Anda di halaman 1dari 11

PEMIKIRAN-PEMIKIRAN BARU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERTARUNGAN

DENGAN PAHAM-PAHAM DAN ALIRAN-ALIRAN YANG BERKEMBANG


HINGGA SEKARANG

Dosen Pengampu : Sri Nilawati, M.Pd.


Nilanilawati28@gmail.com
Citra Ramadani,Rini Annisa Maulidiyah
Ramadhanic399@gmail.com
rinianisamaulidiyah@gmail.com

INSTITUT AGAMA ISLAM SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDIN SAMBAS

ABSTACT
The understandings that have developed up to now are views according to: 1) The view of
science according to Ibn Khaldun; 2) Thoughts on Islamic education according to the Al-Safa
brothers; 3) Islamic Education Thought according to Zamuddin Labà; 4) The thoughts of
Islamic educators are united by Ahmad Dalilana. The three main schools of Islamic
educational philosophy which have been discussed above have different opinions from one
another.
Keywords: New thoughts on Islamic education, understandings and schools that have
developed until now

ABSTRAK
Paham-paham yang berkembang hingga sekarang adalah pandangan menurut: 1) Pandangan
tentang ilmu menurut Ibnu Khaldun; 2) Pemikiran pendidikan Islam menurut ikhwan Al-Safa;
3) Pemikiran Pendidikan Islammenurut Zamuddin Labà; 4) Pemikiran pendidik Islam menunit
Ahmad Dalilana.Adapun Tiga aliran utama filsafat pendidikan Islam yang telah dibahas diatas,
memiliki pendapat-pendapat yang berbeda antara satu dengan yang lain.Jurnal ini mencoba
membahas tentang pemikiran baru pendidikan islam dalam pertarungan dengan paham-paham
dan aliran-aliran yang berkembang hingga sekarang.Metode yang digunakan dalam mempelari
bahasan ini yaitu kajian literatur.

Kata Kunci : Pemikiran baru pendidikan islam,paham-paham dan aliran-aliran yang


berkembang hingga sekarang.
PENDAHULUAN
Filsafat pendidikan merupakan titik permulaan dalam proses pendidikan, juga
menjadi tulang punggung kemana bagian-bagian yang lain dalam pendidikan itu
bergantung dari segi tujuan-tujuan pendidikan, kurikulum pendidikan, metode mengajar,
penilaian adminitrasi, alat-alat mengajar, dan lain-lain lagi aspek pendidikan yang
memberinya arah, menunjuk jalan yang akan dilaluinya dan meletakkan dasar-dasar dan
prinsip tempat tegaknya. Setiap filosof pendidikan Barat maupun filosof pendidikan Islam
pasti mempunyai aliran yang dicetuskan maupun yang dianut oleh masing-masing orang.
Misalnya saja dalam filsafat pendidikan Barat ada yang namanya aliran Nativisme, aliran
Naturalisme, aliran Empirisme, aliran Konvergensi, dan lain-lain. Tidak berbeda pula
dengan filsafat pendidikan Islam, di dalamnya juga terdapat banyak aliran yang berbeda
tetapi konteks dan rujukan tetap kepada al-Qur’an dan al-Hadist. Maka penting nya
makalah ini di buat untuk mengetahui tentang aliran-aliran filsafat pendidikan Islam dan
juga implikasinya dalam pemikiran dan pendidikan.

METODE PENELITIAN
Kajian dari penelitian ini menggunakan data literatur. Metode studi literatur adalah
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca
dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian. Literatur yang diambil baik dari buku,
artikel jurnal baik nasional maupun internasional dan literatur ainnya dimana informasi
yang diambil disesuai dengan pokok pembahasan dan dianalisis secara mendalam sehingga
dapat diambil kesimpulan dan temuan dalam penelitian.

PEMBAHASAN
A. Perekembangan Filsafat Pendidikan Islam
Diantara yang masuk ke dalam dunia Islam tentang hakikat manusia,yang juga diterima
serta di kembangkan di kalangan umat Islam, adalah panduan jabbariyah, berpendapat
bahwa hakekatnya manusia itu bersifat ijbar, segala perbuatannya adalah terpaksa
dikerjakan manusia hanya sekedar pelaksana dan kehendak perbuatan Tuhan. Manusia
tidak menguasai perbuatan-perbuatannya dan tidak menentukan sendiri, serta tidak ada
pilihan lain. Berbeda dengan pandangan jabbariyah tersebut, pandangan , qadariyah
berpendapat bahwa manusia menguasai perbuatan-perbuatannya. Manusia mempunyai hak
dan kuasa untuk menentukan . pilihan, manusia, memiliki freedom of will. Kedua aliran
tersebut memberikan pengaruh ke pendidikan yang berbeda di kalangan umat Islam.
Pandangan pertama (jabbariyah) mengandung makna yang negatif terhadap
pendidikan, yaitu manusia akan bersikap pasif dan selalu menanti serta tidak mau berusaha
untuk memecah kan masalah hidup dalam kehidupannya. Sedangkan pandangan kedua
mempunyai dampak positif terhadap pendidikan.

Karena adanya free will dan free act, maka manusia akan menjadi aktif dalam
kehidupannya akan berkembang karena harus memilih diantara perbuatan- perbuatan, dan
ia akan terdidik bertanggung jawab terhadap segala karyanya. Demikian, secara ringkas
gambaran filsafat pendidikan yang berkembangdikalangan umat Islam, membawa akibat
kehidupan umat Islam yangkontroversial (bertentangan).1

B. Paham-Paham Yang Berkembang Hingga Sekarang

a) Pandangan tentang ilmu menurut Ibnu Khaldun Berpendapat bahwa pertumbuhan


pendidikan dan ilmu pengetahuan dipengaruhi oleh peradaban, pada bagian lain, Ibn
Khaldun juga mengatakan bahwa adanya perbedaan lapisan sosial timbul dan bail
kecerdasannya yang diproses melalui pengajaran. Mengenai ilmu pengetahuan, Ibnu
Khaldun membaginya menjadi tiga macam, yaitu:
 Ilmu lapisan (bahasa) menipakan ilmu tata bahasa sastra yang tersusunsecara puitis.
Ilmu Naqli merupakan ilmu yang diambil dan kitab suci dan sunnah Nabic.
 Umu ‘Aqli merupakan ilmu yang dapat menunjukkan manusia dengan daya pikir
padafilsafat dan semua ilmu pengetahuan. Diantara ilmutersebut ada yang harus
diajarkan kepada anak didik,yaitu:
 Ilmu syari’ah dengan semua jenisnya
 Ilmu filsafat seperti ilmu alam dan ilmu ketuhananI lmu alat yang membantu ilmu
agama seperti ilmu bahasaI lmu alat yang membantu ilmu falsafah seperti ilmu
logika
b) Pemikiran pendidikan Islam menurut ikhwan Al-Safa Menurut Ikhwnn Al-Safa bahwa
perumpamaan orang yang belum dididik dengan ilmu akidah. Pendidikan dengan
pàndangan yang bcrsifat rasional dan empirik, atau perpaduan antara pandangan yang
bersifatinte ektual dan faktual Ilniu sebagai gambaran dan sesuatu yang dapatd iketahui

1
Masrur, Achmad. Modernisasi pendidikan Islam: telaah pemikiran Azyumardi Azra tentang modernisasi
pendidikan Islam di Indonesia. Diss. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2014.
Asari, Hasan, Modernisasi Islam: Tokoh, Gagasan, dan Gerakan Bandung:Citapustaka Media, 2002.
di slam ml, atau ilmu yang dihasi1kin oleh pemildran manusia itu teijadi karena
mendapat bahan-bahan informasi yang dikirim oleh panca indera.
a. Pendapat Ikhwan Al-Safa hampir mirip pada aliran John Locke yang bersifat
empirisme. Bahwa awal pengetahuan teijadi karena panca indera berinteraksi
dengan alam nyata, kemudian Ikhwan AI-Safa berpendapat bahwa cara untuk
mendapatkan ilmu dengan cara membiasakan berpegang pada perenungan.
b. Tipe Ideal GuraNilal seorang guru menurutnya bergantung. kepada caranya dalam
menyampaikan ilmu pengetahuan, guru yang cerdas, baik akhlaknya, lures
tabiatnya, bersih hatinya, menyukai ilmu, bertugas mencari kebenaran, dan tidak
bersifat fanatisme terhadap sesuatu aliran. Gum & Ialah mualim, ustadz dan
mu’addib. MIahadøh gum dan segala sesuatu guru Ustadz atau mu’addib dibagi
menjadi tiga & diantaranyaA1A&ar dan a1-RUhaI* A1-Ru’asa dan’• A1-MaliIç
muluk dan suithan. 2
c) Pemikiran pendidikan Islam menurut Zamuddin Labày

Zamuddin labay berpendapat bahwa banyak mengambil metode-metode di


mesir. Dalam menerapkan pendidikan. Tetapi juga dapat diterima bahwa garis besar
pengajaran di Madrasah ini juga memakai unsur pendidikan gubernamen. Zainuddin
Labay dalam mcngajar mengunakan bahasa arab. Pertama, Zainuddin Labay telah
menunjukkan otodidaknya menjadi seorang pembaharu dalam bidang pendidikan.
Kedua, ia berjasa dalam mengembangkan bahasa Arab baik sebagai bahasa pengantar.
Ketiga,ia telah memperkenalkan model pendidikan yang pada masa itu belum lazim di
gunakan, model klasik. keempat ia telah memperkenalkan pengetahuan modern ke
dalam kurikulum pendidikan Islam. Kelima, usaha-usaha yang dilakukan Zainuddin
labay telah menghasilkan kader yang tangguh dalam bidang ilmu agama. Kelima
Pemikiran pendidikan Islam menurut Sycikh Ahmad

Ide-ide Pembaharuan Pendidikan Ahmad Surkati Secara umum ide pembaharuan


pendidikan Ahmad Surkati dapat digolongkan pada tiga aspek,yaitu :

a. Aspek kelembagaan. Secara kelembagaan program pendidikan yang dilakukan


berlangsung selama 15 tahun.

2
Masrur, Achmad. Modernisasi pendidikan Islam: telaah pemikiran Azyumardi Azra tentang modernisasi
pendidikan Islam di Indonesia. Diss. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2014.
Asari, Hasan, Modernisasi Islam: Tokoh, Gagasan, dan Gerakan Bandung:Citapustaka Media, 2002.
b. Aspek metode dan pendekatan. Ahmad Surkati dalam menempatkan parasiswa agar
benar-benar memahami pelajaran dan mempunya daya kreatifitas tidak hanya
diajarkan ilmu naqliah yang lebih memperlihatkan metode qauliyah secara sempit
namun juga diperkenalkan ilmu akliah untuk memahami ayat-ayat kauniyah. Dalam
kemanipuan memilih metode dan pendekatan . pengajaran yang sesuai dengan
situasi belajar yang dihadapi oleh seorang guru tidak kalah pentingnya penguasaan.
materi pelajaran, namun mereka kesulitan menyampaikan materi pelajaran. Ahmad
Surkati dalam melakukan kajian terhadap al-Qu’an maupun hadits sangat tepat.
karena metode kritik terutama pada materi hadits ajaran agama lainnya yang dalam
pelajrannya telah tercampur dengan hal- hal yang termasuk bid’ah dan sesuatu yang
bukan ajaran agama.
c. Aspek kurikulum sebagai lembaga pendidikan modern, sekolah-sekolah Al-Irsyad
dalam kegiatan belajar mengajar menerapkan rencana pelajaran atau rencana
pengajaran yang dalam bahasa pendidikan disebut kurikulum. Pengajaran dijadikan
sebagai kerangka kerja sistematik dalam suatu ‘kegiatan pengajaran moden.
Sehingga dapat diketahui bahwaAhmad Sürkati menggunakan model dan cam
pendidlikan yang diperkenalkan ya belum biasa dikenal di lembaga-lembaga
pendidikan yang terdapat di masyarakat Islam pada masa itu. Hal ini menunjuk
kandar sikap dan pandangannya yang berani bersikap berbeda dan sikap dan
pandangan yang pada waktu itu diterapkan.
d) Pemikiran pendidik Islam menunit Ahmad Dalilana.

Pandangan Ahmad Dahian Dalam Pendidikan Pandangan Ahmad Dahlan dalam bidang
pendidikan dapat dilihat pada kegiatan pendidikan yang dilaksanakan oleh
Muhammadiyah. • Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah melanjutkan model
sekolah yang digabungkan dengan system pendidikan gubemamen. Ahmad Dahian
mendirikan sekolah yang mengikuti model gubemamen, beliau beraliran
Muhamniadiyah. Kcmudian beliau mendirikan pondok MU hainmadiyah sebagal
sekolah pendidikan guru agama. Muhaznmadiyah berhasil melanjutkan model
pembahanian pendidikan, disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa ia menghadapi
lingkungan sosial yang terbatas pada pegawai, guru maupun pedagang dikota.
Kelompok menengah di kota dalam banyak hal merupakan latar belakang sosial yang
dominan dalam Muhaninadiyah hiugga sekarangini. Kelompok ini menguasai
perusahaan percetakan yang secara ekonomis penting dalam masyarakat. Kelompok ini
juga mementingkan pendidikan model Barat. Oleh karena itu Muhammadiyah dengan
menyediakan model pendidikan Barat yang ditambah dengan pendidikan agama.
mendapatkanhasil yang baik dalam kalangan ini. Dan uraian tersebut dapat diketahul
ide-ide pendidikan yang dikemukakan Ahmad Dahian. Pertama, Ahmad Dahian
membawa pembaharuan dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan Is1am yang
semula sistem pesantren menjadi sistem sekolah. Kedua, Ahmad Dahian telah
memasukkan pelajaran umum kepada sekolah-sekolah agama atau madrasah. Ketiga,
Ahmad Dahian telah mengadakan perubahan dalam metode pengajaran dan semula
pengajaran sorogan kepada metode pengajaran yang lebih bervariasi.

C. Aliran – Aliran Filsafat Pendidikan Islam Yangberkembang Hingga Sekarang

Dalam dunia pendidikan Islam, terdapat tiga aliran utama filsafat pendidikan
Islam, yaitu: 1) Aliran Konservatif, dengan tokoh utamanya adalahal-Ghazali, 2)
Aliran Religius-Rasional, dengan tokoh utamanya yaitu Ikhwan al-Shafa, dan 3)
Aliran Pragmatis, dengan tokoh utamanya adalah Ibnu Khaldun.(Mahmud Arif, 2002:
52)3
a. Dalam dunia pendidikan Islam, terdapat tiga aliran utama filsafat pendidikan Islam,
yaitu: 1) Aliran Konservatif, dengan tokoh utamanya adalahal-Ghazali, 2) Aliran
Religius-Rasional, dengan tokoh utamanya yaitu Ikhwan al-Shafa, dan 3) Aliran
Pragmatis, dengan tokoh utamanya adalah Ibnu Khaldun.(Mahmud Arif, 2002: 52
Aliran Konservatif (al-Muhafidz)

Tokoh-tokoh aliran ini adalah al-Ghazali, Nasiruddin al-Thusi, Ibnu Jama’ah, Sahnun,
Ibnu Hajar al-Haitami, dan al-Qabisi. Aliran al-Muhafidz cenderung bersikap murni
keagamaan. Aliran ini memaknai ilmu dengan pengertian sempit. Menurut al-Thusi, ilmu
yang utama hanyalah ilmu-ilmu yang dibutuhkan saat sekarang, yang jelas akan membawa
manfaat di akhiratkelak . (Samsul Nizar, 2002: 90.

Al-Ghazali mengklasifikasikan ilmu menjadi:

1) Berdasarkan pembidangannya, ilmu dibagi menjadi dua bidang:

Ilmu syar’iyyah, yaitu semua ilmu yang berasal dari para Nabi, terdiriatas:

1) Ilmu ushul (ilmu pokok),

3
Arsyad, “Pendidikan Islam Perspektif Teologi,” Jurnal Al-Hikmah,vol.XIV.2016.hlm 83
2) Ilmu furu’ (cabang),
3) Ilmu pengantar (mukaddimahUIOPPP)
4) Ilmu pelengkap (mutammimah).

Ilmu ghoiru syar’iyyah, yaitu semua ilmu yang berasal dari ijtihad,ulama’atau
intelektual muslim, terdiri atas: 1) Ilmu terpuji, 2) Ilmu yang diperbolehkan (tak
merugikan), 3) Ilmu yang tercela(merugikan). (Samsul Nizar, 2002: 92).

2) Berdasarkan status hukum mempelajarinya, dapat digolongkan menjadi:

1) Ilmu yang fardlu ‘ain

2) Ilmu yang fardlu kifayah. Al-Ghazali menegaskan bahwa ilmu-ilmu keagamaan


hanya dapa tdiperoleh dengan kesempurnaan rasio dan kejernihan akal budi.
Karena,hanya dengan rasiolah manusia mampu menerima amanat dari Allah
danmendekatkan diri kepada-Nya. Pemikiran al-Ghazali ini sejalan dengan aliran
Mu’tazilah yang berpendapat bahwa rasio mampu menetapkan baik buruknya sesuatu.
Pola umum pemikiran al-Ghazali dalam pendidikannya antara lain:

a. Kegiatan menuntut ilmu tiada lain berorientasi pada pencapaian ridhaAllah.


b. Teori ilmu ilhami sebagai landasan teori pendidikannya, dandiperkuat dengan
sepuluh kode etik peserta didik.
c. Tujuan agamawi merupakan tujuan puncak kegiatan menuntut ilmu.
d. Pembatasan termal-‘ilm hanya pada ilmu tentang Allah. (Baharuddindan Wahyuni,
2010: 39).

Dari deskripsi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pemikiranutama aliran konservatif
antara lain: 1) Ilmu adalah ilmu al-hal , yaitu ilmu yang dibutuhkan saat sekarang yang
bisa membawa manfaat diakhirat, 2) Ilmu-ilmu selain ilmu keagamaan adalah sia-sia, dan
3) Ilmuhanya bisa diperoleh melalui rasio.

b. Aliran Religius-Rasional (al-Diniy al- ‘Aqlaniy)

Tokoh-tokoh aliran ini adalah Ikhwan al-Shafa, al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Miskawaih.
Aliran ini dijuluki “pemburu” hikmah Yunani di belahan dunia Timur, dikarenakan
pergumulan intensifnya dengan rasionalitas Yunani. Menurut Ikhwan al-Shafa, yang
dimaksud dengan ilmu adalah gambaran tentang sesuatu yang diketahui pada benak (jiwa)
orang yangmengetahui. Proses pengajaran adalah usaha transformatif terhadap
kesiapanajar agar benar-benar menjadi riil, atau dengan kata lain, upaya transformat
ifterhadap jiwa pelajar yang semula berilmu (mengetahui) secara potensial, agarmenjadi
berilmu (mengetahui) secara riil-aktual. Dengan demikian, inti proses pendidikan adalah
pada kiat transformasi potensi-potensi manusia agar menjadi kemampuan “psikomotorik”.

c. Aliran Pragmatis (al- Dzarai’iy)

Tokoh aliran Pragmatis adalah Ibnu Khaldun. Sedangkan tokoh Pragmatisme Barat
yaitu John Dewey. Bila filsafat pendidikan Islam berkiblat pada pandangan pragmatisme
John Dewey, tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan adalah segala sesuatu yang
sifatnya nyata, bukan hal yang di luar jangkauan pancaindera.4

D. Implikasi Aliran Dan Pemikiran Terhadap Pendidikanislam


Perkembangan pemikiran pendidikan Islam dapat dicermati dari pola pemikiran Islam yang
berkembang di belahan dunia Islam pada periode modern,terutama dalam menjawab
tantangan perubahan zaman serta era modernitas.Tipologi pemikiran pendidikan Islam
menurut Muhaimin (2012: 103-104):

1. Tipologi Perenial-Esensialis Salafi

Tipologi Perenial-Esensial Salafi merupakan tipologi pemikiran pendidikan yang


menonjolkan wawasan kependidikan era salaf (era kenabiandan sahabat). Pendidikan Islam
berfungsi sebagai upaya melestarikan dan mempertahankan nilai-nilai ilahiyah serta nilai-
nilai insaniyah dan kebiasaan serta tradisi masyarakat salaf karena mereka dipandang
sebagai masyaraka tideal.

2. Tipologi Perenial-Esensialis Madzhabi

Tipologi ini menonjolkan wawasan kependidikan Islam yang tradisional dan memiliki
kecenderuangan untuk mengikuti aliran, pemahaman atau doktrin serta pemahaman
pemikiran-pemikiran masa lampau yan gdianggap sudah mapan. Pendidikan Islam
berfungsi melestarikan dan mengembangkannya melalui upaya pemberian penjelasan dan
catatan-catatan dan kurang ada keberanian untuk mengganti substansi materi pemikiran
pendahulunya .Dalam hal ini pendidikan Islam berfungsi sebagai upaya untuk
mempertahankan dan mewariskan nilai, tradisi, dan budaya dari satu generasike generasi

4
Arsyad, “Pendidikan Islam Perspektif Teologi,” Jurnal Al-Hikmah,vol.XIV.2016.hlm 127
berikutnya dan tidak harus mempertimbangkan relevansinya dengan konteks
perkembangan zaman dan era kontemporer yang dihadapinya.

3. Tipologi Modernis

Tipologi Modernis adalah tipologi filsafat pendidikan yang menonjolkan wawasan


kependidikan yang bebas modifikatif, progresif, dandinamis dalam menghadapi tuntutan
serta kebutuhan dari lingkungannya.Sesuai dengan wataknya yang bebas modifikatif,
progresif, dan dinamis, tipologi modernis ini memandang fungsi pendidikan Islam sebagai
upaya melakukan rekonstruksi pengalaman terus-menerus agar dapat berbuat sesuatu yang
intelligent dan mampu mengadakan penyesuaian dengan tuntutan serta kebutuhan dari
lingkungan masa kini.

4. Tipologi Rekonstruksi Sosial Berlandaskan Tauhid

Tipologi Rekonstruksi Sosial merupakan tipologi dalam filsafat pendidikan Islam yang
lebih mengedepankan sikap proaktif dan antisipatifnya dalam pengembangan pendidikan.
Dalam pandangan tpologi ini tugas pendidikan adalah membantu manusia agar menjadi
cakap dan selanjutnya mampu ikut bertanggung jawab terhadap pengembangan
masyarakat. Terkait dengan tugas tersebut, maka fungsi pendidikan menurut tipologi ini
adalah sebagai upaya menumbuh kembangkan kreativitas peserta didik, memperkaya
khazanah budaya manusia, memperkaya isi nilai-nilai insani dan ilahi, serta menyiapkan
tenaga kerja produktif.

5. Tipologi Perenial-Esensialis Kontekstual-Falsifikatif

Aliran ini mengambil jalan tengah antara kebali ke masa lalu dengan jalan melakukan
kontekstualisasi serta uji falsifikasi dan mengembangkan wawasan kependidikan Islam
masa kini selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan
sosial. Pendidikan juga harus memberikan kesempatan kepada individu-individu untuk
dapat mengembangkan potensinya masing-masing dalam rangka menemukan jatidirinya.
Tipologi ini memandang fungsi pendidikan Islam sebagai upaya mempertahankan dan
melestarikan nilai-nilai ilahiyah dan nilai-nilai insaniyah sekaligus menumbuhkembangkan
dalam konteks ilmu pengetahuan danteknologi serta perubahan sosial kultural.

PENUTUP
Paham-paham yang berkembang hingga sekarang adalah pandangan menurut: 1)
Pandangan tentang ilmu menurut Ibnu Khaldun; 2) Pemikiran pendidikan Islam menurut
ikhwan Al-Safa; 3) Pemikiran Pendidikan Islammenurut Zamuddin Labà; 4) Pemikiran
pendidik Islam menunit Ahmad Dalilana.Adapun Tiga aliran utama filsafat pendidikan
Islam yang telah dibahas diatas, memiliki pendapat-pendapat yang berbeda antara satu
dengan yang lain.Aliran yang pertama yaitu aliran Konservatif (al-Muhafidz ). Mereka
memaknaiilmu dengan pengertian sempit, yaitu hanya mencakup ilmu-ilmu yang bersifa
tkeagamaan. Sangat berbeda dengan aliran Konservatif ini, kalangan yang menamakan diri
mereka Ikhwan al-Shafa, menganggap sema disiplin ilmu adalah penting. Mereka lebih
luwes dalam merumuskan ilmu pengetahuan, dan indera adalah sumber utama ilmu
pengetahuan. Kelompok Ikhwan dan tokoh-tokoh yang sealiran dengannya digolongan ke
dalam aliran yang ke-dua yaitu alira nReligius-Rasional (al-Diniy al-‘Aqlaniy). Aliran yang
ke-tiga yaitu aliran Pragmatis (al- Dzarai’iy). Tokoh aliran ini adalah Ibnu Khaldun.
Menurutnya, pendidikan bukan hanya bertujuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
akantetapi juga untuk mendapatkan keahlian duniawi dan ukhrawi.
DAFTAR RUJUKAN

Masrur, Achmad. Modernisasi pendidikan Islam: telaah pemikiran Azyumardi Azra tentang
modernisasi pendidikan Islam di Indonesia. Diss. Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim, 2014.
Asari, Hasan, Modernisasi Islam: Tokoh, Gagasan, dan Gerakan Bandung:Citapustaka
Media, 2002.
Medan: IAIN Press, 2012.AT, Arsyad, “Pendidikan Islam Perspektif Teologi,” Jurnal Al-
Hikmah,vol.XIV.2016.
Dewan Redaksi, Hasan Muarif et.al.,Suplemen Ensiklopedi Islam, ed. AbdulAziz Dahlan,
Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001.

Anda mungkin juga menyukai