Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas selesainya Makalah kami yang
berjudul Aliran Tasawuf. Penulisan makalah ini adalah salah satu tugas mata kuliah Aliran
Pemikiran Islam. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan
baik dalam teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kamimiliki. Serta
kami mengucapkan terima kasih untuk pihak - pihak yang telah membantu kami. Semoga
Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal kepada mereka yang telah memberikan
bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung, Amin yaa Robbal Alamin.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................ 3
A. Kesimpulan ............................................................................................... 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
Tasawuf dalam dunia Islam baru akhir-akhir ini dipelajari sebagai ilmu,
sebelumnya dipelajari sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Manusia
pada dasarnya adalah suci,maka kegiatan yang dilakukan oleh sebagian manusia untuk
mensucikan diri merupakan naluri manusia. Usaha yang mengarah kepada pensucian
jiwa terdapat di dalam kehidupan tasawuf. Tasawuf merupakan suatu ajaran untuk
mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Allah bahkan kalau bisa menyatu dengan
Allah melalui jalan dan cara, yaitu maqâmât dan ahwâl. Untuk lebih jelasnya, dalam
makalah ini saya akan mencoba memaparkan beberapa persoalan yang
berhubungan dengan tasawuf, yaitu pengertian tasawuf,asal usul tasawuf,tokoh
tasawuf dan pemikirannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Tasawuf?
2. Bagaimana Asal usul Tasawuf?
3. Tokoh tasawuf dan Keyakinanya?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa pengertian aliran tasawuf
2. Untuk mengetahui asal usul munculnya aliran tasawuf.
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh dan keyakinan aliran tasawuf.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf
1. Pengertian Etimologi
Terdapat beragam pendapat mengenai akar kata tasawuf. Ada yang mengatakan
bahwa kata tasawuf berasal dari kata shufah (kain dari bulu),karena kepasrahan seorang
sufi kepada Allah ibarat kain wol yang dibentangkan. Ada yang berpendapat shifah (sifat)
sebab, seorang sufi adalah orang yang menghiasi diri dengan segala sifat terpuji dan
meninggalkan setiap sifat tercela.
Pendapat lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata shuffah (sufah)sebab,
seorang sufi mengikuti ahli sufah dalam sifat yang telah ditetapkan Allah bagi mereka.
Al-Qusyari berpendapat bahwa tasawuf berasal dari shafwah (orang pilihan atau suci).
shaf (saf), seolah para sufi berada di saf pertama dalam menghadapkan diri kepada Allah
dan berlomba-lomba untuk melakukan ketaatan. Sebagian kalangan mengatakan, kata
tasawuf dinisbatkan pada kain wol yang kasar (shuf khasyin). Sebab, para sufi gemar
memakainya sebagai simbol zuhud dan kehidupan yang keras. Jadi Tasawuf adalah usaha
untuk membersihkan jiwa, memperbaiki akhlak dan mencapai maqam ihsan. Dengan
kata lain yaitu usaha menaklukan dimensi jasmani manusia agar tunduk dimensi rohani.
Tasawuf oleh kaum orientalis disebut dengan sufisme. Sufisme dipakai untuk mistisisme
Islam dan tidak dipakai untuk mistisisme agama-agama lain. Orangyang pertama kali
memakai kata sufi adalah Abu Hasyim al-kufi di Irak (150H).
2. Pengertian Terminologi
a. Imam Junaid dari Baghdad (w. 910) mendefinisikan tasawuf sebagai
mengambil setiap sifat mulia dan meninggalkan setiap sifat rendah. Atau
keluar dari budi perangai yang tercela dan masuk kepada budi perangai yang
terpuji.
b. Syekh Abul Hasan Asy Syadzili (w.1258), syekh sufi besar dari Arika Utara,
mendefinisikan tasawuf sebagai praktik dan latihan diri melalui cinta yang
dalam dan ibadah untuk mengembalikan diri kepada jalan tuhan.
c. Harun Nasution dalam bukunya falsafat dan Mistisme dalam Islam
menjelaskan bahwa, tasawuf merupakan suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang Islam bisa sedekat mungkin
dengan Tuhan.
d. Amin syukur mendefinisikan tasawuf sebagai sistem latihan dengan
kesungguhan (riyadhah mujahadah) untuk membersihkan, mempertinggi dan
memeperdalam aspek kerohanian dalam rangka mendekatkan diri kepada
Allah (taqarrub) sehingga segala perhatian hanya tertuju kepadaNya.
Jadi, tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa,
menjernihkan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memperoleh kebahagiaan yang
abadi. Dari definisi tentang tasawuf di atas diperhatikan dan dipahami secara utuh, maka
akan tampak selain berorientasi spiritual, tasawuf juga berorientasi moral. Dan dapat
disimpulkan bahwa basis tasawuf ialah penyucian hati dan penjagaannya dari setiap
cedera, dan bahwa produk akhirnya ialah hubungan yang benar dan harmonis antara
manusia dan Allah.
5
B. Asal usul Tasawuf
Pada masa awal era Islam dakwah kepada tasawuf itu belum diperlukan,karena pada era
itu, semua orang adalah ahli takwa, waraa dan ahli ibadah. Mereka semua berlomba
mengikuti dan meneladani Rasulullah dalam setiap aspek. Oleh karena itu, mereka belum
membutuhkan tasawuf karena segala sesuatunya didasarkan pada perkataan, perbuatan
dan ketetapan Rasulullah.
Pada masa sahabat dan tabi’in sudah menggunakan tasawuf, tetapi belum
mengggunakan istilah tasawuf, karena para sahabat dan tabiin merupakan sufi yang
sesungguhnya.Tasawuf merupakan sifat-sifat umum yang terdapat pada hampir seluruh
sahabat Nabi tanpa terkecuali dan adanya perasaan takut dan cintanya mereka kepada
Allah dan Rasulullah melebihi dirinya sendiri.
Setelah masa Sahabat dan Tabiin beragam bangsa mulai memeluk Islam. Bidang ilmu
pengetahuan semakin meluas dan terspesialisasi, muncullah ilmu fiqih, ilmu tauhid, ilmu
hadits, ilmu ushul fiqih, ilmu faraid dan ilmu-ilmu lainnya.
Setelah fase tersebut pengaruh spiritual Islam sedikit demi sedikit melemah.
Manusia mulai lupa akan kewajibannya kepada Allah, sehingga ahli uhud terdorong
untuk mengkodifikasikan ilmu tasawuf serta menerangkan kemuliaan dan
keutamaannya diantara ilmu-ilmu lainnya. Mulai dari fase inilah ilmu tasawuf
berkembang.
Perkembangan tasawuf pada abad keenam hijriyah banyak ulama tasawuf yang sangat
berpengaruh pada perkembangan tasawuf abad ini antara lain Syihabuddin Abul Futu As-
Suhrawardy wafat tahun 587 H/1191 M. ia mula-mula belajar ilmu filsafat dan Ushul fiqh
pada AsySyekh Al-Imam Majdudin Al-Jily di Allepo, bahkan sebagian besar ulama dari
berbagai disiplin ilmu agama di negri itu, telah dikunjunginya untuk menimba ilmu
pengetahuan dari mereka.
Pada Abad Kesembilan, Kesepuluh Hijriyah, dan Sesudahnya Disini tasawuf sangat
sunyi di dunia Islam, berarti nasibnya lebih buruk lagi dari keadaannya pada abad
keenam, tujuh dan kedelapan hijriyah. Faktor yang menonjol menyebabkan runtuhnya
ajaran tasawuf di dunia Islam yaitu: 1) Karena memang ahli tasawuf sudah kehilangan
kepercayaan di kalangan masyarakat Islam, sebab banyak diantara mereka yang terlalu
menyimpang di ajaran islam yang sebenarnya. 2) Karena ketika itu, penjajah bangsa
Eropa yang beragama nasrani sudah menguasai seluruh negri Islam. Tentu paham-paham
selalu dibawa dan digunakan untuk menghancurkan ajaran tasawuf yang sangat
bertentangan dengan pahamnya.
6
C. Tokoh-tokoh dan Keyakinannya
Masa ini yaitu pada masa abad pertama dan kedua hijriyah belum bisa sepenuhnya
disebut sebagai masa tasawuf tapi lebih tepat disebut sebagai masa kezuhudan.
Tasawuf pada masa ini lebih bersifat amaliah dari pada bersifat pemikiran. Bentuk
amaliah itu seperti memperbanyak ibadah, menyedikitkan makan dan minum,
menyedikitkan tidur dan lain sebagainya. Diantara tokoh-tokoh tasawuf pada masa ini
yaitu:
a. Hasan Al-Basri
Nama lengkapnya adalah al-Hasan bin Abi al-Hasan Abu Sa’id. Dia dilahirkan di
Madinah pada tahun 21 Hijriah/642 Masehi dan meninggal di Basrah pada tahun 110
Hijriah/728 M. Ia adalah putera Zaid bin Tsabit, seorang budak bfudak yang
tertangkap di Maisan, yang kemudian menjadi sekretaris Nabi Muhammad SAW. la
memperoleh pendidikan di Basrah. la sempat bertemu dengan sahabat-sahabat Nabi,
termasuk tujuh puluh diantara mereka yang mengikuti perang Badar.
Dasar pendirian Hasan al-Basri adalah hidup zuhud terhadap dunia, menolak
segala kemegahannya, hanya semata menuju kepada Allah, tawakal, khauf dan raja’.
“Janganlah hanya semata-mata takut kepada Allah, tetapi ikutilah ketakutan dengan
pengharapan. Takut akan murkaNya, tetapi mengharap akan rahmatNya.” Itulah
ucapannya yang terkenal.
Namanya adalah Ahu Ishaq Ibrahim bin Adham, lahir di Balkh dari keluarga
bangsawan Arab. Ibrahim bin Adham adalah salah seorang zahid di Khurasan yang
sangat menonjol di zamannya. Kendatipun dia putera seorang raja dan pangeran
kerajaan Balkh, dia tidak terpesona oleh kekuasaan dan kerajaan yang dibawahinya.
Dia lebih suka memakai baju bulu domba yang kasar dan mengarahkan pandangannya
ke negeri Syam (Syria), di mana ia hidup sebagai penjaga kebun dan kerja kasar
lainnya. Suatu ketika ia ditanya: “Mengapa anda menjauhi orang banyak?” Dia
menjawab: “Kupegang teguh agama di dadaku. Dengannya aku lari dari satu negeri ke
negeri yang lain, dari bumi yang kutinggalkan menuju bumi yang akan kudatangi.
Setiap orang yang melihatku menyangka aku seorang pengembala atau orang gila. Hal
ini kulakukan dengan harapan aku bisa memelihara kehidupan beragamaku dari
godaan setan dan menjaga keimananku, sehingga selamat sampai ke pintu gerbang
kematian.
Demikian ungkapan dari seorang Ibrahim bin Adham tampak jelas betapa dia
diliputi rasa takut, seperti halnya semua zahid semasanya, berusaha sungguh-sungguh
demi akhirat, sikap zuhud terhadap dunia dan tindakan yang tidak mengenal
kompromi dalam ketaatan yang dilakukannya.
7
c. Rabi’ah al-Adawiyah
Nama lengkapnya ialah Ummu al-Khair Rabi’ah bin Isma’il alAdawiyah al-
Qisiyah. Informasi tentang biografinya begitu sedikit, dan sebagiannya hanya
bercorak mitos. Dia lahir di Basrah pada ta-hun 96 H /713 M, lalu hidup sebagai
hamba sahaya keluarga Atik. Dia berasal dari keluarga miskin dan dari kecil dia
tinggal di kota kelahirannya. Di kota ini namanya sangat harum sebagai seorang
manusia suci dan sangat dihormati oleh orang-orang saleh semasanya. Menurut
sebuah riwayat dia meninggal pada tahun 185 H./801 M. Orang-orang mengatakan
bahwa dia dikuburkan di dekat kota Jerussalem.
Isi pokok ajaran tasawuf Rabi’ah adalah tentang cinta. Karena itu, dia mengabdi,
melakukan amal saleh bukan karena takut masuk neraka atau mengharap masuk
surga, tetapi karena cintanya kepada Allah. Cintalah yang mendorongnya ingin selalu
dekat dengan Allah dan cinta itu pulalah yang membuat ia sedih dan menangis karena
takut terpisah dari yang dicintainya. Pendek kata, Allah baginya merupakan zat yang
dicintai, bukan sesuatu yang harus ditakuti. Ia menolak semua tawaran kawin dengan
alasan bahwa dirinya adalah milik Allah yang dicintainya, dan siapa yang ingin kawin
dengannya haruslah meminta izin kepada Allah.
Disimpulkan bahwa Rabi’ah al-Adawiyah, pada abad dua hijriyah, telah merintis
konsep zuhud dalam Islam berdasarkan cinta kepada Allah. Tetapi, dia tidak hanya
berbicara tentang cinta Ilahi, namun juga menguraikan ajaran-ajaran tasawuf yang
lain, seperti konsep zuhud, rasa sedih, rasa takut, rendah hati, tobat, ridha dan lain
sebagainya.
Masa ini sudah bisa dikatakan sebagai masa tasawuf, yaitu pada abad ketiga dan
keempat hijriyah mendapat sebutan shufi. Hal itu dikarenakan tujuan utama kegiatan
ruhani mereka tidak semata-mata kebahagiaan akhirat yang ditandai dengan
pencapaian pahala dan penghindaran siksa, akan tetapi untuk menikmati kehidupan
langsung dengan Tuhan yang didasari dengan rasa cinta. Diantara tokoh-tokoh tasawuf
pada masa ini yaitu:
a. Ma’ruf al-Karkhi
Namanya adalah Abu Muahfuz Ma’ruf bin Firuz al-Karkhi. Ia berasal dari Persia,
namun hidupnya lebih lama di Bagdad. Ia meninggal di kota ini juga pada tahun 200 H
/ 815 M. Ma’ruf al-Karkhi dikenal sebagai sufi yang selalu diliputi rasa rindu kepada
Allah sehingga ia digolongkan ke dalam kelompok auliya’. Dia dipandang sangat
berjasa dalam meletakkan dasar-dasar tasawuf.
8
terutama bertujuan untuk membebaskan diri dari siksa akhirat, sekarang bagi Ma’ruf
al-Karkhi, bertujuan sebagai sarana untuk memperoleh ma’rifah kepada Allah.
Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Surri al-Muglisi al-Saqti. Dia adalah
murid Ma’ruf al-Karkhi dan paman al-Junaidi dan merupakan tokoh sufi terkemuka di
Bagdad. Ia meninggal pada tahun 253 H / 867 M dalam usia 98 tahun.
Dalam menjalankan ajaran tasawuf, dia beramal siang - malam untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT, dengan penuh khusu’ dan tawadu’. Siang dan malam yang dia
lalui tidaklah berarti tanpa diisi dengan ibadah dan pengabdian. Karena hanya dengan
memperbanyak ibadah dan pengabdian itulah, menurutnya dia dapat bertemu dengan
Tuhan, dan pertemuan dengan Tuhan itu meruakan puncak keabadian yang sejati.
Dengan terkonsentrasinya pikiran dan perasaan, hilangnya tabir antara seorang sufi
dengan Tuhan maka tidak ada lagi yang dirasa dan dipikirkannya kecuali wujud Tuhan.
Keadaan seperti ini disebut fana’ yang dipahami sebagai hilangnya sensasi, sehingga ia
tidak merasa lagi adanya wujud yang lainnya.
Nama lengkapnya ialah Abu Sulaiman Abdurrahman bin Utbah al-Darani. Dia
dilahirkan di Daran, sebuah kampung di kawasan Damakus, dan meninggal pada tahun
215 H / 830 M. Dia adalah murid Ma’ruf dan merupakan tokoh sufi terkemuka,
seorang ‘arif dan hidupnya sangat wara’. Hidup kerohaniannya penuh diliputi dengan
kebersihan jiwa dan kesucian pribadi.
Masa ini disebut juga sebagai masa konsolidasi yakni memperkuat tasawuf dengan
dasar aslinya yaitu Alqur’an dan Hadits yang sering disebut juga dengan tasawuf sunny
yakni tasawuf yang sesuai dengan tradisi sunnah Nabi dan para sahabat. Diantara
tokoh-tokoh tasawuf pada masa ini adalah:
a. Al-Qusyairi
Nama lengkap al-Qusyairi adalah Abdul Karim bin Hawazin, lahir tahun 376 H di
Istiwa, kawasan Nishafur, salah satu pusat ilmu pengetahuan pada masanya. Dan Al-
Qusyairi wafat tahun 465 H.
9
Ajaran-ajaran Taswuf Al-Qusyairi adalah mengembalikan tasawuf ke landasan
Ahlussunnah. Seandainya karya al-Qusyairi, Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah, dikaji secara
medalam, akan tampak secara jelas bagaimana Al-Qusyairi cenderung mengembalikan
tasawuf ke atas landasan doktrin Ahlu Sunnah, sebagaimana pernyataannya,
“Ketahuilah ! Para tokoh aliran ini (maksudnya para sufi) membina prinsip-prinsip
tasawuf atas landasan tauhid yang benar, sehingga terpeliharalah doktrin mereka dari
penyimpangan. Selain itu mereka lebih dekat dengan tauhid kaum salaf maupun Ahlu
Sunnah, yang tidak tertandingi serta mengenal macet. Merekapun tahu hak yang lama,
dan bisa mewujudkan sifat sesuatu yang diadakan dari ketiadaannya. Karena itu, tokoh
aliran ini. Selain ajaran mengembalikan tasawuf ke landasan sunnah, Al-Qusyairi juga
memberikan ajaran-ajaran tasawuf lainnya seperti, kesehatan batin, penyimpangan para
sufi dan urutan maqamat menurut Al-Qusyairi.
b. Al-Ghazali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin ta’us Ath-thusi Asy-Syafi’i
Al-Ghazali. Ia dipanggil Al-Ghazali karena ia lahir di Ghazalah suatu kota di Kurasan,
Iran, tahun 450 H/1058 M, ayahnya seorang pemintal kain wol miskin yang taat.
Masa ini adalah masa yang ditandai dengan munculnya falsafi yakni tasawuf yang
memadukan antara rasa dan rasio, tasawuf bercampur dengan filsafat terutama filsafat
yunani. Pengalaman-pengalaman yang diklaim sebagia persatuan anatara Tuhan dan
hamba kemudian diteorisasikan dalam bentuk pemikiran seperti konsep Wahdatul
Wujud. Tokoh-tokoh pada masa ini antara lain :
a. Ibn Arabi
Nama lengkapnya Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Abdullah Ath Tha’i Al-
Haitami. Ia lahir di Murcia, Andalusia Tenggara, Spanyol, tahun 560 H. karya yang
telah dihasilkannya antara lain Al-Futuhat Al-Makkiyah, tarjuman Al-Asuywan dan
masih banyak lagi.
Ajaran tasawuf dari Ibn Arabi adalah wahdatul wujud ( kesatuan wujud ) yaitu
bahwa wujud semua yang ada ini hanyalah satu dan pada hakekatnya wujud makhluk
10
adalah wujud khalik pula. Tidak ada perbedaan antara keduanya dari segi hakekat.
Menurut Ibn Arabi, wujud alam pada hakikatnya adalah wujud Allah dan Allah adalah
hakikat alam. Tidak ada perbedaan antara a’bid ( menyembah ) dengan ma’buat ( yang
disembah ), keduanya adalah satu.
b. Ibnu Sabi’in
Nama lengkapnya Ibnu Sabi’in adalah ‘Abdul Haqq bin Ibrahim Muhammad bin
Nashr. Dilahirkan pada tahun 614 H (1216/1217) M di Murcia, Spanyol. Dia adalah
seorang sufi yang juga filosofnya dari Andalusia.
Ajaran-ajaran tasawufnya yakni, Paham kesatuan mutlak, yaitu wujud adalah satu
alias wujud Allah semata. Ibn Sabi’in menempatkan ketuhanan pada tempat yang
pertama. Wujud Allah, menurutnya adalah asal segala yang ada pada masa lalu, masa
kini maupun masa depan. Sementara wujud materi yang tampak justru dirujukan pada
wujud mutlak yang rohaniah. Pendapat Ibn Sabi’in tentang kesatuan mutlak tersebut,
merupakan dasar dari paham, khususnya tentang para pencapai kesatuan mutlak
ataupun pengakraban dengan Allah.
c. Ibn Masarrah
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tasawuf bukanlah sesuatu yang baru dalam Islam. Prinsip-prinsip ajaran Tasawuf
telah ada dalam Islam semenjak Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul, bahkan
kehidupan rohani Rasul dan para sahabat menjadi salah satu panutan di dalam
melakukan amalan-malannya. Ini merupakan sangkalan terhadap pendapat yang
mengatakan bahwa Tasawuf merupakan produk asing yang dianut oleh umat Islam. Inti
dari ajaran tasawuf ialah mendekatkan diri kepada Allah dengan melalui tahapan-tahapan
(ajaran)Nya yaitu maqamat dan ahwal. Ajaran-ajaran tasawuf ini bersumber dari al-
Qur’an, Hadits dan perbuatan-perbuatan sahabat. Banyak kita temui ayat-ayat al-Qur’an
yang berhubungan dengan ajaran-ajaran tasawuf. Mulai dari ajaran dasar tasawuf,maupun
tingkatan tingkatan yang harus ditempuh oleh seorang sufi yang kitakenal dengan nama
maqamat dan ahwal. Tujuan tertinggi dari seorang sufi adalah untuk mendekatkan diri
kepada Allah atau kalau bisa menunggal dengan Allah.
Tokoh-tokoh tasawuf pada masa klasik yakni hasan al-basri dengan kehidupan
zuhudnya, Ibrahim Ibn Adham dengan kehidupan zuhudnya juga dan Rabi’ah al
Adawiyah dengan Cintanya kepada Allah.
Tokoh-tokoh tasawuf pada masa abad pertengahan yakni, Ma’ruf al-Karkhi
dengan cintanya terhadap allah, Abu al-Hasan al-Saqti dengan pengabdiannya sebagai
hamba Allah dan Abu Sulaiman al-Darani dengan kerohanian hidupnya.
Tokoh-tokoh pada masa modern yakni ada Al-Qusyairi dan Al-Ghazzali sama-
sama dengan ajaran tasawufnya yakni sunni.
Tokoh-tokoh pada masa kontemporer yakni, Ibnu Arabi dengan kehidupan yang
wahdatul wujud, Umar Ibn Faridh dengan syair kesufiannya, Ibnu Sabi’in dengan ajaran
mengembalikan wujud allah, dan Ibnu Masarrah yaitu dengan ajarannya keselamatan
adalah dengan mensucikan jiwa.
.
B. Kritik dan Saran
Dalam mempelajari dan memahami suatu aliran dalam teologi islam haruslah
diketahui asal usul munculnya aliran tersebut, ajaran pokok serta keyakinan-keyakinan asas
yang terdapat pada aliran tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA
Isa, Syaikh ‘Abdul Qadir. (2011). Hakekat Tasawuf. Jakarta: Qisthi Press, cetakanke-
13.
Zahri, Mustafa. (1976). Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: PT. BinaIlmu
http://taufan-nirwana.blogspot.com/2017/03/tokoh-tokoh-tasawuf.html?m=1
13