Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“STUDI / ALIRAN TASAWUF”

Makalah Ini Dibuat Untuk


Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah
“PENDEKATAN STUDI KEISLAMAN “

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. La Jamaah, M.Hi


Dr. Hasbullah Toisuta, M.Ag

Disusun Oleh
Kelompok 7
1. Salifa Belatu
2. Rubia Malawat
3. Saleh Mony
4. Kaisar wattimena
5. La Salmin

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
AMBON
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena dengan

rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah

ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Tak lupa pula salawat serta

salam tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad Swt, sebagai Nabi penutup

zaman dan pemberi rahmat bagi kita semua.

Semogah makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya makalah yang telah di susun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang

yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kata-

kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi

perbaikan kesempurnaan makalah ini.

Akhirul kalam wassalam mu’alaikum


DAFTAR ISI

Halaman Judul...................................................................................................................

Kata Pengantar..................................................................................................................

Daftar Isi.............................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................


B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................

BAB II : PEMAHASAN....................................................................................................

A. Pengertian Tasawuf.................................................................................................
B. Dasar-dasar Tasawuf...............................................................................................
C. Sejarah Perkembangan Tasawuf..............................................................................
D. Aliran-aliran Tasawuf..............................................................................................

BAB III : PENUTUP.........................................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tasawuf merupakan salah satu aspek (esoteris) Islam, sebagai perwujudan dari
ihsan yang berarti kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung seorang hamba
dengan Tuhan-Nya. Esensi tasawuf sebenarnya telah ada sejak masa kehidupan rasulullah
saw, namun tasawuf sebagai ilmu keislaman adalah hasil kebudayaan Islam sebagaimana
ilmu-ilmu keislaman lainnya seperti fiqih dan ilmu tauhid. Pada masa rasulullah belum
dikenal istilah tasawuf, yang dikenal pada waktu itu hanyalah sebutan sahabat Nabi.
Kembalinya masyarakat saat ini kepada tasawuf adalah cukup beralasan, karena
secara historis, kehadiran tasawuf bermula sebagai upaya untuk mengatasi krisis akhlak
yang terjadi dimasyarakat Islam dimasalalu, yaitu saat umat Islam di abad klasik.
Bergeliman dengan harta dan kemewahan sudah mulai terjerumus dalam kehidupan foya-
foya, berbuat dosa, dan akhirnya ia lupa pada tugasnya sebagai khalifa Tuhan dimuka
bumi. Mereka sakit mentalnya sehingga tidak sanggup lagi memikul beban membangun
masyarakat.
Pentingnya peran tasawuf dalam kelangsungan hidup manusia seutuhnya, maka
tidak mengherankan apabila tasawuf begitu akrab dengan kehidupan masyarakat Islam,
setelah masyarakat tersebut membina akidah dan ibadahnya, melalui ilmu tauhid dan ilmu
fiqih. Dengan demikian terjadilah hubungan tiga serangkai yang amat harmonis yaitu
akidah, syariah dan akhlak.
Sebelum adanya aliran dalam istilah tasawuf memiliki beberapa faktor dan berbagai
macam alirannya. Oleh karena itu, pada makalah ini akan di bahas tentang sejarah
perkembangan tasawuf beserta alirannya.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas makalah ini akan membahas beberapa permasalahan
sebagai berikut:

1. Apa Pengertian Tasawuf ?


2. Bagaimanakah Sejarah Perkembangan Tasawuf Dari Masa Ke Masa?
3. Apa dasar hukum dasawuf ?
4. Aliran-Aliran Apa Sajahkah Terdapat Di Dalam Tasawuf ?

C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari penulisan ini
adalah:

1. Mengetahui Pengertian Tasawuf


2. Mengetahui Sejarah Perkembangan Tasawuf Dari Masa Ke Masa
3. Mengetahui Dasar Hukum Tasawuf
4. Mengetahui Aliran-Aliran Tasawuf
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf

Pengertian tasawuf, bersumber dari kata Awshaf, yaitu sifat-sifat baik ahli tasawuf
yang selalu tergambar pada wajahnya. Shafwah artinya manusia pilihan Allah. Shufuf 
artinya barisan, karena sufi selalu berada pada barisan pertama dalam menyembah Allah.
Shafaan artinya kebersihan dan kejernihan hati bagi para sufi. Shuf   artinya kain wol,
karena dilihat dari busana yang  selalu dipakai oleh sufi.
Ahli spiritual yang pertama kali muncul di masa Rasulullah SAW. Adalah
beberapa sahabat yang diberi nama oleh nabi sendiri sebagai Ahlu al-Shuffah (penghuni
gubuk-gubuk) yang dibangun di samping masjid Madinah. Sehingga pada abad berikutnya,
ajaran spiritual disebut tasawuf.
Secara lughat, tasawuf berasal dari bermacam-macam kata. Apabila kita perhatikan
dari bahasa arab, maka kata tasawuf berasal dari tasrif: tasawwafa-yatasawwafu-tasaufan.
Misalnya, tasawwafar-rajulu, artinya “seorang laki-laki sedang bertasawuf”.
Dilihat dari aspek bahasa, tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara
kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan, dan selalu
bersikap bijaksana. Sikap dan jiwa yang demikian itu pada hakikatnya merupakan akhlak
mulia.
Asal kata tasawuf mempunyai latar belakang yang beragam. Dalam hal ini ada
beberapa teori, yaitu:
1. Kata Tasawuf berasal dari kata shafa, yang berarti suci/bersih. Disebut shufi (ahli
tasawuf) karena hatinya halus dan bersih di hadapan Allah. Mengingat bahwa Allah itu
Mahasuci, agar seorang hamba dapat mencapai kedekatan dengan Allah, maka hatinya
harus bersih/suci. Tasawuf sendiri mengajarkan kebersihan hati bagi seorang hamba.
Hati yang kotor akan menghambat kedekatan seorang hamba dengan Allah.
2. Teori lain mengatakan kata Tasawuf berasal dari kata shuffah, yang berarti serambi
Masjid Nabawi di Madinah yang ditempati oleh para sahabat yang miskin dari
golongan Muhajirin. Mereka disebut ahlu shuffah karena walaupun mereka miskin
namun berhati mulia dan sifat tidak mementingkan dunia atau materi. Berhati mulia
adalah sifat-sifat kaum shufi.
3. Teori ketiga menganggap bahwa istilah Tasawuf berasal dari kata suf, yang berarti wol
kasar atau bulu domba. Karena orang-orang shufi saat itu selalu hidup sederhana dan
menjauhi hidup keduniaan serta kesenangan jasmani. Untuk itu mereka hidup sebagai
orang miskin dengan mengenakan wol kasar seperti yang dipraktekkan para sahabat
Nabi saw di antaranya Abu Dzar, Abu Darda, dsb.
Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli amat
bergantung kepada sudut pandang yang digunakannya masing-masing. Selama ini ada tiga
sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendefinisikan tasawuf, yaitu sudut
pandang manusia sebagai makhluk terbatas, manusia sebagai makhluk yang harus
berjuang, dan manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan. Jika dilihat dari sudut pandang
manusia sebagai makhluk yang terbatas, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya
mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan kehidupan dunia, dan
memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT.
Selanjutnya jika sudut pandang yang digunakan manusia sebagai makhluk yang
harus berjuang, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya memperindah diri dengan
akhlak yang bersumber dari ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Dan jika sudut pandang yang digunakan manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan,
maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai kesadaran fitrah (ke-Tuhanan) yang dapat
mengarahkan jiwa agar tertuju pada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan
manusia dengan Tuhan.
Jika ketiga definisi diatas dijadikan satu segera tampak bahwa tasawuf pada intinya
adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan diri
manusia dari pengaruh kehidupan duniawi, selalu dekat dengan Allah, sehingga jiwanya
bersih dan memancarkan akhlak mulia.

B. Dasar-Dasar Tasawuf

1. Al-Qur’an
Dalam hal ini, tasawuf pada awal pembentukannya adalah manifestasi akhlak atau
keagamaan. Moral keagamaan ini banyak disinggung dalam al-Quran dan As-Sunnah.
Dengan demikian, sumber pertama tasawuf adalah ajaran-ajaran Islam, sebab tasawuf
ditimba dari al-Quran dan As-Sunnah, dan amalan-amalan serta ucapan para sahabat tentu
saja tidak keluar dari ruang lingkup Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan begitu, justru dua
sumber utama tasawuf adalah adalah al-Quran dan Sunnah itu sendiri.
Di dalam al-Qur’an banyak ditemui ayat-ayat yang mendorong manusia
memikirkan alam raya ini, dengan berpikir akan nampak keindahannya dan keindahan
pencipta dan dengan demikian akan tumbuh rasa cinta yang mendalam terhadap pencipta.
Di antaranya dalam firman Allah:
‫ب‬ ٍ ‫ار اَل ٰ ٰي‬
ِ ۙ ‫ت اِّل ُولِى ااْل َ ْلبَا‬ ِ َ‫ف الَّ ْي ِل َوالنَّه‬
Vِ ‫اختِاَل‬ ِ ْ‫ت َوااْل َر‬
ْ ‫ض َو‬ ِ ‫اِ َّن فِ ْي َخ ْل‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬
Terjemahan: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (QS. Ali
Imran 190).

Demikian juga sekian banyak ayat yang memberikan contoh akhlak mulia dan
akhlak yang buruk, melalui cerita umat-umat yang lampau, atau melalui larangan dan
perintah. Demikian pula manusia selalu didorong beramal saleh dan mengendalikan nafsu
keinginannya dan dalam kemampuan mengendalikan nafsu keinginan terletak
keberuntungan hidup. Allah berfirman:

َ َ‫ا َوقَ ْد خ‬Vَۖ‫ا قَ ْد اَ ْفلَ َح َم ْن َز ٰ ّكىه‬Vَۖ‫ فُجُوْ َرهَا َوتَ ْق ٰوىه‬V‫س َّو َما َس ٰ ّوىهَ ۖا فَا َ ْلهَ َمهَا‬
‫اب َم ْن َد ٰ ّسىهَ ۗا‬ ٍ ‫َونَ ْف‬
Terjemahan: Dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Dia mengilhamkan
kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang
menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. (S. Asy-
Syams 7-10)

Contoh kehidupan shufi banyak pula ditemui dalam kehidupan Rasulullah sehari-
hari, yang penuh dengan penderitaan dan waktunya dihabiskan untuk beribadah dan
berbakti kepada manusia. Sebelum ia diangkat menjadi Rasul, ia sering melakukan
tahannus (khalwat) di gua Hira di Jabal Nur untuk memohon petunjuk. Usman bin Affan
meskipun termasuk orang yang kaya yang mendapat kelapangan rezeki dari Allah, namun
dalam kehidupannya sehari-hari juga sangat sederhana. Di kala ia berada di rumah, kitab
suci al-Qur’an selalu di tangannya, pada malam hari ia selalu menelaah isi al-Qur’an dan
kadang kala sampai larut malam dan ketika ia tewas dibunuh oleh para pemberontak al-
Qur’an masih berada di tangannya.

2. Hadits
Sejalan dengan apa yang telah disitir dalam al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan di
atas, ternyata tasawuf juga dilihat dalam kerangka hadits. Umumnya yang dinyatakan
sebagai landasan ajaran tasawuf adalah hadits berikut:
ُ‫َم ْن َع َرفَ نَ ْف ُسهُ فَقَ ْد ع ََرفَ َربَّه‬
“Barang sisapa yang mengenali dirinya, niscaaya ia akan mengenai Tuhannya”.

Hadits tersebut, di atas melukiskan kedekatan hubungan antara Tuhan dan manusia,
sekaligus mengisyaratkan bahwa manusia dan Tuhan adalah satu. Oleh sebab itu, barang
siapa yang ingin yang ingin mengenal Tuhannya, ia dapat merenungkan perihal dirinya
sendiri.

C. Sejarah Perkembangan Tasawuf dari Masa ke Masa

Dalam sejarah perkembangannya, tasawuf atau ajaran kaum sufi dapat dibedakan
dalam beberapa periode, dan setiap periode tersebut mempunyai karakteristik dan tokoh
msing-masing. Secara rinci akan dibahas mengenai periode-periode tersebut.

1. Periode Pertama Masa Rasulullah


Dalam sejarah perkembangan tasawuf, kehidupan Rasulullah Saw.
Dianggap sebagai cikal bakal kehidupan rohani. Jumhur ulama sufi sepakat bahwa
Rasululla Saw. Dan kehidupannya merupakan sanad pertama dalam transmisi
tasawuf. Memang, Istilah tasawuf pada masa Rasulullah belum pernah dikenal
bahkan jauh setelah kehidupan Nabi, namun secara praktis (amaliyah), Nabi telah
menunnjukkan dan melakukan praktik kehidupan rohani, yang saat ini dikenal
dengan praktik tasawuf. Banyak contoh yang ditunjukkan dan dilakukan Nabi.
Di antara contoh dalam kehidupan rohani Nabi Muhammad Saw. Dapat
ditunjukkan disini, bahwa pada setiap bulan Ramadhan Nabi tidak pernah absen
untuk melakukan tahannuts dan khalwah di gua hira untuk mendapat hidayah dan
bimbingan dari Allah Swt. Karena dengan begitu, kebersihan hati dan jiwa akan
terjaga sehingga kebenaran sejati akan cepat di dapatkan, sampai akhirnya beliau
didatangi malaikat Jibril as untuk menyampaikan wahyu pertama dari Allah Swt,
yaitu surah Al-Alaq: 1-5. Disamping itu, banyak riwayat yang menceritakan
kehidupan rohani, seperti ketika Nabi melakukan sholat di malam hari sampai
kakinya bengkak, melakukan puasa, dan sebagainya.

2. Periode kedua Masa Sahabat


Para sahabat dalam kehidupan keserhariannya selalu mencontoh kehidupan
Rasulullah SAW. Yang serba sederhana, yang hidupnya semata-mata diabdikan
kepada Tuhannya. Diantara para sahabat yang selalu mengikuti kesederhanaan
Rasulullah Saw. Adalah sebagai berikut.
1) Abu Bakar Ash-Shiddiq (wafat 13 H
2) Umar bin Khaththab (wafat 23 H)
3) Ustman bin ‘Affan (wafat 35 H)
4) Ali bin Abi Thalib (wafat 40 H)
5) Abu Dzar al-Ghifary
6) Ammar bin Yasir
7) Huzaidah bin al-Yaman
8) Miqdad bin Aswad

3. Period Ke Tiga Masa Tabi’in


Tokoh-tokoh sufi dari kalangan tabi’in merupakan murid dari para tokoh
sufi dari kalangan sahabat. Tokoh-tokoh ulama sufi pada masa tabi’i n ini adalah
sebagai berikut.
1) Al-Hasan Al-Bashry (22 H-110 H)
2) Rabi’ah Al-Adawiyyah (96-185 H/ 713-801 M)
3) Sufyan Ats-Tsauri (97-161 H/ 715-778 M)
4) Daud Ath-Thaiy (wafat 165 H)
5) Syaqieq Al-Balkhiy (wafat 194 H)
Tasawuf dimasa tabi’in ini masi menurut jiwa al-Qur’an dan menurut
praktik hidup Rasulullah Saw. Yaitu ditiru dan diteladani oleh sahabat-sahabat
beliau. Dar sahabt inilah tabi’in meneladani cara hidup Rasul. Dimasa tabi’in ini
pelajaran tasawuf sudah mulai diajarkan dalam bentuk disiplin ilmu.

4. Periode ke Empat Masa Penyebran Tasawuf


Pada abad ini, terlihat perkembangan tasawuf yang pesat ditandai dengan
adanya segolongan ahli tasawuf yang mencoba menyelidiki inti ajaran tasawuf
yang berkembang pada masa itu sehingga mereka membaginya menjadi tiga
macam, yaitu:
1) Tasawuf yang berintikan ilmu jiwa
2) Tasawuf yang berintikan ilmu akhlak
3) Tasawuf yang berintikan metafisika

Adapun tokoh-tokoh sufi yang terkenal pada abad ketiga, yaitu:


1) Abu Sulaiman Ad-Darani (wafat 215 H)
2) Ahmad bin Al-Hawary Ad-Damasqiy (wafat 230 H)
3) Dzun An-Nun Al-Mishri (155-245 H/ 770-860 M)
4) Abu Yazid Al-Bustami (wafat 261 H/ 874 M)
5) Junaid Al-Baghdadi (wafat 298 H)
6) Al-Hallaj (lahir 244 H/ 838 M)

Pada akhir periode ini timbul perkembangan baru dalam sejarah tasawuf,
yang ditandai dengan munculnya lembaga pendidikan dan pengajaran, yang di
dalamnya terdapat kegiatan pengajaran tasawuf dan pelatihan rohaniah.

5. Periode Kelima Pada Masa Pencerahan Tasawuf


Abad ini ditandai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat, karena
usaha maksimal para ulama tasawuf untuk mengembangkan ajaran tasawufnya
telah menemukan momentumnya secara nyata. Akibatnya, kota Baghdad yang
menjadi satu-satunya kota yang terkenal sebagai pusat kegiatan tasawuf yang
paling besar, tersaingi oleh kota-kota besar lainnya. Upaya untuk mengembangkan
ajaran tasawuf di luar kota Baghdad dipelopori oleh beberapa ulama tasawuf yang
terkenal kealimannya, antara lain:
1) Musa Al-Anshari, mengajarkan ilmu tasawuf di khurasan (Persia atau Iran),
dan wafat di sana tahun 320 H.
2) Abu Hamid bin Muhammad Ar-Rubazy, mengajarkan ilmu tasawuf di salah
satu kota di Mesir, dan wafat di sana tahun 322 H.
3) Abu Zaid Al-Adamy, mengajarkan ilmu tasawuf di semenanjung Arabiyah,
dan wafat di sana tahun 314 H.
4) Abu Ali Muhammad bin Abdil Wahhab As-Saqafy, mengajarkan ilmu
tasawuf di Naisabur dan Syaraz hingga wafat tahun 328 H.

Cirri-ciri yang terdapat pada abad ini adalah makin kuatnya unsur filsafat
yang memengaruhi corak tasawuf karena banyaknya buku filsafat yang tersebar di
kalangan umat Islam hasil terjemahan orang-orang Muslim sejak permulaan
Daulah Abbasiyah.
Akan tetapi tokoh sufi yang sangat masyhur pada saat itu, sehingga kini
masi sangat besar pengaruhnya dalam pergulatan pemikiran Islam adalah Abu
Hamid Bin Muhammad Al-Gazali. Kedatangan Ai-Gazali telah memberikan
harapan baru bagi masa depan tasawuf disaat tasawuf pada periode sebelumnya
telah mengalami dinamika dan coraknya sendiri.
Kehadiran Al-Gazali dalam panggung sejarah tasawuf, telah membawa
tasawuf kepada corak dan krakteristik yang khas sunni. Tasawuf yang selama
periode sebelumnya seakan dipertentangakan dengan fiqih, ilmu kalam, dan bahkan
dengan filsafat, maka atas peran Al-Gazali, tasawuf dapat dipertemukan Kembali
dengan domain kajian Islam lainnya khususnya dengan fiqih dan kalam.

6. Periode Ke Enam Masa Kejayaan Tasawuf Falsafi


Beberapa ulama tasawuf yang sangat berpengaruh dalam perkenbangan
tasawuf pada abad ini adalah sebagai berikut:
a) As-Suhrawardi AlMaqtul (wafat 587 H/ 1191 M)
b) Al-Ghaznawy (wafat 545 H/1151 M)
c) Ibnu Arabi

7. Periode Ke Tujuh Masa Pemurnian Tasawuf


Menurut catatan yang di himpun oleh Yunasril Ali, pada period ke tujuh ini
munculnya para pemurni tasawuf Islam yang menghapuskan ajaran-ajaran tasawuf
yang berbau syirik, bid’ah dan kurafat. BaIhkan bukan hanya bergerak pada aspek
tasawuf semata, melainkan pula bergerak pada ilmu-ilmu lainnya. Para pemurni
mengoreksi dan menghapuskan segala hal yang di pandang bertentangan dengan
al-Qur’an dan al-Sunnah.
Pada periode ini telah muncul ulama pemurni Islam, yang bertujuan untuk
membersihkan dan memurnikan ajaran tasawuf, agar kembali dari distorsi yang di
anggap mengotori semangat tasawuf tersebut. Mereka ingin mengembalikan
semangat tasawuf kepada al-Qur’an dan Sunnah. Para pemurni Islam tersebut
antara lain:
1) Ibnu Taimiyah Al-Harrani
2) Ibnu Qoyyim Al-Jaujiah
3) Muhammad Bin Abdul Wahab
4) Sidi Muhammad Assanusi
5) Jamaluddin Al-Afgani
6) Syekh Muhammad Abduh

D. Aliran-aliran Tasawuf

Tasawuf memiliki aliran-aliran yang sangat banyak, diantaranya yang paling


terkenal adalah aliran Thariqat, Akhlak, Akhwal dan Mahqomah.
1. Thariqat
Definisi Thariqat adalah perjalanan menuju Allah. Thariqat merupakan
lembaga pendidikan sufi untuk penyucian diri dari segala noda dan dosa. Thariqat
juga bisa kita sebut sebagai tempat pengaderan, penataran, pelatihan dan
pendadaran kaum sufi.

2. Akhlak
Unsur yang mendorong terjadinya akhlak yaitu ‘Adah (kebiasaan) dan Iradah
(kehendak).
a. ‘Adah, ada kecenderungan melakukan sesuatu. Terdapat pengulangan yang
sering dikerjakan sehingga tidak memerlukan pikiran.
b. Iradah;
c. Lahir keinginan-keinginan setelah ada rangsangan (stimulus).
d. Muncul kebimbangan, mana yang harus dipilih dari keinginan-keinginan
tersebut.
e. Mengambil keputusan dengan menentukan keinginan yang diprioritaskan dari
banyaknya keinginan-keinginan tersebut.

3. Akhwal dan maqomah


Maqamat bentuk jamak dari maqam yang artinya tahapan, tingkatan, atau
kedudukan. Jadi, maqamat adalah tahapan rohani yang ditempuh oleh pengamal
tasawuf  untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Akhwal bentuk jamak dari hal yang artinya keadaan mental yang dirasakan oleh
para pengamal tasawuf sebagai anugerah yang datang dari Allah SWT seperti
keadaan senag, perasaan sedih dan perasaan takut dan sebagainya. Maqam
merupakan usaha, sedangkan Hal merupakan anugerah. Keadaan hati dinamakan
hal karena berubah-ubah, dan dinamakan maqam karena telah tetap. Pada
umumnya ada beberapa tingkatan maqamat, sebagaimana yang disebutkan oleh
Harun Nasution bahwa ada lima tingkatan yang popular dan diterima secara umum
yaitu:
1) Taubat ialah meninggalkan keinginan untuk Kembali melakukan kejahatan
seperti yang pernah dilakukannya karena rasa takut akan kebesaran Allah
dan menjauhkan diri dari kemungkaran.
2) Zuhud diartikan sebagai keadaan meninggalkan dunia dan menjauhi diri
dari hidup kebendaan. Namun Al-Gazali mengartikan Zuhud sebagai sikap
mengurangi keinginan kepada dunia dan menjauhi dirinya dengan penuh
kesadaran.
3) Sabar. Secara harfiah berarti menahan. Menurut Al-Gazali sabar adalah
sebua kondisi mental dalam mengendalikan hawa nafsu yang tumbuhnya
adalah atas dorongan agama. Sabar yang dimaksudkan para sufi adalah
konsekwen dan konsisten dalam melaksanakan perintah Allah dan
meninggalkan larangannya, tahan uji mengahadapi kesulitan dan cobaan
yang ditimpakan kepadanya.
4) Tawakkal, pengertian tawakkal menurut sufi tidak cukup hanya sekedar
penyerahan diri seperti itu, tetapi lebih mendalam lagi dengan
merefleksikannya melalui sikap dan Tindakan dalam segala hal.
5) Ridha, secara harfiah ridha artinya rela, sementara menurut Harun Nasution
ridha berarti menerima qadha dan qadar tuhan dengan senag hati.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat diketahui bahwa ahwal sebagai


kondisi mental yang sedang dirasakan dan dinikmati secara damai dan intensif oleh
sufi. Selanjutnya dapat diketahui bahwa jalan yang harus ditempu oleh sufi untuk
mencapai tujuan memperoleh hubungan batin dan “bersatu” dengan Tuhan
bukanlah sesuatu cara yang mudah.
Maqomat dan ahwal memiliki perbedaan dalam konsep dan penerapannya.
Maqomat diperoleh melalui usaha yang berat dan keadaan atau kondisinya tetap
bersifat stabil dan tidak berubah. Seperti kesabarannya menerima cobaan sama saja
ketika menerima nikmat. Sikap hidupnya dapat dilihat dari perilaku keseharian
sufi seperti kesabaran, tawakkal, zuhud dan kerelaan.
Sementara ahwal diperoleh sebagai suatu anugrah, rahmat (bukan unsur
usaha dan perjuangan), keadaannya bersifat labil dan tidak tetap, mudah berubah,
(kadang sedih kadang senag). Kondisi mental yang dirasakan bersifat abstrak (tidak
bisa dilihat orang lain), dan hanya bisa dirasakan dan dipahami serta diketahui oleh
orang yang mengalaminya.
Walaupun keduanya berbeda namun kedaunya sangat berkaitan karena
keduanya mempunyai dua sisi yang sama dan sulit dipisahkan. Hal ini disebabkan
makin tinggi tingkat maqomat yang dicapai oleh seorang sufi, maka semakin intens
pula ahwal yang diperolehnya dan dirasakannya.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut :
1. Pengertian tasawuf secara etimologi bersumber dari kata Awshaf, yaitu sifat-sifat
baik ahli tasawuf yang selalu tergambar pada wajahnya. Shafwah artinya manusia
pilihan Allah. Shufuf  artinya barisan, karena sufi selalu berada pada barisan
pertama dalam menyembah Allah.
2. Tasawuf pada intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang
dapat membebaskan diri manusia dari pengaruh kehidupan duniawi, selalu dekat
dengan Allah, sehingga jiwanya bersih dan memancarkan akhlak mulia.
3. Dasar hukum tasawuf terdapat dalam QS. Ali Imran 190 , Asy-Syams : 7-10 dan
hadis Nabi yang artinya Barang sisapa yang mengenali dirinya, niscaaya ia akan
mengenai Tuhannya
8. perkembangannya, tasawuf atau ajaran kaum sufi dapat dibedakan dalam beberapa
periode yaitu : periode pertama pada masa Rasulullah, period eke dua pada masa
sahabat, period eke tiga pada masa tabi’in, periode ke empat masa penyebaran
tasawuf, periode kelima masa pencerahan tasawuf, period eke enam masa kejayaan
tasawuf falsafi, dan period eke tujuh masa pemurniaan tasawuf.
4. Tasawuf memiliki aliran-aliran yang sangat banyak, diantaranya yang paling
terkenal adalah aliran Thariqat, Akhlak, Akhwal dan Mahqomah
DAFTAR PUSTAKA

Ni’am, Syamsun. Tasawuf Studies, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014


Nata, Abudin. Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2011

Marwan, Nurhasanah Baktiar. Metodologi Studi Islam, Pekan Baru: Cahaya Firdaus, 2016
http://repository.uinbanten.ac.id/172/9/PENGANTAR%20ILMU%20TASAWUF.pdf.
Diakses pada Senin, 20 Desember 2021 pukul 09.35 WIT.

Mashar, Aly. Tasawuf: Sejarah, Mazhab, dan Inti Ajarannya, Vol. XII, No. 1 Januari –
Juni 2015. Diakses pada Senin, 20 Desember 2021 pukul 09.35 WIT.

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/13218/1/Tasawuf%20Studies.pdf. Diakses pada Senin,


20 Desember 2021 pukul 09.35 WIT

Anda mungkin juga menyukai