Anda di halaman 1dari 13

HARUN NASUTION DAN PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

Amalia Akhrisa Febriyanti (A72219045)

Jurusan Sejarah Peradaban Islam

Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Email : amalia.akhrisa@gmail.com

Abstrak

Tulisan ini membahas tentang salah satu pemikiran Harun Nasution yang terkenal yaitu tentang
pendidikan Islam. Harun Nasution dikenal sebagai tokoh pembaru dan pemikir Islam di
Indonesia yang membawa pengaruh cukup besar bagi pengembangan Islam terutama tentang
pendidikan Islam. Pokok pembahasan dalam penulisan ini yaitu tentang biografi Harun Nasution,
pemikiran Harun Nasution tentang pendidikan Islam, dan beberapa karya-karya intelektualnya
yang terkait dengan pendidikan Islam. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi
pustaka dengan mencari literature terkait pemikiran tokoh tersebut. Adapun sumber primer yang
digunakan adalah beberapa karya intelektual Harun Nasution sendiri yang berjudul Islam
rasional: Gagasan dan Pemikiran dan Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan
Gerakan. Harun Nasution beranggapan bahwa umat Islam Indonesia ini mengalami
keterbelakangan disebabkan sistem pendidikan Islam yang hanya fokus pada ajaran-ajaran
ibadah dan fikih yang dimaknai secara kaku dan sempit sehingga Harun Nasution melakukan
beberapa pembaruan terutama menyangkut dengan kurikulum pendidikan yang disusun
memperhatikan aspek moral, spiritual, dan intelektual. Metode pembelajaran yang digunakan
ditekankan pada pendidikan moral, dan pendidikan agama ini sebaiknya menghasilkan peserta
didik yang berjiwa agama disamping tidak hanya berpengetahuan agama. Pemikiranya tentang
pendidikan Islam ini telah banyak terealisasi dan diterapkan dalam sistem pendidikan Islam masa
sekarang ini baik dalam jenjang TK dan SD, SMP dan SMP, serta perguruan tinggi lainnya
terutama perguruan tinggi Islam.

Kata kunci : Harun Nasution, Pemikiran, Pembaruan, Pendidikan Islam

1
Pendahuluan

Pendidikan Islam adalah usaha sadar dan terencana dengan cara menumbuh kembangkan,
memperbaiki, memimpin, melatih peserta didik agar dapat mengaktualisasikan diri secara aktif
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, ilmu, akhlak mulia, dan keterampilan yang
diperlukan dalam menjalani hidup di dunia dan akhirat sesuai dengan nilai-nilai Islam. 1
Pendidikan Islam memiliki misi utama memanusiakan manusia, yakni menjadikan manusia
mampu mengemban seluruh potensi yang dimilikinya sehingga berfungsi maksimal sesuai
dengan aturan-aturan yang digariskan dalam Al Quran dan Hadits, yang pada akhirnya akan
terwujud manusia yang utuh. Terdapat fenomena pendidikan Islam yang dapat melahirkan
pesantren modern dan madrasah unggulan. Hal ini ada karena adanya pembaru pendidikan Islam.
Pembaruan atau modernisasi yaitu membentuk kembali, atau mengadakan perubahan kepada
yang lebih baik, dapat juga diartikan dengan perbaikan. Ide-ide pembaruan pemikiran Islam
muncul pada abad ke-18 M dan seterusnya sering disebut awal kebangkitan umat Islam. 2

Pembaru pendidikan Islam secara umum dilakukan umat Islam dalam rangka mengatasi
berbagai masalah yang dihadapi umat Islam. Awalnya mendapat tantangan dari kalangan
tradisional dikarenakan rasa khawatir karakter pendidikan Islam yang selama ini berhasil
melahirkan ulama akan hilang atau diganti dengan pendidikan yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai ajaran Islam. Tidak hanya itu, kalangan tradisional juga mengkhawatirkan jika pembaru
pendidikan Islam berhasil, pendidikan agaman (tafaqquh fi al-din) akan hilang, dan pada
akhirnya akan mengalami krisis ulama.

Dan di Indonesia, pembaru pendidikan Islam dilakukan sebagai reaksi kreatif terhadap
kebijakan pemerintah hindia belanda yang bersifat diskriminatif membatasi gerak langkah
pendidikan Islam. Hal ini terlihat dari konten pembaru pendidikan Islam yang dilakukan dengan
mengadopsi model pendidikan yang dilakukan dengan mengadopsi model pendidikan yang
dilakukan kolonial Belanda, yaitu pendidikan formal dalam bentuk kelas, yang dilengkapi
dengan gedung, kelas, kurikulum bidang umum di samping bidang agama, manajemen, mutu

1
Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter, (Yogyakarta: Pascasarjana FITK Uin Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2018), 34.
2
Nur Alhidayatillah, “Pembaharuan Pemikiran Dalam Islam”, Jurnal An-Nida’ , Vol. 42, No. 1, Januari-Juni 2018, 90.

2
lulusan, ujian, evaluasi dan sebagainya yang terstandar berdasarkan kerangka Ilmu pendidikan
yang bersifat akademik. 3

Dan pada awalnya sistem pendidikan Islam di Indonesia berfokus hanya pada ajaran-
ajaran ibadah dan fiqih, yang secara umum dititik beratkan pada mazhab Syafi’i sehingga ajaran
Islam dimaknai sebagai ajaran yang sempit dan kaku. Hal inilah yang kemudian
melatarbelakangi pemikiran Harun Nasution terkait perlu dilakukannya reformasi dalam dunia
pendidikan Islam. Harun Nasution berpendapat bahwa nilai-nilai ajaran Islam perlu disinergikan
dengan pemikiran-pemikiran rasional, sebab akal memiliki peranan penting dalam
mengaktualisasikan ajaran Islam yang terkandung didalam Al-Qur’an. Ia menghendaki agar
kemerdekaan berpikir, penganutan teologi yang tepat penempatan posisi akal sesuai
kebutuhannya di antara wahyu yang merupakan dasar dari pola-pola pendidikan Islam harus
dihidupkan kembali.

Jurnal ini menggunakan metode studi pustaka atau library research. Metode ini
memfokuskan kegiatannya pada memanfaatkan sumber kepustakaan untuk memperoleh data
penelitiannya. Penulis berusaha mengumpulkan data pustaka, membaca, mencatat, serta
mengolah berbagai informasi tentang pemikiran Harun Nasution mengenai pemikiran pendidikan
Islam. Sumber primer yang digunakan adalah buku karya Harun Nasution berjudul Islam
Rasional: Gagasan dan Pemikiran tahun 1995 serta buku Pembaruan dalam Islam Sejarah
Pemikiran dan Gerakan tahun 1992. Sementara sumber sekunder diambil dari beberapa jurnal
dan karya ilmiah lainnya terkait dengan pembahasan berikut. Dan dari latar belakang diatas dapat
diambil pembahasan 1. Bagaimana biografi Harun Nasution? 2. Bagaimana pemikiran Harun
Nasution tentang pembaruan pendidikan islam? 3. Bagaimana karya-karya Harun Nasution yang
berkaitan tentang Pendidikan Islam?

Biografi Harun Nasution

Harun Nasution dikenal sebagai seorang tokoh pembaru dan pemikir Islam di Indonesia
yang membawa pengaruh cukup besar bagi pengembangan Islam Indonesia, baik di bidang
pemikiran Islam, pendidikan Islam, maupun di bidang politik. Harun Nasution juga dikenal
sebagai seorang yang rasionalis dan modernis. Ia lahir pada hari Selasa 23 September 1919, di

3
Maksum, Madrasah, Sejarah dan Perkembangan, (Jakarta: Logos, 1999), 116.

3
Pemantang Siantar, Sumatera Utara. Ayahnya bernama Abdul Jabar Ahmad yang merupakan
seorang ulama di daerah Mandailing, Tanah Bato, Tapanuli Selatan. Ibunya adalah seorang
keturunan ulama yang berasal dari tanah Bato Mandailing, Tapanuli selatan. Pada masa
gadis, ibunya pernah bermukim di Makkah dan pandai berbahasa Arab. Penanaman
pendidikan agama Harun Nasution yang kuat tidak terlepas dari peran kedua orang
tuanya. Dari segi ekonomi, ayahnya adalah seorang berkecukupan serta pernah menduduki
jabatan sebagai qadhi atau hakim agama dan imam masjid di Kabupaten Simalungun. 4

Meskipun pandangan orang-orang zaman dulu tentang pendidikan masih belum


diperhitungkan.Tetapi tidak dengan keluarga Harun Nasution, bagi keluarga Harun Nasution
pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Pada saat berusia tujuh tahun, Harun Nasution
memulai pendidikan tahap awal dengan menempuh sekolah dasar milik Belanda yaitu Hollandsh
Inlandsche School (HIS) selama tujuh tahun kemudian selesai pada tahun 1934 yang saat itu
berumur 14 tahun. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya selama tiga tahun di Modern
Islamietische Kweekschool (MIK) di Bukittinggi yaitu sekolah menengah pertama swasta
modern dan menggunakan bahasa Belanda dalam proses belajar mengajarnya. Pada saat ia
belajar di sekolah tersebut, mulai tampak pemikiran-pemikiran kritisnya tentang Islam yang
bertolakbelakang dengan Islam yang ia anut bersama keluarganya dan masyarkat sekitar
rumahnya.5

Setelah itu ia melanjutkan mempelajari ilmu agama Islam di Mekkah setelah


mendapatkan arahan dari orang tuanya dan hanya 1 tahun disana. Kemudian ia memutuskan
ke Mesir yang terkenal dengan pusat pendidikan tinggi agama islam. Di Mesir ia memilih
melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar Fakultas Ushuluddin. Di Universitas Al-
azhar inilah ia mulai mendalami tentang ajaran-ajaran agama Islam. Tidak hanya bersekolah di
Al Azhar saja, ia juga menempuh pendidikannya di Universitas Amerika, Kairo dan
memperoleh gelar Bachelor of Art (BA) dalam studi sosial pada tahun 1952. Setelah
lulus dari Universitas Amerika di Kairo, ia tidak melanjutkan pendidikannya dan memilih
bekerja di perusahaan swasta di Mesir. Ia juga memutuskan untuk menikah dengan wanita

4
Diah Rusmala Dewi, “Relevansi Pemikiran Pendidikan Islam Harun Nasution Dengan Pendidikan Era Modern Di
Indonesia”, Jurnal As-Salam 1, Vol VIII, No. 2, 2019, 172.
5
Moh. Afifur Rahman, “Pembaharuan Pendidikan Menurut Pemikiran Harun Nasution”, Jurnal Pemikiran,
Pendidikan dan Penelitian Ke-Islaman, Vol. 6, No. 1, 2020, 3.

4
asli Mesir yang bernama Sayedah. Kemudian setelah menikah, beberapa tahun kemudian ia
diangkat menjadi pegawai di konsulat.6

Setelah beberapa waktu, Ia memperoleh tawaran melanjutkan pendidikannya di McGill


University, Monteral di Kanada dan mendapatkan gelar magisternya pada tahun 1962 melalui
tesisnya yang berjudul The Islamic State in Indonesia:The Rise of The Ideology, The
Movement for Its Creation and The Theory of The Masjumi. Dan pada tahun 1968, Harun
Nasution mendapatkan gelar Doktor (Ph.D) dalam Studi Islam di McGill Kanada, dengan
disertasi yang berjudul : The Place of Reason in Abduh’s Theology. Its Impact on His
Theological System and Views. 7

Setelah mendapatkan gelar Doktor, Harun Nasution kembali ke Indonesia dan


mencurahkan perhatiannya pada pembaharuan pendidikan Islam disana. Kemudian ia mulai
bekerja di Institut Agama Islam (IAIN) Syarif Hidayatullah di Jakarta. Disana ia mempunyai
kesempatan merealisasikan pemikirannya untuk merombak pendidikan Islam dengan menyentuh
bagian intim pendidikan yakni kurikulum pendidikan Islam khususnya di perguruan tinggi
Islam. 8 Di samping itu beliau juga menjabat sebagai tenaga pendidik di IKIP Jakarta pada
tahun 1970, Dosen di Universitas Nasional Jakarta pada tahun 1970, dan Dosen Fakultas
Sastra di Universitas Indonesia Jakarta pada tahun 1975. Tidak hanya itu ia juga diangkat
menjadi rektor di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama 11 tahun (1973-1984). Ia juga
pernah menjabat sebagai ketua lembaga pembinaan pendidikan agama di IKIP Jakarta dan
terakhir menjadi dosen Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak 1982
hingga akhir hayatnya pada tahun 1998.9

Pemikiran Harun Nasution tentang Pembaruan Pendidikan Islam

Pembaruan pendidikan Islam yang digagas Harun Nasution merupakan upaya


menyelaraskan antara pembaruan pandangan berIslam dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi di dunia modern.10 Pembaruan pandangan dalam Islam bukan berarti mengurangi,

6
Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran, (Bandung: Mizan, Cet II, 1995), 5.
7
Ibid, 7.
8
Adian Husni, Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Gema Insani, 2007), 79.
9
Herlina Harahap, Pembaruan Pendidikan Islam: Perspektif Harun Nasution, (Pontianak: STAIN Pontianak Press,
2016), 38.
10
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), 11.

5
menambah atau teks dalam Al-Quran maupun Hadist. Harun Nasution berupaya untuk mengubah
atau menyesuaikan pemahaman atas dua teks tersebut sesuai dengan keadaan perkembangan
zaman. Pada hakikatnya pembaruan pendidikan Islam merupakan usaha reinterpretasi
berkelanjutan dan secara eksplisit ditunjukan terhadap pengembangkan fitrah keberagaman
(religiusty) peserta didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran
agama Islam sesuai dengan semangat kemajuan zaman. Implikasi lebih lanjut mengenai
pembaruan Islam adalah, pendidikan agama harus dilakukan sejak usia dini melalui pendidikan
keluarga sebelum anak memperoleh pendidikan dan pengajaran ilmu-ilmu yang lain. Jadi
pembaruan pendidikan Islam adalah untuk membentuk terwujudnya insan kamil yang
berlandaskan Al-Quran dan Sunnah.

Pada tataran Pendidikan Islam, Harun Nasution mengenalkan tentang fungsi akal
manusia yang sesungguhnya. Bagaimana manusia dapat memproduksi sistem akal secara
proporsional. Ilmu pengetahuan tidak kenal dan tidak terikat kepada wahyu, ilmu pengetahuan
beranjak dan terikat pada pemikiran rasional. Akal akan mencari kebenaran, memakai data-data
yang diperoleh melalui panca indera sebagai bahan pemikiran. 11 Strategi Harun Nasution dalam
pembaruan pendidikan Islam masuk pada tatanan kurikulum pendidikan Islam yang ingin
mengubah pola pendekatan pendidikan Islam klasik terhadap pola pendidikan Islam modern.
Dengan memasukkan pelajaran ilmu pengetahuan modern ke dalam Pendidikan Islam, seperti
Madrasah dan lembaga pendidikan Islam lainnya. Setidaknya umat Islam sudah memiliki
pangkuan yang dapat mengubah nalar pikir lebih maju. Dalam pandangan Harun Nasution
keterbelakangan umat Islam dalam pengetahuan dan pendidikan karena umat Islam sudah
sangat minim pengetahuan Iptek. Sedangkan Barat sangat ulet meneliti dan menemukan berbagai
teori dan kemajuan dalam pendidikannya. 12

Mengenai tujuan pendidikan Islam, Harun Nasution berpendapat tujuan pendidikan Islam
terletak pada moral dan agama. Hubungan moral dan agama menjadi patokan dalam
melaksanakan pendidikan. 13 Hubungan antara agama dan moral sangat erat sekali dan
merupakan hal-hal esensial, demikian juga halnya dengan Islam. Di dalam Al-Quran banyak

11
Nasution, Islam Rasional,…,320.
12
Sukma Umbara Tirta Firdaus, “Pembaharuan Pendidikan Islam Ala Harun Nasution (Sebuah Refleksi Akan
Kerinduan “Keemasan Islam”), Jurnal El-Furqana, Vol. 5, No. 2, 2007, 178.
13
Nasution, Islam Rasional,…, 290.

6
terdapat ajaran-ajaran mengenai akhlak dan Nabi Muhammad Saw sendiri menjelaskan bahwa
beliau diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan ajaran budi luhur. Dalam pendidikan agama
terutama di TK, SD, SMP, SMA, pendidikan moral rasanya yang perlu diutamakan. Pelajaran
mengenai keagamaan lain, terutama ibadah sebaiknya dihubungkan dengan pendidikan moral ini.
Di perguruan tinggi, pendidikan moral masih dapat dilanjutkan, tetapi disini yang perlu
ditekankan adalah pendidikan spiritual dan pelajaran rasional tentang ajaran agama. 14

Mengenai kurikulum pendidikan menurut Harun Nasution, penyusunan kurikulum


pendidikan agama di sekolah umum didasarkan pada tujuan moral, spiritual, dan intelektual.
Seperti pemberian materi agama di TK dan SD yang ditekankan adalah pendidikan (membina)
akhlak dan bukan pengajaran (memindahkan pengetahuan) akhlak. Lalu perlu diberikan ajaran
akidah dalam bentuk sederhana dan juga ibadah terutama shalat dan puasa Ramadhan. 15

Pada jenjang SMP dan SMA, pendidikan agama ditekankan pada pendidikan moral dan
akhlak. Pelajaran tentang akidah dan ibadah terus dikembangkan. Selain itu diajarkan hukum
agama hidup bermasyarakat seperti pernikahan, perceraian, dll. Selain itu, Sejarah dan
peradaban agama dapat pula diajarkan. Namun baik akidah dan ibadah tetap ditekankan untuk
pembentukan akhlak mulia.

Untuk jenjang perguruan tinggi misalnya IAIN Harun Nasution mengungkapkan cara
pandang yang diajarkan ke mahasiswa di IAIN hanya berorientasi pada aspek fikih sehingga
menimbulkan kesempitan berpikir. Sehingga, langkah pertama yang dilakukan Harun Nasution
ketika menjabat rektor di IAIN Jakarta adalah merubah kurikulum dengan memasukkan
beberapa mata kuliah baru diantaranya yaitu pengantar ilmu agama, filsafat, tasawuf, ilmu
kalam, tauhid, sosiologi, dan metode riset dengan harapan mengubah pandangan mahasiswa.
Namun sempat mendapat penolakan beberapa pihak, tetapi akhirnya ditemukan titik tengah
dengan jalan berkompromi sehingga mencapai kesepakatan bersama yaitu dengan syarat tafsir,
hadis dan fiqih tidak ditinggalkan.16

Menurut Harun Nasution pula, Islam terkesan sempit sehingga harus diubah dengan
menampilkan ajaran Islam secara utuh. Sehingga Harun menulis buku “Islam Ditinjau dari

14
Harahap, Pembaruan Pendidikan Islam,….,109.
15
Nasution, Islam Rasional,…, 406.
16
Ibid, 407.

7
Berbagai Aspeknya” yang dijadikan buku wajib dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Agama
Islam yang menjadi mata kuliah wajib setiap mahasiswa IAIN yang diharapkan mempunyai
pengetahuan yang lebih baik, luas, lengkap tentang agamanya dan tidak berpikiran sempit.17
Harun Nasution juga melakukan berbagai perubahan dalam sistem pendidikan perguruan tinggi
diantaranya :

1. Mengusahakan pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan berpikir mahasiswa


tentang Islam seperti mengadakan diskusi dan seminar.
2. Mengupayakan tumbuhnya tradisi ilmiah dengan mengubah sistem pendidikan yang
semula berpola hafalan dan cenderung menganut madzhab tertentu menjadi sistem
perkuliahan yang mengajak mahasiswa berfikir rasional, kritis, inovatif, objektif, dan
menghargai perbedaan pendapat.
3. Merubah budaya lisan menjadi tulisan dengan melatih mahasiswa untuk menuliskan
pemikirannya secara runtut sebagai upaya mengatasi kelemahan dalam budaya lisan.
4. Mahasiswa dituntut memahami Islam secara universal, tidak hanya pada bidang
pemikiran seperti teologi, tasawuf dan hukum fiqih, tetapi juga mencakup seluruh aspek
kehidupan kaum muslimin.
5. Melakukan pembinaan dosen, yakni dilakukan dengan membentuk FPI (Forum
Pengkajian Islam) yang secara rutinitas dilaksanakan dalam bentuk diskusi mingguan
atau bulanan. Diskusi ini dilaksanakan dengan setiap dosen membuat makalah sesuai
bidang akademis yang diampu di perguruan tinggi tersebut atau dengan tema
kemampuannya masing-masing. Setelah itu makalah tersebut dipresentasikan di dalam
forum. Tujuannya untuk melatih dan meningkatkan daya nalar dosen dan potensinya
dalam menyalurkan keilmuan kepada mahasiswanya.
6. Menerbitkan jurnal ilmiah, sebagai tindak lanjut usaha Harun membentuk FPI (Forum
Pengkajian Islam), ia juga menerbitkan Jurnal Ilmiah yang akan menampung karya
ilmiah para dosen sehingga dengan usaha ini dosen-dosen akan mendapatkan kesempatan
untuk dapat menunjukkan siapa dirinya dan karyanya kepada public dan termotivasi
mengasah keahliannya.

17
Ahmad Syadali dkk, Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam 70 Tahun Harun Nasution, (Jakarta: Lembaga Studi
Agama dan Filsafat, 1989), 126.

8
7. Pembukaan program pascasarjana. Harun Nasution berhasil memperjuangkan dan
membuka Program Pascasarjana untuk Strata 2 (S2) dan Program Doktor untuk Strata 3
(S3) pada tahun 1982 yang langsung dipimpin oleh beliau di IAIN Jakarta. Melalui
upayanya ini telah banyak melahirkan sejumlah Magister dan Doktor yang kini juga
bertugas sebagai dosen dan bahkan ada yang menjabat sebagai rektor pada perguruan
tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia.

Karena tujuan utama pendidikan Islam adalah pendidikan moral, maka menurut Harun
Nasution terdapat beberapa metode pembelajaran yang dilakukan agar dapat berpikir rasional
antara lain :

1. Pemberian contoh dan teladan yang baik dari pendidik agama kepada peserta didik.
2. Tuntunan dalam menyelesaikan persoalan moral atau spiritual, baik yang bersifat
individual maupun bersifat kolektif.
3. Metode tanya jawab dan diskusi dalam hal pendekatan intelektual tentang ajaran
agama-agama. 18

Disini lingkungan yang kondusif sangat menunjang pencapaian tujuan pendidikan.


Dalam hal ini, proses pendidikan moral yang telah di transfer kedalam keluarga maupun
di sekolah atau lainnya diharapkan dapat diteruskan dan dilakukan oleh masyarakat sekitar
peserta didik. Menurutnya, Islam tidak hanya membentuk individu yang bermoral baik, namun
juga membina masyarakat agar dapat bermoral baik pula.

Disamping beberapa metode yang sebaiknya dipakai peserta didik agar bisa berpikir rasional.
Harun Nasution juga menuangkan pemikirannya mengenai kualitas pendidik agama. Terdapat
beberapa syarat-syarat yang perlu dipenuhi seorang pendidik agama antara lain yaitu:

1. Sanggup memberi contoh dan teladan yang baik bagi anak didik.
2. Menguasai ilmu-ilmu yang erat dengan pendidikan anak, seperti pedagogi (strategi
pembelajaran), psikologi anak, dan sebagainya.
3. Mempunyai pengetahuan yang luas tentang agama selain pengetahuan yang menjadi
jurusannya.

18
Harahap, Pembaruan Pendidikan Islam…,113.

9
4. Mempunyai pengetahuan umum yang seimbang dengan pengetahuan yang
dipelajari siswa19.

Gagasan Harun Nasution tentang kualifikasi tenaga pendidik tersebut dianggap sangat
relevan dengan sistem pendidikan nasional tentang kewajiban pendidik dan tenaga kependidikan
yaitu menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan
dialogis, berkomitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan, memberi
teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan
yang diberikan kepadanya.

Karya-karya Harun Nasution tentang Pendidikan Islam

Disamping Harun Nasution yang menuangkan pemikirannya tentang pendidikan Islam, ia


juga menghasilkan beberapa karya Intelektual baik tentang filsafat, teologi, pembaruan Islam,
dll. Adapun karya-karyanya yang terkait dengan pendidikan Islam diantaranya :

1. Islam Ditinjau dari Beberapa Aspek


Buku ini terdiri dari dua jilid, diterbitkan pertama kali oleh UI-Press pada tahun 1974.
Inti dari buku ini adalah memperkenalkan Islam dari berbagai aspeknya. Jilid pertama
terdiri dari enam bab berisi tentang agama dan pengertian agama dalam berbagai
bentuknya, Islam dalam pengertian yang sebenarnya, aspek ibadah; latihan spiritual dan
ajaran moral, aspek sejarah dan kebudayaan, aspek politik dan lembaga kemasyarakatan.
Untuk jilid dua terdiri dari lima bab berisi tentang aspek hukum, aspek teologi, aspek
falsafat, aspek mistisme, dan aspek pembaruan dalam Islam. Buku ini menolak
pemahaman bahwa Islam hanya berkisar pada ibadah, fikih, tauhid, hadis, dan akhlak
saja. Islam menurut Harun Nasution dalam buku ini dijelaskan lebih luas termasuk di
dalamnya ada sejarah, peradaban, filsafat, mistisme, teologi, hukum, lembaga-lembaga
dan politik.
2. Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan
Buku ini terbit pertama kali tahun 1975 oleh penerbit Bulan Bintang. Buku ini merupakan
kumpulan ceramah dan kuliah Harun Nasution di Jakarta tentang aliran-aliran modern
dalam Islam. Didalamnya juga membahas tentang gerakan dan Pembaruan dalam Islam,

19
Nasution, Islam Rasional,…, 389.

10
yang ada pada periode modern dalam sejarah Islam. Didalamnya mencakup Pembaruan
di tiga negara Islam, yaitu Mesir, India-Pakistan dan Turki. Pada garis besarnya,
pemikiran dan gerakan pembaruan yang terjadi tersebut tidak banyak berbeda dengan
ngera-negara Islam lainnya, termasuk Indonesia. 20
3. Akal dan Wahyu dalam Islam
Buku ini terbit tahun 1982 yang didalamnya menjelaskan pengertian akal dan wahyu
dalam Islam, kedudukan akal dalam al-Quran dan Hadis, perkembangan ilmu
pengetahuan dalam Islam, dan peranan akal dalam pemikiran keagamaan Islam. Buku ini
menyimpulkan dalam ajaran Islam akal mempunyai kedudukan tinggi dan banyak
digunakan bukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan saja tetapi
juga dalam perkembangana ajaran keagamaan sendiri. Akal tidak pernah membatalkan
wahyu, akal tetap tunduk pada teks wahyu. Teks wahyu tetap mutlak dan sekali-kali tidak
untuk menentang. Akal hanya memberi interpretasi terhadap teks wahyu sesuai
kecenderungan dan kesanggupan pemberi interpretasi.
4. Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran
Buku ini terbit tahun 1995 yang berisi hampir seluruh pemikiran keislaman Harun
Nasution sejak tahun 1970 sampai 1994 terutama tentang tuntutan modernisasi umat
Islam. Dalam buku ini, ia berpendapat keterbelakangan umat Islam terutama di Indonesia
karena lambatnya mengambil bagian dalam modernisasi dan dominannya pandangan
hidup tradisional, khususnya teologi Asy’ariyah. Selain itu buku ini menyajikan
pendidikan dan Ilmu pengetahuan terutama ilmu pengetahuan agama. Terdapat sub bab
pembahasan terkait pengetahuan diantaranya membahas landasan pengembangan
pendidikan dan ilmu pengetahuan. Dalam sub bab tersebut Harun Nasution melalui
pengantarnya menyatakan ilmu pengetahuan dan teknologi masa modern mengalami
perubahan yang sangat cepat dan agama tidak dapat mengimbanginya. Karena itu terjadi
ketidakserasian antara agama, ilmu pengetahuan serta teknologi. 21

20
Syahrunsyah Liga, “Pemikiran Hasun Nasution Tentang Ilmu Pendidikan Islam”, (Skripsi : Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan, IAIN Palangkaraya, 2020), 41.
21
Ibid, 43.

11
Kesimpulan

Harun Nasution dikenal sebagai tokoh pembaru dan pemikir Islam Indonesia terutama
dalam pendidikan Islam. Lahir pada hari Selasa, 23 September 1919, di Pemantang Siantar,
Sumatera Utara dari keluarga berkecukupan. Penanaman pendidikan agamanya yang kuat tidak
lepas dari peran kedua orang tuanya. Dan menurut keluarganya, pendidikan sangatlah penting.
Harun Nasution menempuh sekolah dasar di Hollandsh Inlandsche School (HIS) kemudian
melanjutkan di Modern Islamietische Kweekschool (MIK) Bukittinggi. Ia juga menempuh
pendidikan di Universitas Al-Azhar untuk memperdalam ilmu agama Islam dan di Universitas
Amerika, Kairo, ia memperoleh gelar Bachelor of Art (BA). Selanjutnya ia berhasil mendapat
gelar magister dan doktor di McGill University, Monteral di Kanada. Untuk selanjutnya ia
melanjutkan karirnya di Indonesia.

Terdapat pemikiran Harun Nasution yang terkenal yaitu tentang pendidikan Islam yang
mana pemikirannya ini telah terealisasi di masa sekarang ini. Pembaruan pendidikan Islam yang
digagas Harun Nasution adalah upaya menyelaraskan pembaruan pandangan berIslam dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia modern. Didalamnya ia juga mengenalkan
tentang fungsi akal manusia yang sesungguhnya. Harun Nasution melakukan pembaruan
kurikulum pendidikan Islam yang ingin mengubah pola pendekatan pendidikan Islam klasik
terhadap pola pendidikan Islam modern didasarkan pada tujuan moral, spiritual, dan
intelektual. Harun Nasution menuangkan pembaruan kurikulum di beberapa jenjang pendidikan
mulai TK dan SD, SMP dan SMA, hingga jenjang perguruan tinggi. Selain itu Harun Nasution
menuangkan beberapa metode agar bisa berpikir rasional hingga pemaparan beberapa syarat bagi
seorang pendidik.

Dari beberapa pemikiran Harun Nasution tentang pendidikan Islam, ia juga menghasilkan
beberapa karya intelektual yang berkaitan dengan pendidikan Islam diantaranya Islam Ditinjau
dari Beberapa Aspek yang terbit pada tahun 1974, Pembaruan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran
dan Gerakan yang terbit pada tahun 1975, Akal dan Wahyu dalam Islam terbit tahun 1982, dan
Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran yang terbit pada tahun 1995.

12
Daftar Pustaka

Afifur Rahman, Moh. “Pembaharuan Pendidikan Menurut Pemikiran Harun Nasution”. Jurnal
Pemikiran, Pendidikan dan Penelitian Ke-Islaman, Vol. 6, No. 1, 2020.

Alhidayatillah, Nur “Pembaharuan Pemikiran Dalam Islam”, Jurnal An-Nida’ , Vol. 42, No. 1,
Januari-Juni 2018,

Harahap, Herlina. Pembaruan Pendidikan Islam: Perspektif Harun Nasution. Pontianak: STAIN
Pontianak Press, 2016.

Husni, Adian. Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi. Jakarta: Gema
Insani, 2007.

Liga, Syahrunsyah. “Pemikiran Hasun Nasution Tentang Ilmu Pendidikan Islam”, Skripsi:
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Palangkaraya, 2020.

Maksum. Madrasah, Sejarah dan Perkembangan. Jakarta: Logos, 1999.

Maragustam. Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter. Yogyakarta:


Pascasarjana FITK Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2018.

Nasution, Harun. Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran. Bandung: Mizan, Cet II. 1995.

Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: Bulan
Bintang, 1992.

Rusmala Dewi, Diah. “Relevansi Pemikiran Pendidikan Islam Harun Nasution Dengan
Pendidikan Era Modern Di Indonesia”. Jurnal As-Salam 1, Vol VIII, No. 2, 2019.

Syadali dkk, Ahmad. Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam 70 Tahun Harun Nasution.
Jakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat, 1989.

Umbara Tirta Firdaus, Sukma. “Pembaharuan Pendidikan Islam Ala Harun Nasution (Sebuah
Refleksi Akan Kerinduan “Keemasan Islam”). Jurnal El-Furqana, Vol. 5, No. 2, 2007.

13

Anda mungkin juga menyukai