MAKALAH
Diajukan Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
ILMU TASAWUF
Dosen Pengampu :
Ahmad Masrukin, S.Ag. M.Pd.I
Kelompok 6 :
Segala puji hanya bagi kepada Allah Swt. karena hanya Dia yang mampu
mempersembahkan al-Quran al-Karim ini menjadi petunjuk bagi seluruh umat
manusia dan menjadi rahmat bagi seluruh jagat raya ini (rahmatan lil’alamin).
Salawat dan salam semoga disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW rasul
Allah yang telah membawa risalah Nya berupa al-Quran untuk semua umat
manusia.
ii
Penyusun
iii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
A. Pengertian Tasawuf Akhlaqi...............................................................................2
a. Takhalli..............................................................................................................3
b. Tahalli................................................................................................................4
c. Tajalli.................................................................................................................5
B. Prinsip Ajaran Tasawuf al-ghazali.....................................................................6
a. Adab...................................................................................................................7
b. Tazkiyah.............................................................................................................7
c. Zuhud.................................................................................................................8
d. Amar Ma’ruf Nahi Munkar................................................................................8
BAB III...........................................................................................................................10
PENUTUP.......................................................................................................................10
A. KESIMPULAN...................................................................................................10
B. Kritik & Saran....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kajian-kajian keislaman, tasawuf merupakan salah satu dimensi
spiritual dari ajaran Islam. Hal ini disebabkan karena tasawuf memerlukan
pendalaman ilmu dan bahkan merupakan pengalaman yang bersifat rohani. Akan
tetapi, sebagian muslim memandang ajaran tasawuf berada di luar jalur Islam
yaitu bahwa tasawuf merupakan sebuah ajaran yang berada di luar ajaran islam.
Namun, sebagian lainnya memandang tasawuf sebagai bagian integral dari ajaran
Islam sehingga perlu dipelajari secara seksama.
Bagi orang-orang yang menganggap tasawuf bukan murni berasal dari
ajaran Islam, mendasari argumennya bahwa tasawuf berasal dari ajaran agama
Yahudi dan Nasrani. Ada juga yang berpendapat bahwa ada kemiripan antara
ajaran tasawuf dengan kerohanian dalam ajaran agama Hindu maupun Budha.
Tasawuf merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat intuitif di mana sebuah
pengetahuan didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Dengan
demikian tasawuf merupakan suatu upaya untuk melatih jiwa dengan berbagai
cara yang telah ditentukan, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan berada
sedekat mungkin dengan Allah SWT. Awal tumbuhnya pengalaman yang bersifat
rohani tersebut dalam Islam dimulai dari masa kehidupan Nabi Muhammad SAW.
Sebelum beliau dinyatakan sebagai Rasul Allah, beliau pergi berkhalwat di gua
Hira untuk meraih ketenangan jiwa serta membersihkan hati dalam menempuh
problem kehidupan.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dari Tasawuf Akhlaqi.
2. Prinsip ajaran tasawuf Al-Ghozali.
C. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan tentang pengertian tasawuf akhlaqi.
1
2. Menjelaskan ajaran tasawuf al-ghozali.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Dwi Muthia Ridha Lubis, “Konsep Pemikiran Tasawuf Akhlaqi,” Islam & Contemporary Issues 1,
no. 2 (2021): 28–35.
2
Lubis.
3
tatanan dasar untuk menjaga akhlak manusia, atau dalam bahasa sosialnya, yaitu
moralitas masyarakat. Tasawuf akhlaki adalah tasawuf yang beorientasi pada
perbaikan akhlak, mencari hakikat kebenaran dan mewujudkan manusia yang
dapat makrifat Allah SWT, dengan metode-metode tertentu yang telah
dirumuskan. Tasawuf akhlaki biasa juga disebut dengan istilah sunni. tasawuf
model ini berusaha untuk mewujudkan akhlak yang mulia dalam diri si sufi,
sekaligus menghindari diri dari akhlak tercela. Tasawuf akhlaki ini dikembangkan
oleh ulama salaf as-salih3.
Oleh karena itu, tasawuf akhlaqi merupakan kajian ilmu yang sangat
memerlukan praktik untuk menguasainya. Tidak hanya berupa teori sebagai
sebuah pengetahuan, tetapi harus dilakukan dengan aktifitas kehidupan manusia.
Di dalam diri manusia juga ada potensi-potensi atau kekuatan-kekuatan. Ada yang
disebut dengan fitrah yang cenderung kepada kebaikan. Ada juga yang disebut
dengan nafsu yang cenderung kepada keburukan. Jadi, tasawuf akhlaqi yaitu ilmu
yang memperlajari pada teori-teori perilaku dan perbaikan akhlak4.
Tasawuf akhlaqi mempunyai tahap pembinaan yang disusun sebagai
berikut:
a. Takhalli
Takhalli merupakan langkah pertama yang harus di lakukan oleh seorang
sufi. Takhalli adalah usaha mengosongkan diri dari perilaku dan akhlak tercela
Salah satu dari akhlak tercela yang paling banyak menyebabkan akhlak jelek
antara lain adalah kecintaan yang berlebihan kepada urusan duniawi.5.
Sementara itu ada sekelompok sufi ekstrim yang berkeyakinan bahwa dunia
benar-benar sebagai racun pembunuh kelangsungan cita-cita sufi. Dunia
merupakan penghalang perjalanan, karena itu nafsu yang bertendensi duniawi
dimatikan dari diri manusia agar ia bebas berjalan menuju tujuan, mencapai
kenkmatan spiritual yang hakiki. Sikap mental yang tidak sehat sebagai akses
yang timbul dari rasa keterkaitan kepada kehidupan duniawi, menurut pandang
sufi cukup banyak. Sikap mental yang dipandang sangat berbahaya adalah sikap
3
Lubis.
4
Khoirul Anwar, “KONSEP DAKWAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL DENGAN MENELADANI
AJARAN AL-QUSYAIRI DALAM TASAWUF AKHLAQI,” Al-Ittishol: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran
Islam 2, no. 1 (2021): 47–66.
5
Anwar.
4
mental ria. Ria ini dapat diartikan sebagai kecenderungan jiwa pamer agar
mendapat puji sanjung dari orang lain dan pada akhirnya ingin dikultuskan. Sifat
ingin disanjung dan ingin diagungkan, menurut Al-Ghazali, merasa sulit untuk
menerima kebesaran orang lain, termasuk untuk menerima keagungan Allah
SWT. Sebab hasrat ingin disanjung itu sebenarnya tidak lepas dari adanya
perasaan paling unggul, rasa superioritas dan ingin menang sendiri karena merasa
unggul dari yang lain. Rentetannya adalah rasa sombong, egois, dengki, fitnah dan
iri atas keberasilan orang lain6.
b. Tahalli
Tahalli adalah upaya mengisi dan menghiasi diri dengan jalan membiasakan
diri dengan sikap, perilaku, dan akhlak terpuji. Tahapan tahalli dilakukan kaum
sufi setelah mengosongkan jiwa dari akhlak-akhlak tercela. Dengan menjalankan
ketentuan agama baik yang bersifat eksternal (luar) maupun internal (dalam).
Yang disebut aspek luar adalah kewajiban-kewajiban yang bersifat formal seperti
sholat, puasa, haji dll. Dan adapun yang bersifat dalam adalah seperti keimanan,
ketaatan dan kecintaan kepada Tuhan7.
Tahalli merupakan tahap pengisian jiwa yang telah dikosongkan pada tahap
takhalli. Dengan kata lain, sesudah tahap pembersihan diri dari segala sikap
mental buruk (takhalli), usaha itu harus berlanjut terus ke tahap berikutnya yang
disebut tahalli. Apabila satu kebiasaan telah dilepaskan tetapi tidak ada
penggantinya, maka kekosongan itu dapat menimbulkan frustasi. Oleh karena itu,
ketika kebiasaan lama ditinggalkan harus segala diisi kebiasaan baru yang baik.
Menurut Al-Ghazali, jiwa manusia dapat diubah, dilatih, dikuasai, dan dibentuk
sesuai dengan kehendak manusia itu sendiri. Perbuatan baik yang sangat penting
diisikan kedalam jiwa manusia dan dibiasakan dalam perbuatan agar menjadi
manusia paripurna (insan kamil). Sikap mental dan perbuatan baik yang sangat
penting di isi ke dalam jiwa manusia dan dibiasakan pada perbuatan untuk
6
Lubis, “Konsep Pemikiran Tasawuf Akhlaqi.”
7
Anwar, “KONSEP DAKWAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL DENGAN MENELADANI AJARAN AL-
QUSYAIRI DALAM TASAWUF AKHLAQI.”
5
membentuk manusia paripurna, diantaranya yaitu Taubat, Cemas dan Harap
(Khauf dan Roja’), Zuhud, Al-Faqr, Ash-Shabru, Rida dan Muraqabah8.
c. Tajalli
Untuk pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui pada fase
tahalli, maka rangkaian pendidikan akhlak selanjutnya adalah fase tajalli. Kata
tajalli bermakna terungkapnya nur ghaib. Agar hasil yang telah diperoleh jiwa dan
organ-organ tubuh yang telah terisi dengan butir-butir mutiara akhlak dan sudah
terbiasa melakukan perbuatan yang luhur, maka rasa ketuhanan perlu dihayati
lebih lanjut. Kebiasaan yang dilakukan dengan kesadaran optimum dan rasa
kecintaan yang mendalam dengan sendirinya akan menumbuhkan rasa rindu
kepada-Nya9.
Jalan menuju Allah SWT menurut kaum sufi terdiri atas dua usaha, pertama
mulazamah, yaitu selalu berzikir. Kedua mukhalafah, selalu menghindarkan diri
dari segala sesuatu yang dapat melupakan- Nya. Keadaan ini dinamakan safar
kepada Tuhan. Safar merupakan gerak dari satu pihak, tidak dari pihak yang
datang (hamba) dan tidak dari pihak yang di datang (Tuhan) tetapi pendekatan
dari keduanya. Dalam hal ini, safar merupakan jalan menuju tuhan sedekat
mungkin tanpa berpaling dari-Nya sehingga tercapailah kesempurnaan kesucian
jiwa. Para sufi sependapat bahwa satu-satu nya cara untuk mencapai tingkat
kesempurnaan kesucian jiwa, yaitu dengan mencintai Allah SWT dan
memperdalam rasa cinta tersebut. Dengan kesucian jiwa, jalan untuk mencapai
Tuhan akan terbuka. Tanpa jalan ini tidak ada kemungkinan terlaksananya tujuan
dan perbuatan yang dilakukanpun tidak dianggap sebagai perbuatan baik10.
8
Lubis, “Konsep Pemikiran Tasawuf Akhlaqi.”
9
Anwar, “KONSEP DAKWAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL DENGAN MENELADANI AJARAN AL-
QUSYAIRI DALAM TASAWUF AKHLAQI.”
10
Lubis, “Konsep Pemikiran Tasawuf Akhlaqi.”
6
B. Prinsip Ajaran Tasawuf al-ghazali
11
Mohammad Rohmanan, “Konsep Tasawuf Al-Ghazali dan Kritiknya Terhadap Para Sufi (Telaah
Deskriptif Analitis),” JASNA: Journal For Aswaja Studies 1, no. 2 (2021): 1–16.
12
H. MUHAMMAD TORIK, “INTEGRASI TASAWUF DALAM MAQHASID AL-SYARI’AH MENURUT
PANDANGAN IMAM AL-GHAZALI,” 2021.
7
menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat mengganggu kekhushu’an jalannya
ibadah yang mereka lakukan.
a. Adab
Al-Ghazali kemudian berpendapat pengetahuan tersebut teraplikasikan
dalam moral yang tinggi baik kepada Allah SWT maupun kepada manusia.
Sehingga pengetahuan dalam perspektif ini menuju pada cahaya ketuhanan, dan
cahaya ketuhanan tersebut tidak akan pernah diberikan kepada ahli maksiat.
Disebabkan kemaksiatan tersebut akan menutup jalan cahaya. Dan tidak ada
sesuatu yang lebih layak dicintai yang selain Allah. Karena itu, barang siapa
mencintai yang selain Allah, jika bukan karena dinisbatkan kepada Allah, hal itu
timbul karena kebodohan-kebodohan dan kekurangtahuannya terhadap Allah14.
b. Tazkiyah
Pengetahuan bersumber dari akal tersebut kemudian menuntun qalbu untuk
menyaksikan Allah SWT, oleh sebab itu para ahli tasawuf seringkali
mengosongkan qalbunya dari berbagai perosalan dunia, karna hal tersebut
13
TORIK.
14
TORIK.
8
menghambat capaian mereka dalam mahabbah kepada Allah SWT (Al-Taftazzani,
1957). Sehingga dengan ma’rifat tersebut menyerap kejiwaan mengantarkan
cahaya keilmuan yang berasal dari sumber ketuhanan dan tidak memiliki
keraguan sedikitpun daripadanya. Adapun ma’rifah sifat, adalah mengetahui
bahwa sesungguhnya Allah Swt. Maha Hidup, Maha Mengetahui, Maha
Berkuasa, Maha Mendengar, Maha Melihat dan dengan segala sifat
kemahasempurna lainnya15,
c. Zuhud
Tahapan Zuhud adalah tahapan yang membentuk seseorang melepaskan
kehidupan duniawi dan lebih condong kepada kehidupan akhirat. Semua itu akan
mengantarkan seorang sufi kepada jalan tawakal yang hadir dari keimanan nan
teguh lagi kokoh. Ketika sampai pada puncak tersebut seseorang akan kehilangan
rasa sebagaimana roh yang terlepas dari jasad. Barulah seorang sufi memasuki
tahapan ma’rifat dengan mengetahui semua rahasia-rahasia yang telah Allah SWT
tunjukkan. Ma’rifat sendiri menurut al-Ghazali merupakan pengetahuan dari akal,
Ma’rifat inilah yang kemudian menimbulkan mahabbah16.
15
TORIK.
16
TORIK.
9
begitu juga golongan khawas tidak dapat secara menyeluruh memberikan
penjelasan kepada golongan awwam, perbedaan tersebutlah kemudian melahirkan
perdebatan. Perbedaan yang tercipta tersebut semuanya menuju kepada
kebahagiaan sebagai akhir dari perjalanan, al-Ghazali kemudian mengemukakan
teori berkenaan dengan kebahagiaan, Mencapai tujuan itu harus dibarengi dengan
ilmu dan amal, ilmu sebagai suatu kelezatan sedangkan amal menjadi sebuah
keindahan. Sehingga kebahagian yang datang dari ilmu dan amal akan
mengantarkan pada kebahagiaan dunia dan akhirat, menutu pendapat al-Ghazali
kebahagiaan didasari dengan analisa psikologis dan pengetahuan yang berasal dari
cahaya ketuhanan. Pengetahuan sebagai cahaya ketuhanan merupakan eksistensi
dari khaliq, makhluk, dan alam, semua menjadi suatu keajaiban yang penuh
kenikmatan, seperti kenikmatan duniawi selalu dirasakan jiwa, semenjak
dilahirkan hingga kematian merupakan konsekwensi dari kondisi jiwa Sedangkan
pengetahuan terhadap tuhan selalu dikaitkan dengan keimanan, walaupun
seringkali disandingkan dengan hati ia tidak akan mati, cahaya ketuhanan tersebut
tidak akan pernah redup bahkan bersinar lebih terang, karna pengetahuan itu hadir
setelah berada dalam kegelapan yang bergerak menuju cahaya17.
17
TORIK.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tasawuf akhlaqi bermakna membersihkan tingkah laku atau saling
membersihkan tingkah laku. Jika konteksnya adalah manusia, tingkah laku
manusia menjadi sasarannya. Tasawuf akhlaqi ini bisa dipandang sebagai sebuah
tatanan dasar untuk menjaga akhlak manusia, atau dalam bahasa sosialnya, yaitu
moralitas masyarakat. Tasawuf akhlaki adalah tasawuf yang beorientasi pada
perbaikan akhlak, mencari hakikat kebenaran dan mewujudkan manusia yang
dapat makrifat Allah SWT, dengan metode-metode tertentu yang telah
dirumuskan. Tasawuf akhlaki biasa juga disebut dengan istilah sunni. tasawuf
model ini berusaha untuk mewujudkan akhlak yang mulia dalam diri si sufi,
sekaligus menghindari diri dari akhlak tercela. Dalam diri mausia ada potensi
untuk menjadi baik dan ada potensi untuk buruk. tasawuf akhlaki tentu saja
berusaha mengembangkan potensi baik supaya manusia menjadi baik, sekaligus
mengendalikan potensi yang buruk supaya tidak berkembang menjadi akhlak
yang buruk. potensi buruk menjadi baik adalah al-Aql dan al-Qabl. Sementara
potensi untuk menjadi buruk adalah an-nafs, nafsu yang dibantu oleh syaitan.
Oleh karena itu, tasawuf akhlaqi merupakan kajian ilmu yang sangat memerlukan
praktik untuk menguasainya. Tidak hanya berupa teori sebagai sebuah
pengetahuan, tetapi harus dilakukan dengan aktifitas kehidupan manusia.
11
DAFTAR PUSTAKA
12