ISLAM
OLEH .
NURUL ZAKIYAH ALIM
AHMAD SURYADI
MIFTAHUL JANNAH
LA ODE ANDI MUHAMMAD
MUTAKABBIR
Masa Pembaharuan Pendidikan Islam
.
Pola Pembaharuan
Pendidikan Islam di
Tokoh Pembaharuan Modernisasi
Indonesia
Pola Pembaharuan
Madrasah
Sekolah
Pesantren
Madrasah
Kata madrasah dalam bahasa Arab berarti tempat
atau wahana untuk mengenyam proses
pembelajaran. Dalam bahasa Indonesia madrasah
disebut dengan sekolah yang berarti bangunan
atau lembaga untuk belajar dan memberi
pengajaran. Karenanya, istilah madrasah tidak
hanya diartikan sekolah dalam arti sempit, tetapi
juga bisa dimaknai rumah, istana, kuttab,
perpustakaan, surau, masjid, dan lain-lain, bahkan
seorang ibu juga bisa dikatakan madrasah pemula.
sementara Karel A. steenbrik justru membedakan
antara madrasah dan sekolah-sekolah, dia
beralasan bahwa antara madrasah dan sekolah
mempunyai ciri yang berbeda.
.
Dari pengertian di atas maka jelaslah bahwa madrasah
adalah wadah atau tempat belajar ilmu-imu keislaman dan
ilmu pengetahuan keahlian lainnya yang berkembang pada
zamannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
istilah madrasah bersumber dari Islam itu sendiri.
Madrasah mulai didirikan dan berkembang pada abad ke 5
H atau abad ke-10 atau ke-11 M. pada masa itu ajaran
agama Islam telah berkembang secara luas dalam
berbagai macam bidang ilmu pengetahuan, dengan
berbagai macam mazhab atau pemikirannya. Pembagian
bidang ilmu pengetahuan tersebut bukan saja meliputi
ilmu-ilmu yang berhubungan dengan al-Qur’an dan hadis,
seperti ilmu-ilmu al-Qur’an, hadits, fiqh, ilmu kalam,
maupun ilmu tasawwuf tetapi juga bidang-bidang filsafat,
astronomi, kedokteran, matematika dan berbagai bidang
ilmu-ilmu alam dan kemasyarakatan.
.
Pada hakikatnya timbulnya madrasah-madrasah di dunia Islam
merupakan usaha pengembangan dan penyempurnaan kegiatan
proses belajar mengajar dalam upaya untuk menampung
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan jumlah
pelajar yang semakin meningkat dan bertambah setiap tahun
ajaran.
Sementara itu, madrasah boleh dikatakan sebagai fenomena
baru dari lembaga pendidikan Islam yang ada di Indonesia,
yang kehadirannya sekitar permulaan abad ke-20. Namun
dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajarannya masih
belum punya keseragaman antara daerah yang satu dengan
daerah yang lain, terutama sekali menyangkut kurikulum dan
rencana pelajaran. Usaha ke arah penyatuan dan
penyeragaman sistem tersebut, baru dirintis sekitar tahun 1950
setelah Indonesia merdeka. Dan pada perkembangannya
madrasah terbagi dalam jenjang-jenjang pendidikan; Madrasah
Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah.
Sekolah
Sekolah berasal dari bahasa Belanda school, bahasa Jerman
die scrule, bahasa Inggris school yang artinya sama dengan
sekolah, yaitu suatu lembaga pendidikan. Sekolah dapat
diartikan sebagai gedung tempat belajar, waktu berlangsung
pelajaran dan usaha menuntut pelajaran kegiatan belajar
mengajar. Terlepas dari pengertian ini, sekolah merupakan
lembaga pendidikan formal sebagai tempat belajar siswa.
David Popenoe mengemukakan pendapatt yang lebih
terperinci mengenai fungsi pendidikan sekolah. Menurut
beliau ada empat macam fungsi pendidkan, yaitu :
1. Transmisi kebudayaan masyarakat
2. Menolong individu memilih dan melakukan peranan
sosialnya
3. Menjamin integrasi sosial
4. Sebagai sumber inovasi sosial.
.
Pendidikan sekolah yang berlangsung melalui proses
operasional dalam mencapai tujuannya, memerlukan model dan
sistem yang konsisten dan dapat mendukung nilai-nilai moral
spritual yang melandasinya. Nilai-nilai tersebut
diaktualisasikan berdasarkan orientasi kebutuhan
perkembangan fitrah siswa yang dipadu dengan pengaruh
lingkungan kultural yang ada. Oleh karena itu manajemen
kelembagaan pendidikan sekolah memandang bahwa seluruh
proses kependidikan dalam institusi adalah sebagai suatu
sistem yang berorientasi kepada perbuatan yang nyata.
Kelembagaan pendidikan sekolah merupakan sub-sistem dari
sistem masyarakat atau bangsa. Dalam operasionalnya selalu
mengacu dan tanggap kepada kebutuhan perkembangan
masyarakat. Tanpa bersikap demikian, lembaga pendidikan
sekolah dapat menimbulkan kesenjangan sosial dan kultural.
Kesenjangan ini nantinya akan menjadi konflik antara
pendidikan dan masyarakat.
Pesantren
Di Indonesia istilah kuttab lebih dikenal dengan istilah
“pondok pesantren”, yaitu suatu lembaga pendidikan islam
yang didalamnya terdapat seorang kiai (pendidik) yang
mengajar dan mendidik para santri (peserta didik) dengan
sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan
pendidikan terebut, serta didukung adanya pemondokan atau
asrama sebagai tempat tinggal para santri.
Dalam kamus besar bahas Indonesia, pesantren diartikan
sebagai asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid
belajar mengaji. Sedangkan secara istilah pesantren adalah
lembaga pendidikan Islam, dimana para santri biasanya
tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-
kitab klasik dan kitab-kitab umum, bertujuan untuk menguasai
ilmu agama Islam secara detail, serta mengamalkannya
sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan
pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat.
.
Sedangkan menurut M.Arifin bahwa tujuan didirikannnya
pendidikan pesantren pada dasarnya terbagi pada dua yaitu:
a. Tujuan Khusus
Yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang ‘alim
dalam ilmu agama yang diajarkan oleh Kyai yang bersangkutan
serta mengamalkannya dalam masyarakat.
b. Tujuan Umum
Yakni membimbing anak didik agar menjadi manusia yang
berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya
menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar dan melalui
ilmu dan amalnya. Karakteristik atau ciri-ciri umum pondok
pesantren adalah
a. Adanya kiai
b. Adanya santri
c. Adanya masjid
d. Adanya pondok atau asrama
.
Sistem yang ditampilkan dalam pondok pesantren mempunyai keunikan
dibandingkan dengan sistem yang diterapkan dalam lembaga pendidikan pada
umumnya, yaitu:
a. Memakai sistem tradisional, yang memiliki kebebasan penuh
dibandingkan dengan sekolah modern, sehingga terjadi hubungan 2 arah
antara kiai dan santri.
b. Kehidupan dipesantren menampakkan semangat demokrasi, karena
mereka praktis bekerjasama mengatasi problem non kurikuler mereka sendiri.
c. Para santri tidak mengidap penyakit simbolis, yaitu perolehan gelar
dan ijazah, karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan ijazah,
sedangkan santri dengan ketulusan hatinya masuk pesantren tanpa
adanyaijazah tersebut. Hal itu karena tujuan utama mereka hanya ingin
mencari keridhoan Allah SWT semata.
d. Sistem pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme,
persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri, dan keberanian hidup.
e. Alumni pondok pesantren tak ingin menduduki jabatan pemeritahan,
sehingga mereka hampir tidak dapat dikuasai oleh pemerintah.
SEKIAN