya pelacakan pendidikan
dan sesudahnya, yaitu: pertama, dalam tatanan Kehidupan masyarakat yang dinamis, ada
upaya pewarisan nilai kebudayaan antara generasi tua kepada generasimuda, bahkan
pendidikan seringkali di jadikan tolak ukur layak atau tidaknya manusia menduduki dan
melaksanakan amanat Allah sebagai khalifah fi ardh.

Munculnya dinamika pembaharuan pemikiran pendidikan yang dilakukan sejumlah


intelektual muslim dari masa ke masa, tidak terlepas dari kondisi objektif sosial-budaya dan
sosial keagamaan umat Islan itu sendiri. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika di katakan,
bahwa dinamika pemikiran intelektual muslim merupakan hasil refleksi terhadap kondisi
umat Islam pada zamannya. . Sederetan intelektual muslim, sejak masa awal sampai pada
era posmodernisme telah berupaya merekonstruksi guna terciptanya sistem pendidikan
Islam yang ideal. Kelompok intelektual muslim tersebut antara lain adalah:

1. Ibnu Maskawih (Ahamad Ibnu uhammad ibnu Ya’qub ibnu Miskawih), lahir di
Rayy sekitar 320 H / 432 M. Dan meninggal di Isfaham pada tanggal 9 safar
buwaihi yang berlatar belakang mazhab syi’ah. Perhatiannya dalam menuntut ilmu
sangat besar. Hal ini tercermin dari bidang ilmu pengetahuan yang ditekuninya.
Dalam bidang sejarah umpamanya, ia belajar dengan Abu Bakar Ahmad ibn Kamil
Abu Thayyib. Pemikirannya tentang pendidikan lebih berorientasi pada pentingnya
pendidikan akhlak. Hal ini tercermin dari karya monunetalnya, Takzib Al-akhlak.
Melalui karya tersebut Maskawih menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah
terwujudnya sikap batin yang secara spontan mampun mendorong lahirnya perilaku
dalam memperoleh karimah-perilaku yang sedemikian akan sangat membantu
peserta didik dalam memperoleh kesempurnaan dan kabahagiaan yang sejati.3
2. Ibnu Sina (uAbu Ali AL-Husaiyn Ibnu Abdullah Ibnu Al-Hasan Ibnu Sina) lahir
pada tahun 370 / 980 di Asyanah, Bukhara (dalam peta moderen masuknya
3
Ratimah matanari, pemikiran pendidikan islam ibnu maskawih, l-Fikru: Jurnal Ilmiah,Vol. 15,No. 2, Juli-
Desember 2021
Turkistan) ia wafat oleh penyakit disentri pada tahun 428 / 1037 dan dimakamkan di
Hyamadan (sekarang dalam wilayah Iran). Hasil pemikiran dari Ibnu Sina di
antaranya: a) Falsafah al- wujud b) Faksafah al-Faidh c) Falsafah an-Nafs
3. Ibnu Khaldum (Waliuddin Abdurrahaman bin Muhammad bin Muhammad bin
Hasan bin Jobir bin Muhammad bin Ibrahim bin Andurrahaman bin Walid bin
Usman) lahir di Tunisia pada tanggal 1 Ramadhan 732 H / 27 Mei 1332 M dan
wafat di kairo 25 Ramadhan 808 H/406 M.
4. Muahammad Abdus ibn Hasan Khairuddin, lahir pada tahun 1265 H/ 1849 M. pada
sebuah desa di Propinsi Gharbuyyah- ia lahir dari lingkungan petani sederhana yang
taat dan sangat mencintai ilmu pengetahuan. Menurut Abduh metode yang kuno
sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan dewasa ini, sebaba metode tersebut
menurut tum buhnya daya peserta didik dalam bukunya Al-A’mal Al-Kamila
Abduh menawarkan metode pendidikan yang lebih dinamis dan kondusif bagi
pengembangan intelektual peserta didik. Metode yang dimaksud adalah metode
diskusi.
5. Ismail Raji Al faruqi. Lahir di Sayfa (Palestina) pada tanggal 1 januari 1921. Ia
meninggal pada tanggal 1986. Latar belakang pendidikannya di tempuh pada
pendidikan barat yaitu Colege Des Peres (1936). Kemudian pendidikan pasca
sarjana mudanya ia rampungkan pada America University dan Harvard University
(1941). Kemudian program magisternya pada Indian University dan Harvard
University dalam bidang filsafat, sedangkasn gelar doktor ia peroleh pada Indian
University dalam bidang yang sama
6. Sayed Muhammad Waquib Al-Attas dilahirkan di Bogor Jawa Barat pata tanggal 5
September 1931. Paradigma pemikiran Al-Attas bila dikaji secara historis
merupakan sebuah pemikiran yang berasal dari dunia metafisika kemudian kedunia
kosmologis dan mermuara pada dunia psikologis, perjalanan kehidupan dan
pengalaman pendidikannya memberikan andil yang sangat besar dalam
pembentukan paradifgma pemikiran.
B. Tujuan pemikiran pendidikan Islam
Tujuan dari pemikiran pendidikan Islam adalah untuk membentuk individu yang
memiliki pemahaman mendalam tentang ajaran Islam serta mampu mengaplikasikan nilai-
nilai dan etika Islami dalam kehidupan sehari-hari 4. Pendidikan Islam bertujuan untuk
membina manusia yang taat pada prinsip-prinsip tauhid, mengakui keesaan Allah, dan
menerapkan keimanan dalam segala aspek kehidupan. Selain itu, tujuan pendidikan Islam
melibatkan pengembangan karakter yang kuat, dimana siswa tidak hanya dididik secara
intelektual, tetapi juga dalam hal moral, etika, dan kepribadian.

Pendidikan Islam bertujuan untuk menciptakan individu yang memiliki kesadaran


sosial tinggi dan tanggung jawab terhadap masyarakat. Siswa diajarkan untuk menghargai
keragaman, mempromosikan kedamaian, dan berkontribusi positif dalam membangun
komunitas. Selain itu, pendidikan Islam juga memiliki tujuan untuk membentuk pemimpin
yang adil, bijaksana, dan bertanggung jawab, yang mampu mengemban tugas
kepemimpinan dengan berlandaskan nilai-nilai Islam5.

Dengan kata lain, tujuan pemikiran pendidikan Islam adalah menciptakan generasi
yang terdidik secara holistik, dengan kesadaran agama yang kuat, moralitas yang tinggi,
dan kemampuan untuk berperan aktif dalam memajukan masyarakat sesuai dengan prinsip-
prinsip Islam. Melalui pendidikan ini, diharapkan muncul individu yang mampu mengatasi
tantangan zaman, memberikan kontribusi positif, dan menjadi teladan bagi nilai-nilai luhur
Islam dalam kehidupan sehari-hari.6

C. Peran peserta didik dalam pemikiran pendidikan islam

Peserta didik dalam pemikiran pendidikan Islam merupakan fokus utama dari proses
pendidikan tersebut. Dalam kerangka pemikiran ini, peserta didik dianggap sebagai
individu yang memiliki potensi untuk dikembangkan secara holistik: intelektual, moral,
spiritual, dan sosial. Berikut adalah beberapa aspek yang menyoroti peran peserta didik
dalam pemikiran pendidikan Islam:

4
Sahilun & Nasir, Pemikiran Kalam Teologi Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), 309.
5
Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2011)
6
Matrapi, Topologi pemikiran pendidikan Islam, ISLAMUNA Jurnal Studi Islam Volume 5 Nomor 1 Juni 2018
1. Fitrah dan Potensi Bawaan: Peserta didik dipandang memiliki fitrah atau kodrat
fitrah yang bersih dan cenderung kepada kebenaran. Pendidikan Islam bertujuan
untuk membimbing peserta didik agar dapat mengembangkan potensi bawaan ini
dengan benar.
2. Pengembangan Akhlak dan Karakter: Pendidikan Islam berusaha membentuk
peserta didik menjadi individu yang memiliki akhlak dan karakter yang sesuai
dengan nilai-nilai Islam. Pemikiran ini menekankan pentingnya pembinaan moral
dan etika dalam proses pendidikan.
3. Pendidikan Berbasis Nilai-nilai Islam: Peserta didik diberikan pemahaman
mendalam tentang ajaran Islam sebagai panduan dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka diajarkan untuk menerapkan nilai-nilai Islam dalam segala aspek kehidupan
mereka.
4. Pengembangan Keterampilan dan Pengetahuan:Selain aspek spiritual dan moral,
pemikiran pendidikan Islam juga mencakup pengembangan keterampilan dan
pengetahuan peserta didik. Ini mencakup pembelajaran ilmu pengetahuan umum
dan keterampilan praktis, dengan penekanan keterpaduan antara ilmu pengetahuan
dan nilai-nilai Islam.
5. Pemahaman tentang Tanggung Jawab Sosial: Peserta didik diajarkan untuk
memahami tanggung jawab sosial mereka terhadap masyarakat dan lingkungan.
Pendidikan Islam mengajarkan prinsip-prinsip keadilan, kepedulian, dan kontribusi
positif kepada sesama.
6. Pemimpin Islami: Dalam pemikiran ini, peserta didik diharapkan menjadi pemimpin
yang mampu memimpin dengan keadilan, integritas, dan kebijaksanaan. Mereka
diajarkan untuk memiliki sikap kepemimpinan Islami yang bertanggung jawab.

Pemikiran pendidikan Islam mengakui bahwa setiap peserta didik adalah individu yang
unik, dan pendekatan pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, potensi, dan tahap
perkembangan mereka. Dengan demikian, peserta didik dianggap sebagai subjek aktif
dalam proses pembelajaran dan pembentukan karakter Islami.

D. Pendidik dalam pemikiran pendidikan islam

Peran pendidik (guru atau pengajar) dalam pemikiran pendidikan Islam sangat
penting karena mereka menjadi agen utama dalam proses pembentukan karakter,
penanaman nilai-nilai Islam, dan pengembangan potensi peserta didik. Berikut adalah
beberapa aspek peran pendidik dalam pemikiran pendidikan Islam:

1. Teladan dan Keteladanan: Pendidik dianggap sebagai teladan yang harus


memberikan contoh perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam. Mereka diharapkan
untuk mengimplementasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai
inspirasi bagi peserta didik.
2. Pembimbing Spiritual: Pendidik memiliki peran sebagai pembimbing spiritual yang
membantu peserta didik mengembangkan keimanan, meningkatkan ketakwaan, dan
memahami dimensi spiritual dalam kehidupan.
3. Pendamping Pribadi: Pendidik berperan sebagai pendamping pribadi yang
membantu peserta didik mengatasi tantangan dan kesulitan, baik dalam aspek
akademis maupun kehidupan pribadi.
4. Pengajar Ilmu Pengetahuan dan Nilai-nilai Islam: Pendidik bertanggung jawab
untuk menyampaikan ilmu pengetahuan secara komprehensif dan mencakup aspek-
aspek nilai-nilai Islam dalam proses pembelajaran.
5. Pengembangan Karakter dan Etika: Pendidik berperan dalam membentuk karakter
peserta didik, memperkuat nilai-nilai moral dan etika, serta melibatkan mereka
dalam aktivitas yang mendorong perkembangan pribadi yang baik.
6. Penanaman Kedisiplinan: Pendidik memiliki tanggung jawab untuk menanamkan
disiplin dalam peserta didik, mengajarkan nilai-nilai tanggung jawab, keteraturan,
dan kesungguhan dalam kehidupan sehari-hari.
7. Pemberi Dorongan dan Pujian: Pendidik memberikan dorongan, motivasi, dan
pujian kepada peserta didik untuk mendorong mereka mencapai prestasi yang lebih
tinggi dan membangun rasa percaya diri.
8. Adaptasi Terhadap Kebutuhan Individu:Pendidik harus mampu mengidentifikasi
kebutuhan individu peserta didik dan menyusun strategi pembelajaran yang sesuai
dengan karakter dan potensi masing-masing.
9. Komunikator Efektif: Pendidik perlu menjadi komunikator yang efektif, baik dalam
menyampaikan materi pembelajaran maupun dalam berkomunikasi dengan peserta
didik dan orang tua.

Pendidik dalam pemikiran pendidikan Islam diharapkan tidak hanya sebagai penyampai
informasi, tetapi juga sebagai pembimbing spiritual dan model peran yang menginspirasi.
Dengan demikian, kualitas pendidik sangat berpengaruh pada keberhasilan implementasi
nilai-nilai Islam dalam proses pendidikan.

BAB III

PENUTUPAN
A. Kesimpulan

Pemikiran pendidikan Islam memiliki fokus utama pada upaya membentuk individu
yang mampu mengaplikasikan nilai-nilai dan etika Islami dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Islam berusaha menciptakan peserta didik yang tidak hanya cerdas secara
intelektual, tetapi juga memiliki karakter yang kuat, moralitas tinggi, dan kesadaran sosial
yang tinggi. Peserta didik dianggap sebagai subjek aktif dalam proses pembelajaran, yang
memiliki potensi bawaan yang bersih dan cenderung kepada kebenaran. Pendidikan Islam
menekankan pengembangan fitrah dan potensi peserta didik, serta pembentukan akhlak dan
karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Pendidik, sebagai agen utama dalam proses pendidikan Islam, memiliki peran penting
sebagai teladan, pembimbing spiritual, dan pengajar ilmu pengetahuan dan nilai-nilai Islam.
Mereka juga berperan dalam pengembangan karakter, penanaman kedisiplinan, dan
pemberian dorongan kepada peserta didik.

Pemikiran pendidikan Islam mengakui bahwa setiap peserta didik adalah individu unik
yang memerlukan pendekatan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi
mereka. Selain itu, tujuan utama pemikiran pendidikan Islam adalah menciptakan generasi
yang terdidik secara holistik, memiliki kesadaran agama yang kuat, dan mampu berperan
aktif dalam memajukan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Dengan demikian,
pemikiran pendidikan Islam bukan hanya tentang proses transfer pengetahuan, tetapi juga
tentang pembentukan karakter, pengembangan potensi, dan menciptakan individu yang
dapat menjadi wahana pembinaan dan pengembangan masyarakat secara paripurna
berdasarkan nilai-nilai Islam.

B. Daftar Pustaka
Rusli mali, pemikiran pendidikan islam, JURNAL PILAR: Jurnal Kajian Islam
Kontemporer Volume 05 , No. 2, Desember 2014
Ratimah matanari, pemikiran pendidikan islam ibnu maskawih, l-Fikru: Jurnal Ilmiah,Vol.
15,No. 2, Juli-Desember 2021
Sahilun & Nasir, Pemikiran Kalam Teologi Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2012), 309.
Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2011)
Matrapi, Topologi pemikiran pendidikan Islam, ISLAMUNA Jurnal Studi Islam Volume 5
Nomor 1 Juni 2018
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2012)

Anda mungkin juga menyukai