Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

"PENGERTIAN TASAWUF DAN AJARAN TASAWUF”

Dosen Pengampu : Dr.Didik Heriadi, S,Ag. M.Pd


Di susun oleh :
Muhammad Rohim
Muhammad Wahid

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG
KRAKSAAN PROBOLINGGO
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya
serta berbagai upaya, tugas makalah mata kuliah Pendidikan Akhlak Tasawuf
yang membahas tentang Ajaran Tasawuf dan Sejarah Munculnya dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang Ajaran
Tasawuf dan Sejarah Munculnya dan serta informasi dari media massa yang
berhubungan dengan Akhlak Tasawuf
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu
diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demi
kesempurnaannya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat
untuk pembaca dan penyusun.

Probolinggo 23 Februari 2023

ii
DAFTAR ISI

Cover
Daftar Isi
Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf ......................................................................................... 3
B. Sejarah Munculnya Tasawuf ........................................................................... 6
C. Ajaran Tasawuf ............................................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 13
B. Saran................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tasawuf adalah salah satu cabang dalam disiplin ilmu keislaman yang pernah
berkembang pesat teruatama pada abad ke 13. Tasawuf yang oleh Peter Avery dikatakan
bertujuan memperteguh kembali jiwa masyarakat muslim di zamannya yang mulai rapuh,
takkala pembantaaian dan penjarahan besar-besar yang dilakukan oleh bangsa Mongol
kemudian menyebar-luaskan rasa pesimis dan membuat orang islam kehilangan rasa percaya
diri pada kekuatan terpendam yang dimilikinya dan agama yang dianutnya. Ilmu
tasawuf mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari
jalan kesucian dengan ma’rifat menuju keabadian, saling mengingatkan antara manusia, serta
berpegang teguh pada janji Allah Swt dan mengikuti syari’at Rasulullah Saw.

Dalam mendekatkan diri dan mencapai riḍa-Nya. Tasawuf sendiri adalah upaya untuk
membebaskan diri dari sifat-sifat kemanusiaan demi meraih sifat-sifat malaikat dan akhlak
ilahi, serta menjalani hidup pada poros ma’rifatullah dan maḥabbatullah sembari menikmati
kenikmatan spiritual. Tasawuf yang kemudian melembaga sebagai tarekat juga pernah
dihubungkan dengan khurafat, pedukunan, klenik atau pemujaan tokoh tarekat yang masih
hidupataupun yang sudah meninggal. Padahal semua itu tidak memiliki pertautan dengan
tasawuf yang sejati.

Tokoh-tokoh tasawuf seperti al-Hallaj, al-Ghazali, al- Qusyairi, Ibn al-Araby, Ibn
Sina, Omar Khayyam, Attar, Rumi, Jami', Mulla Sa'di, Suhrawardi, Hamzah Fansuri, dan
lain-lain adalah tokoh-tokoh yang berpengaruh besar dalam perkembangan tasawuf, bahkan
Islam di Afrika, Turki, anak benua India, kepulauan Nusantara, Timur tengah, Asia Barat,
Asia tengah dan negeri-negeri muslim lainnya.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Tasawuf?
2. Sejarah Munculnya Tasawuf?
3. Ajaran tasawuf pada masa awal?

C. Tujuan Penulisan

1
1. Untruk mengetahui apa pengertian tasawuf.
2. Untuk mengetahui kapan sejarah munculnya tasawuf.
3. Untuk mengetahui ajaran-ajaran tasawuf pada masa awal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf

Tasawuf secara etimologis berasal dari bahasa Arab, yaitu ashawwafa, yatashawwafu,
tashawwufan. Selain dari kata tersebut ada yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata
shuf ( ‫صوف‬yang artinya bulu domba), maksudnya adalah bahwa para penganut tasawuf ini
hidupnya sederhana, tetapi berhati mulia srta menjauhi pakaian sutra dan memakai kain dari
bulu domba yang kasar atau yang disebut dengan kain wol kasar. Yang mana pada waktu itu
memakai wol kasar adalah simbol dari kesederhanaan. Kata shuf tersebut juga diartikan
dengan selembar bulu yang maksudnya bahwa para sufi dihadapan Tuhannya merasa dirinya
hanya bagaikan selembar bulu yang terpisah dari kesatuannya yang tidak memiliki arti apa-
apa.
Kata tasawuf juga berasal dari kata shaff ( ‫ صف‬yaitu barisan), makna shaff ini
diartikan kepada para jamaah yang selalu berada pada barisan terdepan ketika sholat,
sebagaimana sholat yang berada di barisan pertama maka akan mendapat kemuliaan dan
pahala. Maka dari itu, orang yang ketika sholat berada di barisan depan akan mendapatkan
kemuliaan serta pahala dari Allah SWT.
Tasawuf juga berasal dari kata shafa ( ‫صفاء‬yaitu jernih, bersih atau suci), makna
tersebut sebagai nama dari mereka yang memilik hati yang bersih atau suci, maksudnya
adalah bahwa mereka menyucikan dirinya di hadapan Allah SWT melalui latihan kerohanian
yang amat dalam yaitu dengan melatih dirinya untuk menjauhi segala sifat dan sikap yang
kotor sehingga mencapai pada kebersihan dan kesucian pada hatinya.
Adapun yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata shuffah ( ‫صفة‬yaitu
serambi Masjid Nabawi yang ditmepati sebagian sahabat Rasulullah). Makana tersebut
dilatarbelakangi oleh sekelompok sahabat yang hidup zuhud dan konsentrasi beribadah
kepada Allah SWT serta menimba ilmu bersama Rasulullah yang menghuni serambi Masjid
Nabawi. Sekelompok sahabat tersebut adalah mereka yang ikut berpindah Rasulullah dari
Mekah ke Madinah dengan keadaan mereka kehilangan harta dan dalam keadaan miskin
tidak mempunyai apa-apa.

3
Sedangkan pengertian tasawuf secara terminologi terdapat beberapa pendapat berbeda yang
telah dirumuskan oleh beberapa ahli, namun penulis hanya akan mengambil beberapa
pendapat dari pendapatpendapat para ahli tasawuf yang ada, yaitu sebagai berikut:
a. Syekh Abdul Qadir al-Jailani berpendapat tasawuf adalah mensucikan hati dan
melepaskan nafsu dari pangkalnya dengan khalawt, riyadloh, taubah dan ikhlas.
b. Al-Junaidi berpendapat bahwa tasawuf adalah membersihkan hati dari yang mengganggu
perasaan, memadamkan kelemahan, menjauhi seruan hawa nafsu, mendekati sifat-sifat
suci kerohanian, bergantung pada ilmu-ilmu hakikat, menaburkan nasihat kepada semua
manusia, memegang teguh janji dengan Allah dalam hal hakikat serta mengikuti contoh
Rasulullah dalam hal syari’at.
c. Syaikh Ibnu Ajibah mendefinisikan tasawuf sebagai ilmu yang membawa seseorang agar
bisa bersama dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui penyucian jiwa batin dan
mempermanisnya dengan amal shaleh dan jalan tasawuf tersebut diawalai dengan ilmu,
tengahnya amal dan akhirnya adalah karunia Ilahi.
d. H. M. Amin Syukur berpendapat bahwa tasawuf adalah latihan dengan
kesungguhan untuk membersihkan, mempertinggi dan memeperdalam aspek kerohanian
dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah sehingga segala perhatian hanya tertuju
kepada Allah.

Banyaknya pendapat tentang definisi tasawuf yang telah dirumuskan oleh para ahli
menyebabkan sulitnya mendefinisikan tasawuf secara lengkap. Maka untuk mengetahui
seseorang tersebut sufi atau sedang bertasawuf dapat di lihat dari beberapa ciri umum yang
dirumuskan oleh salah seorang peneliti tasawuf yaitu Abu Al-Wafa’ Alganimi At-Taftazani
dalam bukunya yang berjudul Madkhal Ila at- Tasawwuf al-Islam yang menyebutkan lima
ciri-ciri umum tasawuf, yaitu sebagaimana yang dikutip oleh Permadi dalam buku pengantar
ilmu tasawuf:
a. Memiliki nilai-nilai moral
b. Pemenuhan fana (sirna) dalam realisasi mutlak
c. Pengetahuan intuitif langsung
d. Timbulnya rasa kebahagiaan sebagai karunia Allah SWT dalam diri sufi karena
tercapainya maqamat atau yang iasa disebut maqam-aqam atau tingkatan.

4
Terlepas dari bebrapa pengertian tasawuf yang telah dirumuskan oleh para ahli
tersebut, dalam pandangan secara umum tasawuf dapat diartikan sebagai suatu upaya yang
dilakukan seseorang untuk mensucikan dirinya dengan cara menjauhakan pengaruh
kehidupan yang bersifat duniawi dan akan memusatkan seluruh perhatiannya kepada Allah.
Tasawuf juga merupakan sebuah upaya yang dilakukan manusia untuk memperindah diri
dengan akhlak yang bersumber pada agama dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah.
Selain itu tasawuf juga merupakan rasa kepercayaan kepada Tuhan yang dapat mengarahkan
jiwa agar selalu tertuju pada semua kegiatan yang dapat menghubungkan serta mendekatkan
manusia dengan Tuhan. Tasawuf merupakan cabang keilmuan Islam yang menekankan pada
aspek spiritual dari Islam. Dilihat dari kaitannya dengan kemanusiaan, tasawuf lebih
menekankan pada aspek kerohanian daripada aspek jasmani, dalam kaitannya dengan
kehidupan tasawuf lebih menekankan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia, karena
para ahli tasawuf lebih memepercayai keutamaan sprit dibandingkan dengan keutamaan
jasad, yaitu lebih mempercayai dunia spiritual dibandingkan dunia material. Para ahli
mempercayai bahwa dunia spiritual lebih haikiki dan lebih nyata dibandingkan dengan dunia
jasmani, hingga segala yang menjadi tujuan akhir atau yang kita sebut Tuhan juga bersifat
spiritual. Sehingga para kaum sufi mengatakan bahwa Tuhan adalah satu-satunya raelitas
yang sejati, dan hanya pada Tuhan mereka mengorientasikan seluruh jiwa mereka, karena
Tuhanlah buah kerinduan mereka dan kepada Tuhanlah mereka akan kembali untuk
selamanya.
Dalam mengintensifkan spiritualitasnya, para sufi melakukan tazkiyat al-nafs yaitu
penyucian diri yang merupakan usaha untuk mengatasi dari berbagai rintangan yang akan
menghambat jalannya pertemuan dengan Allah, yang mana bisa berupa menahan diri dari
hawa nafsu, syahwat dan amarah. Kemudian melakukan riyadhat al-nafs yaitu membersihkan
diri dari sifat tercela, atau melakukan latihan jiwa seoerti berpuasa, uzlah serta latihan jiwa
yang lain.9 Dari banyaknya pengertian tasawuf tersebut, dapat di katakana bahwa tasawuf
merupakan cabang imu yang menekankan dimensi rohani daripada materi, akhirat daripada
dunia fana, dan bathin daripada lahir. Nilai spiritual seperti keikhlasan ibadah dan kerinduan
kepada Allah merupakan tujuan pokok tasawuf. Para sufi berzuhud, menerima kepurusan
Allah SWT dengan hati lapang dan berdzikir hingga mencapai kesatuan wujud.
B. Sejarah Munculnya Tasawuf
Munculnya tasawuf dalam islam bersamaan dengan munculnya agama islam itu
sendiri, yaitu semenjak Nabi Muhammad SAW diutus menjadi rosul untuk segenap umat
manusia dan seluruh alam semesta. Fakta sejarah juga menunjukkan bahwa pribadi

5
Muhammad sebelum di angkat menjadi rosul telah berulang kali menyendiri menjauhkan diri
dari keramain di Gua hira , untuk mengasingkan diri dari masyarakat kota Mekah yang sibuk
dengan hawa nafsu keduniaan.
Kehidupan nabi seperti itu dikenal sebagai hidup kerohanian yang bertujuan untuk
mendekatkan diri pada Allah yang dilakukan oleh orang sufi saat ini. Corak kihidupan nabi
itulah yang dijadikan sebagai pedoman dalam hidup kerohanian sesudahnya sebagai materi
dalam tasawuf. Tasawuf merupakan ajaran yang diikuti oleh orang sufi, dimana sufi dianggap
penganut islam yang memisahkan kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat.
Istilah Sufi, merupakan istilah mistik yang terdapat dalam ajaran islam. Sufi itu
memiliki konotasi religius yang khas, yang di pakai dalam wacana yang terbatas untuk
menyebutkan mistik yang dianut oleh para pemeluk aga islam. Sekitar tahun 800 M,
dikaitkan dengan bahasa Yunani , istilah Sufi mengandung makna yang lebih luhur dan
memancarkan kesejahteraan. Namun sampai sekarang masih sering terjadi perbedaan
pendapat tentang asa-usul kata sufi. Sebagian sufi berpendapat bahwa kata sufi berasal dari
bahasa Arab yang artinya kemurnian, sehingga orang sufi itu diartikan sebagai orang yang
murni hatinya atau insan yang terpilih.
Tasawuf kurang tepat disebut sebagai ilmu empiris, logis, rasional dan sistematis,
karena mereka tidak bisa mentransformasikan ilmu nya kepada orang lain. Lebih tepatnya
tasawuf merurpakan kumpulan pengalaman yang mengadakan komunikasi dengan nur ilahi
yang penuh dengan rasa dan terwujud dalam berbagai bentuk kehidupan yang menjauhi
kemewahan dan menghabiskan waktu beribadah kepada Allah, rindu bertemu dengan Allah.
Usaha yang di tempuh oleh para sufi untuk bertemu dengan Allah itu, tentu melalui
cara-cara, metode-metode atau jalan agar bisa sampai kepada tuhan. Dalam usaha untuk
mencapai cara atau jalan yang ditempuh seorang sufi itu, tentu memerlukan riyadhah-
riyadhah dan pelajaran yang diberikan oleh seorang guru. Dimana hal itu merupakan suatu
organisasi yang punya aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh seorang murid pada gurunya.
Semua terangkum dalam sebuah istilah yang dikenal dengan sebutan tarikat.

1. Faktor Lahirnya Tasawuf


Lahir sebagai ilmu yang berdiri sendiri di sekitar penghujung abad ke-2 atau awal
abad ke-3 H. Pembicaraan para ahli disekitar lahirnya tasawuf dalam islam ini lebih banyak
menyoroti faktor-faktor yang mendorong kelahiran tasawuf tersebut faktor yang di maksud
oleh para ahli sufi adalah sebagai berikut:

6
1. Faktor Ekstren
Banyak pendapat yang telah di kemukakan di sekitar faktor ekstren ini antara lain:
a. Pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf lahir karena pengaruh dari paham kristen yang
menjauhi dunia dan hidup mengasingkan diri dibiara-biara. Sifat hidup menjauhi dunia
dan keramaian manusia ini emang terlihat jelas dalam perilaku para sufi dengan paham
zuhud yang mereka anut.
b. Sebagian ahli mengemukakan bahwa tasawuf lahir karena pengaruh dari filsafat
pythagoras yang berpendapat bahwa roh manusia itu kekal dan berada di dunia sebagai
orang asing. Badan atau raga adalah penjaara bagi roh. Untuk mencapai kesenangan yang
sebenarnya di dalam samawi, seseorang harus membersihkan roh tersebut dengan sikap
hidup meninggalkan kehidupan, materi dan berkontemplasi. Menurut pendukung teori ini,
ajaran pythagoras ini yang mempenggaruhi muncul nya paham zuhud di dalam tasawuf
islam
c. Adapula pendapat yang mengatakan bahwa munculnya tasawuf dalam islam sebagi
pengaruh dari filsafat emanasi plotinus yang membawa paham bahwa wujud memcar dari
zat tuhan. Roh berasal dari tuhan dan akan kembali padanya. Masuknya ke dalam materi
menyebabkan roh menjadi koter. Untuk dapat kembali pada tuhan roh harus dibersihkan
terlebih dahulu dengan sikap meninggalkan dunia serta mendekatkan diri kepada tuhan
sedekat mungkin.
d. Teori lain mengatakan bahwa tasawuf lahir atas pengaruh paham nirwana yang ada di
dalam agama budha. Untuk mencapai nirwana, demikian menurut ajaran budha,
seseorang harus meninggalkan dunia dan melakukan kontemplasi. Lebih lanjut dikatan,
paha fana dalam tasawuf islam adalah mirip sekali dengan paham nirwana dalam budha.
e. Teori lain mengatakan bahwa tasawuf lahir karena pengaruh dari ajaran hinduisme yang
mendorong manusia meningalkan dunia dan berupaya mendekatkan diri kepada tuhan
demi tercapainya persatuan antara atman dan brahman.

2. Faktor Intern
Tasawuf islam lahir dilatarbelakangi oleh faktor-faktor yang ada didalam islam itu
sendiri, bukan karena pengaruhi dari luar. Faktor-faktor intern ditemukan dalam sumber Al-
Qur’an, hadis dan perilaku Nabi Muhammad Saw.
Di dalalam al-qur’an ditemukan ayat-ayat tertentu yang dapat membawa kepada
paham mistis. Hal yang menyebabkan timbulnya reori bahwa sebenarnya paham tasawuf itu

7
muncul, tumbuh dan berkembang di dalam islam iotu sendiri , bukan disebabkan pengaruh
dari luar, seperti yang terdapat di dalam surat Al-baqarah [2]:186 firman Allah.

َ‫شد ُون‬ ِ ‫سأَلَكَ ِعبَادِي َعنِي فَإِنِي قَ ِريب أ ُ ِجيبُ دَع َْوة َ الدَّاعِ إِذَا د َ َع‬
ُ ‫ان فَ ْليَ ْست َِجيبُواْ ِلي َو ْليُؤْ ِمنُواْ بِي لَعَ َّل ُه ْم يَ ْر‬ َ ‫َوإِذَا‬

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),


bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka berima kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran,”
(QS al- Baqarah [2]: 186).
Allah Swt. telah menerangkan di berbagai firman-Nya dalam Al-Qur’an bahwa Dia
sangat dekat dengan para hamba-Nya. Seperti yang disebutkan dalam firman Allah di atas,
“Aku adalah dekat hamba-hamba-Ku.” Memang Allah sangat dekat kepada hamba-hamba-
Nya, akan tetapi apakah seorang hamba telah mengenal kedudukan Allah menurut
pengertiannya, sehingga ia dapat ikhlas dalam segala perbuatannya dan untuk
mengungkapkan segala perasaannya. Perlu diketahui bahwa Rasulullah Saw. sangat
mengenal Allah dengan segala perasaannya, seperti beliau Saw. mengenal kepada kawan
dekatnya dari salah seorang umatnya yang menjadi wali Allah.Untuk mendekatkan diri
kepada Allah, maka seorang harus berusaha mengenal Allah dengan kalbu dan seluruh
perasaannya dari salah satu segi dan menunaikan berbagai kewajibannya dari segi yang lain.
Pokoknya, seorang harus hidup dengan perasaan dan pemikiran yang selalu berhubungan
dengan Allah dan ia melaksanakan segala perintah wajib dan menjauhi segala larangan-Nya.
Jika ia dapat hidup seperti itu, maka ia termasuk seorang yang sangat dekat dengan Allah.
Jika tidak, maka ia termasuk seorang yang jauh dari Allah.
Dari firman Allah di atas dapat kita mengerti bahwa Allah sangat dekat dengan para
kekasih-Nya. Karena itu, do’a mereka senantiasa dikabulkan. Maksud dari kata “dekat”
dalam ayat di atas tidak boleh diartikan bahwa Allah dekat jaraknya dalam bentuk yang kita
pahami menurut akal kita. Tetapi, Allah sangat dekat dengan do’a yang dipanjatkan kepada-
Nya secara ikhlas penuh hanya karena Allah, sehingga Allah cepat mengabulkan do’a orang
itu. Gambaran tentang dekatnya Allah dengan manusia dipertegas lagi dalam surat Qaf [50]:
16 Allah berfirman :
‫سہ ۖ َو ن َۡحنُ ا َ ۡق َربُ اِلَ ۡي ِہ ِم ۡن َح ۡب ِل ۡال َو ِر ۡي ِد‬
ُ ‫س بِہ ن َۡف‬ ِ ۡ ‫َو لَقَ ۡد َخلَ ۡقنَا‬
َ ‫اۡل ۡن‬
ُ ‫سانَ َو نَعۡ لَ ُم َما ت ُ َو ۡس ِو‬

8
Artinya : Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.
Allah menjelaskan bahwa Dia telah menciptakan manusia dan berkuasa penuh untuk
menghidupkannya kembali pada hari Kiamat dan Ia tahu pula apa yang dibisikkan oleh
hatinya, baik kebaikan maupun kejahatan. Bisikan hati ini (dalam bahasa Arab) dinamakan
hadisun nafsi. Bisikan hati tidak dimintai pertanggungjawaban kecuali jika dikatakan atau
dilakukan. Allah lebih dekat kepada manusia dari urat lehernya sendiri. Ibnu Mardawaih telah
meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Sa’id bahwa Nabi bersabda: Allah dekat kepada
manusia (putra Adam) dalam empat keadaan, Ia lebih dekat kepada manusia daripada urat
lehernya. Ia seolah-olah dinding antara manusia dengan hatinya. Ia memegang setiap
binatang pada ubun-ubunnya, dan Ia bersama dengan manusia dimana saja ia berada.
(Riwayat Ibnu Mardawaih).

Di dalam sebuah hadis Qudsi, rasulullah bersabda pernyataan Allah :

“Aku pada mulanya adalah perbendaharaan yang tersembunyi. Kemudian aku ingin dikenal,
maka ku ciptakan makhluk dan melalui aku merekapun kenal padaku”
Sebagaimana dimaklumi, Rasulullah SAW didalam mendekatkan diri kepada Allah
tidak jarang pergi meninggalkan keramaian orang banyak, hidup menyepi untuk merenung
dan berkontemplasi, dan bertahannust di gua hira. Ternyata di tengah-tengah kesendiriannya
ini rasulullah SAW mendapat petunjuk dari Allah SAW sebagai nabi dan rasul yang menjadi
panutan pertama, sudah tentu dan wajar perilaku rasulullah ini di contoh umatnya. Oleh sebab
itu, tidak heran jika antara umat islam memandang sikap menyendiri dan berkontemplasi
sebagai cara untuk mendekatkan diri pada Allah, yang merupakan salah satu ciri utamadi
dalam dunia tasawuf

C. Ajaran Tasawuf
Ajaran tasawuf di ajarkan oleh tokoh-tokoh sebagai berikut :

1. Hasan Al-Basri
Nama lengkap Hasan Al-bashri adalah Abu sa’id Al-Hasan bin Yasar, dilahirkan di
Madinah pada tahun 21 H (632 M ) dan wafat pada tahun 110 H (728 M) . ia mengajarkan
ilmu kebatinan dan ilmu akhlak tentang penyucian jiwa Ajaran akhlak Hasan Al-Basri
tentang hidup dan kehidupan sangat berarti bagi umat islam. Ia mengajarkan kehidupan yang

9
tawadhu, zuhud, sabar, syukur, khauf, raja’, dan ajaran tentang tafakur bini’mah. Manusia
yang memahami dunia sebagai ladang beramal akan memiliki akhlak yang baik dan terpuji
karena ia mengetahui dengan yakin bahwa amalnya tidak akan sia-sia di mata Allah
SWT. Yang dimaksud dengan tawadhu adalah kerendahan hati seorang hamba kepda
kebenaran dan kekuasaan Tuhannya.
Dengan rasa ini, kesombongan sang salik kepada Tuhannya dan juga makhluk Tuhan
lainnya akan hilang sirna, sebab ia merasa rendah. Oleh karena itu, jika seseorang sudah
sampai atau telah mendapatkan ahwal ini, maka ia tidak akan bersikap pilih kasih dengan
siapapun. Sebab ia memandang semuanya adalah sama dan setara. Zuhud adalah
mengabaikan kehidupan duniawi. Hal ini karena, menurut kaum sufi, kehidupan duniawi
adalah sumber kemaksiatan dan penyebab terjadinya kejahatan dan dosa.
Oleh karena itu, ia harus ditinggalkan. Maqam zuhd ini sangat erat dengan maqam
taubah, sebab taubat tidak akan mungkin berhasil selama hati salik masih didominasi
kecenderungan dan kesenangan duniawi. Namun, dengan pendapat ini, Ibn Taimiyyah tidak
sependapat. Menurutnya, zuhud tidak harus meninggalkan semua materi duniawi, tetapi
memilah dan memilih. Jika ia merugikan bagi kehidupan akhirat, maka ia harus ditinggalkan.
Jika tidak, maka juga tidak boleh ditinggalkan. Sabar adalah menahan diri dari
kecenderungan hawa nafsu terhadap perkaraperkara yang diharamkan oleh Allah Swt. Syukur
adalah dengan kesan kesadaran (rasa terima kasih) manusia terhadap rahmat dan karunia
yang diterimanya dari Allah Swt.
Khauf adalah hadirnya perasaan takut ke dalam diri sang salik karena dihantui oleh
perasaan dosa dan ancaman yang akan menimpanya. Saat rasa ini menghampirinya, sang
salik akan merasa tenteram dan tenang karena kondisi hatinya yang semakin dekat dengan
Allah Swt. Raja’ adalah perilaku terpuji seorang hamba yang senantiasa mengharapkan ridha
juga rahmat dari Allah Swt. \

2. Al-Muhasibi
Nama lengkap Al-Muhasibi adalah Abu ‘Abdillah Al-Hariss bin Asad Al-Basri Al-
Baghdadi Al-Muhasibi, dilahirkan di Bashrah, Irak pada tahun 1965 H/781 M, wafat pada
tahun 243 H/857 M. Pandangan sufistiknya mengajarkan agar manusia berakhlak dengan cara
mawas diri dari segala perbuatan dosa. Manusia berakhlak di mulai dengan taat kepada Allah
Swt dan menyucikan diri dengan memperbanyak zikir dan bertobat, sehingga manusia akan
mudah mengenal Allah Swt dan Allah Swt akan menyukainya. Manusia yang berakhlak baik

10
adalah manusia yang penuh kewaspadaan dan penuh rasa takut dari perbuatan yang akan
mengotori jiwanya. Hal tersebut merupakan harapan agar dapat bertemu dengan Allah Swt.

3. Al-Qusyairi
Nama lengkap Al-Qusyairi adalah ‘Abdul Karim bin Hawazin, dilahirkan pada tahun
376 H di Istiwa, kawasan Nishafur, dan wafat pada tahun 465 H .Al-Qusyairi adalah
penganut ahlus sunnah wal jamaah yang dikembangkan oleh Al-Asy’ari pelajar yang di
kumandangkan oleh Al-Qusyairi adalah akhlak yang berdasarkan pada syariat yang bener
menurut Al-qur’an dan As-sunnah. Menurut nya adalah akhlak mulia yang harus
dilaksanakan adalah akhlak yang mengutamakan kesehatan jasmani dan rohani. Manusia
yang berakhlak dengan akhlak yang mulia, seimbang antara kebutuhan duniawi dan
kebutuhan ukhrawi.

4. Al-Ghazali
Ajaran-ajaran Al-Ghazali sangat terkenal. Anjuran Al-Ghazali pada umat manusia
tentang akhlak adalah akhlak yang memiliki keseimbangan duniawi dan ukhrawi, akhlak
lahiriah dan batiniah. Manusia harus berakhlak dengan akhlak yang ikhlas. Oleh sebab itu,
jiwa manusia harus bersih dari segala dosa. Awalnya perlu pertaubat dan memperbanyak
zikir dengan mengutamakan tahlil, takbir, dan tahmid kepada Allah Swt.

Setiap hari, manusia harus menghisab diri, bila perlu, menggantongi batu kerikil untuk
menghitung perbuatan baik atau buruknya. Jika akhlak terpuji terus bertambah, kerikil di
dalam kantong semakin berkurang, jika akhlak tercela bertambah, kerikil di dalam kantong
semakin bertambah.
Apabila dikantong terdapat seratus kerikil, kemudian ia selama sehari berbuat lima
kali kebajikan, kerikil berkurang jumlahnya menjadi sembilan puluh lima. Sebaliknya,
apabila sehari berbuat kejahatan lima kali, kerikil bertambah menjadi seratus lima buah.
Begitulah cara menghisab diri dan merencanakan hidup dengan akhlak yang terpuji. Masalah
teknis penempatan kerikil diserahkan kepada orangnya masing-masing.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka bias disimpulkan bahwa tasawuf merupakan bagian dari
syariat Islam yang memfokuskan ajarannya pada penyucian jiwa guna mencapai kedekatan,
kecintaan, atau kesatuan dengan Allah Swt. Kemudian secara bahasa, istilah tasawuf baru
muncul pada abad ke II Hijriyah dan berasal dari akar kata shuf, shaf, shuffa, shufanahshafa.
Lalu secara istilah definisi tasawuf bias disimpulkan sebagai bagian syariat islam yang
memuat suatu metode untuk mencapai kedekatan atau penyatuan antara hamba dan Tuhan
dan juga untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan hakiki (makrifat). Munculnya tasawuf
dalam islam bersamaan dengan munculnya agama islam itu sendiri, yaitu semenjak Nabi
Muhammad SAW diutus menjadi rosul untuk segenap umat manusia dan seluruh alam
semesta. Fakta sejarah juga menunjukkan bahwa pribadi Muhammad sebelum di angkat
menjadi rosul telah berulang kali menyendidi menjauhkan diri dari keramain di Gua hira ,
untuk mengasingkan diri dari masyarakat kota Mekah yang sibuk dengan hawa nafsu
keduniaan. Tokoh-tokoh Ajaran tasawuf seperti Hasan Al-Basri , Al-Muhasibi, Al-Qusyairi
dan Al-Ghazali .

B. Saran
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat, serta pengetahuan tentang bangun datar
dan pythagoras. Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam makalah ini, maka dari
itu saya meminta kritik dan saran guna penyempurnaan sebuah makalah yang telah kami buat
ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012),Hlm. 4.


Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, Dimensi Esoteris Ajaran Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm 9.
Ris’an Rusli, Tasawuf dan Tarekat, ( Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 9
Mashar, Aly. “TASAWUF : Sejarah, Madzhab, dan Inti Ajarannya.” Al-A’raf : Jurnal
Pemikiran Islam dan Filsafat 12, no. 1 (30 Juni 2015): 97.

Nasrudin, Nasrudin. “AJARAN-AJARAN TASAWUF DALAM SASTRA KITAB


‘RI’AYAH AL-HIMMAH’ KARYA SYEKH AHMAD RIFA’I.” IBDA` : Jurnal Kajian
Islam dan Budaya 13, no. 1 (1 Januari 1970): 114–33.

13

Anda mungkin juga menyukai