Anda di halaman 1dari 15

TAREKAT SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN SPIRITUAL

Makalah Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Islam dan
Tasawuf

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Zainun Kamal , M.A
Dr. Siti Uswatun Khasanah, M.A

Disusun Oleh:

Andi Riswandi 51.22.027

Mustafa Kamal Almaroghi 51.22.017


Muhammad Hafidz Al farizi 51.22.001

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA
1444 H /2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarakaatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah
SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa juga penulis haturkan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
kebodohan hingga zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti
sekarang ini. Makalah ini disusun dan diajukan untuk melengkapi tugas mata
kuliah Filsafat Islam dan Tasawuf, program pasca sarjana Jurusan
Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Jakarta, dengan judul sebagai
berikut “Tarikat sebagai lembaga pendidikan spiritual ”.
Demikianlah bentuk makalah yang penulis buat dan penulis sudah
berusaha sebaik-sebaiknya dalam mengurangi kesalahan dari segi penulisan
atau hal lainnya. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat umumnya
bagi siapa saja yang membacanya dan khususnya bagi penulis sendiri. Penulis
mengharapkan saran atau kritikan yang membangun dari semua pihak agar
dapat lebih baik lagi untuk penulisan-penulisan karya ilmiah di masa yang akan
datang.
Jakarta 5 Januari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ...................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Tarekat ................................................................................................. 3
B. Aliran tarekat ......................................................................................................... 4
C. Tarekat di Indonesia ............................................................................................ 8
BAB III: PENUTUP ........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kondisi keberagamaan masyarakat saat ini bagaikan ungkapan


Jalaluddin Rumi “Memimpikan air tidak menghilangkan rasa haus.” Kondisi
masyarakat Indonesia secara umum memperlihatkan bahwa ibadah ritual mereka
tidak sampai menggetarkan dada dan membangkitkan kepedulian sosial yang
bermanfaat bagi sesama.

Umumnya ibadah yang dilakukan tidak memunculkan ketenangan


batin. Pemahaman bahwa buah dari ibadah adalah ketenangan batin dan semangat
bermanfaat untuk orang lain kurang nampak. Beragama di kalangan masyarakat
telah terjadi kesalahan dalam memahami simbol-simbol keagamaan itu. Agama
lebih dipahami sebagai penyelamatan individu dan bukan sebagai keberkahan
sosial secara bersama, seolah-olah Tuhan tidak hadir dalam problem sosial kendati
asma-asmaNya disebut-sebut dimana-mana, pesan spiritual agama menjadi
mandeg, ungkapan simbolis tanpa makna. Ruh Agama tidak muncul dalam satu
kesadaran kritis terhadap situasi aktual.

Memahami situasi ini, sebagian kecil masyarakat kemudian memilih


untuk mengkaji tasawuf karena untuk memperoleh ketenangan batin di dalamnya,
mereka merasa bahwa selama ini sudah berpegang pada agama dengan men-
jalankan rukun Islam yang lima tersebut namun belum memperoleh ketenangan
batiniah dalam hidupnya. Ketenangan batin dan jiwa bukannya mendekattetapi
malah menjauh. Mereka menjadi gampang goyah ketika menghadapi persoalan
kehidupan. Dengan tasawuf mereka merasa semakin mantap dalam menjalankan
agamanya karena yang shalat bukan lahirnya sebagaimana yang selama ini mereka
kerjakan tetapi juga batinnya (eksoteris dan esoteris) untuk menyadari bahwa
Tuhan selalu hadir dimana dan kapanpun dalam melaksanakan peribadahan

1
2

tersebut dengan khusyu’. Kaum sufi bernggapan ihsan dalam beribadah itu lebih
utama daripada pelaksanaan ibadah itu sendiri. Dengan khusyu’ seseorang dapat
merasakan pengalaman dan kesadaran ketu-hanan yang sebenarnya.

B. Rumusan Masalah
Dari Uraian diatas maka rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud tarikat?
2. Apa saja aliran tarikat ?
3. Apa saja aliran tarikat yang ada di Indonesia?
C. Tujuan
Dari Rumusan masalah diatas maka tujuan dari makalah ini adalah
1. Menarasaikan yang dimaksud tarikat
2. Menjelaskan aliran tarikat
3. Menjelasan aliran tarikat di Indoneisa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tarikat

Kata tarekat atau tharīqah (Arab: ‫ )طريقة‬berasal dari kata tharīq (Arab: ‫)طريق‬
yang memiliki bebeberapa arti: (1) jalan atau petunjuk jalan atau cara, (2) metode
atau sistem (uslub), (3) mazhab, aliran, atau haluan (mazhab), (4) keadaan (halah),
(5) tiang tempat berteduh, tongkat, atau payung (‘amud al-mizalah). Menurut
Mulyadi Kartanegara, dalam konteks tradisi Arab, kata "tarekat" dimaknai sebagai:
jalan kecil (jalan pintas) menuju wadi (oase) di gurun dan sulit dilalui karena
terkadang sudah tertutup pasir. (Zaprulkhan, 2016).

Dalam konteks agama, Alwi Shihab mendefinisikan tarekat merupakan suatu


metode tertentu yang ditempuh seseorang secara kontinyu untuk membersihkan
jiwanya dengan mengikuti jalur dan tahapan-tahapan dalam upayanya
mendekatkan diri kepada Allah Swt. (Alwi Shihab, 2009). Hal ini senada dengan
pendapat Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740-816 M) bahwa tarekat ialah
metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala
melalui berbagai maqamat (tahapan-tahapan).

Tarekat menurut harun nasution dalam bukunya “Falsafah dan mistisme dalam
islam” adalah suatu cara yang ditempuh seorang sufi dalam upaya menundukan diri
kepada Allah SWT.

Abu Bakar Aceh berpendapat bahwa tarekat merupakan jalan atau petunjuk
untuk melakukan ibadah yang sesuai dengan ajarkan Rasulullah kepada sahabat
kemudian tabi‟in dan tabi‟in-tabi‟in dan sampai kepada guru, kemudian saling
menyambung satu dengan yang lainnya

Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian: pertama, merupakan metode


pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya

3
4

menuju kedekatan diri dengan Tuhan; dan kedua, tarekat sebagai persaudaraan
kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adanya lembaga formal seperti
zawiyah, ribath, atau khanaqah.

Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya tarekat yaitu: Pertama, adanya


kecenderungan sebagian sufi untuk beribadah sebanyak-banyaknya sehingga sadar
atau tidak, timbullah ibadah dan zikir yang tidak sesuai dengan sunah Nabi saw,
baik dalam jumlahnya maupun dalam susunannya. Mungkin karena keasyikan
dalam suluk sehingga seseorang tidak lagi menghiraukan batas-batas syara' yang
digariskan oleh Nabi karena memandang bahwa lebih banyak lebih baik. Karena
tidak puas beramal menurut cara-cara yang biasa, lalu dicari metode dan sistem
(suluk) yang lebih dalam dan lebih berat. Kedua, dalam melaksanakan dan
menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan tasawuf, tidaklah semua ulama
sependapat, sering terdapat perbedaan bahkan pertentangan. Akibatnya mereka
membentuk pengertian dan praktik yang berbeda pula. Perbedaan pengertian dan
pelaksanaan itu menyebabkan munculnya aliran-aliran tasawuf. Misalnya tentang
"Tuhan dekat kepada makhluk". Ada yang mengartikan makhluk dapat bersatu
dengan Tuhan (al-ittihad), dan ada pula yang tetap berpendirian bahwa makhluk
tetap makhluk, Tuhan tetap Tuhan, tidak dapat disamakan dan tidak dapat bersatu,
karena berlainan zat dan kedudukan. Perbedaan pendapat yang tajam itu, tidak
dapat didiskusikan begitu saja. Sebagai solusinya masing-masing membentuk
pemahamannya sendiri melalui tarekat (Fauzan Saleh, 2010)

B. Aliran tarekat
1. Tarekat Qadiriyah
Tarekat Qodiriyah didirikan oleh Syekh Abdul Qadir al-Jailani.28 Ia lahir di
Jilan, Iran 470 H/1077 M dan wafat di Baghdad, 10 Rabi‟utsani 561 H/1166
M. Tarekat ini bisa dikatakan menempati posisi yang begitu penting dalam
sejarah perjalanan spiritualitas Islam. Tarekat ini juga dianggap sebagai
5

organisasi (lembaga) pertama terkait serta menjadi akar dari munculnya


berbagai cabang tarekat di dunia. Tarekat Qadiriyah mempunyai metode
zikir yang dikenal dengan zikir Jahr (diucapkan dengan suara keras), ketika
mengadakan pertemuan. dan latihan harus dengan sungguh-sungguh di
tempat i‟tikaf, bertahan, bertahap mengurangi makan dan mengasingkan diri
dari keramaian. Adapun pokok dasar tarekat Qadiriyah, yaitu: Tinggi cita-
cita, menjaga dari segala yang haram, memperbaiki khidmat terhadap Allah
Swt, melaksanakan tujuan yang baik, dan memahami arti karunia nikmat
yang diberikan Allah Swt. (Atjeh, 1966)

2. Tarekat Idrisiyah
Pendiri tarekat Idrisiyah adalah Sayyid Amhad bin Idris bin Muhammad bin
Ali, ia dilahirkan diwilayah Misur yaitu salah satu kota yang letaknya di Fer,
Maroko pada tahun 1163 H atau 1750 M. Tarekat Idrisiyah dikenal sebagai
tarekat persaudaraan. Pendiri tarekat ini menukilkan penamaan tarekat
Idrisiyah kepada ayahnya. Ajaran tareka Idrisiyah juga dinisbatkan kepada
Nabi Muhammad Saw, sebab ajaran ini dipahami sesuai dengan ajaran yang
diterapkan oleh Nabi Muhammad Saw. Adapun Inti dari ajaran tarekat
Idrisiyah yaitu mengedepankan ajaran tasawuf yang berdasarkan Al-Qur‟an
dan Hadits, begitupun dengan amalan-amalan yang dikerjakan oleh para
sahabat atas perintah Nabi Muhammad Saw

3. Tarekat Sadziliyah
Tarekat Sadziliyah dinisbatkan kepada Asy-Syekh Abu alHasan Ali bin
Abdil Jabbar Asy-Syadzili.(Mustofa , 2014) Beliau lahir di Amman, salah
satu desa kecil di Afrika pada tahun 593 H / 1197 M. Ajaran tarekat
Syadziliyah yaitu: pertama, tidak menuntut para pengikutnya untuk
meninggalkan pekerjaan yang telah ia jalani di dunia. Sudut pandang tarekat
mengenai pakaian, makanan dan kendaraan merupakan bentuk dari rasa
6

syukur kepada Allah Swt. Meninggalkan yang berlebihan akan


menyebabkan hilangnya rasa syukur dan berlebihan dalam memanfaatkan
dunia akan membawa kepada kedzaliman. Kedua, tidak pernah lalai dalam
menjalankan syari‟at Islam. Ketiga, zuhud tidak berarti harus menjauhkan
diri dari pekerjaan di dunia. Keempat, tidak ada larangan bagi kaum salik
untuk menjadi milyader dengan kekayaan yang melimpah, asalkan memiliki
hati yang tidak membuat ia sombong dan bangga diri terhadap sesuatu yang
dimiliki. Seseorang boleh mencari harta sebanyak-banyaknya asalkan tidak
tergiur dan menjadi budak dari dunia itu sendiri. Kelima, selalu berusaha
untuk mementingkan urusan umat dan berusaha menyeimbangkan antara
urusan dunia dan akhirat. (Ahmad Ja’farul Musadad, 2018)

4. Tarekat Naqsyabandiyah
Tarekat Naqsyabandiyah didirikan oleh Syekh Muhammad ibn Baha‟uddin
al-Uwaysi al-Bukhari an-Naqsabandin (717-791 H). Ajaran pokok dari
tarekat Naqsyabandiyah yaitu: taubat, uzlah, zuhud, taqwa, qana‟ah, dan
taslim. Tarekat ini juga memiliki tiga rukun yaitu: ilmu, sabar dan ikhlas.
Adapun bagian-bagian yang harus dikerjakan oleh pengikut tarekat
Naqsyabandiyah adalah zikir, meninggalkan hawa nafsu, meninggalkan
kemewahan dunia, melakukan perintah agama dengan sungguh-sungguh,
berbuat baik kepada semua makhluk dan mengerjakan kewajiban-
kewajiban. (Ahmad Ja’farul Musadad, 2018)

5. Tarekat Khalwatiyah
Tarekat Khalwatiyah didirikan oleh Syekh Muhammad bin Ahmad bin
Muhammad Karimuddin al-Khalwati. Adapun ajaran dari tarekat
Khalwatiyah adalah cara menyebut lafadzlafadz Allah yang terbagi dalam
tujuh macam zikir, diantaranya: Lā iālha illa Allah, Allah, Huwa, Haq, Hayy,
Qayyum, dan Qahhar yang semua itu didasarkan kepada Al-Qur‟an
7

6. Tarekat Syatariyah
Tarekat Syattariyah pertama kali didirikan oleh Syekh 'Abd Allah alSyattar
(w. 890 H / 1485 M). Pada Kitab Lata'if al-Gaibiyyah Syekh 'Abdullah al-
Syattar membagi para penempuh tasawuf kepada tiga kategori, yakni: akhyar
(keagamaan), abrar (yang suci), dan syattar (cepat). Ketiganya memiliki
tatacara tersendiri untuk mencapainya baik dalam hal berdo'a, berzikir dalam
rangka mencapai dan mendekati Allah, serta melihat langsung Allah swt.

7. Tarekat Sammaniyah
Tarekat Sammaniyah didirikan oleh Muhammad Abd Karim alSamman al-
Madani al-Qadiri al-Quraysyi dan lebih dikenal dengan sebutan al-Samman.
Adapun ciri dari Tarekat Sammaniyah yaitu zikirnya dengan suara keras,
khususnya ketika mengucapkan lapadz lā ilāha illa Allah. Tarekat ini juga
terkenal dengan nama ratib samman yang hanya mempergunakan perkataan
“hu”, yang artinya Dia Allah. Syekh Samman mengajarkan agar
memperbanyak shalat dan zikir, menyayangi fakir miskin, tidak terlalu
mencintai dunia, beriman hanya kepda Allah dengan tulus dan ikhlas.

8. Tarekat Tijaniyah
Tarekat Tijaniyah didirikan di Fẻz (Maroko, Afrika Barat Laut) berdiri
sekitar tahun 1195 H/ 1781 M oleh Ahmad at-Tijani. Dalam ajaran
tarekatnya diyakini bahwa ia mendapatkan langsung dari Rasulallah SAW.
Ia juga menegaskan bahwa Nabi menghendakinya untuk mendirikan tarekat
sendiri dengan mengawalinya dengan bacaan wirid berupa istighfar dan
shalawat masing-masing dibaca 100 kali.( Ahmad Ja’farul Musadad, 2018)
9. Tarekat Rifa‟iyah
Tarekat Rifa‟iyah Pendiri dari tarekat Rifa‟iyah yaitu Ahmad bin Ali Abdul
Abbas ArRifa‟i, biasa dikenal Syekh Rifa‟i dari Turki. Syekh Rifa‟i
8

mengajarkan lima hal kepada murid-muridnya, yaitu: mengikuti sunnah


Rasul, berperilaku sesuai dengan salaf, memakai pakaian yang jauh dari
kegemerlapan dunia dan hawa nafsu, tabah menerima cobaan serta lemah
lembut dan menjauhi kebengisan.

10. Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah


Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah Pendiri dari tarekat ini adalah Syekh
Akhmad Khatib Sambas. Kedua tarekat ini merupakan sebuah perpaduan
dari dua Tarekat yang kemudian diterapkan oleh Syekh Akhmad Khatib
Sambas dalam sebuah satu kesatuan dalam menjalaninya, sehingga jenis-
jenis zikir yang dihasilkan memiliki dua tipe, yang pertama zikir Jahr, yang
digunakan dalam tarekat Qadiriyah, yang kedua zikir Khafi, yang diterapkan
oleh tarekat Naqsabandiyah. Syekh Khatib Sambas tidak mengajarkan
tarekat ini secara terpisah, tatapi dalam satu kesatuan yang harus diamalkan
secara utuh, sekalipun masing-masing tarekat tersebut telah memiliki
metode tersendiri, baik dalam aturan-aturan kegiatan, prinsip-prinsip
maupun cara-cara pembinaannya. Sehingga bentuk tarekat ini merupakan
tarekat baru yang memiliki perbedaan dengan kedua tarekat dasarnya. (Ajid
Thohir, 2002)

C. Aliran tarekat di Indonesia


1. Tarekat Naqsyabandiyah juga sudah sangat dikenal dilingkungan Istana
kesultanan Banten semenjak awal didirikannya kesultanan itu. Pendiri
kerajaan Banten, Maulana Hasanuddin, telah dibai‟at untuk menganut dan
mempraktikan wirid tarekat Naqsabandiyah
2. Pada sekitar abad ke-18 M, Kesultanan Banten memiliki seorang ulama
terkenal yang juga menjadi khalifah tarekat Shattariyah. Ia adalah Syekh
Abdullah bin Abdul Qahhār. ia sempat menduduki jabatan Faqih Najmuddin
9

di Kesultanan Banten, sebelum akhirnya ia mengundurkan diri dan berhijrah


ke Cianjur hingga wafat. ini pernah berguru kepada Syekh Abdullah ibn
Salim al-Basri al-Makki yang juga menjadi guru beberapa ulama asal
Nusantara abad ke 17. Dari Imam Muhammad ibn „Alî al-Tabari inilah
Syekh „Abdullah bin „Abdul Qahhār menerima ajaran tarekat Shattariyah
yang kemudian ia sebarkan ke daerah Banten

3. Tarekat Sammaniyah mulai menyebar ke Indonesia pada penghujung abad


ke-18, dua tokoh yang sangat berperan dalam penyebarannya yaitu Syekh
Abd al-Samad al-Falimbani dan Syekh Nafis al-Banjari.49

4. Proses masuknya tarekat Tijaniyah ke Indonesia melalui tiga jalur penting,


yaitu: jalur Perdagangan, jalur Pendidikan, Jalur Perkawinan. Sedangkan
masuk dan berkembangnya tarekat Tijaniyah di Banten yaitu di Ciomas
dibawa oleh K.H Surya yang berasal dari Garut.

5. Pondok pesantren annawawi banjar purworejo tarekat Qodiriyah wa


naqsabandiyah dan pondok pesantren Suryalaya
BAB III

KESIMPULAN

Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian: pertama, merupakan metode


pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya
menuju kedekatan diri dengan Tuhan; dan kedua, tarekat sebagai persaudaraan
kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adanya lembaga formal seperti
zawiyah, ribath, atau khanaqah.

Aliran tarekat

1. Tarekat Qadiriyah
2. Tarekat Idrisiyah
3. Tarekat Sadziliyah
4. Tarekat Naqsyabandiyah
5. Tarekat Khalwatiyah
6. Tarekat Syatariyah
7. Tarekat Sammaniyah
8. Tarekat Tijaniyah
9. Tarekat Rifa‟iyah
10. Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah

Aliran tarekat di Indonesia

1. Tarekat Naqsyabandiyah
2. Tarekat Shattariyah.
3. Tarekat Sammaniyah
4. Tarekat Tijaniyah
5. Tarekat Qodiriyah wa naqsabandiyah

10
DAFTAR PUSTAKA

Zaprulkhan. (2016). Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik. Jakarta: PT.


Raja Grafindo Persada.
Shihab, Alwi (2009). Akar Tasawuf Di Indonesia, Antara Tasawuf Sunni &
Tasawuf Falsafi. Depok: Pusaka Iman
Saleh, Fauzan, Tarekat Sammaniyah di Kabupaten Banjar, (Banjarmasin:
Comdes Kalimantan, 2010 )
Atjeh, Aboebakar, Pengantar Ilmu Tarekat, Uraian Tentang Mistik, cet ke2,
(Jakarta : Fa.h.m.tawi dan Song, 1966)
Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat, (Bandung: Pustaka Hidayah,
2002)
Ja‟farul, Ahmad Musadad, Mursyid Tarekat Nusantara : Biografi, Jaringan,
dan Kisah Teladan, (Yogyakarta : CV. Global Press, 2018)
Mustofa, Akhlak Tasawuf, Cetakan ke VI (Bndung : CV Pustaka Setia, 2014)

11
12

Anda mungkin juga menyukai