Oleh :
Pendidikan sebagai bagian dari sistem sosial tidak lepas juga dari hal tertentu.
Salah satunya, upaya dalam membangun, mengembangkan, dan membangkitkat
dunia pendidikan. Serta dorongan dan semangat spiritualisme bagi pengelola
pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan Islam. Pendidikan merupakan hal
paling pokok bagi umat muslim karena dengan pendidikanlah umat muslim akan
mampu mengenal Tuhannya secara mendalam.
1
Nur Ali Zulfikar, Pendiidkan Islam Dalam Pandangan Nurcholis Madjid,
(Lamongan: CV. Ilalang Pustaka Group, 2015), hlm. 45
2
Ibid., hlm. 45-46
Oleh teman-temannya, Nurcholis Madjid dicemooh sebagai “anak Masyumi
kesasar”. Karena sering diejek itulah Nurcholis Madjid meminta kepada ayahnya
untuk memindahkannya ke pesantren lain, dan dipindahkan oleh ayahnya ke
pondok pesantren Gontor Ponorogo, suatu pondok pesantren yang berbeda dengan
sistem pendidikan pesantren pada umumnya. Sehingga diidentifikasi sebagai
pesantren mdern, yang dalam penilaiannya lebih dekat dengan Masyumi, habitat
Nurcholis Madjid3.
3
Ibid., hlm. 46
4
Ibid., hlm. 47
5
Ibid., hlm. 49
6
Ibid., hlm. 54
grand design of God (Sunnat Allah) yang harus diterima dengan penuh arif dan
lapang dada di tengah kenyataan kemanusiaan yang prural dalam segala
dimensinya untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang berkeadilan.
7
Ibid., hlm.65
tentang berbagai aspek lainnya. Manusia hidup didunia bukan di alam yang ghoib
saja, melainkan harus mampu mencerahkan dunia dengan pengetahuan. Konsep-
konsep pendidikan Islam perspektif Nurcholis Madjid sebagai berikut8 :
Karena sebagai seorang ibu, perempuan secara kejiwaan sangat dekat dengan
anak-anaknya dibandingkan dengan kaum laki-laki, sehingga proses pendidikan
anak lebih cepat dihantarkan oleh seorang ibu (ibu adalah guru pertama).
Menurut Nurcholis Madjid mendidik seorang perempuan (calon ibu) adalah sama
dengan mendidik seluruh keluarga. Di Indonesia masalah pemerataan jumlah dan
mutu pendidikan bersangkutan dengan masalah gender. Kesenjangan gender
8
Ibid., hlm. 69
dalam pendidikan dan bidang kehidupan yang lain,bukan perkara yang secara unik
hanya dapat pada bangsa kita9.
Salah satu kesadaran baru yang sangat penting pada umat manusia sekarang
ialah kesadaran tentang betapa pentingnya memelihara alam lingkungan.
Bencana-bencana alam yang menimpa umat manusia akhir-akhir ini banyak sekali
yang merupakan akibat kerusakan lingkungan, munculnya kerusakan di laut dan
di daratan adalah karena ulah tangan manusia.
Banyak sekali petunjuk Kitab Suci tentang pendidikan serta hal-hal yang
berkenaan dengan hubungan antara orang tua dan anak. Semuanya berkisar pada
tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dan kewajiban anak terhadap kedua
orang tuannya. Hubungan yang saling bermanfaat dan saling membahagiakan
antara orang tua dan anak secara timbal balik dapat diwujudkan asalkan kita
memperhatikan benar-benar ajaran agama yang berkaitan. Oleh karena itu,
keluarga menjadi kaitan yang penting, seperti kualitas dan kapasitasnya sebagai
sekolah nonformal yang biasanya dibimbing oleh kiai, ulama, guru agama,
9
Ibid., hlm.73-76
10
Ibid., hlm. 76-77
pemimpin agama, dan seterusnya. Secara lahiriyah tentu mendorong kita kepada
kesimpulan tentang peran positif pendidikan keagamaan bagi anak-anak.
Berprofesi sebagai apapun orang tua ketika mampu menjalin dan mendidik
anaknya dengan baik akan menjadikan anak lebih mudah diarahkan. Dari situ
terlihat betapa pentingnya pendidikan didalam keluarga (rumah tangga).
Banyak sekali petunjuk Kitab Suci tetang pendidikan serta hal-hal yang
berkenaan dengan hubungan antara orang tua dan anak. Semuanya berkisar pada
tanggung jawab orag tua terhadap anaknya dan kewajiban anak terhadap ke dua
orang tuanya. Hubungan yang saling bermanfaat dan saling membahagiakan
antara orang tua dan anak secara timbal balik dapat di wujudkan asalkan kita
memperhatikan benar-benar ajaran agama yang berkaitan. Cukuplah sebagai
bahan renungan pokok bahwa kewajiban beribadah hanyalah kepada Allah, Tuhan
Yang Maha Esa semata, dan bahwa kasih sayang Ilahi yang di mohonkan anak
untuk kedua orang tuanya itu di kaitkan dan sebanding dengan bagaimana ibu-
bapak mendidik anaknya pada masa kecil.
12
Ibid., hlm. 90
13
Ibid., hlm. 92
14
Ibid., hlm. 93
Sedangkan Konsep Pendidikan Islam secara umum dikenal dengan istilah
Ta’dib, Ta’lim dan Tarbiyah. Dimana dalam Islam pendidikan merupakan
kegiatan melatih, mendidik, menuntun dan mengajak manusia untuk terus
bekembang dan mengembangkan pengetahuannya dengan Al Quran dan As
Sunnah sebagai landasan transendentalnya.
Kedudukan pendidikan Islam di Indonesia terbagi menjadi dua varian;
pertama, pendidikan Islam ditempatkan sebagai mata pelajaran dalam artian
bahwa pendidikan Islam sebagai mata pelajaran yang diajarkan baik di sekolah
umum maupun sekolah berideologi Islam. Kedua, pendidikan Islam sebagai
lembaga dimana Islam sebagai institusi atau lembaga yang menjalankan sistem
pendidikan Islam di Indonesia, seperti madrasah, diniyah, pondok pesantren dan
lembaga lainnya yang membawa misi menyebarkan ajaran Islam.
Sedangkan secara konseptual konsep pendidikan Islam dan varian-variannya
dalam kerangka pemikiran Nurcholis Majid telah dipaparkan diatas. Karena data
sudah dipaparkan diatas maka saat ini mencari bagaimana relevansinya terhadap
pendidikan Islam di Indonesia, peneliti akan memaparkan sebagai berikut :
Relevansi Pendidikan Akhlak Tasawuf dalam Pendidikan Islam di Indonesia
Islam adalah agama yang mengajarkan tentang pentingnya akhlak dan
kesatuan segala urusan dunia dengan penciptanya (Allah SWT), karena tujuan
utama dari ajaran Islam adalah untuk membentuk akhlak dan budi pekerti yang
sanggup menghasilkan orang-orang bermoral15. Laki-laki maupun perempuan
agar mempunyai jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar
akhlak yang tinggi, mengetahui arti kewajiban dan pelaksanaanya, menghormati
hak-hak manusia, mengetahui baik dan buruk, menghindari perbuatan yang tercela
serta sopan dalam berbicara dan mulia dalam bertingkah laku.
Pendidikan Perempuan dan Reorientasinya dalam Pendidikan Islam di
Indonesia
Al Quran dan Hadist Nabi SAW yang berbicara tentang kewajiban belajar,
baik kewajiban tersebut ditujukan kepada laki-laki maupun perempuan. Di
Indonesia posisi laki-laki dan perempuan dalam dunia pendidikan seimbang mulai
dari fasilitas dan bahkan dalam kuantitas perempuan banyak mendominasi
15
Ibid., hlm. 94
daripada laki-laki. Tetapi kadangkala dikalangan masyarakat pedesaan seringkali
masih memandang bahwa tugas perempuan adalah berada hanya pada segi
domestic, yakni mengabdi pada suami, masak dan merawat anak16. Perempuan
berhak berpendidikan tinggi.
Relevansi Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Pendidikan Islam di
Indonesia
Persoalan-persoalan krisis lingkungan akhir-akhir ini menjadi isu yang hangat
untuk diperbincangkan, mengingat manusia dihadapkan pada serangkaian
masalah-maslaah global yang membahayakan biosfer dan kehidupan makhluk
hidup. Bencana alam seringkali menjadi berita diberbagai media massa. Secara
nasional, gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, tanah longsor, kekeringan
merupakan fenomena yang akrab dengan penduduk bangsa Indonesia. Menjaga
dan melestarikan alam serta lingkungan merupakan kewajiban setiap manusia,
karena semua itu diciptakan oleh Tuhan untuk melengkapi manusia di dunia. Jadi,
ketika mengingkan kehidupan yang lebih baik, maka harus memperhatikan,
merawat dan menjaga lingkungannya.
Pemerintah Republik Indonesia dalam UU No. 23 Tahun 2009. Perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum17.
Sebagai salah satu lembaga formal dalam bidang pendidikan, sekolah harus
bisa menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi peserta didik untuk belajar.
Dalam rangka merawat dan menjaga lingkungan hidup yang baik di sekolah serta
menciptakan suasana yang menyenangkan, aman dan nyaman diperlukan suatu
upaya, baik itu dari pendidik maupun peserta didik antara lain: pertama, menaati
semua peraturan sekolah, dalam hal ini juga peraturan mengenai lingkungan
sekolah. Kedua, menanam tanaman yang bermanfaat misalnya tanaman obat-
obatan dan buah-buahn. Ketiga, membuang sampah di tempat sampah
berdasarkan jenisnya dan menempatkan sampah tersebut di lokasi yang strategis.
Keempat, membuat jadwal piket kelas harian, dan lain sebagainya.
16
Ibid., hlm. 95
17
Ibid., hlm. 97
Islam telah banyak mengajarkan bagaimana cara memperlakukan dan
melestarikan lingkungan sebagaimana telah jelas dalam QS. Ar-Rum:41 Oleh
karena itu, manusia hendaknya dapat memanfaatkan lingkungan dengan bijak,
mengambil seperlunya dan tidak berlebih-lebihan. Dalam dunia pendidikan,
banyak upaya yang bisa dilakukan oleh pendidik dan peserta didik dalam
memanfaatkan lingkungan, misalnya menetapkan daerah konservasi, menanam
pohon dan tanaman serta adanya larangan mencemari lingkungan.
Pemeliharaan dan pelestarian lingkungan perlu kiranya dirumuskan dan
dijadikan sebagai kurikulum dalam sistem pendidikan nasional khususnya
pendidikan Islam karena memelihara dan melestarikan lingkungan senada dengan
misi Islam yang mengajarkan kebersihan dan menjaga agar tidak tercemar
menjadi bencana yang mampu menghancurkan kehidupan manusia.
Pendidikan Rumah Tangga dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Islam di
Indonesia
Dalam Islam maupun dalam dunia pendidikan keluarga atau rumah tangga
merupakan pusat pendidikan pertama sebelum sekolah. Pendidikan Islam dalam
keluarga yaitu pendidikan yang diberikan anggota keluarga terutama orang tua
kepada anaknya dalam lingkungan keluarga itu sendiri untuk meletakkan dasar
keagamaan, membentuk kepribadian anak menjadi muslim dengan adanya
perubahan sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan ajaran Islam.
Sebagai realisasi tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak, ada
beberapa aspek yang sangat penting untuk diperhatikan orang tua, yaitu
pendidikan ibadah, pokok-pokok ajaran Islam dan membaca Al Quran, pendidikan
akhlakul karimah dan pendidikan akidah islamiyah. Orang tua memiliki
kewajiban dan tanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya. Kewajiban orang
tua mendidik anak-anaknya tidak menuntut untuk memiliki profesionalitas yang
tinggi karena kewajiban tersebut berjlan dengan sendirinya sebagai adat atau
tradisi. Sehingga tidak hanya orang tua yang beradab dan berilmu tinggi saja yang
dapat mendidik, tetapi juga orang tua yang masih memiliki taraf pendidikan yang
minim. Hal tersebut karena kewajiban pendidik anak merupakan naluri pedagogis
bagi setiap individu yang menginginkan anaknya menjadi lebih baik daripada
keadaan dirinya.
Dalam penanaman pandangan hidup beragama, fase kanak-kanak merupakan
fase yang paling baik untuk meresapkan dasar-dasar hidup beragama. Artinya
sejak dini anak harus diajarkan perilaku-perilaku yang menunjukan kepribadian
baik sesuai dengan ajaran agama. Teknik yang paling tepat dalam proses
pendidikan adalah dengan teknik imitasi, yaitu proses pembinaan anak secara
tidak langsung. Orang tua dapat memberikan contoh dan membina anak-anaknya
untu mengikuti serta meniru hal-hal yang telah dicontohkan oleh orang tuanya.
Selain itu, orang tua harus membiasakan anak hidup rukun, istiqomah melakukan
ibadah baik di rumah, di masjid atau di tempat-tempat lainnya bersama anak-
anaknya.
Cara mendidik anak antara ayah dan ibu tentunya memiliki perbedaan. Ayah
merupakan sumber kekuasaan memberikan pendidikan anaknya tentang
manajemen dan kemimpinan. Sedangkan ibu merupakan sumber kasih sayang
yang memberikan pendidikan sifat ramah tamah, asah, asih dan asuh kepada anak-
anaknya. Meskipun cara mendidik antara ayah dan ibu berbeda, namun tentunya
orang tua mengingankan anaknya memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan
ajaran agama.
Menurut Abdul Mujib bahwa ada enam dasar-dasar pendidikan yang
diberikan kepada anak dari orang tuanya18: Pertama, dasar pendidikan budi
pekerti. Memberi norma pandangan hidup tertentu walaupun masih dalam bentuk
yang sederhana kepada anak. Kedua, dasar pendidikan sosial. Melatih anak dalam
tata cara bergaul yang baik terhadap lingkungan sekitar, baik lingkungan sosial
maupun keluarga. Ketiga, dasar pendidikan intelek. Anak diajarkan kaidag pokok
dalam percakapan, bertutur bahsa yang baik, kesenian yang disajikan dalam
bentuk permainan. Keempat, dasar untuk pembentukan kebiasaan pembinaan
kepribadian yang baik dan wajar, yaitu membiaskan kepada anak untuk hidup
yang teratur, bersih, tertib, disiplin, rajin yang dilakukan secara berangsur-angsur
dan berulang-ulang tanpa unsur paksaan. Kelima, dasar pendidikan
kewarganegaraan. Memberikan norma nasionalisme dan patriotisme, cinta tanah
air dan berperikemanusian yang tinggi., Keenam dasar pendidikan agama. Melatih
18
Ibid., hlm.107-108
dan membiasakan ibadah kepada Allah SWT, sembari meningkatkan aspek
keimanan dan ketakwaan anaknya kepada-Nya.
Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah
SWT kepada orang tuanya. Oleh karena itu, harus menjaga, memelihara dan
mendidik serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak menerimanya.
Karena manusia adalah milik Allah, mereka harus mengantarkan anaknya untuk
mengenal dan menghadapkan diri kepada Allah.
Pendidikan Pesantren dan Relevensinya Terhadap Pendidikan Islam di
Indonesia
Pesantren menurut Abdurrahman Wahid adalah sebuah komplek dengan
lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan di sekitarnya dimana dalam
komplek tersebut berdiri beberapa bangunan rumah, kediaman pengasu, sebuah
surau atau masjid tempat pengajaran diberikan dan asrama tempat tinggal para
peserta didik pesantren (santri).
Pesantren dianggap sebagai lembaga pendidikan tradisional memiliki
beberapa aspek kehidupan, diantaranya pemberian pengajaran dengan struktur,
metode dan literatur tradisional serta pemeliharaan tata nilai tertentu atau bisa
dikatakan sebagai “subkultur pesantren”. Tata nilai ini ditekankan pada fungsi
mengutamakan beribadah sebagai pengabdian dan memuliakan pendidik sebagai
jalan untuk memperoleh pengetahuan agama yang hakiki.
Secara global, menurut Abdurrahman Wahid pendidikan tradisional yakni
pondok pesantren memiliki kelebihan-kelebihan tersendiri, di samping
kelemahan-kelemahan sebagaimana lazimnya institusi kehidupan. Diantara
kelebihan tersebut adalah kemampuan menciptakan sebuah sikap hidup universal
yang merata diikuti oleh semua warga pesantren sendiri dilandasi oleh tata nilai
dan kemampuan memelihara subkulturnya yang unik. Sedangkan kelemahannya
adalah tidak adanya perencanaan terperinci dan rasional atas jalannya pendidikan
itu sendiri, tidak adanya keharusan untuk membuat kurikulum dan hampir tidak
ada perbedaan yang jelas antara yang benar-benar diperlukan dengan yang tidak
diperlukan bagi suatu tingkat pendidikan, sehingga tidak ada sebuah filsafat
pendidikan yang lengkap dan jelas.
Menurut Nurcholis Majid, pesantren akan lebih baik dan lebih berguna
mempertahankan fungsi pokoknya semula, yaitu sebagai tempat
menyelenggarakan pendidikan agama19. Tetapi mungkin diperlukan suatu tinjauan
kembali sedemikian rupa sehingga ajaran-ajaran agama yang diberikan kepada
setiap pribadi merupakan jawaban yang komperhensif atas persoalan makna hidup
dan weltanschauung Islam, selain tentu saja disertai dengan pengetahuan
secukupnya tentang kewajiban-kewajiban praktis seorang Muslim sehari-hari.
Pelajaran-pelajaran ini kemungkinan dapat diberikan melalui beberapa cara,
diantaranya:
Pertama, mempelajari Al Quran dengan cara yang lebih sungguh-sungguh
daripada yang umumnya dilakukan orang sekarang, yaitu dengan menitikberatkan
pada pemahaman makna dan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya. Hal ini
berarti pengajaran kesatuan-kesatuan pengertian dan arti tentang ayat-ayat atau
surat-surat yang dibacanya dengan menghubungkan pada ayat atau surat yang
lain.
Kedua, melalui pertolongan sebuah bahan atau buku pegangan. Seorang
pendidik harus mampu menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik
secara efektif dan efesien.
Selain itu akan lebih efektif jika memanfaatkan mata pelajaran lain untuk
“disisipi” pandangan-pandangan keagamaan tadi dan menanamkan kesadaran
serta penghargaan yang lebih wajar pada hasil-hasil seni budaya Islam atau seni
budaya umumnya. Hal ini penting sekali untuk menumbuhkan kepekaan rohani,
termasuk kepekaan rasa ketuhanan yang menjadi inti sari keagamaan.
Tujuan pendidikan pesantren adalah membentuk manusia yang memiliki
kesadaran tinggi bahwa ajaran Islam merupakan weltanschauung yang bersifat
menyeluruh. Selain itu produk pesantren ini diharapkan memiliki kemampuan
tinggi untuk mengadakan responsi terhadap tantangan dan tuntutan hidup dalam
konteks ruang dan waktu yang ada atau sesuai dengan perkembangan zaman.
Pesantren, Relevansinya Terhadap Pendidikan Islam di Indonesia
Pendidikan Islam merupakan pewarisan dan perkembangan budaya manusia
yang bersumber dan berpedoman pada ajaran agama Islam dalam rangka
19
Ibid., hlm. 110
terbentuknya kepribadian utama menurut Islam. Pada umumnya, istilah
pendidikan islam mengacu pada kata al-Tarbiyah (tumbuh, berkembang,
memelihara), al-Ta’lim dan at-Ta’dib20. Pendidikan Islam adalah upaya
mengembangkan, mendorong serta mengajak manusia lebih maju dengan
berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga
terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan
maupun perbuatan.
Pesantren, Konstribusinya Terhadap Lembaga Pendidikan Islam
Sebagaimana tertulis dalam peraturan pemerintah Nomor 55 Tahun 2007,
pesantren memiliki tujuan untuk menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah, akhlak mulia serta tradisi pesantren untuk mengembangkan kemampuan,
pengetahuan dan keterampilan peserta didik menjadi ahli ilmu agama Islam
(mutafaqqih fiddin) dan menjadi muslim yang memiliki keterampilan serta
keahlian untuk membangun kehidupan yang Islami di masyarakat21.
Pondok pesantren lebih dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam yakni
lembaga yang digunakan untuk penyebaran agama dan tempat mempelajari agama
Islam. Kemampuan pondok bukan hanya dalam pembinaan pribadi muslim,
melainkan usaha mengadakan perubahan dan sosial kemasyarakatan. Pengaruh
pomdok pesantren tidak saja terlihat dari kehidupan santri dan alumninya,
melainkan juga kehidupan masyarakat sekitarnya. Kedudukan seperti ini
membawa akibat, disatu pihak memanfaatkan sebesar-besarnya potensi pondok,
dilain pihak bagaimana membatasi potensi yang sedemikian ini. Pengaruh dan
kesadaran terhadap potensi ini pada mulanya berasal dari peneliti penelitian sosial.
Publikasi para peneliti ini kemudian mempengaruhi pihak-pihak yang
berkepentingan. Di zaman para wali, di zaman kerajaan Islam Jawa, di zaman
pergolakan melawan penjajah, masa-masa revolusi kemerdekaan, bahkan pada
masa orde baru sekitar tahun 1966, peranan pondok pesantren bagi perubahan
sosial sangat jelas.
Pesantren dengan ruh, sunnah dan kehidupan berasrama dengan kyai sebagai
tokoh pokoknya dan masjid sebagai pusat lembaganya, merupakan suatu sistem
pendidikan yang tersendiri dan mempunyai corak khusus. Di dalam ruh, sunnah
20
Ibid., hlm. 114
21
Ibid., hlm. 115
dan kehidupan berasrama itulah antara lain letak kekhususan pondok sebagai
suatu sistem pendidikan. Adapun metode pengajarannya sebenarnya adalah suatu
hal yang setiap kali dapat berkembang dan berubah sesuai dengan penemuan
metode yang lebih efektif dan efesien untuk mengajarkan masing-masing cabang
ilmu pengetahuan. Adapun metode yang lazim digunakan anatara lain: metode
wetonan dan sorongan.
Metode wetonan adalah metode kuliah dimana para santri duduk di sekeliling
kyai yang menerangkan pelajaran secara kuliah. Santri menyimak kitab masing-
masing dan membuat catatan padanya. Istilah weton sendiri berasal dari kata
waktu (Jawa) yang berarti waktu sebab pengajian tersebut diberikan pada waktu-
waktu tertentu, yakni sebelum dan sesudah melakukan sholat fardhu.
Metode sorongan adalah santri menghadap pendidik seorang demi seorang
dengan membaca kitab yang akan dipelajari. Kyai membacakan pelajaran bahasa
arab itu kalimat demi kalimat menyimak dan menerjemahkannya serta
menerangkan maksudnya. Sedangkan santri menyimak dan mengesahkan dengan
memberi memberi catatan pada kitabnya untuk mensahkan bahwa ilmu itu telah
diberikan oleh kyai.
Sementara beberapa pondok pesantren berjalan dengan tradisi yang diwarikan
secara turun menurun tanpa adanya variasi dan perubahan. Sejalan dengan
berbagai deskripsi diatas, maka dapat diambil sebuah relevansi bahwa pesantren
merupakan pusat utama pendidikan Islam di Indonesia. Dari awal mulai
peneybaran Islam di Indonesi, pesantren sudah mendominasi serta paling berperan
dalam merekrut dan mengajarkan ajaran Islam kepada masyarakat Indonesia.
Relevansi Pendidikan Anak Terhadap Pendidikan Islam di Indonesia
Ahmad D marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan
rumusan tersebut, Marimba menyebutkan tredapat lima unsur utama pendidikan,
yaitu22: pertama, usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau
pertolongan yang dilakukan secara sadar. Kedua, terdapat pendidik. Ketiga, ada
22
Ibid., hlm.121
peserta didik. Keempat, adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut.
Kelima, dalam usaha itu ada alat-alat yang dipergunakan.
Pendidikan adalah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja, seksama,
terencana dan bertujuan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam arti memiliki
bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan menyampaikannya kepada peserta didik
secara bertahap. Dari keterangan diatas dapat dipahami bahwa anak adalah
seorang yang masih berada dalam tahap perkembangan menuju dewasa. Dengan
demikian yang dimaksud dengan pendidikan anak adalah usaha orang dewasa
yang dilakukan degan sengaja, seksama, terencana dan bertujuan untuk membantu
agar potensi anak dapat bdikembangkan secara maksimal sebagai bekal
kehidupannya kelak.
Kesimpulan
Sumber Buku :
Zulfikar, Nur Ali. 2015. Pendidikan Islam Dalam Pandangan Nurcholis Madjid.
Lamongan: CV. Pustaka Ilalang Group.