Anda di halaman 1dari 12

PEMIKIRAN TOKOH-TOKOH MODERN ISLAM

ABSTRAK

Pengembangan pemikiran Islam dibangun dan dikembangkan berdasarkan


anggapan dasar atau paradigma tertentu. Diatas anggapan inilah berbagai perspektif dan
metodologi pemikiran keislaman ditegakkan. Semua bidang keilmuan dijadikan objek
kajian oleh para tokoh pemikir Islam, baik ilmu agama maupun ilmu umum.
Perkembangan pemikiran Islam ini ditandai dengan berkembangnya lembaga-lembaga
pendidikan. Dalam jurnal ini berisi tentang pemikiran-pemikiran modern dari bebearapa
tokoh pemikiran modern Islam. Metode yang penelitian yang digunakan dalam jurnal
ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan cara mengumpulkan data
dan informasi dengan membaca beberapa materi yang terdapat dalam jurnal-jurnal yang
berkaitan dengan tema yang diangkat.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan elemen yang esensial bagi kehidupan manusia. Dalam


mempertahankan hidup agar tetap bertahan hidup serta dalam menghadapi dan
melestarikan alam semesta manusia membutuhkan Pendidikan. Islam memandang
Pendidikan sangat penting bagi manusia dan Islam menempatkan pendidikan pada
kedudukan yang tinggi dalam doktrinnya. Pendidikan juga merupakan strategi dalam
meningkatkan kualitas suatu bangsa. Oleh karena itu kemajuan suatu bangsa dan
kemajuan Pendidikan merupakan determinasi kemajuan beberapa negara di dunia ini
sebagai akibat dari itu maka perhatian suatu negara sangat besar dalam mengelola sektor
Pendidikan.

Pertumbuhan dan perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia terkait erat


dengan kegiatan dakwah Islamiyah. Adapun Pendidikan Islam berperan sebagai sarana
moderator dalam penyebaran ajaran Islam yang dapat disosialisasikan dan
diakulturasikan kepada masyarakat dalam berbagai tingkatannya. Secara historis Islam
masuk ke Indonesia dan berkembang di Nusantara ini tidak terlepas dari peran para
ulama’. Para ulama’ mendedikasikan hidupnya untuk menyebarkan Islam di Indonesia.
Sejak masuknya Islam di Indonesia, Pendidikan Islam telah ikut mengalami
pertumbuhan dan perkembangan, karena berkat Pendidikan Islam, transmisi dan
sosialisasi ajaran Islam dapat dilaksanakan dan dicapai hasilnya sebagaimana realitas
saat ini.Telah banyak Lembaga Pendidikan Islam yang bermunculan dengan formasi
utamanya adalah memasyarakatkan ajaran Islam di Indonesia1.

PEMBAHASAN

A. Fazlur Rahman
a. Profil
Meskipun Fazlur Rahman tidak belajar di Darul Ulum (tempat ayahnya
belajar waktu itu), namun ia menguasai kurikulum Darse Nazami yang
ditawarkan lembaga tersebut dalam kajian privat dengan ayahnya. Ini
melengkapi latar belakangnya dalam memahami Islam tradisional dengan
perhatian khusus pada Fiqih, Ilmu Kalam, Hadits, Tafsir, Mantiq, dan Filsafat.
Sekolah modern Fazlur Rahman dimulai dari Lahore pada 1933. Selesai
dari Pendidikan menengah ini dia meneruskan ke Universitas Punjab, dan lulus
menyandang gelar B.A. pada 1940 dalam spesialisasi Bahasa Arab. Dua tahun
kemudian dia memperoleh gelar magister dalam bidang yang sama dari
perguruan tinggi yang sama.
Merasa tidak puas dengan Pendidikan di tanah air, pada tahun 1946
Fazlur Rahman berangkat ke Oxford University, Inggris untuk melanjutkan studi
doktoralnya. Rahman menulis desertasi mengenai psikologi Ibnu Sina di bawah
bimbingan Prof. Simon Van Den Bergh yang kemudian diterbitkan dengan judul
Avicenna’s Psichologi.
Selanjutnya, dia pindah dari Inggris untuk menjadi Associate Professor
pada bidang studi Islam di Institute of Islamic Studies McGillUniversity,
Kanada.
Setelah tiga tahun di Kanada, Fazlur Rahman Kembali ke tanah air dan
memulai proyek paling ambisius dalam hidupnya. Ia diangkat sebagai direktur
pada Institute of Islamic Research dan memprakarsai penerbitan Journal of
1
Muhammad Abdullah, “PEMBAHARUAN PEMIKIRAN MAHMUD YUNUS TENTANG PENDIDIKAN ISLAM
DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN MODERN,” Universitas Yudharta Pasuruan 5 (t.t.).
Islamic Studies yang hingga kini masih terbit secara berkala dalam taraf
internasional. Disamping menjadi direktur pada Lembaga riset tersebut, Fazlur
Rahman diangkat sebagai direktur pada Advisory Council of Islamic Ideology
pemerintahan Pakistan pada tahun 1964.
Usaha Fazlur Rahman ternyata tidak begitu berkenan di hati ulama
tradisional. Alasannya, jabatan direktur Lembaga tersebut sepantasnya menjadi
hak eksklusif dan istimewa para ulama yang terdidik secara tradisional. Rahman
dianggap sebagai kelompok modernis yang telah terkontaminasi dengan pikiran-
pikiran Barat. Dengan demikian, selama di bawah kepemimpinan Rahman,
Lembaga riset ini selalu mengalami tantangan dari kaum tradisional dan
fundamental. Tantangan ini diperparah dengan ketegangan politik antara ulama
tradisional dengan pemerintahan Ayyub Khan yang dianggap berhaluan
modernis. Pada saat itulah Rahman memutuskan untuk meninggalkan negerinya.
Fazlur Rahman pun memutuskaan hijrah Chicago dan menjabat sebagai
guru besar dalam kajian Islam dalam aspeknya pada Departemen of Near
Eastern Languages and Civilization, University Chicago Los Angeles pada tahun
1969. Pada tahun 1986 ia dianugerahi Harold H. Swift Distinguished Service
Professor di Chicago. Penghargaan ini disandangnya sampai wafat 26 Juli 19882.
b. Pemikiran Fazlur Rahman
Fazlur Rahman memiliki beberapa beberapa konsep pemikiran
Pendidikan yang akan diuraikan sebagai berikut:
1. Dasar Pendidikan
Menurut Fazlur Rahman, sumber nilai yang menjadi dasar
Pendidikan Al-Qu’an mengandung nilai-nilai fundamental yang dapat
dijadikan dasar dalam pelaksanaan Pendidikan Islam, seperti tauhid,
kemanusiaan, kesatuan umat, dan rahmatan lil ‘alamin.
Dasar Pendidikan Yng dikemukakan Fazlur Rahman sejalan dengan
dasar Pendidikan di Indonesia. Pendidikan di Indonesia harus berdasarkan
pada falsafah hidup bangsa Indonesia, yakni Pancasila.
Kelima silan yang terkandung terkandung dalam Pancasila
merupakan penjabaran nilai-nilai Al-Qur’an, seperti tauhid, kemanusiaan,
2
Ummu Mawaddah dan Siti Karomah, “Relevansi Pemikiran Fazlur Rahman Terhadap Pendidikan
Modern di Indonesia,” Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 3 (Juni 2018).
kesatuan umat, musyawarah, dan keadilan. Nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila tersebut dapat dijadikan sebagai dasar pelaksanaan
Pendidikan di Indonesia secara universal.
2. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam menurut Rahman mencakup dua pengertian
besar,pertama yaitu Pendidikan yang diselenggarakan di negara-negara
Islam, sementara yang kedua dapat difahami sebagai proses untuk
menghasilkan manusia integrative yang padanya terkumpul sifat-sifat kritis,
dinamis, inovatif, dan sebagainya.
Gagasan Rahman mengenai definisi Pendidikan Islam dipandang
relevan dengan definisi Pendidikan di Indonesia, baik untuk Pendidikan
Islam maupun Pendidikan secara umum, karena pada dasarnya output yang
dikehendaki memiliki sifat yang sama. Hanya saja definisi pertama
mengenai Pendidikan Islam yang dikemukakan Fazlur Rahman kurang
relevan dengan Indonesia karena Indonesia sendiri bukan negara Islam,
tetapi negara republik.
3. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut Fazlur Rahman ada tiga, yaitu:
1) Untuk mengembangkan manusia sedemikaian rupa sehingga semua
pengetahuan yang diperolehnya akan menjadi organ pada keseluruhan
pribadi yang kreatif.
2) Menyelamatkan manusia dari diri sendiri, oleh diri sendiri, dan untuk diri
sendiri. Pendidikan adalah bekal terbaik untuk perkembangan setiap
individu.
3) Untuk melahirkan ilmuwan yang padanya terintegrasi ilmu-ilmu agama
dan ilmu-ilmu umum modern yang ditandai oleh adanya sifat kritis dan
kreatif.
4. Metode Pendidikan Islam
Metode a double movement adalah metode yang menghasilkan
alumni yang kritis dan kreatif. Metodi ini awalnya digunakan untuk
memahami dan menafsirkan Al-Qur’an. Metode ini terdiri dua Gerakan
ganda, yaitu membawa situasi sekarang ke masa Al-Qur’an diturunkan dan
Kembali lagi ke masa kini.
Metode lain yang tidak kalah penting adalah metode diskusi,
metode pembelajaran kebebasan, dan penyadaran. Subjek didik disadarkan
akan posisinya, lantas diberi kebebasan dan motivasi untuk berbuat3.
B. Nurcholis Madjid
a. Profil
Masa kecil Nurcholis Madjid dihabiskan sebagai santri di Pondok
Pesantren Salafiyah Darul Ulum Rejoso, Jombang dan Pondok Pesantren
Modern Gontor. Selanjutnya, ia melanjutkan Pendidikan di IAIN Syarif
Hidayatullah, dan memulai karirnya sebagai aktivis HMI, hingga menjadi
Ketua Umum, bahkan terpilih menjadi Presiden Persatuan Mahasiswa Islam
Asia Tenggara (PEMINAT) dan sebagai Wakil Sekretaris Umum
Internasional Islamic Federation of Student Organization (IIFSO).
Sumbangan terbesarnya bagi HMI adalah ia merumuskan Nilai-nilai
Dasar Perjuangan (NDP), yang menjadi Nilai-nilai Identitas Kader (NIK)
yang masih digunakan oleh kader HMI hingga sekarang. Dokumen itulah
yang menjadi awal kiprahnya sebagai intelektual muda, dengan gagasan
pembaharuan Islam. Berkat kiprahnya yang menakjubkan, ia dijuluki
sebagai ‘Natsir Muda”.
Namun ide-ide pembaharuannya segera menuai kontroversi. Mula-
mula, ian memproklamirkan kaharusan umat Islam melalui proses
modernisasi, yang pada saat itu masih ditentang keras oleh tokoh-tokoh
Islam. Selanjutnya ia melontarkan jargon “Islam Yes, Partai Islam No” di
tengah besarnya ekspektasi umat Islam terhadap satu-satunya partai Islam
saat itu, yaitu PPP.
Idenya yang paling kontroversial adalah tentang sekularisasi,dimana
ia menyerukan keharusan umat manjalani proses sekularisasi untuk terlepas
dari kejumudan. Melalui itu, ia menyerukan kebebasan berpikir, pentingnya
the idea of progress, sikap terbuka, dan keharusan pembaruan yang liberal.

3
Mawaddah dan Karomah.
Selanjutnya Nurcholis menyerukan gagasan desakralisasi, yaitu
proses memilih antara yang sacral (ukhrawi) dan yang profan (duniawi).
Salah satunya ia memberi contoh radikal dengan menerjemahkan “La ilaha
illa Allah” dengan “tiada tuhan selain tuhan”4.
b. Pemikiran Kalam Nurcholis Madjid
1. Konsep Tauhid
Menurut Nurcholis, manusia berpotensi untuk terjerumus ke
dalam agama
palsu. Tauhid adalah pembebas dari belenggu tersebut. Oleh sebab itu,
untuk membebaskan diri dari belenggu tersebut, manusia harus menyatakan
“La ilaha…” (“tidak ada tuhan apa pun…”), kemudian mengucap “illa
Allah” (“kecuali Allah”). Itullah kalimat al-nafy wa al-itsbat, yang
memcahkan persoalan syirk dan menegaskan keesaan Allah dengan cara
mendekatkan diri kepada-Nya untuk memperoleh perkenan atau ridho-Nya.
Nurcholis menyatakan bahwa ateisme adalah persoalan
kecongkakan manusia yang hendak mengandalkan dirinya sendiri (akal dan
ilmu pengetahuan) untuk “memahami” Tuhan. Dari sudut pandang Islam,
percobaan untuk memahami Tuhan itu pasti gagal, dan wajar sekali jika
muncul kesimpulan dari kaum ateis bahwa Tuhan tidak ada, kegagalan itu
bermula dari keterbatasan akal manusia, khususnya akal modern yang
hamper apriori membatasi diri hanya kepada hal-hal empiris secara
materialistik.
2. Konsep Taqwa, Iman, dan Ihsan
Menurut Nurcholis Madjid, taqwa sering diartikan sebagai sikap
“takut kepada Tuhan”, atau “sikap menjaga diri dari perbuatan jahat”, atau
“sikap patuh memenuhi segala kewajiban serta menjauhi larangan Tuhan”.
Meskipun penjelasantersebut menurutnya mengandung kebenaran, ia
menganggap bahwa arti kata tersebut tidaklah mencakup seturuh pengertian
taqwa itu sendiri. Aelanjutnya Nurcholis menyatakan bahwa taqwa
sesungguhnya adalah “kesadaran ketuhanan”.

4
H. Abdullah Syamsuddin, “Pemikiran Kalam Nurcholish Madjid dan Relevansinya dalam Pemikiran
Modern di Indonesia,” Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) An-Nadwah Kuala Tungkal 7 (Desember
2017).
Untuk mencapai taqwa itu, maka pertama manusia harus iman
kepada Allah. Iman itulah yang akan melahirkan tata nilai berdasarkan
ketuhanan, yaitu tata nilai yang akan dijiwai oleh kesadaran bahwa hidup ini
berasal dari Tuhan. Selanjutnya, manusia harus berbuat ihsan. Menurut
Nurcholis, dorongan ihsan merupakan “bakat primordial” manusia, yang
bersumber dari hati Nurani.
3. Fitrah, Din, dan Islam
Menurut Nurcholis, fitrah menggambarkan adanya perjanjian
primordial manusia dengan Tuhannya. Perjanjian tersebut adalah
menyangkut agama (din), dan satu-satunya agama yang diakui adalah Islam,
yaitu agama yang berlandaskan prinsip kepasrahan penuh kepada Allah
SWT.
Sikap pasrah kepada Allah itulah yang menjadikan Islam sebagai
agama yang universal. Kesadaran akan makna hakiki Islam inilah, menurut
Nurcholis yang menjadikan seseorang sebagai muslim sejati, yaitu seorang
yang menganut ajaran agama Islam yang konsisten pada sikap pasrahnya
kepada Allah.
4. Konsep Khalifah
Perkataan Arab khalifah memiliki arti pengganti atu wakil. Maka
menurut Nurcholis, makna penujukan Adam sebagai khalifah Allah di bumi,
bahwa ia harus meneruskan ciptaan Allah dengan mngurusnya dan
mengembangkannya sesuai dengan mandat yang diberikan Allah.
5. Wahyu dan Akal
Nurcholis menyataan bahwa wahyu bukan fenomena empiric,
sehingga tidak terjangkau oleh sains. Disinilah garis pembatas wahyu dan
akal. Akal adalah alat sains. Ia merupakan fenomena yang empirik dan
rasional, sehingga akal tidak mampu menjangkau fenomena ruhani. Itulah
sebabnya, menurut Nurcholis,kaum ateis tidak mampu membuktikan
keberadaan Tuhan dengan akalnya. Maka wajar jika kaum ateis itu
menyatakan Tuhan sebagai sesuatu yang tidak masuk akal, karena akal
memang tidak mampu menjangkaunya. Hal yang tidak wajar menurut
Nurcholis adalah jika seseorang menganggap bahwa suatu hal yang tidak
terjangkau oleh kemampuan akal berikut perangkat-perangkat
pengetahuannya, dan menyebabkan ketidaktahuan, lalu ia menganggap
bahwa sesuatu itu tidak ada. Faktanya adalah bahwa masalah ketuhanan,
termasuk juga wujud-wujud alam keruhanian, memang tidak bisa didekati
dengan cara saintisme5.

c. Corak Pemikiran Kalam Nurcholis Madjid


Dalam hal corak pemikirannya, Nurcholis Madjid banyak
dipengaruhi oleh gurunya, Fazlur Rahman. Oleh karena itu, corak
pemikirannya adalah neo-modernis. Budhy Munawwar Rahman dalam
membaca pemikiran Nurcholis Madjid menyebutnya selalu mengguanakn
alat hermeneutika neomodernisme, dimana seluruh pemikirannya selalu
berpusat pada Al-Qur’an.
Nurcholis dalam menafsirkan Al-Qur’an selalu berpegang pada
jargon Hermeneutika neomodernis, yaitu : pelajari dulu Al-Qur’an, baru
menilai situasi masa lalu dan masa depan dalam kerangka Al-Qur’an.
Corak neomodernis pemikiran Nurcholis terlihat jelas dalam
pemahaman tentang konsep tauhid, dimana ia mengawali pemahamannya
dengan gaya santri menggunakan alat-alat keilmuan Islam klasik, lalu
menangkap kesimpulan sebagai prinsip dasar pemahamannya, lalu
melakukan tinjauan terhadap fenomena-fenomena masa lalu dan sekarang
dalam kerangka prinsip-prinsip dasar yang telah diperolehnya dari Al-
Qur’an.
Lebih jauh Nurcholis menjelaskan bahwa pemahaman terhadap
agama tidak boleh disakralkan, sehingga diperlukan secara berkelanjutan
usaha-usaha membangkitkan Kembali ilmu pengetahuan yang telah hilang di
masa-masa kejayaan masyarakat salaf untuk memahami kembali pesan-
pesan agama6.

C. Mahmud Yunus
5
H. Abdullah Syamsuddin.
6
Ibid, hal 8
a. Profil
Mahmud Yunus mulai mempelajari ilmu Al-Qur’an dan bahsa
Arab sejak berusia 7 tshun. Surau merupakan Lembaga pendidikan non
formal pertama beliau yakni surau milik kakeknya sendiri yaitu M. Thahir
bin Ali yang bergelar Engku Gadang. Berkat ketekunannya, dalam waktu
kurang dari satu tahun beliau mampu menamatkan Al-Qur’an.
Lembaga formal pertama dijalani Mahmud Yunus pada tahun
1980 setelah warga Ngari Sungayang membuka sekolah desa di surau yang
berada di bawah balai senayan. Prestasi beliau ditunjukkan pada tahun
pertama belajar di sekolah desa, beliau mampu menyelesaikan dalam waktu
empat bulan, Ketika sampai di kelas empat, beliau mendengar kabar bahwa
seorang ulama’ terkemuka Bernama H.M. Thalib Umar membuka madrasah
di surau Tanjung Pauh, Sungayang, yakni Madras School, kemudian beliau
pindah ke sekolah tersebut.
Perjalanan intelektual Mahmud Yunus berlanjut pada tahun 1924
M pada waktu itu bersamaan beliau dalam menunaikan ibadah haji ke
Makkah sekaligus beliau melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih
tingg di Universitas Al-Azhar, Mesir.
Pada tahun 1925 beliau berhasil memasuki Lembaga pendidikan
di Madrasah ‘Ulya. Beliau memilih jurusan tadris (keguruan). Perkuliahan
dilaluinya dengan baik, bahkan pada tingkat terakhir, beliau memperoleh
niali tertingi pada mata kuliah insya’ (mengarang). Setelah menjalani masa
pendidikan dan menimba berbagai pengalaman di Mesir, kemudian pada
tahun 1931 berliau kembali ke Indonesia7.
b. Pemikiran Mahmud Yunus
1. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Islam
Menurut Mahmud Yunus, pendidikan Islam adalah suatu bentuk
pengaruh yang terdiri dari ragam pengaruh yang terpilih berupa dorongan
dan bimbingan berdasarkan tujuan yang dapat membantu peserta didik agar
berkembang secara jasmani, akal dan pikiran. Dalam proses pendidikan
terdapat upaya yang harus dicapai agar memperoleh hasil yang maksimal
7
Abdullah, “PEMBAHARUAN PEMIKIRAN MAHMUD YUNUS TENTANG PENDIDIKAN ISLAM DAN
RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN MODERN.”
dan sempurna, yakni tercapailah kehidupan harmoni secara personal dan
sosial.
Berkaitan dengan tujuan pokok pendidikan Islam, Mahmud
Yunus merumuskan bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk kecerdasan
perseorangan dan kecakapan untuk mengerjakan pekerjaan. Menurut beliau
bahwa beribadah itu merupakan salah satu perintah Islam, dan pekerjaan
duniawi yang menguatkan pengabdian kepada Allah SWT juga perintah
Islam. Dengan demikian kekuatan yang berupa pengabdian kepada Allah
juga termasuk dalam kategori tujuan pendidikan Islam.

2. Kurikulum Pendidikan Islam


Dlam kurikulu pendidikan Islam, Mahmud Yunus merupakan
orang yang pertama mencetuskan kurikulum yang terpadu, yaitu
memasukkan kurikulum ilmu agama dan ilmu umum di Lembaga
pendidikan Islam, khususnya dalam pembelajaran bahasa-bahasa Arab. Pada
umumnya Bahasa Arab lebih banyak didukung aspek gramatika tanpa
diimbangi dengan kemampuan menggunakannya dalam bentuk ucapan dan
tulisan.
3. Metode Pendidiksn Islam
Metode menurut Mahmud Yunus adalah jalan yang akan ditempu
oleh guru untuk memberikan berbagai pelajaran kepada peserta didik dalam
berbagai jenis mata pelajaran. Jalan itu adalah khittab (garis) yang
direncanakan sebelum masuk kedalam kelas dan dilaksanakan dalam kelas
sewaktu mengajar. Dengan menggunakan kata khittab yang berarti
Langkah-langkah, maka dapat disimpulkan kembali metode menurut
Mahmud Yunus adalah Langkah-langkah yang dilakukan oleh pendidik
sebelum masuk kelas dimana Langkah tersebut direncanakan untuk
menghindari berbagai kesalahan-kesalahan yang dimungkinkan terjadi
didalam kelas pada waktu pelajaran dilaksanakan8.

KESIMPULAN

8
Abdullah.
Dari uraian diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemikiran Fazlur Rahman relevan dengan pendidikan di Indonesia dilihat dari dasar
pendidikan, pengertian pendidikan Islam, tujuan pendidikan, dan metode pendidikan
Islam.
2. Secara garis besar, aspek pemikiran kalam Nurcholis Madjid ternagkum dalam 5
konsep kalam, yaitu: Tauhid, Taqwa, Iman dan Ihsan, Fitrah, din dan Islam,
Khalifah, wahyu dan akal. Dalam meletakkan konsep kalam, ia selalu bertolak dari
ayat-ayat suci Al-Qur’an yang menurutnya merupakan risalah asasiyah yang
menjadi tugas para cendekiawan untuk memahami dan menggalinya agar dapat
menangkap pesan-pesan pokok Al-Qur’an dan menyampaikannya kepada umat
sebagai dasar untuk menghadapi persoalan-persoalan kekinian. Pemikiran Nurcholis
Madjid mengusung ide-ide neomodernisme. Ia menawarkan pembaharuan dalam
skema neomodernisme, dalam rangka menjembatani dua pola pemikiran yang
bertentangan antara kaum modernis dengan kaum tradisional.
3. Mahmud Yunus dapat dikelompokkan sebagai pembaharu Islam dalam pendidikan
Islam di Indonesia. Hal ini terlihat dari pendidikan dan gagasannya dalam
melakukan perombakan sistem pendidikan Islam yang ketika itu masih tradisional.
Peningkatan dan pengembangan pendidikan Islam menurut Mahmud Yunus dapat
dilihat dalam beberapa aspek pendidikan diantaranya dari segi pengertian dan tujuan
pendidikan Islam, kurikulum pendidikan Islam, dan metode pendidikan Islam.
Selain menjadi seorang ahli dan praktisi pendidikan, beliau juga seorang penjabat
negara yang selalu berpikir tentang kemajuan pendidikan Islam di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Muhammad. “PEMBAHARUAN PEMIKIRAN MAHMUD YUNUS
TENTANG PENDIDIKAN ISLAM DAN RELEVANSINYA DENGAN
PENDIDIKAN MODERN.” Universitas Yudharta Pasuruan 5 (t.t.).
H. Abdullah Syamsuddin. “Pemikiran Kalam Nurcholish Madjid dan Relevansinya
dalam Pemikiran Modern di Indonesia.” Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
An-Nadwah Kuala Tungkal 7 (Desember 2017).
Mawaddah, Ummu, dan Siti Karomah. “Relevansi Pemikiran Fazlur Rahman Terhadap
Pendidikan Modern di Indonesia.” Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta 3 (Juni 2018).

Anda mungkin juga menyukai