Anda di halaman 1dari 20

Konsep Pendidikan Islam dalam Prespektif Nurcholis Madjid: Relevansi

Terhadap Pendidikan Islam di Indonesia

Oleh :

Siti Wulansari, Lia Safitri, Vivin Ayu Lestari, Sulistyawati

Wulansiti250@gmail.com, Vivinayu1207@gmail.com, Liasafitri11@gmail.com,


Sulistyawati463@gmail.com

Abstrak: Pendidikan adalah suatu sistem dimana proses pengajaran terjadi


didalamnya. Pendidikan juga sangat diperlukan untuk mencerdaskan anak bangsa
agar dapat memajukan bangsanya. Tujuan pendidikan lebih berorientasi ke
masalah kemasyarakatan dan tujuan pendidikan yang berorientasi kepada
individu. Pendidikan Islam banyak berkonstribusi dalam pendidikan di Indonesia,
terutama dari aspek nilai. Nilai dalam arti pendidikan Islam merupakan media
bagi internalisasi nilai-nilai moral dan keagamaan kepada anak didik. Dimana
tujuan utama dari pendidikan Islam adalah membentuk manusia sempurna atau
insan kamil, menjadikan manusia sebagai hamba dan khalifah yang mengabdi
kepada Sang Pencipta, untuk membangun dan mengelolah alam semesta sesuai
dengan ketetapan oleh Allah SWT. Mempersiapkan pembinaan pribadi anak didik
dengan menumbuhkan segenap potensi yang ada, agar dapat hidup berdampingan
dengan masyarakat, berguna bagi dirinya dan membangun peradaban manusia.
Dengan pencerminan nilai-nilai Islami dalam seluruh aktivitas dan kegiatan dalam
prakteknya. Pendidikan Islam diharapkan dapat berguna sebagai baham masukan
dalam merekonstruksi model pendidikan yang lebih integral – dengan nuansa
Islami – terutama bagi perkembangan sistem pendidikan nasional, baik
pengetahuan Islam maupun pengetahuan umum. Prespektif Nurcholis Madjid
tentang pendidikan Islam berlandasakan pada konsep tarbiyah, yang memiliki
makna penumbuhan atau peningkatan. Baik secara jasmani maupun rohani dan
fitrah seorang anak supaya menjadi manusia dengan tingkat kualitas yang
setinggi-tingginya. Karena konsep tarbiyah sangat sejalan dengan Al-Qur’an yaitu
memelihara, menjaga, merawat, mengembangkan (pendidikan yang menyeluruh).
Selain itu Nurcholis Madjid juga berpendapat bahwa manusia berpendidikan
adalah dalam rangka untuk menyatukan dan menyeimbangkan sunnatullah,
dimana antara kewajiban manusia kepada Tuhannya dengan kewajibannya dengan
sesama manusia seimbang dalam kehidupan dan sesuai dengan perkembangan
zaman.

Kata kunci: Konsep, Pendidikan Islam, Nurcholis Madjid.


Pendahuluan

Perkembangan zaman telah banyak memberikan perubahan, yaitu dengan


adanya modernitas sebagai awal pemikiran manusia. Pengetahuan berkembang
pesat, teknologi informasi dan komunikasi yang memiliki nilai positif dan negatif
yang seimbang. Semua yang dihasilkan modernitas juga mempengaruhi
perkembangan pendidikan Islam. Perubahan di dunia Islam yang berpengaruhi
dan mendorong terjadinya perubahan-perubahan di kalangan umat Islam di
Indonesia.

Pendidikan sebagai bagian dari sistem sosial tidak lepas juga dari hal tertentu.
Salah satunya, upaya dalam membangun, mengembangkan, dan membangkitkat
dunia pendidikan. Serta dorongan dan semangat spiritualisme bagi pengelola
pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan Islam. Pendidikan merupakan hal
paling pokok bagi umat muslim karena dengan pendidikanlah umat muslim akan
mampu mengenal Tuhannya secara mendalam.

Modernitas telah banyak mengubah mainstrem pendidikan dimana yang dulu


pusatnya adalah di pondok pesantren dan majlis ilmu di masjid-masjid. Tapi pada
saat ini perkembangan pendidikan lebih terlihat pada lembaga pendidikan yang
lebih bersifat modern. Seperti sekolah-sekolah umum Islam, SD, SMP, SMA dan
Perguruan Tinggi ang menggunakan sistem manajemen modern. Pembaruan
pemikiran Islam, pendidikan Islam, dan disiplin keilmuan lainnya mulai hadir di
Indonesia. Ditandai banyaknya para pemikir Indonesia yang memadukan
pemikiran Islam murni dengan dunia Islam modern.

Di Indonesia banyak para pemikir muslim Indonesia yang muncul belakangan


ini, seperti: Harun Nasution, Abdurrahman Wahid, Jalaludin Rahmat, Amin Rais,
Quraish Shihab, Komarudin Hidayat dan Nurcholis Madjid. Nurcholis Madjid
adalah pemikir yang paling sering menimbulkan kontroversi dan polemic. Karena
pemikiran-pemikirannya yang progresif dan revolusioner. Nurcholis Madjid
seringkali dianggap sesat dan liberal. Konsep pendidikan Islam presfektif
Nurcholis Madjid sangatlah luas. Dan menegaskan bahwa pendidikan Islam
“bukan sekedar pengajaran tentang segi-segi ritual dan formal agama” kepada
peserta didik yaitu “menuntut tindakan percontohan lebih banyak daripada
pengajaran verbal”.

Biografi Intelektual Nurcholis Majid

Nurcholis Madjid di lahirkan di Monoanyar Jombang pada tanggal 17Maret


1939 yang bertepatan dengan tanggal 23 Muharam 1358 Hijriah. Nurcholis
madjid diberi nama oleh orang tuanya dengan nama Abdul Malik. Perubahan
nama menjadi Nurcholis Madjid terjadi pada usia 6 tahun, karena Abdul Malik
kecil sering sakit. Dalam tradisi Jawa, anak yang seringsakit dianggap “kabotan
jeneng” (keberatan nama) dan perlu diganti1.

Ayahnya bernama H. Abdul Madjid, seorang kyai lulusan pesantren


Tebuireng, yang didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari. Ayah Nurcholis Madjid
memiliki hubungan yang dekat dengan pendiri Nadhatul Ulama (NU) ini, yaitu
sebagai murid dan menantu dari keponakan KH. Hasyim Asy’ari, Halimah,
sebelum akhirnya bercerai secara baik-baik karena tidak memiliki keturunan. KH.
Hasyim Asy’ari pula yang mencarikan jodoh untuk istri berikutnya yang
kemudian menjadi ibu knadung Nurcholis Madjid yaitu Hj. Fathonah. Putri dari
KH. Abdullah Sadjad, yang juga teman karib KH. Hasyim Asy’ari. Nurcholis
Madjid bersekolah di SR di Bareng dan pada sore hari belajar di Madrasah al-
Wathaniyah, yang dipimpin oleh ayahnya sendiri. Secara akademik, ia termasuk
anak yang cerdas dan ketika berusia 14 tahun tepatnya pada tahun 1952, ia
dimondokkan oleh sang ayah ke Pesantren Darul ‘Ulum Rejoso Jombang, dan di
pesantren ini, Nurcholis Madjid berprestasi secara mengagumkan2.

Di Darul ‘Ulum, Nurcholis Madjid hanya bertahan sekitar 2 tahun sampai


tahun 1954. Penyebab ia hanya bertahan dalam durasi waktu singkat tersebut,
bukan karena persoalan akademik melainkan karena dua alasan, yaitu alasan
kesehatan dan ideologi politik. Sebagaimana yang diketahui, H. Abdul Madjid,
meskipun seorang NU dan murid KH. Hasyim Asy’ari, ia adalah orang Masyumi,
meskipun NU keluar dari partai Masyumi.

1
Nur Ali Zulfikar, Pendiidkan Islam Dalam Pandangan Nurcholis Madjid,
(Lamongan: CV. Ilalang Pustaka Group, 2015), hlm. 45
2
Ibid., hlm. 45-46
Oleh teman-temannya, Nurcholis Madjid dicemooh sebagai “anak Masyumi
kesasar”. Karena sering diejek itulah Nurcholis Madjid meminta kepada ayahnya
untuk memindahkannya ke pesantren lain, dan dipindahkan oleh ayahnya ke
pondok pesantren Gontor Ponorogo, suatu pondok pesantren yang berbeda dengan
sistem pendidikan pesantren pada umumnya. Sehingga diidentifikasi sebagai
pesantren mdern, yang dalam penilaiannya lebih dekat dengan Masyumi, habitat
Nurcholis Madjid3.

Di Gontor, Nurcholis Madjid selalu menunjukkan prestasi yang baik,


sehingga dari kelas 1 ia langsung bisa loncat ke kelas 3. Setelah belajar di Gontor,
Nurcholis Madjid melanjutkan ke IAIN Jakarta mengambil kuliahdi Fakultas
Adab jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam. di kampus ini ia aktif di Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) yang sering diidentifikasi sebagai sayap liberal Islam.
Nurcholis Madjid menulis skripsi berjudul al-Qur’an ‘Arabiyun Lughatan wa
‘Alamiyatun Ma’nan (al-Qur’an secara bahasa berbahasa Arab dan secara
Maknawi adalah Universal) dan menjadi saejana terbaik pada tahun 19684.

Di pesantren Gontor setiap santri dibebaskan untuk menjadi NU atau


Muhammadiyah. Nurcholis Madjid menjadi Ketua Umum Pengurus Besar HMI,
selama dua periode berturut-turut. Dan untuk masa bakti Wakil Sekretaris Umum
International Islamic Federation of Students Organization (IIFSO)5.

Pada akhirnya, Nurcholis Madjid menghadap Tuhan pada usia 66 tahun,


tepatnya hari Senin, 29 Agustus pukul 14.05 WIB. Setelah kurang lebih satu tahun
berjuang melawan penyakit hati. Nurcholis Madjid meninggalkan seorang istri
bernama Omi Komaria dan dua anak, Nadia Madjid dan Ahmad Mikail6.

Konsep Pendidikan Islam Perspektif Nurcholis Majid

Pendidikan Islam adalah proses transformasi dan internalisasi nilai-nilai dasar


yang ideal dengan ajaran Islam, serta berusaha mengaksentuasikan aspek-aspek
perbedaan dan disparitas kemanusiaan dalam konteksnya yang luas sebagai suatu

3
Ibid., hlm. 46
4
Ibid., hlm. 47
5
Ibid., hlm. 49
6
Ibid., hlm. 54
grand design of God (Sunnat Allah) yang harus diterima dengan penuh arif dan
lapang dada di tengah kenyataan kemanusiaan yang prural dalam segala
dimensinya untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang berkeadilan.

Dengan definisi yang lebih operasional, dapat dinyatakan bahwa pendidikan


Islam merupakan usaha komprehensif dalam mencerdaskan umat manusia untuk
melangsungkan sunnatullah serta untuk menghindari terjadinya konflik antar
agama, mencegah terjadinya radikalisme agama, sekaligus dapat memupuk
terwujudnya sikap yang apresiatf positif terhadap pluralitas dalam dimensi dan
prespektif apapun, karena pendidikan Islam memiliki visi dan misi untuk
mewujudkan agama pada sisi yang lebih santun, dialogis, dan peduli terhadap
persoalan hidup yang komunal transformative 7.

Menurut Nurcholis Madjid, Pendidikan Islam harus mampu memberikan


pengembangan dua dimensi bagi peserta didik, yakni dimensi ketuhanan dan
dimensi kemanusiaan. Jika diklasifikasikan, konsep pendidikan Islam Nurcholis
Madjid merupakan bentuk corak pendidikan progresif plus spiritualitas. Hal ini
dibuktikan dengan memperhatikan dua orientasi pendidikan di atas dan prinsip-
prinsip pemikiran Nurcholis Madjid yang menekankan sikap terbuka, fleksibel,
kritis dalam berpikir, gagasan tentang demokrasi, desakralisasi atau sekularisasi,
atau cita-cita masyarakat madani yang toleran dan plural. Kegiatan menanamkan
nila-nilai akan membentuk pendidikan keagamaan. Nilai-nilai itu antara lain :
Islam, iman, ihsan, taqwa, ikhlas, tawakal, syukur dan sabar. Nilai-nilai akhlak
yang akan mendorong kepada kemanusiaan antara lain : silaturrahmi,
persaudaraan, adil, baik sangka,rendah hati, tepat janji, lapang dada, dapat
dipercaya, dan sebagainya.

Sehubungan dengan pendidikan Islam, Nurcholis Madjid menegaskan bahwa,


pendidikan Islam bukan sekedar pengajaran tentang segi-segi ritual dan formal
agama, kepada peserta didik, namun lebih dalam dari aktivitas demikian, yakni
menuntut tindakan percontohan lebih banyak daripada pengajaran verbal. Konsep
pendidikan Islam yang digagas oleh Nurcholis Madjid sangatlah luas bukan hanya
berkutat pada persoalan ritual keagamaan dan formalitas, tapi juga berbicara

7
Ibid., hlm.65
tentang berbagai aspek lainnya. Manusia hidup didunia bukan di alam yang ghoib
saja, melainkan harus mampu mencerahkan dunia dengan pengetahuan. Konsep-
konsep pendidikan Islam perspektif Nurcholis Madjid sebagai berikut8 :

Pertama, Pendidikan Akhlak Tasawuf

Secara garis besar Tasawuf merupakan ilmu yang mempelajari tentang


penalaman rohani dan sangat popular di kalangan sufi. Pada tahapan ini seorang
sufi sudah sampai pada tingkat ditemani malaikat dalam hidup, karena ikhlas
memohon pertolongan hanya kepada Allah. Kita semua harus berusaha kearah
sana, karena hanya dengan begitu Allah akan memberikan rahmat kepada kita.
Sebab Allah berjanji dalam Qs. Al A’raf ayat 96.

Menurut Nurcholis Madjid, Tasawuf merupakan sebuah upaya menyelami


Tuhan melalui pengalaman-pengalaman nyata adalah olah rohani yang
mengutamakan intuisi dengan mencoba mendalami orientasi agama secara
esoteris.

Kedua, Pendidikan Perempuan

Islam memuliakan perempuan, ide dan konsep tersebut dimaksudkan untuk


menjunjung tinggi martabat perempuan dan menyamakan hak dan kewajibannya
dengan laki-laki melalui proses pembebasan dari kungkungan adat dan
kebudayaan serta kelembagaan sosial Arab Jahiliah. Proses pembebasan itu dapat
dikenali dengan jelas dari beberapa isu dalam Kitab Suci, firman AllaH QS. Al
An’am ayat 139. Firman tersebut menggambarkan bahwa manusia yang
mempunyai pemahaman dan memperlakukan kaum perempuan seperti zaman
Zahiliyah, sangatlah tidak benar khususnya dalam dunia pendidikan.

Karena sebagai seorang ibu, perempuan secara kejiwaan sangat dekat dengan
anak-anaknya dibandingkan dengan kaum laki-laki, sehingga proses pendidikan
anak lebih cepat dihantarkan oleh seorang ibu (ibu adalah guru pertama).
Menurut Nurcholis Madjid mendidik seorang perempuan (calon ibu) adalah sama
dengan mendidik seluruh keluarga. Di Indonesia masalah pemerataan jumlah dan
mutu pendidikan bersangkutan dengan masalah gender. Kesenjangan gender

8
Ibid., hlm. 69
dalam pendidikan dan bidang kehidupan yang lain,bukan perkara yang secara unik
hanya dapat pada bangsa kita9.

Ketiga, Pendidikan Lingkungan Hidup (Ekologi)

Salah satu kesadaran baru yang sangat penting pada umat manusia sekarang
ialah kesadaran tentang betapa pentingnya memelihara alam lingkungan.
Bencana-bencana alam yang menimpa umat manusia akhir-akhir ini banyak sekali
yang merupakan akibat kerusakan lingkungan, munculnya kerusakan di laut dan
di daratan adalah karena ulah tangan manusia.

Pendidikan lingkungan hidup harus melibatkan usaha penyadaran tentang


harga tak ternilai dari alam sebagai anugrah Allah. Manusia ditunjuk sebagai
khalifah untuk memelihara anugrah itu dan memanfaatkannya dengan penuh
syukur kepadaNya. Karena itu membuat kerusakan di bumi adalah salah satu
kejahatan tertinggi.

Selain berwujud alam kebendaan mati seperti gunung-gunung, ,embah-


lembah, sungai-sungai dan sebagainya, anugrah Allah itu juga berwujud alam
kehidupan hayati yang beraneka ragam, baik flora maupun fauna. Allah
menganugrahkan kepada bangsa Indonesia keanekaragaman tersebut terbesar
seluruh umat, yang merupakan titipan Allah untuk dipelihara bagi sebesar-besar
manfaat bangsa. Pendidikan harus menanamkan kesadaran itu10.

Keempat, Pendidikan dalam Rumah Tangga

Banyak sekali petunjuk Kitab Suci tentang pendidikan serta hal-hal yang
berkenaan dengan hubungan antara orang tua dan anak. Semuanya berkisar pada
tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dan kewajiban anak terhadap kedua
orang tuannya. Hubungan yang saling bermanfaat dan saling membahagiakan
antara orang tua dan anak secara timbal balik dapat diwujudkan asalkan kita
memperhatikan benar-benar ajaran agama yang berkaitan. Oleh karena itu,
keluarga menjadi kaitan yang penting, seperti kualitas dan kapasitasnya sebagai
sekolah nonformal yang biasanya dibimbing oleh kiai, ulama, guru agama,

9
Ibid., hlm.73-76
10
Ibid., hlm. 76-77
pemimpin agama, dan seterusnya. Secara lahiriyah tentu mendorong kita kepada
kesimpulan tentang peran positif pendidikan keagamaan bagi anak-anak.
Berprofesi sebagai apapun orang tua ketika mampu menjalin dan mendidik
anaknya dengan baik akan menjadikan anak lebih mudah diarahkan. Dari situ
terlihat betapa pentingnya pendidikan didalam keluarga (rumah tangga).

Kelima, Pendidikan Pesantren

Pendidikan Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para


siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal
dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri.
Kelebihan sistem ini dibanding dengan sistem sekolah biasa yang tanpa asrama
ialah bahwa anak didik berada dalam lingkungan susana pendidikan selama 24
jam, dan para pendidik atau pengasuh dapat mengawasi, membimbing, dan
memberi teladan kepada mereka secara total.

Ini akan memudahkan intensifikasi usaha pencapaian tujuan-tujuan


pendidikan, sehingga hasilnya dapat berlipat ganda dari hasil pendidikan sekolah
biasa. Karena sifat dasar metodologinya sendiri dan suasana lingkungannya yang
akrab, pesantren memiliki kemampuan untuk menciptakan pola hidup
persaudaraan yang ramah, disertai jiwa kebersamaan, kemandirian, dan kebebasan
yang bertanggung jawab. Ini semua dapat mewujudkan pribadi-pribadi terdidik
dengan tingkat kewirausahaan (enterpreneurship) yang tangguh dan karakter yang
kuat. Justru personality building ini acapkali lebih penting dari pada sekadar
penetahuan semua untuk memperoleh sukses dalam hidup dari yang sangat
tradisiomal sampai kepada yang cukup modern. Pesantren modern, bahkan ada
dalam bidang tertentu lebih baik daripada sekolah umum negeri, seperti dalam
metode pengajaran bahasa, dalam pengembangan pendidikan kemasyarakatan,
dan lain sebagainya. Beberapa pesantren modern dan melaksanakan pengolalaan
modern mempunyai cukup besar dalam usaha menumbuhkan kemampuan kaum
Muslim melakukan responsi kepada tantangan zaman11.

Laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang berjalan


seiring dengan pertumbuhan penduduk telah membawa perubahan yang amat
11
Ibid., hlm. 80
besar dalam pola kehidupan mesyarakat. Inovasi dan kompetisi, baik dalam
bidang keilmuan maupun ekonomi, berlangsung semakin seru. Pusat-pusat
pendidikan dipacu untuk melakukan riset dan pengembangan untuk menemukan,
menyusun sistem dan metode pendidikan yang tepat sehingga dapat melahirkan
generasi baru yang mampu dengan tepat, efisien, dan efektif menjawab tantangan
zaman. Harapan masyarakat yang demikian tinggi kepada lembaga-lembaga
pendidikan, baik negeri maupun swasta, telah mendorong lahirnya berbagai model
pendidikan ataupun sekolah untuk mengantarkan putra-putri kita menyongsong
masa depan.

Keenam, Pendidikan Anak

Nurcholish Madjid menyatakan bahwa setelah tauhid atau paham Ketuhanan


Yang Maha Esa, dalam sistem ajaran Islam yang menyeluruh barangkali tidak ada
perkara yang sedemikian pentingnya seperti hubunga antara anak dan orang tua.
Yaitu hubungan dalam bentuk perbuatan baik dari pihak anak kepada ayah-
ibunya.

Banyak sekali petunjuk Kitab Suci tetang pendidikan serta hal-hal yang
berkenaan dengan hubungan antara orang tua dan anak. Semuanya berkisar pada
tanggung jawab orag tua terhadap anaknya dan kewajiban anak terhadap ke dua
orang tuanya. Hubungan yang saling bermanfaat dan saling membahagiakan
antara orang tua dan anak secara timbal balik dapat di wujudkan asalkan kita
memperhatikan benar-benar ajaran agama yang berkaitan. Cukuplah sebagai
bahan renungan pokok bahwa kewajiban beribadah hanyalah kepada Allah, Tuhan
Yang Maha Esa semata, dan bahwa kasih sayang Ilahi yang di mohonkan anak
untuk kedua orang tuanya itu di kaitkan dan sebanding dengan bagaimana ibu-
bapak mendidik anaknya pada masa kecil.

Menurut Nurcholish Madjid jika di simak lebih mendalam petunjuk-petunjuk


Ilahi, maka dapat di tarik kesimpulan betapa pentingnya hubungan orang tua dan
anak dalam hidup ini, dan betapa ia terkait erat serta secara langsung dengan inti
makna hidup itu sendiri. Yaitu beribadah dan pasrah kepada Allah, Pencipta
semesta alam dan manusia sendiri. Berkenaan dengan itu menurut Nurcholish
Madjid, di sini agaknya di perlukan kejelasan dan penegasan tentang suatu
masalah. Tekanan “keputusan” dan “pesan” Allah kepada manusia berkenaan
dengan ke dua orang tua itu ialah pada kewajibannya berbuat baik (husn, ihsan)
kepad ibu-bapaknya bukan pada kewajibannya taat atau menaati mereka12.
Berbagai pernyataan di atas banyak pelajaran yang di mengerti dan di ajarkan
kepada anak, bahwa dalam kehidupan manusia tidak hanya beribadah dan tunduk
kepada Allah saja tetapi harus tunduk pula kepada orang tua. Karena ridho Allah
adalah ridho orang tua. Realitas perkembangan zaman menunjukkan bahwa
banyak anak yang kurang

Relevansi Konsep Pendidikan Islam Perspektif Nurcholis Madjid Terhadap


Pendidikan Islam di Indonesia

Di masa klasik umat Islam telah benar-benar menjalani mission sacree


mereka sebagai umat penengah (wasath) dan saksi atas manusia, serta saksi untuk
Allah yang adil, fair, objektif dan hanif (penuh kerinduan dan pemihakan yang
benar). Perjalanan itu dikemukakan bukan dengan maksud hanya mengagumi
masa lalu dan melupakan masa sekarang. Tetapi berbagai kejelasan masa lampau
itu kita perlukan untuk mendapatkan kejelasan tentang masa sekarang13.
Begitupula, pengetahuan tentang keadaan dunia Islam secara menyeluruh,
baik geografis maupun historis, akan membantu kita memahami masa sekarang
dan di sini kemudian bertindak. Seperti dikatakan orang Inggris, think globally,
actlocally. Kalau umat Islam sekarang mundur atau ketinggalan, maka hal itu
tidak perlu menjadi alasan kesedihan yang berlarut-larut, sehingga menghabiskan
energi kita sebagaimana QS. Al Imran : 140.
Sementara itu, kaum Muslim harus yakin bahwa potensi tetap hidup pada
umat dan agamanya untuk sekali lagi maju ke depan, memimpin umat manusia
sesuai dengan desain Tuhan untuk mengulangi peranannya sebagai pembawa
kebaikan bagi seluruh alam. Elemen-elemen dinamis dan kreatif yang dahulu
menggerakkan orang-orang Arab Muslim masih tetap hidup dan bertahan, hanya
menunggu saat baik untuk dimunculkan kembali secara kreatif14.

12
Ibid., hlm. 90
13
Ibid., hlm. 92
14
Ibid., hlm. 93
Sedangkan Konsep Pendidikan Islam secara umum dikenal dengan istilah
Ta’dib, Ta’lim dan Tarbiyah. Dimana dalam Islam pendidikan merupakan
kegiatan melatih, mendidik, menuntun dan mengajak manusia untuk terus
bekembang dan mengembangkan pengetahuannya dengan Al Quran dan As
Sunnah sebagai landasan transendentalnya.
Kedudukan pendidikan Islam di Indonesia terbagi menjadi dua varian;
pertama, pendidikan Islam ditempatkan sebagai mata pelajaran dalam artian
bahwa pendidikan Islam sebagai mata pelajaran yang diajarkan baik di sekolah
umum maupun sekolah berideologi Islam. Kedua, pendidikan Islam sebagai
lembaga dimana Islam sebagai institusi atau lembaga yang menjalankan sistem
pendidikan Islam di Indonesia, seperti madrasah, diniyah, pondok pesantren dan
lembaga lainnya yang membawa misi menyebarkan ajaran Islam.
Sedangkan secara konseptual konsep pendidikan Islam dan varian-variannya
dalam kerangka pemikiran Nurcholis Majid telah dipaparkan diatas. Karena data
sudah dipaparkan diatas maka saat ini mencari bagaimana relevansinya terhadap
pendidikan Islam di Indonesia, peneliti akan memaparkan sebagai berikut :
Relevansi Pendidikan Akhlak Tasawuf dalam Pendidikan Islam di Indonesia
Islam adalah agama yang mengajarkan tentang pentingnya akhlak dan
kesatuan segala urusan dunia dengan penciptanya (Allah SWT), karena tujuan
utama dari ajaran Islam adalah untuk membentuk akhlak dan budi pekerti yang
sanggup menghasilkan orang-orang bermoral15. Laki-laki maupun perempuan
agar mempunyai jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar
akhlak yang tinggi, mengetahui arti kewajiban dan pelaksanaanya, menghormati
hak-hak manusia, mengetahui baik dan buruk, menghindari perbuatan yang tercela
serta sopan dalam berbicara dan mulia dalam bertingkah laku.
Pendidikan Perempuan dan Reorientasinya dalam Pendidikan Islam di
Indonesia
Al Quran dan Hadist Nabi SAW yang berbicara tentang kewajiban belajar,
baik kewajiban tersebut ditujukan kepada laki-laki maupun perempuan. Di
Indonesia posisi laki-laki dan perempuan dalam dunia pendidikan seimbang mulai
dari fasilitas dan bahkan dalam kuantitas perempuan banyak mendominasi

15
Ibid., hlm. 94
daripada laki-laki. Tetapi kadangkala dikalangan masyarakat pedesaan seringkali
masih memandang bahwa tugas perempuan adalah berada hanya pada segi
domestic, yakni mengabdi pada suami, masak dan merawat anak16. Perempuan
berhak berpendidikan tinggi.
Relevansi Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Pendidikan Islam di
Indonesia
Persoalan-persoalan krisis lingkungan akhir-akhir ini menjadi isu yang hangat
untuk diperbincangkan, mengingat manusia dihadapkan pada serangkaian
masalah-maslaah global yang membahayakan biosfer dan kehidupan makhluk
hidup. Bencana alam seringkali menjadi berita diberbagai media massa. Secara
nasional, gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, tanah longsor, kekeringan
merupakan fenomena yang akrab dengan penduduk bangsa Indonesia. Menjaga
dan melestarikan alam serta lingkungan merupakan kewajiban setiap manusia,
karena semua itu diciptakan oleh Tuhan untuk melengkapi manusia di dunia. Jadi,
ketika mengingkan kehidupan yang lebih baik, maka harus memperhatikan,
merawat dan menjaga lingkungannya.
Pemerintah Republik Indonesia dalam UU No. 23 Tahun 2009. Perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum17.
Sebagai salah satu lembaga formal dalam bidang pendidikan, sekolah harus
bisa menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi peserta didik untuk belajar.
Dalam rangka merawat dan menjaga lingkungan hidup yang baik di sekolah serta
menciptakan suasana yang menyenangkan, aman dan nyaman diperlukan suatu
upaya, baik itu dari pendidik maupun peserta didik antara lain: pertama, menaati
semua peraturan sekolah, dalam hal ini juga peraturan mengenai lingkungan
sekolah. Kedua, menanam tanaman yang bermanfaat misalnya tanaman obat-
obatan dan buah-buahn. Ketiga, membuang sampah di tempat sampah
berdasarkan jenisnya dan menempatkan sampah tersebut di lokasi yang strategis.
Keempat, membuat jadwal piket kelas harian, dan lain sebagainya.
16
Ibid., hlm. 95
17
Ibid., hlm. 97
Islam telah banyak mengajarkan bagaimana cara memperlakukan dan
melestarikan lingkungan sebagaimana telah jelas dalam QS. Ar-Rum:41 Oleh
karena itu, manusia hendaknya dapat memanfaatkan lingkungan dengan bijak,
mengambil seperlunya dan tidak berlebih-lebihan. Dalam dunia pendidikan,
banyak upaya yang bisa dilakukan oleh pendidik dan peserta didik dalam
memanfaatkan lingkungan, misalnya menetapkan daerah konservasi, menanam
pohon dan tanaman serta adanya larangan mencemari lingkungan.
Pemeliharaan dan pelestarian lingkungan perlu kiranya dirumuskan dan
dijadikan sebagai kurikulum dalam sistem pendidikan nasional khususnya
pendidikan Islam karena memelihara dan melestarikan lingkungan senada dengan
misi Islam yang mengajarkan kebersihan dan menjaga agar tidak tercemar
menjadi bencana yang mampu menghancurkan kehidupan manusia.
Pendidikan Rumah Tangga dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Islam di
Indonesia
Dalam Islam maupun dalam dunia pendidikan keluarga atau rumah tangga
merupakan pusat pendidikan pertama sebelum sekolah. Pendidikan Islam dalam
keluarga yaitu pendidikan yang diberikan anggota keluarga terutama orang tua
kepada anaknya dalam lingkungan keluarga itu sendiri untuk meletakkan dasar
keagamaan, membentuk kepribadian anak menjadi muslim dengan adanya
perubahan sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan ajaran Islam.
Sebagai realisasi tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak, ada
beberapa aspek yang sangat penting untuk diperhatikan orang tua, yaitu
pendidikan ibadah, pokok-pokok ajaran Islam dan membaca Al Quran, pendidikan
akhlakul karimah dan pendidikan akidah islamiyah. Orang tua memiliki
kewajiban dan tanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya. Kewajiban orang
tua mendidik anak-anaknya tidak menuntut untuk memiliki profesionalitas yang
tinggi karena kewajiban tersebut berjlan dengan sendirinya sebagai adat atau
tradisi. Sehingga tidak hanya orang tua yang beradab dan berilmu tinggi saja yang
dapat mendidik, tetapi juga orang tua yang masih memiliki taraf pendidikan yang
minim. Hal tersebut karena kewajiban pendidik anak merupakan naluri pedagogis
bagi setiap individu yang menginginkan anaknya menjadi lebih baik daripada
keadaan dirinya.
Dalam penanaman pandangan hidup beragama, fase kanak-kanak merupakan
fase yang paling baik untuk meresapkan dasar-dasar hidup beragama. Artinya
sejak dini anak harus diajarkan perilaku-perilaku yang menunjukan kepribadian
baik sesuai dengan ajaran agama. Teknik yang paling tepat dalam proses
pendidikan adalah dengan teknik imitasi, yaitu proses pembinaan anak secara
tidak langsung. Orang tua dapat memberikan contoh dan membina anak-anaknya
untu mengikuti serta meniru hal-hal yang telah dicontohkan oleh orang tuanya.
Selain itu, orang tua harus membiasakan anak hidup rukun, istiqomah melakukan
ibadah baik di rumah, di masjid atau di tempat-tempat lainnya bersama anak-
anaknya.
Cara mendidik anak antara ayah dan ibu tentunya memiliki perbedaan. Ayah
merupakan sumber kekuasaan memberikan pendidikan anaknya tentang
manajemen dan kemimpinan. Sedangkan ibu merupakan sumber kasih sayang
yang memberikan pendidikan sifat ramah tamah, asah, asih dan asuh kepada anak-
anaknya. Meskipun cara mendidik antara ayah dan ibu berbeda, namun tentunya
orang tua mengingankan anaknya memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan
ajaran agama.
Menurut Abdul Mujib bahwa ada enam dasar-dasar pendidikan yang
diberikan kepada anak dari orang tuanya18: Pertama, dasar pendidikan budi
pekerti. Memberi norma pandangan hidup tertentu walaupun masih dalam bentuk
yang sederhana kepada anak. Kedua, dasar pendidikan sosial. Melatih anak dalam
tata cara bergaul yang baik terhadap lingkungan sekitar, baik lingkungan sosial
maupun keluarga. Ketiga, dasar pendidikan intelek. Anak diajarkan kaidag pokok
dalam percakapan, bertutur bahsa yang baik, kesenian yang disajikan dalam
bentuk permainan. Keempat, dasar untuk pembentukan kebiasaan pembinaan
kepribadian yang baik dan wajar, yaitu membiaskan kepada anak untuk hidup
yang teratur, bersih, tertib, disiplin, rajin yang dilakukan secara berangsur-angsur
dan berulang-ulang tanpa unsur paksaan. Kelima, dasar pendidikan
kewarganegaraan. Memberikan norma nasionalisme dan patriotisme, cinta tanah
air dan berperikemanusian yang tinggi., Keenam dasar pendidikan agama. Melatih

18
Ibid., hlm.107-108
dan membiasakan ibadah kepada Allah SWT, sembari meningkatkan aspek
keimanan dan ketakwaan anaknya kepada-Nya.
Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah
SWT kepada orang tuanya. Oleh karena itu, harus menjaga, memelihara dan
mendidik serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak menerimanya.
Karena manusia adalah milik Allah, mereka harus mengantarkan anaknya untuk
mengenal dan menghadapkan diri kepada Allah.
Pendidikan Pesantren dan Relevensinya Terhadap Pendidikan Islam di
Indonesia
Pesantren menurut Abdurrahman Wahid adalah sebuah komplek dengan
lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan di sekitarnya dimana dalam
komplek tersebut berdiri beberapa bangunan rumah, kediaman pengasu, sebuah
surau atau masjid tempat pengajaran diberikan dan asrama tempat tinggal para
peserta didik pesantren (santri).
Pesantren dianggap sebagai lembaga pendidikan tradisional memiliki
beberapa aspek kehidupan, diantaranya pemberian pengajaran dengan struktur,
metode dan literatur tradisional serta pemeliharaan tata nilai tertentu atau bisa
dikatakan sebagai “subkultur pesantren”. Tata nilai ini ditekankan pada fungsi
mengutamakan beribadah sebagai pengabdian dan memuliakan pendidik sebagai
jalan untuk memperoleh pengetahuan agama yang hakiki.
Secara global, menurut Abdurrahman Wahid pendidikan tradisional yakni
pondok pesantren memiliki kelebihan-kelebihan tersendiri, di samping
kelemahan-kelemahan sebagaimana lazimnya institusi kehidupan. Diantara
kelebihan tersebut adalah kemampuan menciptakan sebuah sikap hidup universal
yang merata diikuti oleh semua warga pesantren sendiri dilandasi oleh tata nilai
dan kemampuan memelihara subkulturnya yang unik. Sedangkan kelemahannya
adalah tidak adanya perencanaan terperinci dan rasional atas jalannya pendidikan
itu sendiri, tidak adanya keharusan untuk membuat kurikulum dan hampir tidak
ada perbedaan yang jelas antara yang benar-benar diperlukan dengan yang tidak
diperlukan bagi suatu tingkat pendidikan, sehingga tidak ada sebuah filsafat
pendidikan yang lengkap dan jelas.
Menurut Nurcholis Majid, pesantren akan lebih baik dan lebih berguna
mempertahankan fungsi pokoknya semula, yaitu sebagai tempat
menyelenggarakan pendidikan agama19. Tetapi mungkin diperlukan suatu tinjauan
kembali sedemikian rupa sehingga ajaran-ajaran agama yang diberikan kepada
setiap pribadi merupakan jawaban yang komperhensif atas persoalan makna hidup
dan weltanschauung Islam, selain tentu saja disertai dengan pengetahuan
secukupnya tentang kewajiban-kewajiban praktis seorang Muslim sehari-hari.
Pelajaran-pelajaran ini kemungkinan dapat diberikan melalui beberapa cara,
diantaranya:
Pertama, mempelajari Al Quran dengan cara yang lebih sungguh-sungguh
daripada yang umumnya dilakukan orang sekarang, yaitu dengan menitikberatkan
pada pemahaman makna dan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya. Hal ini
berarti pengajaran kesatuan-kesatuan pengertian dan arti tentang ayat-ayat atau
surat-surat yang dibacanya dengan menghubungkan pada ayat atau surat yang
lain.
Kedua, melalui pertolongan sebuah bahan atau buku pegangan. Seorang
pendidik harus mampu menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik
secara efektif dan efesien.
Selain itu akan lebih efektif jika memanfaatkan mata pelajaran lain untuk
“disisipi” pandangan-pandangan keagamaan tadi dan menanamkan kesadaran
serta penghargaan yang lebih wajar pada hasil-hasil seni budaya Islam atau seni
budaya umumnya. Hal ini penting sekali untuk menumbuhkan kepekaan rohani,
termasuk kepekaan rasa ketuhanan yang menjadi inti sari keagamaan.
Tujuan pendidikan pesantren adalah membentuk manusia yang memiliki
kesadaran tinggi bahwa ajaran Islam merupakan weltanschauung yang bersifat
menyeluruh. Selain itu produk pesantren ini diharapkan memiliki kemampuan
tinggi untuk mengadakan responsi terhadap tantangan dan tuntutan hidup dalam
konteks ruang dan waktu yang ada atau sesuai dengan perkembangan zaman.
Pesantren, Relevansinya Terhadap Pendidikan Islam di Indonesia
Pendidikan Islam merupakan pewarisan dan perkembangan budaya manusia
yang bersumber dan berpedoman pada ajaran agama Islam dalam rangka

19
Ibid., hlm. 110
terbentuknya kepribadian utama menurut Islam. Pada umumnya, istilah
pendidikan islam mengacu pada kata al-Tarbiyah (tumbuh, berkembang,
memelihara), al-Ta’lim dan at-Ta’dib20. Pendidikan Islam adalah upaya
mengembangkan, mendorong serta mengajak manusia lebih maju dengan
berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga
terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan
maupun perbuatan.
Pesantren, Konstribusinya Terhadap Lembaga Pendidikan Islam
Sebagaimana tertulis dalam peraturan pemerintah Nomor 55 Tahun 2007,
pesantren memiliki tujuan untuk menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah, akhlak mulia serta tradisi pesantren untuk mengembangkan kemampuan,
pengetahuan dan keterampilan peserta didik menjadi ahli ilmu agama Islam
(mutafaqqih fiddin) dan menjadi muslim yang memiliki keterampilan serta
keahlian untuk membangun kehidupan yang Islami di masyarakat21.
Pondok pesantren lebih dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam yakni
lembaga yang digunakan untuk penyebaran agama dan tempat mempelajari agama
Islam. Kemampuan pondok bukan hanya dalam pembinaan pribadi muslim,
melainkan usaha mengadakan perubahan dan sosial kemasyarakatan. Pengaruh
pomdok pesantren tidak saja terlihat dari kehidupan santri dan alumninya,
melainkan juga kehidupan masyarakat sekitarnya. Kedudukan seperti ini
membawa akibat, disatu pihak memanfaatkan sebesar-besarnya potensi pondok,
dilain pihak bagaimana membatasi potensi yang sedemikian ini. Pengaruh dan
kesadaran terhadap potensi ini pada mulanya berasal dari peneliti penelitian sosial.
Publikasi para peneliti ini kemudian mempengaruhi pihak-pihak yang
berkepentingan. Di zaman para wali, di zaman kerajaan Islam Jawa, di zaman
pergolakan melawan penjajah, masa-masa revolusi kemerdekaan, bahkan pada
masa orde baru sekitar tahun 1966, peranan pondok pesantren bagi perubahan
sosial sangat jelas.
Pesantren dengan ruh, sunnah dan kehidupan berasrama dengan kyai sebagai
tokoh pokoknya dan masjid sebagai pusat lembaganya, merupakan suatu sistem
pendidikan yang tersendiri dan mempunyai corak khusus. Di dalam ruh, sunnah
20
Ibid., hlm. 114
21
Ibid., hlm. 115
dan kehidupan berasrama itulah antara lain letak kekhususan pondok sebagai
suatu sistem pendidikan. Adapun metode pengajarannya sebenarnya adalah suatu
hal yang setiap kali dapat berkembang dan berubah sesuai dengan penemuan
metode yang lebih efektif dan efesien untuk mengajarkan masing-masing cabang
ilmu pengetahuan. Adapun metode yang lazim digunakan anatara lain: metode
wetonan dan sorongan.
Metode wetonan adalah metode kuliah dimana para santri duduk di sekeliling
kyai yang menerangkan pelajaran secara kuliah. Santri menyimak kitab masing-
masing dan membuat catatan padanya. Istilah weton sendiri berasal dari kata
waktu (Jawa) yang berarti waktu sebab pengajian tersebut diberikan pada waktu-
waktu tertentu, yakni sebelum dan sesudah melakukan sholat fardhu.
Metode sorongan adalah santri menghadap pendidik seorang demi seorang
dengan membaca kitab yang akan dipelajari. Kyai membacakan pelajaran bahasa
arab itu kalimat demi kalimat menyimak dan menerjemahkannya serta
menerangkan maksudnya. Sedangkan santri menyimak dan mengesahkan dengan
memberi memberi catatan pada kitabnya untuk mensahkan bahwa ilmu itu telah
diberikan oleh kyai.
Sementara beberapa pondok pesantren berjalan dengan tradisi yang diwarikan
secara turun menurun tanpa adanya variasi dan perubahan. Sejalan dengan
berbagai deskripsi diatas, maka dapat diambil sebuah relevansi bahwa pesantren
merupakan pusat utama pendidikan Islam di Indonesia. Dari awal mulai
peneybaran Islam di Indonesi, pesantren sudah mendominasi serta paling berperan
dalam merekrut dan mengajarkan ajaran Islam kepada masyarakat Indonesia.
Relevansi Pendidikan Anak Terhadap Pendidikan Islam di Indonesia
Ahmad D marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan
rumusan tersebut, Marimba menyebutkan tredapat lima unsur utama pendidikan,
yaitu22: pertama, usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau
pertolongan yang dilakukan secara sadar. Kedua, terdapat pendidik. Ketiga, ada

22
Ibid., hlm.121
peserta didik. Keempat, adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut.
Kelima, dalam usaha itu ada alat-alat yang dipergunakan.
Pendidikan adalah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja, seksama,
terencana dan bertujuan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam arti memiliki
bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan menyampaikannya kepada peserta didik
secara bertahap. Dari keterangan diatas dapat dipahami bahwa anak adalah
seorang yang masih berada dalam tahap perkembangan menuju dewasa. Dengan
demikian yang dimaksud dengan pendidikan anak adalah usaha orang dewasa
yang dilakukan degan sengaja, seksama, terencana dan bertujuan untuk membantu
agar potensi anak dapat bdikembangkan secara maksimal sebagai bekal
kehidupannya kelak.

Kesimpulan

Konsep pendidikan Islam dalam prespektif Nurcholis Madjid bertitik tolak


dengan konsep filosofis-antropologis manusia sebagai ‘Abd Allah dan Kholifah
Allah yang kualitas kemanusiaannya masih berproses sehingga memerlukan
perjuangan dalam menyempurnakannya. Perjuangan tersebut diproses melalui
pendidikan – termasuk pendidikan Islam – sebagai media pendidikan yang
menekankan pada tercapainnya nilai-nilai akhlak atau moral yang terpuji dalam
konsep sunnahtullah. Pemikiran Nurcholis Madjid masih bersifat umum yang
memerlukan konstruksi yang lebih sistematis. Dalam konsep pendidikan Islam ini,
Nurcholis Madjid yaitu: Pendidikan Akhlak Tasawuf, Pendidikan Lingkungan
Hidup, Pendidikan Dalam Rumah Tangga, Pendidikan Pesantren, Pendidikan
Perempuan Dan Pendidikan Anak. Yang dapat menjadi pedoman dan landasan
dalam mengintegrasikan pendidikan Islam dalam kehidupan umat beragama.

Pendidikan islam di Indonesia mempunyai kesinambungan dengan berbagai


konsep-konsep pendidikan Islam menurut prespektif Nurcholis Madjid. Dimana
Pendidikan Akhlak Tasawuf, Pendidikan Lingkungan Hidup, Pendidikan Dalam
Rumah Tangga, Pendidikan Pesantren, Pendidikan Perempuan Dan Pendidikan
Anak. Sering diajarkan disekolah berbasis agama Islam, seperti pesantren,
madrasah, diniyah dan lain sebagainnya.
Daftar Pustaka

Sumber Buku :

Zulfikar, Nur Ali. 2015. Pendidikan Islam Dalam Pandangan Nurcholis Madjid.
Lamongan: CV. Pustaka Ilalang Group.

Anda mungkin juga menyukai