Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

AQIDAH AKHLAK

TENTANG
TASAWUF

OLEH
KELOMPOK X
1. MESTA FEBIOLA AMANDA : 2230107014
2. YURIZA RAHMAHAYATI : 2230107023

DOSEN PENGAMPU
AULIA FAHMI, M.A

JURUSAN TADRIS FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) MAHMUD YUNUS
BATUSANGKAR
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, penulis telah menyelesaikan


makalah ini. Shalawat dan salam dimohonkan kepada Allah kiranya disampaikan kepada Nabi
kita yakninya Muhammad SAW. Sebagai Uswatan Hasanah sampai akhir zaman, makalah
tentang “Tasawuf” ini dapat diselesaikan. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih pada semua pihak
yang telah banyak memberikan dorongan,dukungan dan bantuan sampai terwujudnya makalah
ini.

Penulis menyadari tentu masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah
ini, karena itu saran dan kritikan dari pembaca sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini memiliki manfaat bagi pembaca.

Batusangakar, Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1

C. Tujuan................................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

A. Pengertian Dan Esensi Tasawuf ............................................................................................ 3

B. Hubungan Antara Tasawuf Dengan Akhlak ......................................................................... 4

C. Tasawuf Akhlaki Dengan Konsep Takhali, Tahalli Dan Tajalli. .......................................... 5

D.Tasawuf Amali Dengan Maqomat Dan Hal Yang Menunjukkan Contoh Orang Yang
Memiliki Maqamat, Dan Al-ahwal Dalam Tasawuf.................................................................. 8

E.Tokoh-Tokoh Tasawuf Sunni ............................................................................................... 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 14

A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 14

B. Saran ……………………………………………………………………………………...14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..……………….15

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tasawuf merupakan salah satu cabang ilmu keislaman yang lebih menekankan
pada dimensi atau aspek spiritual dalam Islam. Tasawuf adalah ilmu yang mulia
karena berkaitan dengan ma`rifah kepada Allah Ta`ala dan mahabbah kepada-Nya.
Dan tasawuf adalah ilmu yang paling utama secara mutlak. Lahirnya tasawuf
bersamaan dengan timbulnya agama Islam itu sendiri, maka dari itu ilmu tasawuf tidak
lepas dari pengaruh Al-Qur`an dan hadits. Inti untuk mencapai tasawuf adalah
beriman kepada Allah, menyerahkan diri kepada-Nya, mengamalkan amalan yang
sholeh dan menjauhi serta meninggalkan semua larangan-larangan Allah.

Kajian Tasawuf merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kajian Islam di
Indonesia. Sejak masuknya Islam di Indonesia telah tampak unsur tasawuf mewarnai
kehidupan keagamaan masyarakat, bahkan hingga saat ini nuansa tasawuf masih
kelihatan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pengamalan keagamaan sebagian
kaum muslimin Indonesia, terbukti dengan semakin meraknya kajian Islam dan juga
melalui gerakan Tarekat Muktabarah yang masih berpengaruh dimasyarakat. Oleh
sebab itu, bukanlah suatu hal yang mengherankan, jika hingga sekarang, warna dan
nuansa tasawuf masih tetap merupakan warna yang dominan di dalam corak Islam
Indonesia.

Lahirnya tasawuf sebagai fenomena ajaran Islam, diawali dari ketidakpuasan


terhadap praktek ajaran Islam yang cenderung formalis dan legalis serta banyaknya
penyimpangan-penyimpangan atas nama hukum agama. Selain itu tasawuf juga
sebagai gerakan moral (kritik) terhadap ketimpangan sosial, moral, dan ekonomi yang
ada di dalam umat Islam. Solusi tasawuf terhadap Formalitas spiritualisasi ritual,
merupakan pembenahan dan elaborasi tindakan fisik kedalam tindakan batin.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian dan esensi tasawuf?


2. Bagaimana hubungan antara tasawuf dengan akhlak?
3. Bagaimana tasawuf akhlaki dengan konsep takhali, tahalli, dan tajalli?

1
4. Bagaimana tasawuf amali dengan maqomat dan hal yang menenunjukkan contoh orang
yang memiliki maqamat, dan al-ahwal dalam tasawuf?
5. Bagaimana tokoh-tokoh tasawuf sunni?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dan esensi tasawuf.


2. Mengetahui hubungan antara tasawuf dengan akhlak.
3. Mengetahui tasawuf akhlaki dengan konsep takhlaki, tahalli, dan tajalli.
4. Mengetahui tasawuf amali dengan maqomat dan hal yang menenunjukkan contoh orang
yang memiliki maqamat, dan al-ahwal dalam tasawuf.
5. Mengetahui tokoh-tokoh tasawuf sunni.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Esensi Tasawuf

Secara etimologis, ilmu Tasawuf banyak diartikan oleh para ahli, sebagian menyatakan
bahwa kata tasawuf berasal dari kata shuffah yang berarti serambi masjid nabawi yang
didiami oleh sebagian sahabat anshar, ada pula yang mengatakan berasal dari kata shaf yang
berarti barisan, shafa yang berarti bersih atau jernih dan shufanah yakni nama kayu yang
bertahan di padang pasir. Adapun tentang definisi tasawuf (sufi) yang dikemukakan oleh
sejumlah tokoh sufi, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Bisyri bin Haris mengatakan bahwa Tasawuf adalah orang yang suci hatinya
menghadap Allah SWT.
b. Sahl ut-Tustari: orang yang bersih dari kekeruhan. penuh dengan renungan.
putus hubungan dengan manusia dalam menghadap Allah, baginya tiada beda
antara harga emas dan pasir.
c. Al-Junaid al-Baghdads (Wafat 298 11): membersihkan hati dari sifat yang
menyamai binatang, menekan sifat bersyariah (kemanusiaan). menjauhi hawa
nafsu, berpegang pada ilmu kebenaran dan mengikuti syari'at Rasulullah Saw.
d. Ahu Qasim Abdul Karim al-Qusyairi: menjabarkan ajaran-ajaran Al-Qur'an dan
Sunnah, berjuang mengendalikan nafsu, menjauhi perbuatan bid'ah,
mengendalikan syahwat dan menghindan sifat.

Jika menelaah beberapa pengertian diatas, pengertian tasawuf tampaknya bermakna


bervariasi, hal ini dikarenakan perilaku dan status spiritual (Maqam) yang berbeda dan
dominan dalam diri mereka, seperti tawakkal, cinta kasih dan rambu-rambu spiritual yang
menjadi pengantar kehadirat Tuhan semesta alam.

Sedangkan esensi tasawuf adalah nama lain dari "Mistisisme dalam Islam". Di kalangan
orientalis Barat dikenal dengan sebutan "Sufisme" Kata "Sufisme" merupakan istilah khusus
mistisisme Islam. Sehingga kata "Sufisme" tidak ada pada mistisisme agama-agama lain.

Tasawuf bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari Tuhan.
Hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh kesadaran, bahwa manusia
sedang berada di hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut akan menuju kontak komunikasi dan
dialog antara ruh manusia dengan Tuhan. Hal ini melalui cara bahwa manusia perlu

3
mengasingkan diri. Keberadaannya yang dekat dengan Tuhan akan berbentuk Ijtihad"
(bersatu) dengan Tuhan. Demikian ini menjadi inti persoalan "Sufisme" baik pada agama
Islam maupun di luarnya.

Dengan pemikiran di atas, dapat dipahami bahwa "Tasawufg mistisisme Islam"


adalah suatu ilmu yang mempelajari suatu cara, bagaimana seseorang dapat mudah berada
di hadirat Allah SWT 40 (Tuhan). Maka gerakan "kejiwaan" penuh dirasakan guna
memikirkan betul suatu hakikat kontak hubungan yang mampu menelaah informasi dari
Tuhannya.

Tasawuf atau mistisme dalam Islam beresensi pada hidup dan berkembang mulai
dari bentuk hidup "kezuhudan" (menjauhi kemewahan duniawi), dalam bentuk "tasawuf
amali" kemudian "tasawuf falsafi".

Tujuan tasawuf untuk bisa berhubungan langsung dengan Tuhan. Dengan maksud
ada perasaan benar-benar berada di hadirat Tuhan. Para sufi beranggapan bahwa ibadah
yang diselenggarakan dengan cara formal belum dianggap memuaskan karena belum
memenuhi kebutuhan spiritual kaum Sufi. Tasawuf adalah aspek ajaran Islam yang paling
penting, karena peranan tasawuf merupakan jantung atau urat nadi pelaksanaan ajaran-
ajaran islam.

Tasawuf adalah suatu kehidupan rohani yang merupakan fitrah manusia dengan
tujuan untuk mencapai hakikat yang tinggi, berada dekat atau sedekat mungkin dengan
Allah dengan jalan mensucikan jiwanya, dengan melepaskan jiwanya dari kungkungan
jasadnya yang menyadarkan hanya pada kehidupan kebendaan, di samping juga melepaskan
jiwanya dari noda-noda sifat dan perbuatan yang tercela.

Oleh karena itu, tasawuf adalah jalan spiritual dan merupakan dimensi batin. Abul
A'la Maududi menyebutkan: "What concerus it self with the spirit of conduct is know as
Tasawuf" maksudnya bahwa yang berhubungan dengan perbuatan jiwa disebut dengan
tasawuf.

B. Hubungan Antara Tasawuf Dengan Akhlak

Dalam ajaran akhlak islam dan tasawuf tentu tidak ada yang bertentangan secara
substansi. Akhlak islam menginginkan umat islam mendapatkan kemuliaan akhlak
berdasarkan agama sedangkan tasawuf pun menuju kepada hal tersebut. Titik tekan akhlak
islam berlandaskan 3 hal yang telah disebutkan di atas, sedangkan tasawuf pada kecintaan

4
dan kebersihan jiwa. Penerapannya mungkin tasawuf memiliki hal yang berbeda, namun
secara tujuan tidaklah bertentangan. Ajaran Tasawuf dan akhlak sama-sama tidak
menginginkan keburukan dan kerusakan yang terjadi. Hal ini dapat dirangkum dalam hal
berikut mengenai Hubungan Akhlak dan Tasawuf :

• Sama-sama berorientasi kepada kecintaan dan ketaatan kepada Allah SWT.


• Sama-sama berorientasi kepada kemuliaan akhlak dan kebersihan jiwa.
• Sama-sama mengarahkan kepada terciptanya kebaikan di dunia dan akhirat.

Untuk memuliakan akhlak sejatinya kita juga bisa kembali melaksanakan


sunnah rasul. Tasawuf tentu tidak dilarang secara praktik jika tidak ada hal yang
bertentangan dengan Al-Quran, Sunnah, rukun iman, rukun islam, dan fungsi agama.
Hal ini dapat diperkuat misalnya dengan cara melaksanakan Sunnah Sebelum Tidur,
Adab Ziarah Kubur, Cara Makan Rasulullah, melaksanakan Cara Mandi Dalam Islam,
Zikir Sebelum Tidur, melaksanakan Macam Macam Shalat Sunnah, melaksanakan
Proses Pemakaman Jenazah Menurut Islam, dan sebagainya.

C. Tasawuf Akhlaki Dengan Konsep Takhali, Tahalli Dan Tajalli.

A. Takhali
Takhalli adalah langkah utama yang harus dilakukan oleh seorang sufi. Takhalli
adalah upaya untuk membebaskan diri dari keadaan pikiran dan etika yang mengerikan.
Salah satu etika hina yang menyebabkan sebagian dari etika hina, antara lain, adalah
penghargaan yang berlebihan terhadap usaha bersama. Takhalli juga dapat diartikan
membebaskan diri dari sifat ketergantungan pada kesenangan bersama. Ini akan dicapai
dengan pergi tanpa ketidak patuhan dalam segala bentuknya dan berusaha untuk
membunuh kekuatan pendorong keinginan jahat.
Bagi Mustafa Zahri berkata kalau penafsiran takhalli merupakan meluangkan
diri dari seluruh sifat-sifat yang tercela. Sebaliknya bagi Muhammad Hamdani Bakran
adzDzaky berkata kalau penafsiran takhalli merupakan tata cara pengosongan diri dari
bekasan kedurhakaan serta pengingkaran (dosa) terhadap Allah swt dengan jalur
melaksanakan pertaubatan yang sebetulnya (nasuha).
Dalam perihal ini manusia tidak dimohon secara total melarikan diri dari
permasalahan dunia serta tidak pula menyuruh melenyapkan hawa nafsu. Namun,
senantiasa menggunakan duniawi hanya selaku kebutuhannya dengan memencet
dorongan nafsu yang bisa mengusik stabilitas ide serta perasaan. Dia tidak menyerah

5
kepada tiap kemauan, tidak mengumbar nafsu, namun pula tidak mematikannya. Dia
menempatkan seluruh suatu cocok dengan proporsinya, sehingga tidak memburu dunia
serta tidak sangat benci kepada dunia.
Dalam pelaksanaanya terdapat firman Allah swt dalam Surah Asy-Syams Ayat
7 sampai 10, yang berbunyi:
)10(‫َاب َم ْن َدسَّاهَا‬ َ ‫) فَأ َ ْل َه َم َها فُ ُج‬7( ‫س َّواهَا‬
َ ‫) َوقَ ْد خ‬9( ‫) قَ ْد أ َ ْفلَ َح َم ْن زَ َّكاهَا‬8( ‫ورهَا َوتَ ْق َواهَا‬ َ ‫َو َن ْف ٍس َو َما‬
Artinya: “Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, Maka dia mengilhamkan
kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, Sungguh beruntung orang yang
menyucikannya (jiwa itu) dan Sungguh rugi orang yang mengotorinya”.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa kejahatan dapat menimbulkan
penyakit hati seperti dengki, sombong, riya dan lain sebagainya yang mengarah pada
need something spiritual. Oleh karenanya, dalam pendidikan tasawuf dibutuhkan
metode atau cara untuk dapat membersihkan penyakit-penyakit hati yang terdapat
dalam jiwa manusia. Dalam tataran tasawuf metode ini disebut dengan takhalli
sebagaimana penjelasan di atas.
B. Tahalli
Setelah melalui tahap pembersihan diri dari semua kualitas mental dan perilaku
yang tidak bajik dapat dilalui, pengerahan tenaga harus dilanjutkan ke pengaturan saat
yang disebut tahalli. untuk lebih spesifik: mengisi diri sendiri dengan kualitas terpuji,
dengan bersikap hormat secara fisik dan rasional. Tercantum dalam firman Allah swt
dalam Surah An-Nahl Ayat 90, yang berbunyi:
ُ ‫ع ِن ْالفَحْ شَاءِ َو ْال ُم ْنك َِر َو ْال َب ْغي ِ َي ِع‬
َ‫ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُر ْون‬ َ ‫ئ ذِى ْالقُ ْربى َو َي ْنهى‬
ِ ‫ان َواِ ْيتَا‬
ِ ‫س‬ ِ ْ ‫ّللا َيأ ْ ُم ُر ِب ْالعَ ْد ِل َو‬
َ ْ‫اْلح‬ َ ٰ ‫۞ ا َِّن‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah swt menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat dan dia melarang (melakukan) perbuatan
keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran”.
Pengisian diri dengan sifat-sifat terpuji, menyinari hati dengan taat lahir dan
batin disebut dengan Tahalli. Hati yang demikian ini dapat menerima pancaran
Nurullah dengan mudah. Oleh karenanya segala perbuatan dan tindakannya selalu
berdaskan dengan niat yang ikhlas (suci dari riya) dan amal ibadahnya itu tidak lain
kecuali mencari ridha Allah swt. Untuk itulah manusia seperti ini bisa mendekatkan diri
kepada yang Maha Kuasa. Maka dari itu, Allah swt senantiasa mencurahkan rahmat
dan perlindungan kepadanya.
C. Tajalli

6
Dalam rangka memperkuat dan memperluas modul-modul yang telah dilalui
dalam tahap tahalli, hingga rangkaian pembelajaran diidealkan dalam tahap tajalli. Kata
ini menyiratkan pengungkapan Nur Ghaib untuk hati. Jika jiwa dipenuhi dengan
Mutiara mutiara etika dan organ-organ tubuh biasa melakukan perbuatan mulia, agar
hasil yang didapat tidak berkurang, maka diperlukan penghayatan rasa alam surgawi.
Jadwal yang dilakukan dengan pemahaman yang ideal dan rasa cinta yang mendalam,
akan meningkatkan rasa rindu kepada-Nya, para sufi sepakat bahwa untuk mencapai
tingkat kesempatan kesucian jiwa ini ada satu cara, lebih tepatnya. : bertaqwa kepada
Allah swt dan kembangkan kekaguman itu. Dengan keutamaan jiwa ini, seolah-olah
pada saat itu akan terbuka jalan untuk mencapai Tuhan.
Dengan demikian dapat disimpulkan Tasawuf Akhlaki Dengan Konsep Takhali,
Tahalli Dan Tajalli. Adalah Langkah pertama yang harus ditempuh oleh para sufi
adalah takhalli, artinya membebaskan diri dari perilaku ketergantungan pada
kesenangan duniawi dengan menjauhkan diri dari kemaksiatan dalam segala bentuknya
dan berusaha menghilangkan dorongan hawa nafsu, karena nafsu seperti itulah yang
utama. pemicu semua karakter. tidak baik.
Dalam hal menanamkan rasa benci terhadap kelezatan duniawi melenyapkan
dorongan hawa nafsu itu, sufi berbeda pendapat, ada pendapat yang moderat dan ada
pendapat yang ekstrim. Pendapat sufi yang moderat adalah rasa benci terhadap
kehidupan duniawi cukuplah sekedar jangan sampai lupa kepada tujuan hidup yang
sebenarnya yaitu: berhubungan dengan Tuhan atau berada dihadirat Tuhan, tidak perlu
meninggalkan dunia sama sekali, nafsu tidak harus dimatikan, cukup dengan sekedar
menguasainya melalui pengaturan disiplin kehidupan. Jelasnya tidak memburu dunia
dan tidak pula alergi atau anti terhadap dunia.
Sehabis pembersihan ataupun pengosongan diri dari seluruh watak serta
perilaku mental tidak baik (Takhalli) bisa dilalui, hingga langkah berikutnya
merupakan Tahalli ialah: mengisi serta menghiasi diri dengan seluruh watak, perilaku
dan perbuatan yang baik, berupaya supaya dalam tiap gerakan sikap senantiasa berjalan
diatas syarat agama. Menurut sufi, pengisian diri dengan perbuatan baik setelah
dikosongkan, harus segera dilaksanakan karena jika suatu kebiasaan baru, maka
kekosongan itu akan bisa menimbulkan frustasi. Dapat dipahami bahwa menurut
tasawuf akhlak, jiwa manusia dapat diibaratkan dengan sebidang tanah yang akan
ditanami oleh petani. Sebelum petani menanam tanaman di tanah tersebut, dia harus
terlebih dahulu memberishkan tanah tersebut dari segala jenis rumput yang tumbuh
7
diatasnya. Proses inilah yang disebut dengan Takhalli. Setelah tanah bersih dari
rumput-rumput, selanjutnya ditanami dengan tanaman yang bermanfaat. Proses inilah
yang disebut dengan Tahalli.
Dalam rangka pemantapan serta pendalaman modul yang sudah dilalui pada
fase tahalli, hingga rangkaian pembelajaran itu disempurnakan pada fase tajalli. Kata
ini berarti terungkapnya Nur Ghaib untuk hati. Apabila jiwa sudah terisi dengan
butirbutir mutiara akhlak serta organ- organ badan telah terbiasa melaksanakan
perbuatanperbuatan yang luhur, hingga supaya hasil yang sudah diperoleh itu tidak
menurun, butuh penghayatan rasa ketuhanan. Satu kerutinan yang dicoba dengan
pemahaman yang optimum serta rasa kecintaan yang mendalam, hendak meningkatkan
rasa rindu kepada- Nya, para sufi sependapat kalau buat menggapai tingkatan peluang
kesucian jiwa itu cuma dengan satu jalur, ialah: cinta kepada Allah swt serta
memperdalam rasa kecintaan itu. Dengan kesucian jiwa ini, barulah hendak terbuka
jalur buat menggapai Tuhan. Tanpa jalur ini tidak terdapat mungkin tercapainya tujuan
itu serta perbuatan yang dicoba tidak dikira perbuatan yang baik.

D. Tasawuf Amali Dengan Maqomat Dan Hal Yang Menunjukkan Contoh Orang
Yang Memiliki Maqamat, Dan Al-ahwal Dalam Tasawuf.

Kata tasawuf secara terminologi memiliki banyak definisi disebabkan setiap


sufi memiliki pengalaman spiritualnya masing-masing atau dengan kata lain tasawuf
bersifat subjektif. Namun para sufi berusaha untuk mendefinisikannya. Di antaranya
adalah Ahmad Zarruq, ia mengatakan tasawuf ialah suatu ilmu yang bertujuan untuk
memperbaiki hati dan mengkhususkan hati hanya untuk Allah Subhanahu wa taala.
Kemudian Imam Junaid memberikan definisi bahwa tasawuf ialah beretika
berlandaskan sunnah dan tidak beretika dengan etika yang tercela.

Adapun kata amali ialah kata yang berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti
perbuatan atau aktivitas. Maka bisa disimpulkan bahwa tasawuf amali adalah tasawuf
yang menitik beratkan pada beberapa amalan-amalan spritual baik berupa rutinitas zikir
atau ibadah tertentu.

Jika dipahami sekilas, tasawuf amali dan tasawuf akhlaki memiliki kesamaan
yaitu sama-sama melakukan amalan spiritual. Namun letak perbedaannya adalah pada
penekanan dan penitikberatan aktivitasnya. Sebab tasawuf akhlaki lebih menekankan
pada aspek pembinaan mental melalui pengelolaan nafsu dalam upaya mendekatkan

8
diri kepada Allah Subhanahu wa taala. Sedangkan tasawuf amali lebih menekankan
pada pembinaan moral dalam upaya pendekatan diri kepada Allah Subhanahu wa taala.
Namun pada dasarnya, tasawuf amali tidak bisa dilepaskan dari tasawuf akhlaki, sebab
tasawuf amali merupakan lanjutan dari tasawuf akhlaki tersebut.

Landasan tasawuf amali pada dasarnya sama dengan tasawuf sunni, sebab
tasawuf sunni tidak terlepas dengan dua jenis yaitu akhlaki dan amali. Adapun landasan
dari pada tasawuf sunni ada yang disepakati dan ada yang masih diperselisihkan akan
kehujahannya. Landasan yang disepakati adalah al-Quran dan sunah.

Maqomat menurut bahasa adalah tahapan, sedangkan menurut istilah adalah


upaya sadar untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. melalui tahapan-tahapan untuk
mencapai makrifatullah, di mana upaya tersebut telah menjadi sifat yang menetap pada
diri seseorang.

Al-Ahwal menurut bahasa adalah keadaan, sedangkan menurut istilah yaitu


keadaan jiwa dalam proses pendekatan diri kepada Allah Swt, di mana keadaan tersebut
masih temporer belum menetap dalam jiwa. Kondisi ini menuntut tindakan untuk
menyikapinya. Menurut Abu Nasr as-Sarraj maqamat dalam tasawuf merupakan jalan
panjang secara berjenjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat
dengan Allah Swt. Maqomat dalam tasawuf adalah taubat,warak, zuhud,fakir, sabar
Adapun penjelasannya sebagaimana berikut:

• Taubat. Dalam rangka untuk mensucikan hati dan diri dari segala dosa yang
pernah diperbuat, manusia diwajibkan untuk menyesali perbuatan yang telah
dilakukan dan tidak akan mengulangi lagi. Arti taubat adalah kembali dari
segala yang tercela menurut agama, menuju semua yang terpuji.
• Warak. Pengertian warak adalah menghindari diri dari perbuatan dosa atau
menjauhi hal-hal yang tidak baik dan subhat. Sedangkan menurut para sufi
warak menghindari segala yang diragukan antara halal dan haram.
• Zuhud. Adalah suatu sikap yang menakankan untuk meninggalkan
ketergantungan jiwa pada keduniawian. Zuhud bukanlah tidak adanya harta dan
duniawi lainnya pada diri seseorang. Orang zuhud mungkin kaya namun hatinya
tidak tergantung dan terpengaruhi oleh kekayaannya. Contohnya Nabi Sulaiman
as sangat kaya raya namun sangat zuhud dunia.

9
• Fakir. Secara umum didefinisaikan sebagai tidak adanya harta pada seseorang.
Menurut para kaum sufi fakir adalah keadaan selalu merasa butuh kepada Allah
Swt. Dalam kondisi apapun selalu merasa tetap membutuhkan kepada Allah
Swt.
• Sabar. Salah satu tahapan atau maqam penting yang harus dijalani oleh para
sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt. adalah sikap sabar. Yaitu sikap
bertahan diri selalu dalam kondisi sesuai tuntunan Allah Swt. Karena itu ada
ada sabar atas kemaksiatan, sabar atas ketaatan, sabar atas musibah, dan sabar
atas kenimatan.

Contoh Orang yang Memiliki Maqomat dan al-Ahwal dalam Tasawuf. Menurut Abu
Bakar al-Kalabaẓi, tokoh sufi asal Bukhara, Asia Tengah menyebutkan tujuh maqām yang
harus dilalui sufi menuju Tuhan yaitu taubat, warak, zuhud, fakir, dan sabar. Adapun contoh
orang yang memiliki maqamat dan al-ahwal dalam tasawuf adalah sebagai berikut:

• Orang yang selalu meninggalkan perbuatan berbagai dosa besar. Seperti menyekutukan
Allah SWT, durhaka kepada orangtua, berzina, meminum khamar, bersumpah palsu
dan membunuh tanpa alasan yang dibenarkan agama.
• Orang yang meninggalkan dosa kecil. Seperti, perbuatan makruh, sikap dan tindakan
yang menyimpang dari keutamaan, merasa diri suci, merasa telah dekat dengan Tuhan.
• Bertobat tertinggi. Adalah dari kelengahan hati mengingat Allah Swt. Kalau bertobat
dari dosa atau maksiat itu biatobasa. Namun bertobat dari lengah mengingat Allah
hanya mampu dilakukan oleh orang yang derajat tinggi.
• Sabar dalam pandangan sufi, musuh terberat bagi orang-orang beriman. Adalah
dorongan hawa nafsunya sendiri, yang setiap saat dapat menggoyahkan iman.
Kesabaran merupakan kunci keberhasilan dalam meraih karunia Allah Swt. yang lebih
besar, mendekatkan diri kepada-Nya, memperoleh kedudukan mulia disisi-Nya, karena
tanpa kesabaran, keberhasilan tidak mungkin dicapai.
• Tawakal. Berarti mempercayakan atau menyerahkan segenap masalah kepada Allah
Swt. dan menyadarkan kepada-Nya penangan berbagai masalah yang dihadapi.
• Ridha. Seorang hamba tidak akan berontak batinnya terhadap segala cobaan Allah
Swt. Akan tetapi ia akan menerimanya dengan senang hati. Ia tidak minta masuk surga,
dan tidak minta dijauhkan dari neraka.

E. Tokoh-Tokoh Tasawuf Sunni

10
Tasawuf sunni adalah aliran tasawuf yang ajarannya berusaha memadukan
aspek syari’ah dan hakikat namun diberi interpertasi dan metode baru yang belum
dikenal pada masa shalat aṣ-ṣāliḥin dan lebih mementingkan cara-cara mendekatkan
diri kepada Allah serta bagaimana cara menjauhkan diri dari semua hal yang dapat
menggangu kekhusyu’an jalannya ibadah yang mereka lakukan. Aliran tasawuf ini
memiliki ciri yang paling utama yaitu kekuatan dan kekhusyukannya beribadah kepada
Allah, ẓikrullah serta konsekuen dalam sikap walaupun mereka diserang dengan segala
godaan kehidupan duniawi. Adapun tokoh-tokoh dari tasawuf sunni yaitu:
a) Hasan al-Basri. Hasan al-Basri adalah seorang sufi angkatan tabi’in, seorang yang
sangat takwa, wara’ dan zahid. Nama lengkapnya adalah Abu Sa’id al-Hasan ibn Abi
al-Ḥasan. Lahir di Madinah pada tahun 21 H tetapi dibesarkan di Wadi al-Qura. Setahun
sesudah perang Shiffin dia pindah ke Bashrah dan menetap di sana sampai ia meninggal
tahun 110 H. Setelah menjadi warga Bashrah, ia membuka pengajian dikarenakan
keprihatinannya melihat gaya hidup dan kehidupan masyarakat yang telah terpengaruh
oleh duniawi sebagai salah satu ekses dari kemakmuran ekonomi yang dicapai negeri-
negeri Islam pada masa itu. Garakan itulah yang menyebabkan Hasan Basri menjadi
orang yang sangat berperan dalam pertumbuhan kehidupan sufi di Bashrah. Ajaran
Pokok Hasan al-Baṣri adalah zuhd, khauf dan raja’. Dasar pendiriannya yang paling
utama adalah zuhd terhadap kehidupan duniawi sehingga ia menolak segala kesenangan
dan kenikmatan duniawi.
b) Rabi’ah al-Adawiyah. Nama lengkapnya adalah Rabiah al-adawiyah binti ismail al-
Adawiyah al-Baṣariyah, juga digelari Umm al-Khair. Ia lahir di Bashrah tahun 95 H,
disebut Rabi’ah karena ia puteri ke empat dari anak-anak Ismail. Diceritakan, bahwa
sejak masa kanak-kanaknya dia telah hafal al-Quran dan sangat kuat beribadah serta
hidup sederhana.Ajaran pokok yang terpenting dari sufi wanita ini adalah al-mahabbah.
Menurut menurut banyak pendapat, ia merupakan orang pertama yang mengajarkan al-
hubb dengan isi dan pengertian yang khas tasawuf. Hal ini ada kaitannya dengan
kodratnya sebagai wanita yang berhati lembut dan penuh kasih, rasa estetika yang
dalam berhadapan dengan situasi yang ia hadapi pada masa itu. Cinta murni kepada
Tuhan adalah puncak ajarannya dalam tasawuf yang pada umumnya dituangkan
melalui syair-syair dan kalimat-kalimat puitis.
c) Zun Nun Al-Misri. Nama lengkapnya adalah Abu al-Faidi Tsauban bin Ibrahim Dzu al-
Nun alMishri al-Akhimini Qibṭy. Ia dilahirkan di Akhmin daerah Mesir. Sedikit sekali
yang dapat diketahui tentang silsilah keturunan dan riwayat pendidikannya karena
11
masih banyak orang yang belum mengungkapkan masalah ini. Namun demikian telah
disebut-sebut oleh orang banyak sebagai seorang sufi yang terkenal dan terkemuka
diantara sufi-sufi lainnya pada abad 3 Hijriah. Sebagai seorang ahli tasawuf, Dzu al-
Nun memandang bahwa ulamaulama Hadits dan Fikih memberikan ilmunya kepada
masyarakat sebagai salah satu hal yang menarik keduniaan disamping sebagai obor bagi
agama.
d) Imam Al-Ghazali. Menurut Abu al-Wafa’ al-Ganimi al-Taftazani, ada dua corak
tasawuf yang berkembang di kalangan sufi, yaitu pertama, corak tasawuf sunni, di mana
para pengikutnya memagari tasawuf mereka dengan al-Quran dan asSunnahserta
mengaitkan keadaan dan tingkatan rohaniah mereka dengan keduanya. Kedua, corak
tasawuf semi-filosofis, di mana para pengikutnya cenderung pada ungkapan-ungkapan
ganjil serta bertolak dari keadaan fana menuju pernyataan tentang terhadinya penyatuan
ataupun hulul. Di tangan al-Ghazali lah tasawuf sunni mencapai kematangannya. Abdul
Qadir Mahmud berpendapat bahwa para pemimpin sunni pertama telah menunjukkan
ketegaran mereka menghadapi gelombang pengaruh gnostik barat dan timur, dengan
berpegang teguh pada spirit Islam, yang tidak mengingkari sufisme yang tumbuh dari
tuntunan Alquran, yang membawa syariat, juga yang menyuguhkan masalah-masalah
metafisika. Mereka mampu merumuskan sufisme yang islami dan mampu bertahan
terhadap pelbagai fitnah yang merongrong akidah Islam di kalangan sufisme. Sufisme
sunni akhirnya beruntung mendapatkan seorang tokoh pembenteng dan pengawal bagi
spirit metode Islami yaitu al-Ghazali, yang menempatkan syariat dan hakikat secara
seimbang. Di tangan al-Ghazali tasawuf menjadi halal bagi kaum syariat, sesudah kaum
ulama memandangnya sebagai hal yang menyeleweng dari Islam.
e) Abu Yazid al-Bustami. Abu Yazid al-Bustami lahir di Bustam, bagian timur laut Persia
tahun: 188 H – 261 H/874 – 947 M. Nama lengkapnya adalah Abu Yazid Thaifur bin
Isa bin Adam bin Surusyan. Semasa kecilnya ia dipanggil Thaifur, kakeknya bernama
Surusyan yang menganut ajaran Zoroaster yang telah memelukIslam dan ayahnya salah
seorang tokoh masyarakat di Bustam. Sewaktu menginjak usia remaja, Abu Yazid
terkenal sebagai murid yang pandai dan seorang anak yang patuh mengikuti perintah
agama dan berbakti kepada orang tuanya, suatu kali gurunya menerangkan suatu ayat
dari surat Luqman yang berbunyi : “Berterima kasihlah kepada Aku dan kepada kedua
orang tuamu” ayat ini sangat menggetarkan hati Abu Yazid. Ia kemudian berhenti
belajar dan pulang untuk menemuia Ibunya, sikapnya ini menggambarkan bahwa ia
selalu berusaha memenuhi setiap panggilan Allah.
12
f) Al-hallaj. Dalam sejarah Tasawuf, dialah Sufi yang paling terkenal kegigihan
mempertahankan pendapatnya, terutama falsafah "Al-Habar yang dianutnya, sehingga
melahirkan pernyataan yang mengatakan "Anal Haq (saya adalah Tuhan) bukan lagi
Al-Hallaj. Pernyataan itulah yang mengandung protes para Fuqaha, bahkan ahli
Tasawuf pun yang berbeda dengan pahamnya, ikut menuduh AL-Hallaj. Dan ketika
dihadapkan di pengadilan untuk ditanyai tentang falsafah hululnya, ia berkata: Memang
anasir manusia tetap sebagaimana semula, tidak bercampur dengan zat Tuhan. Tetapi
bila telah terjadi protes hulul, maka unsur Ketuhanan (lahut) masuk ke dalam unsur
kemanusiaan (nasut). Itulah yang kualami sekarang. Karena itu, ketika anda berkata:
Al-Hallaj harus menghadap ke pengadilan, aku berkat Al-Hallaj tidak ada, tetapi yang
ada hanya Tuhan (Anal haq); sebab memang begitulah adanya.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Tasawuf pada umumnya digunakan seseorang untuk menempuh jalan spiritual


agar semakin dekat dengan Allah melalui proses pensucian jiwa atau yang sering
disebut dengan tazkiyat an-nafs dalam tasawuf akhlaki. Namun di zaman sekarang ini
tasawuf dapat dapat dijadikan sebagai metode penyembuhan. Salah satu tempat yang
mengaplikasikan nilai-nilai tasawuf dalam terapi inabah adalah Griya Thibbun Nabawi
“As-Sajjad”.
Nilai-nilai tasawuf yang diaplikasikan dalam proses terapi inabah di Griya
Thibbun Nabawi “As-Sajjad” yaitu: tobat, sabar, syukur, ar-raja, tawakal, dan mahabah.
Di setiap nilai-nilai tasawuf tersebut ada yang mengandung tahapan dari tasawuf
akhlaki. Namun, dalam terapi inabah di Griya Thibbun Nabawi “As-Sajjad” tidak
menemukan tasawuf akhlaki pada tahapan tajalli. Tahapan tasawuf akhlaki yang
diterapkan di Griya Thibbun Nabawi “As-Sajjad” adalah takhalli dan tahalli.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini kami merasa memiliki banyak kekurangan, oleh
karena itu, kami mengharapkan sekali kritikan dan saran yang dapat membangun dan
memotivasi kami, sehingga dengan hal tersebut dapat dijadikan koreksi dimasa yang
akan datang, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat serta menjadi amal bagi
kami selalu penyusun dan penulis makalah sebangai tugas yang diamanahi kepada
kami.

14
15
DAFTAR PUSTAKA

Aqil,Said Siraj. 2012. Dialog Tasawuf Kiai Said. Surabaya: Khalista.


Departemen Agama RI. 2009. Alquran dan Terjemahan, Depok: Sabiq.
Hasan, Ismail. 2014. Tasawuf : Jalan Rumpil Menuju Tuhan. Madiun : Jurnal An-Nuha.
Husnaini, Rovi. 2010. Hati, Diri dan Jiwa (Ruh). Bandung : Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam.
Masyharuddin dkk. 2002. Intelektualisme Tasawuf. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Miswar. 2015. Akhlak Tasawuf Membangun Karakter Islami. Medan : Perdana Publishing.

Anda mungkin juga menyukai