Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MANFAAT ILMU TASAWUF DALAM KEHIDUPAN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Aqidah Akhlak II

Dosen Pengampu:

Muh. Makki, S.Ag., M.Ag.

Disusun Oleh:

KELOMPOK IV

MUTIARA 220250007

RAHMATIA 220250037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE

2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang
membimbing kita melalui petunjuk-petujuknya sebagaimana yang terkandung dalm Al-Qur’an
dan Sunnah, petunjuk menuju ke jalan yang lurus dan jalan diridhoinya. Syukur alhamdulilah
kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan rencana. Makalah ini kami susun dengan
judul “MANFAAT ILMU TASAWUF DALAM KEHIDUPAN”.

Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita nabi
muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam, keluarga, sahabat, tabi’in, dan kita semua sebagai umat
yang tat dan turut terhadap risalah yang dibawahnya sampai hari kiamat. Selanjutnya saya
mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Muh. Makki, S.Ag., M.Ag. selaku dosen mata
kuliah Aqidah Akhlak II yang telah banyak membimbing kami, dan kepada semua pihak yang
telah terlibat dalam proses penyusunan makalah.

Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Billahi fii sabilil haq, fastabiqul khaerat

Parepare, 23 Oktober 2022

KELOMPOK IV

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii

BAB I ..................................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................................ 1

C. Tujuan Masalah ........................................................................................................................... 1

BAB II .................................................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 2

A. Manfaat Ilmu Tasawuf Dalam Kehidupan .................................................................................... 2

BAB III ................................................................................................................................................... 6

PENUTUP .............................................................................................................................................. 6

A. Kesimpulan.................................................................................................................................. 6

B. Saran ........................................................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara historis akhlak tasawwuf adalah pemandu perjalanan hidup umat manusia agar
selamat dunia dan akhirat, itu di karenakan Akhlak Tasawuf merupakan salah satu khazanah
intelektual Muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan. Tidaklah berlebihan
jika misi utama kerasulan Muhammad saw. adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia,
dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena
dukungan akhlaknya yang prima.

Melihat betapa pentingnya akhlak tasawuf dalam kehidupan ini tidaklah mengherankan jika
akhlak tasawuf ditentukan sebagai mata kuliah yang wajib diikuti oleh kita semua. Sebagai
upaya untuk menanggulangi kemerosotan moral yang tengah dialami bangsa ini.

Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam. Sabda beliau:

ِ َّ‫الناس أَنفَعُ ُهم لِلن‬


‫اس‬ ِ ‫َخي ُْر‬

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hadits Riwayat ath-
Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath, juz VII, hal. 58, dari Jabir bin Abdullah r.a.. Dishahihkan
Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam kitab: As-Silsilah Ash-Shahîhah)

B. Rumusan Masalah
1. Sebutkan manfaat ilmu tasawuf dalam kehidupan?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui manfaat ilmu tasawuf dalam kehidupan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manfaat Ilmu Tasawuf Dalam Kehidupan


Menurut Hossein Nasr sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata1

bahwa paham sufisme mulai mendapat tempat di kalangan masyarakat (termasuk masyarakat
Barat), karena mereka merasakan kekeringan batin. Mereka mulai mencari-cari di mana sufisme
yang dapat menjawab sejumlah masalah tersebut.

Perlunya tasawuf dimasyarakatkan dalam pandangan Komaruddin Hidayat 2terdapat tiga


tujuan. Pertama, turut serta terlibat dalam berbagai peran dalam menyelamatkan kemanusiaan
dari kondisi kebingungan akibat hilangnya nilai-nilai spiritual.

Kedua, mengenalkan literatur atau pemahaman tentang aspek esoteris (kebatinan) Islam,
baik terhadap masyarakat Islam yang mulai melupakannya maupun di kalangan masyarakat non-
Islam.

Ketiga, untuk memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya aspek esoteris Islam,
yakni sufisme adalah jantung ajaran Islam, sehingga bila wilayah ini kering dan tidak berdenyut,
maka keringlah aspek-aspek lain dalam ajaran Islam.

Dalam kaitan itu Nasr menegaskan arti penting tarikat atau jalan rohani yang merupakan
dimensi kedalaman dan esoteric dalam Islam, sebagaimana syari’at berakar pada Al-Qur’an dan
Al-Sunnah. Ia menjadi jiwa risalah Islam, seperti hati yang ada pada tubuh, tersembunyi jauh

1
Op.Cit., h. 294
2
Pandangan ini sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata. Ibid., h. 294-295

2
dari pandangan luar. Betapapun ia tetap merupakan sumber kehidupan yang paling dalam, yang
mengatur seluruh organisme keagamaan dalam Islam. 3

Menjadi suatu kenyataan nilai-nilai spiritualitas mendapat tempat yang semakin lirik
dalam masyarakat modern dewasa ini. Fenomena ini menunjukkan krisis besar yang melanda
umat manusia tidak akan dapat diatasi dengan keunggulan iptek sendiri dan kebesaran ideologi
yang dianut oleh negara-negara terkemuka. Ideologi sosialisme-komunisme telah gagal. Ideologi
kapitalisme-liberalisme juga dianggap goyah dan rapuh. Dalam hal ini kemudian agama dilihat
sebagai harapan dan benteng terakhir untuk menyelamatkan manusia dari kehancuran yang
mengerikan.

Di sinilah letaknya arti penting manfaat Ilmu Tasawuf dalam kehidupan.

Tasawuf merupakan aspek ajaran Islam yang mewariskan etika kehidupan sederhana,
zuhud, tawakkal, kerendahan hati, nilai-nilai kesabaran dan semacamnya. Sedangkan dunia
modern lebih banyak dimuati pemujaan materi, persaingan keras disertai intrik tipu daya,
keserakahan, saling menjegal antar sesama, tidak mengenal halal haram, dan sebagainya.
Ternyata efek kehidupan dunia modern yang mengarah pada dunia glamour ini tidak
menenangkan batin. Sehingga trend kembali kepada agama nampaknya lebih berorientasi
spiritualisme. 4

Nampaknya dunia sekarang sepakat bahwa sains harus dilandasi etika, namun karena
etika pun akarnya pemikiran filsafat, maka masalah etika pun masih mengandung masalah.
Untuk itu yang diperlukan adalah akhlak yang bersumber pada Al-Qur’an dan Al-Hadits.5

3
Ibid., h. 295. Husein Nashr, Tasawuf Dulu dan Sekarang (terjemahan Living Sufisme), (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1985), cet. I, h. 181.

4
Trend kembali kepada agama ternyata lebih mengarah pada nilai-nilai spiritualisme, bukan religius formal yang
konvensional. Annemarie Scimmel dalam bukunya Mystical Dimension of Islam mengakui bahwa masyarakat
modern tampaknya enggan terikat dengan agama-agama formal. Mereka lebih tertarik dengan meditasi, dzikir, dan
olah rohani lainnya dibanding dimensi ritual, moral dan sosial pada agama-agama tertentu. Lihat Said Agil Husin
Al-Munawar, Al-Qur’a>n Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta: Ciputat Press, 2003), cet. III, h. 375.
5
Abuddin Nata, Op.Cit., h. 300

3
Oleh sebab itu, tasawuf menjadi pilihan, karena bentuk kebajikan spiritual dalam tasawuf
telah dikemas dengan filsafat, pemikiran, ilmu pengetahuan dan disiplin kerohanian tertentu
berdasarkan ajaran Islam. Nilai-nilai spiritual yang digali dari sumber formal, seperti Al-Qur’an,
Al-Hadits, dan dari pengalaman keagamaan atau mistik telah dikembangkan para sufi
sebelumnya.6

Dunia sekarang mendambakan kedamaian hidup. Bukan saja kedamaian rumah tangga,
antar tetangga dan kelompok masyarakat, dan stabilitas nasional, tetapi sampai pada kedamaian
internasional. Untuk itu implementasi tasawuf di zaman modern ini hendaknya diletakkan secara
proporsional. Dengan maksud dalam zaman modern ini orientasi kesufian sebaiknya diarahkan
untuk dapat berkembang seiring dengan modernitas. 7
Dalam arti pengembangan tasawuf disesuaikan dengan perkembangan zaman dengan
diutamakan hidup bersih dari noda-noda kema’siyatan, dan berusaha untuk berprilaku sesuai
dengan norma-norma agama jangan terjerumus dalam perbuatan dosa dan barang-barang yang
haram. 8

Reinterpretasi dan kontekstualisasi nilai spiritual sufisme akan semakin bermakna bila
mana ditampilkan pada tataran yang aplikatif dalam kehidupan bermasyarakat. Konsep ikhlas
dan cinta misalnya, akan menjadi sarat makna apabila nilai sufistik ini diamalkan dalam seluruh
aspek kehidupan sosial kemasyarakatan, baik dalam dunia politik, ekonomi, budaya, dan
sebagainya. Korupsi, kolusi, nepotisme, kerusuhan dan perselisihan antar sesama anak bangsa
serta berbagai penyakit sosial lainnya dengan sendirinya secara berangsur-angsur menjadi
berkurang andaikata sejak dini konsep ini dimasyarakatkan. 9

6
Said Agil Husin Al-Munawar, Op.Cit., h. 378
7
Ibid., h. 385-386

8
Dalam kajian ini dapat didalami dalam bahasan karya Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2003), cet. IV.

9
Alangkah indahnya sesama kita memulai suatu pekerjaan dengan keikhlasan, menjalin hubungan antar sesame dengan rasa cinta
karena Allah. Op.Cit., h. 388.

4
Oleh karena itu, yang perlu diperhatikan ialah dapat mengamalkan secara aplikatif nilai-
nilai spiritual di tengah dinamika modernitas kehidupan manusia. Dalam hal ini kesufian tidak
mutlak diasosiasikan dengan penyendirian dan pertapaan untuk menyatu dengan Tuhan, tetapi
penyucian diri bagi setiap orang yang terlibat dalam dunia modern. Sufi masa modern adalah
orang yang mampu menghadirkan ke dalam dirinya nilai-nilai Ilahiyah yang memancar dalam
bentuk prilaku yang baik dan menyinari dalam kehidupan sesama manusia. Inilah pemahaman
Hadits Nabi SAW, bahwa sebaik-baik manusia ialah manusia yang paling bermanfaat bagi orang
lain (sesama manusia) (HR. Imam Bukhori). 10

Untuk mengamalkan praktek kesufian dalam arti penyendirian dengan tujuan menyatu
dengan Tuhan, tampaknya kurang relevan dengan modernitas yang mengharuskan adanya
hubungan antar pribadi dan kelompok manusia dalam membangun peradaban modern yang
cirinya adalah pemanfaatan iptek dan pendayagunaan sumber daya secara maksimal serta
kemakmuran kehidupan. Untuk itu diperlukan orientasi baru berupa penghadiran nilai-nilai Ilahi
dalam perilaku keseharian kita, sehingga peran agama yang menghendaki kesucian moral tetap
terasa sangat perlu di abad modern ini. 11

Dengan demikian tasawuf di abad modern tidak lagi berorientasi murni kefanaan untuk
menyatu dengan Tuhan, tetapi juga pemenuhan tanggung jawab kita sebagai khalifah Tuhan
yang harus berbuat baik kepada sesama manusia dan sesama makhluk. 12 Dengan kata lain,
tasawuf tidak hanya memuat dimensi kefanaan yang bersifat teofani, tetapi juga berdimensi
kemashlahatan, kebaikan, dan nilai-nilai manfaat bagi dunia dan seisinya.13

10
Ibid., h. 386.

11
Ibid
12
Ibid., h. 387.
13
Untuk kaitan ini memang tidak disangkal, bahwa dalam Tasawuf terdapat segisegi manfaat di samping itu terdapat
(mengandung) aspek-aspek mudarat. Dari segi mudarat, ialah karena ada kalangan yang membawa orang menjadi
sesat atau musyrik, ada pula kalangan yang membawa orang menjadi apatis, mengasingkan diri dari pergaulan
masyarakat ramai (tidak peduli lingkungan) dan secara mutlak memandang dunia ini sebagai tempat kotoran dan
merusakkan; padahal ini merupakan tempat beramal, bekerja, dan berjuang untuk kebahagiaan umat manusia di
dunia dan akhirat. Lihat K. Permadi, Op.Cit., h. 4-5.

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perlunya tasawuf dimasyarakatkan dalam pandangan Komaruddin Hidayat terdapat tiga


tujuan.

Pertama, turut serta terlibat dalam berbagai peran dalam menyelamatkan kemanusiaan dari
kondisi kebingungan akibat hilangnya nilai-nilai spiritual.

Kedua, mengenalkan literatur atau pemahaman tentang aspek esoteris (kebatinan) Islam, baik
terhadap masyarakat Islam yang mulai melupakannya maupun di kalangan masyarakat non-Islam.

Ketiga, untuk memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya aspek esoteris Islam, yakni
sufisme adalah jantung ajaran Islam, sehingga bila wilayah ini kering dan tidak berdenyut, maka
keringlah aspek-aspek lain dalam ajaran Islam.

Di sinilah letaknya arti penting manfaat Ilmu Tasawuf dalam kehidupan.

Tasawuf merupakan aspek ajaran Islam yang mewariskan etika kehidupan sederhana, zuhud,
tawakkal, kerendahan hati, nilai-nilai kesabaran dan semacamnya. Sedangkan dunia modern
lebih banyak dimuati pemujaan materi, persaingan keras disertai intrik tipu daya, keserakahan,
saling menjegal antar sesama, tidak mengenal halal haram, dan sebagainya. Ternyata efek
kehidupan dunia modern yang mengarah pada dunia glamour ini tidak menenangkan batin.
Sehingga trend kembali kepada agama nampaknya lebih berorientasi spiritualisme.

B. Saran

Demikian makalah yang dapat kami buat. Sebagai manusia, kami pun tak luput dari kesalahan
dan tentunya masih banyak kekurangan, sehingga kedepannya pemakalah berikutnya bisa
memperbaiki kesalahan tersebut dan semoga apa yang telah kami paparkan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca

6
DAFTAR PUSTAKA
Al-Munawar, Said Agil Husin, 2003, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Ciputat
Press, Jakarta. Cet. III.

Hamka, 1993, Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya. Pustaka Panjimas, Jakarta. Cet. XVIII.

Nashr, Seyyed Hussein, 1985, Tasawuf Dulu dan Sekarang (terjemahan dari judul asli Living
Sufisme). Pustaka Firdaus, Jakarta. Cet. I.

Nata, Abuddin, 2009, Akhlak Tasawuf. Raja Grafindo, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai