TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur pertama kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan nikmat-Nya kami diberikan kesempatan untuk dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa pula sholawat dan salam
kami curahkan kepada Rasulullah SAW semoga kita selalu dalam lindungan
beliau.
Makalah yang berjudul tentang Tasawuf Ahlus Sunnah Wal Jama’ah ini
disusun untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah Pembelajaran
ASWAJA.Penulisan makalah ini dimungkinkan oleh adanya bantuan dan
bimbingan dari berbagi pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
atas bantuan dan bimbingan kepada:
Akhir kata kami sampaikan terima kasih dan kurang lebihnya mohon maaf,
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 (PENDAHULUAN)
BAB II (PEMBAHASAN)
A. Kesimpulan..................................................................................11
B. saran.............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar tasawuf yang sangat penting bagi umat Islam
bukanpekerjaan yang mudah dilakukan dari segi asal-muasal katasaja,
karena sering terjadi pro dan kontra.Belum lagi aplikasipraktisnya untuk
menjalani kehidupan ala tasawuf itu sendiri. Ilmu tasawuf bukan hanya
teori, melainkan juga praktik. Tulisan ini mengajakpembaca untuk
bersama-sama meyakinkan bahwa ajarantasawuf itu murni dari ajaran
Islam bukan pengaruh dari luarIslam. Pemikiran dan praktek tasawuf yang
dihasilkan daripemahaman terhadap al-Qur’an dan al-Hadits
berbedadengan pemikiran bebas yang tidak bersumber dari
keduanya.Untuk lebih jelasnya, dalam makalah ini kami akan mencoba
memaparkan beberapa persoalan yang berhubungan dengan tasawuf ahlus
sunnah wal jama’ah, yaitu pengertian tasawuf Aswaja, sejarah
perkembangan tasawuf Aswaja dan tokoh-tokoh dalam tasawuf Aswaja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Tasawuf Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah)?
2. Bagaimana Sejarah Tasawuf Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah)?
3. Siapa saja Tokoh-tokoh Tasawuf Aswaja (Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah)?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Pengertian Tasawuf Aswaja (Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah).
2. Untuk mengetahui Sejarah TasawufAswaja (Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah).
3. Untuk mengetahui Tokoh-tokoh TasawufAswaja (Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah).
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3
mereka atas dasar kesucian hati dan untuk pembersihan jiwa dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah.Mereka adalah orang yang selalu
memelihara dirinya dari berbuat dosa dan maksiat.
Pendapat yang keempat mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata
shaf, yaitu menggambarkan orang-orang yang selalu berada di barisan
depan dalam beribadah kepada Allah dan dalam melaksanakan kebajikan.
Sementara pendapat yang lain mengatakan bahwa tasawuf bukan
berasal dari bahasa Arab melainkan bahasa Yunani, yaitu sophia, yang
artinya hikmah atau filsafat. Menisbahkan dengan kata Sophia karena jalan
yang ditempuh oleh para ahli ibadah memiliki kesamaan dengan cara yang
ditempuh oleh para filosof. Mereka sama-sama mencari kebenaran yang
berawal dari keraguan dan ketidakpuasan jiwa.Contoh ini pernah dialami
oleh Iman al Ghazali dalam mengarungi dunia tasawuf.
Masih banyak pendapat lain yang menghubungkan kata tasawuf
dengan perkataan-perkataan lain yang dapat dirujuk dalam buku-buku
tasawuf.
Yang jelas dari segi bahasa terlepas dari berbagai pendapat yang ada,
dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu
memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban
untuk kebaikan dan selalu bijaksana serta mengutamakan kebajikan.
b. Menurut Istilah
Selanjutnya tasawuf dari aspek terminologis (istilah) jugadidefinisikan
secara beragam, dan dari berbagai sudut pandang. Hal ini dikarenakan
bebeda cara memandang aktifitas para kaum sufi. Ma’ruf al Karkhi
mendefinisikan tasawuf adalah “mengambil hakikat dan meninggalkan
yang ada di tangan mahkluk”.Abu Bakar Al Kattani mengatakan tasawuf
adalahbudi pekerti “Barangsiapa yang memberikan bekal budi pekerti
atasmu, berarti ia memberikan bekal bagimu atas dirimu dalam tasawuf”.
Selanjutnya Muhammad Amin Kurdi mendefinisikan tasawuf adalah
“Suatu yang dengannya diketahui hal ihwal kebaikan dan keburukan jiwa,
4
Jadi pada intinya, tasawuf adalah usaha untuk menyucikan jiwa sesuci
mungkin dalam usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT, sehingga
kehadiran Alloh SWT.senantiasa dirasakan secara sadar dalam kehidupan.
Menurut ajaran tasawuf, apabila seorang muslimin meningkatkan kualitas
pendekatan dirinya kepada Allah SWT, lebih dahulu ia harus memahami
syariat sebaik-baiknya. Dalam hal ini, harus mempelajari fiqh dalam
segala bidangnya secara baik yang meliputi bidang ibadah, muamalah,
pernikahan, warisan dan sebagainya ssesuai dengan yang telah dirumuskan
dalam mazhab-mazhab fiqh,yaitu mazhab hanafi, mliki, syafi’i, dan
hanbali.Imam Malik bin anas (w. 179 H./795 M.) pendiri madzab Maliki,
mengatakan: “Barang siapa yang menjalani kehidupan tasawuf tanpa
dilandasi oleh pengalaman fiqih, maka ia akan menjadi zindiq
9
b. TASAWUF AL-GHAZALI
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin
Muhammad al-Ghazali al Thusi. Dia lahirkan di kota Thus, pada tahun
450 H/ 1058 M. Dalam ajaran tasawufnya, al-ghazali memilih tasawuf
sunni yag berdasarkan Alquran dan As-Shunnah Nabi ditambah dengan
doktrin Ahl-As-Sunnah wa Al-Jama’ah. Dan tasawuf Al-Ghazali
bercorak psiko-moral yang mengutamakan pendidikan moral.Selain
belajar tasawuf kepada syaikh Yusuf al-Nassaj(487 H/1094 M), beliau
juga belajar tasawuf kepada Syaikh Abu Ali al-Fadhal bin muhammad bin
Ali al Farmadzi(477 H/108 M), dan beberapa guru beliau yang lain. Ada
tiga karangan Al-Ghazali yang menggambarkan corak intelektual dan
sosok kepribadian Al-Ghazali, yaitu:
1. Al-Munqidz min Al-Dhalal (penyelamat dari kesesatan)
2. Tahafut Al-Falasifah (runtuhnya para filosof)
3. Ihya’ Ulum Al-Din (menghidupkan ilmu-ilmu agama)
Menurut Al-Ghazali jalan menuju tasawuf dapat dicapai dengan cara
mematahkan hambatan-hambatan jiwa dan membersihkan diri dari moral
10
yang tercela sehingga kalbu lepas dari segala sesuatu selain allah dan
selalu mengingatnya. Dan ia berpendapat bahwa sosok yang terbaik, jalan
mereka adalah yang paling benar, dan moral mereka adalah yang paling
bersih sebab, gerak,dan diam mereka, baik lahir maupun batin, diambil
dari cahaya kenabian.
Dalam tasawufnya Al-Ghazali menilai negatif terhadap syahahat.Ia
menganggap syahahat mempunyi dua kelemahan yaitu:
1. Syahahat mengatakan bahwa Allah dapat disaksikan.
2. Syahahat merupakan hasil pemikiran yang kacau dan
hasil imajinasi sendiri.
A. Kesimpulan
1. Pengertian Tasawuf Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah). Menurut
Bahasa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian
diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan
selalu bijaksana serta mengutamakan kebajikan.
2. Sejarah Tasawuf Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah)’
Aswaja memiliki prinsip, bahwa hakikat tujuan hidup adalah
tercapainya keseimbangan kepentingan dunia akhirat dan selalu
mendekatkan diri kepada allah swt. Bagi penganut aswaja al-qur’an
dan as-sunnah rosullullah merupakan rujukan tertinggi. Tasawuf yang
benar adalah yang dituntun oleh wahyu al-qur’an maupun as-
sunnah.dengan tasawuf al-ghazali dan junaidi al-baghdadi kaum
aswaja an-nahdliyah diharapkan menjadi umat yang selalu dinamis
dan dapat membandingkan antara tawaran-tawaran kenikmatan
bertemu dengan tuhan dan sekaligus dapat menyelesaikan persoalan-
persoalan yang dihadapi oleh umat.
c. Tokoh-tokoh Tasawuf Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah)
diantaranya Tasawuf Al-Junaidi Al-Baghdadi dan Tasawuf Al-
Ghazali.
B. Saran
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan kita
untuk mengetahui tentang tasawuf Ahlus Sunnah Wal Jama’ah An
Nahdhiyah. Sebagai penulis kami menyadari bahwa makalah kita masih
banyak terdapat kekurangan, maka dari itu kritik dan saran sangat kami
harapkan dari teman-teman semua, supaya lebih baik untuk kedepannya.
11
DAFTAR RUJUKAN
https://muklason.files.wordpress.com
https://manorarjunes.blogspot.com/2016/04/makalah-aswaja-pemikiran-tokoh-
aswaja.html?m=1
Anwar, Rosihon, Mukhtar Sholihin. 2000. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
12