Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ARTI, ASAL USUL DAN MANFAAT TASAWUF

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak dan Taswuf

Dosen Pengampu: Joni Putra, M. Pd.

Disusun Oleh:

Berlian Septiana (2251010032)

Eliya Wati (2251010048)

Halimatul Aspiah (2251010239)

M. Ikhsan Kurnia (2251010273)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Akhlak dan Tasawuf
dengan judul “Arti, Asal Usul dan Manfaat Tasawuf”

Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Joni Putra, M. Pd. selaku


dosen pembimbing mata kuliah Akhlak dan Tasawuf yang telah membimbing penulis
dalam menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu.

Terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pemdidikan.

Bandar Lampung, 29 Maret 2023

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

JUDUL ......................................................................................................................1

KATA PENGANTAR ..............................................................................................2

DAFTAR ISI .............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................4

A. Latar Belakang ...............................................................................................4


B. Rumusan Masalah ..........................................................................................4
C. Tujuan Masalah ..............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................5

A. Pengertian Tasawuf ........................................................................................5


B. Asal Usul Kata Tasawuf.................................................................................6
C. Sumber Tasawuf.............................................................................................7
D. Sejarah Tasawuf Pada Masa Nabi dan Sahabat .............................................9
E. Manfaat Tasawuf ............................................................................................11

BAB III PENUTUP ..................................................................................................12

A. Kesimpulan ....................................................................................................12
B. Saran ...............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tasawuf merupakan salah satu cabang ilmu keislaman yang lebih
menekankan pada dimensi atau aspek spiritual dalam Islam. Tasawuf adalah
ilmu yang mulia karena berkaitan dengan ma`rifah kepada Allah Ta`ala dan
mahabbah kepada-Nya. Dan tasawuf adalah ilmu yang paling utama secara
mutlak. Lahirnya tasawuf bersamaan dengan timbulnya agama Islam itu
sendiri, maka dari itu ilmu tasawuf tidak lepas dari pengaruh Al-Qur`an dan
hadits. Inti untuk mencapai tasawuf adalah beriman kepada Allah,
menyerahkan diri kepada-Nya, mengamalkan amalan yang sholeh dan
menjauhi serta meninggalkan semua larangan-larangan Allah.
Lahirnya tasawuf sebagai fenomena ajaran Islam, diawali dari
ketidakpuasan terhadap praktek ajaran Islam yang cenderung formalis dan
legalis serta banyaknya penyimpangan-penyimpangan atas nama hukum
agama. Selain itu tasawuf juga sebagai gerakan moral (kritik) terhadap
ketimpangan sosial, moral, dan ekonomi yang ada di dalam umat Islam.
Solusi tasawuf terhadap Formalitas spiritualisasi ritual, merupakan
pembenahan dan elaborasi tindakan fisik kedalam tindakan batin.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tasawuf?
2. Dari mana asal usul kata tasawuf?
3. Dari mana sumber tasawuf?
4. Bagaimana sejarah tasawuf pada masa Nabi dan sahabat?
5. Apa manfaat tasawuf?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian tasawuf
2. Mengetahui asal usul kata tasawuf
3. Mengetahui sumber tasawuf
4. Mengetahui sejarah tasawuf pada masa Nabi dan sahabat
5. Mengetahui manfaat tasawuf.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf
Tasawuf dalam pengertian umum berarti kecendrungan mistisme
universal yang ada sejak dahulu kala, berdasarkan sikap zuhud terhadap
keduniaan (asketisme), dan bertujuan membangun hubungan (ittishal) dengan
al-mala’ al-a’la yang merupakan sumber kebaikan, emanasi, dan ilumunasi.
Dari segi bahasa, terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubung-
hubungkan para ahli untuk menjelaskan kata tasawuf. Harun Nasution,
misalnya menyebutkan lima istilah yang berkenaan dengan taaswuf, yaitu al-
suffah (ahl al-suffah), (orang yang ikut pindah dengan nabi dari Makkah ke
Madinah), saf (barisan), sufi ( suci), Sophos (bahasa Yunani : hikmat) dan
suf (kain wol). 1Keseluruhan kata ini bisa-bisa saja dihubungkan dengan
tasawuf. Kata ahl as-shuffah (orang yang ikut pindah dengan nabi dari
Makkah ke Madinah) misalnya menggambarkan keadaan orang yang rela
mencurahkan jiwa raganya, harta benda dan lain sebagainya hanya untuk
Allah. Mereka ini rela meninggalkan kampong halamannya, rumah, kekayaan
dan harta benda lainnya di Makkah untuk hijrah bersama Nabi ke Madinah.
Selanjutnya kata saf juga menggambarkan orang yang selalu berada dibarisan
depan dalam beribadah kepada Allah dan melakukan amal kebajikan.
Demikian pula kata sufi (suci) menggambarkan orang yang selalu memelihara
dirinya dari berbuat dosa dan maksiat, dan kata suf (kain wol) meggambarkan
orang yang hidup sederhana dan tidak mementingkan dunia. Dan kata sophos
(bahasa Yunani) menggambarkan keadaan jiwa yang senantiasa cenderung
kepada kebenaran.
Dari segi Linguistik (kebahasaan) ini segera dapat dipahami bahwa
tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah,
hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana
sikap jiwa yang demikian itu pada hakikatnya adalah hak yang mulia.
Adapun penngertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli
amat bergantung pada sudut pandang yang digunakannya masing-masing.
Selama ini ada 3 sudut pandang yang digunakan para ahli untuk
mendefinisikan tasawuf, yaitu sudut pandang manusia sebagai makhluk

1
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983).
Cet.III, hlmn. 56-57.

5
terbatas, manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, dan manusia sebagai
makhluk yang bertuhan. Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai
makhluk yang terbatas, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya
mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia, dan
memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT.2
Selanjutnya jika sudut pandang yang digunakan manusia sebagai
makhluk yang harus berjuang, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai
upaya memperindah diri dengan, akhlak yang bersumber dari ajaran agama
dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. 3 Dan jika sudut pandang
yang digunakan manusia sebagai makhluk yang bertuhan, maka tasawuf dapat
didefinisikan sebagai kesadaran fitrah (ketuhanan) yang dapat mengarahkan
jiwa agar tertuju kepada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan
manusia dengan tuhan.

B. Asal Usul Kata Tasawuf


Sebagian kalangan berpendapat bahwa tasawuf berasal dari akar kata
ash-shafa, atau as-shaf al-awwal, atau dari suffah Masjid Nabawi, namun
semua ini dikritik karena tidak didukung oleh kaidah-kaidah bahasa.
Kelompok kedua menyatakan bahwa taswuf berasal dari akar kata
Yunani, Sophia. Penadapat ini ditentang karena memberikan peluang bagi
kalangan kontra tasawuf untuk menyatakn bahwa tasawuf islam terpengaruh
oleh kebudayaan asing hingga soal pernamaan sekalipun.
Kelompok tiga menunjuk kata as-shuf (baju wol) sebagai akar kata
tasawuf, namun pendapat ini ditentang karena kaum sufi tidak identic dengan
busana ini, dan pendapat tersebut juga mengurangi nilai aum sufi dimata
kalangan lain karena keresahan hanya memperhatikan penampilan luar minus
batin. Jika kata sufi diambil dari kata ash-shafa (murni) dan ash-shafwah
(terpilih) maka nisbatnya shafawi. Jika disandarkan pada kata asaf (barisan
pertama) atau shufah (serambi masjid) maka nisbatnya adalah shaffi atau
shuffi. Adapun yang ada paling tepat dari segi bahasa adalah jika
merujukannya pada akar kata as-shuf ( bulu domba). Semua pengertian ini

2
Definisi tersebut dirangkum dari sejumlah definisi tasawuf yang dikemukakan para ahli,
seperti Ma’ruf al-Karky (w.200 H), Abu Turab al-Nakhsaty (w.245 H), Sahl bin Abd Allah al-Tustary
(w. 283 H). Lihat Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama, IAIN Sumatera Utara, Pengantar Ilmu
Tasawuf, 1981/1982, hlmn. 3-4.
3
Defiisi tersebut dirangkum dari sejumlah pendapat para ahli, diantaranya al-Qusyairi, al-
Kamany, an-Nury dan Sam Nun. Lihat, Ibid, hlmn. 5.

6
berarti penyingkiran diri dari kedunian, keberpalingan diri darinya, kepergian
dari tanah air, pengembaraan

C. Sumber Tasawuf

Dikalangan para orentalis barat biasanya dijumpai pendapat yang


mengatakan bahwa sumber yang membentuk tasawuf itu ada 5, yaitu unsur
islam, unsur masehi (agama nasrani), unsur yunani, unsur hindu atau budha
dan unsur Persia. Ke-5 unsur ini secara ringkas dapat dijelaskan sebagai
berikut:

A. Unsur islam

Secara umum ajaran islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah


atau jasadiah, kehidupan yang bersifat batiniah. Pada unsur kehidupan yang
bersifat batiniah itulah kemudian lahir tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini
mendapat perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran islam, al-qur’an dan
al-sunnah serta praktik kehidupan nabi dan para sahabatnya al-qur’an antara
lain berbicara kemungkinan manusia dengan tuhan dapat mencintai
(mahabba) ( lihat QS Al-Maidah [5];54); perintah agar manusia senantiasa
bertaubah, membersihkan diri, memohon ampunan kepada Allah (lihat QS
Tahrim [66]:8), petunjuk bahwa manusia akan senantiasa bertemu dengan
tuhan dimana pun mereka berada. (lihat QS Al Baqarah [2]: 110), tuhan dapat
memberikan cahaya kepada orang yang dikehendakinya (lihat QS An- Nur
[24]: 35). Selanjutnya Al Quran mengingatkan manusia agar dalam hidupnya
tidak diperbudak oleh kehidupan dunia dan harta benda (lihat QS Fathir [35]:
5), dan senantiasa selalu sabar dalam pendekatan diri kepada Allah SWT
(lihat QS Ali-Imran [12].

B. Unsur Diluar Islam


Pada orientalis barat menyimpulkan bahwa adanya unsur luar islam
masuk kedalam tasawuf itu disebakan karena secara historis agama-agama
tersebut telah ada sebelum islam, bahkan banyak dikenal oleh masyarakat
Arab yang masuk islam. Unsur-unsur diluar islam yang memengaruhi
tasawuf islam itu selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
A. Unsur Masehi
Orang Arab sangat menyukai cara kependetaan, khususnya dalam hal
latihan jiwa dan ibadah. Atas dasar ini tidak mengherankan jika Von
Kromyer yang terdapat pada jaman jahiliyah. Hal ini diperkuat pula oleh

7
Gold Ziher yang mengatakan bahwa sikap fakir dalam islam adalah
merupakan cabang dalam dari agama Nasrani. Selanjutnya Noldicker
mengatakan bahwa pakaian wol kasar yang kelak digunakan para sufi
sebagai lambing kesederhanaan hidup adalah merupakan pakaian yang biasa
dipakai oleh para pendeta. Sedangkan Nicholson mengatakan bahwa istilah-
istilah tasawuf itu berasal dari agama Nasrani, dan bahkan ada yang
berpendapat bahwa aliran Tasawuf berasal dari agama Nasrani.
B. Unsur Yunani
Kebudayaan Yunani yaitu filsafatmya telah masuk pada dunia dimana
perkembangannya dimulai pada akhir Daulah Umayyah dan puncaknya pada
Daulah Abbasiyah, metode berpikir filsafat Yunani ini juga telah
memengaruhi pola berpikir sebagian orang islam yang ingin berhubungan
dengan Tuhan. Kalau ada bagian uraian dimulai perkembangan Tasawuf ini
baru dalam taraf amaliah (akhlak) dalam pengaruh filsafat Yunani ini maka
uraian-uraian tentang Tasawuf itupun telah berubah menjadi tasawuf fi;safat.
Hal ini dapat dilihat dari pikiran al-Farabi’, al-Kindi, Ibnu Sina terutama
dalam uraian mereka tentang filsafat jiwa. Demikian juga pada uraian-uraian
tasawuf dari Abu Yazid, al-Hallaj, Ibn Arabi,Suhrawardi, dan lain
sebagiannya.
C. Unsur Hindu/Budha
Antara tasawuf dan sistem kepercayaan agama Hindu dapat dilihat
adanya hubungan seperti sikap fakir, darwisy. Al-Birawi mencatat bahwa ada
persamaan antara cara ibadah dan mujahadah tasawuf dengan Hindu.
Kemudian pada paham reinkarnasi (perpindahan roh dari satu badan ke badan
yang lain), cara kelepasan dari dunia versi Hindu/Budha dengan Menurut
Qamar Kailani pendapat-pendapat ini terlalu ekstrim sekali karena kalau
diterima bahwa ajaran tasawuf ini berasal dari Hindu/Budha berarti pada
zaman Nabi Muhannad telah berkembang ajaran Hindu/Budha itu ke Mekkah,
padahal sepanjang sejarah belum ada kesimpulan seperti itu.

D. Unsur Persia
Sebenarnya antara Arab dan Persia itu sudah ada hubungan sejak lama
yaitu hubungan dalam bidang politik, peikiran, kemasyarakatan dan sastra.
Akan tetapi belum ditemukan dalil yang kuat yang menyatakan bahwa
kehidupan rohani Persia telah masuk ke tanah Arab. Yang jelas adalah
kehidupan kerohanian Arab masuk ke Persia itu terjadi melalui ahli-ahli
tasawuf di dunia. Namnu barangkali ada persamaan antara istilah zuhud di

8
Arab dengan Zuhud menurut agama Manu dan Mazdaq dan hakikat
Muhammad menyerupai paham harmuz (Tuhan kebaikan) dalam agama
Zarathustra.
Dari semua uraian ini dapatlah disimpulkann bahwa sebenarnya tasawuf
itu bersumber dari ajaran islam itu sendiri mengingat yang dipraktikan Nabi dan
para sahabat. Hal ini dapat dilihat dari asas-asasnya. Semuanya berlandaskan
Al-Qur’an dan Sunnah. Akan tetapi, tidak dipungkiri bahwa setelah tasawuf itu
berkembang menjadi pemikiran dia mendapat pengaruh dari filsafat Yunani,
Hindu, Persia, dan lain sebagainya, dan hal ini tidak hanya terjadi dalam bidang
tasawuf saja melainkan juga dalam bidang lainnya.

D. SEJARAH TASAWUF PADA MASA NABI DAN SAHABAT

1. Periode I Masa Rasulullah SAW (13 sebelum Hijriah - 11H)

Tasawuf pada masa Rasulullah Muhammad SAW adalah sifat


umum yang terdapat pada hampir selruh sahabat-sahabat Nabi tanpa
terkecuali. Bahkan kehidupan beliau sebelum menjadi Rasul telah
dijadikan teladan utama. Sebab beliau yang memberi dasar pertama
tentang tasawuf yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits.4

Salah satu contohnya yakni setiap bulan Ramadhan Nabi tidak


pernah absen untuk melakukan tahannuts dan khalwah di gua hira untuk
mendapatkan hidayah dan bimbingan dari Allah SWT sehingga hati dan
jiwa menjadi bersih dan terjaga, sampai akhirnya beliau didatangi
malaikat jibril untuk menyampaikan wahyu pertama dari Allah SWT.5

Berdasar pada aktifitas Allah tersebut Nampak bahwa penekanan


ajaran Tasawuf pada periode ini berupa haliyah-amaliyah yaitu
amalan/ibadah keruhanian yang dilakukan Nabi SAW dalam hidupnya
yang berupa tahannus, khalwah, perilaku zuhud, dan lain sebagainya.

4
Rosibon, Akhlak Tasawuf
5
Ni’am, Tasawuf Sudies, 121

9
2. Periode II Masa Sahabat (11H – 40H)

Dalam hidup bertasawuf para sahabat telah berusaha berbuat


sesuai dengan tuntunan Rasulullah, hidup mereka penuh dengan sifat-sifat
kesederhanaan, wara’, tawadhu dan zuhud, semata-mata mengharap ridho
dari Allah SWT. Beberapa sahabt yang tergolong sufi di abad [ertama,
Khulafaurrasyidin, Abu Ubaidah bin Jarrah, Said bin Amr, dan lain-lain.

Menurut catatan sejarah, diantara sahabat-sahabat Nabi yang


pertama kali menfilsafatkan ibadah dan menjadikan ibadah sebagai satu
tarekat yang khusus adalah Huzaifah bin Al-Yamani, salah seorang
sahabat Nabi yang mulia dan terhormat. Beliau yang pertaama kali
menyampaikan ilmu-ilmu yang kemudian kita kenal dengan “Tasawuf”,
dan beliau pulalah yang membuka jalan serta teori-teori untuk tasawuf
itu.6

3. Periode III Masa Tabi’in (41H -100H)


Pada sufi dari kalangan tabi’in adalah murid-murid dari para
sahabat Nabi SAW. Diantara tabi’in yang sering dianggap sebagai murid
terdekat dari Huzaifah bin Al-Yaman yang pandangannya berpegang
teguh pada zuhud. Raja, dan khauf. Selanjutmya yaitu Rabi’ah Al-
Adawiyah yang pandangan tasawufnya dikenal dengan konsep cinta murni
kepada Allah SWT (mahabbah).
Dan dimasa tabi’in ini pelajaran tasawuf sudah mulai diajarkan
dalam bentuk disiplin ilmu.7 Disamping itu, penekanan ajarannya juga
berupa konsepsi tentang zuhud, raja’, khauf dan mahabbah yang
berpedoman pada Al-Qur’an, Sunnah, dan tradisi sahabat.8

4. Periode IV Masa Penyebaran Tasawuf (100H – 450H)


Pada masa ini perkembangan tasawuf dibilang cukup pesat,
ditandai dengan adanya segolongan ahli tasawuf yang mencoba
menyelidiki inti ajaran tasawuf yang berkembang pada masa itu, sehingga
mereka membaginya kedalam tiga macam, yakni, tasawuf yang berintikan
ilmu jiwa, ilmu akhlaq dan metafisika. Dan pada masa ini tasawufsudah
mulai mengembangkan sayapnya keluar tanah Arab, seperti Iran, India,

6
Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, 150.
7
Ni’am, Tasawuf Studies, 125.
8
Ni’am. Tasawuf Stidies.134.

10
Afrika dan lain-lain. Yang ditandai dengan tumbuhnya taerkat-tarekat dan
masuknya pengaruh filsafat dan syi’ah ke dalam konsepsi tasawuf.9

Di masa ini tokoh sufi yang muncul diantaranya adalah Ma’ruf al-
Kharkhi, Abu Sulaiman Ad-Darani, Abdul Faidh Dzun Nun bin Ibrahim
Al- Mishri, Harits al-Muhasibi, Abul Hasan Sirri as-Siqti, dan lain-lain.

E. MANFAAT ILMU TASAWUF

Imam Junaid Al-Baghdadi mengatakan, manfaat mempelajri ilmu


tasawuf yaitu mendidik hati sehingga mengenal Dzat Allah, sehingga berbuah
kelapangan dada, kesucian hati dan berbudi pekerti yang luhur menghadapi
semua makhluk.

Abul Hasan asy-Syadzili pernah mengatakan, pengembaraan kami


terdiri diatas lima:

1. Taqwa kepada Allah lahir dan batin dalam kesendirian dan di depan
publik.
2. Mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam semua
kata dan perbuatan.
3. Mengabaikan semua makhluk dalam kesukaan ataupun dalam kebencian
mereka. (tidak menghiraukan apakah mereka suka atau benci).
4. Rela (ridha) menurut hukum (takdir) Allah, baik yang ringan maupun
yang berat..
5. Kembali kepada Allah dalam suka dan duka.

9
Ibid, 126

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tasawuf menurut sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas,


manusia sebagai makhluk yang harus berjuang dan manusia sebagai makhluk
yang bertuhan. Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang
terbatas maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri
dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan
perhatian hanya kepada Allah SWI. Lalu sumber Tasawuf itu ada unsur Islam
dan unsur di luar Islam yang di mana unsur di luar Islam terbagi menjadi 5
yaitu unsur masehi, unsur Yunani, unsur Hindu atau Budha, dan unsur Persia.
Dan menurut Imam Junaid Al Baghdadi mengatakan manfaat mempelajari
ilmu tasawuf yaitu, mendidik hati sehingga mengenal dzat Allah sehingga
berbuah kelapangan dada, kesucian hati dan berbudi pekerti yang luhur
menghadapi semua makhluk.

B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan pembaca. Akan tetapi, penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa,
maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca guna menjadi acuan dalam penulisan
dan juga demi kesempurnaan dalam makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Harun Nasution. 1983. Falsafah dan Mistisme dalam Islam, Jakarta. Bulan
Bintang.
Dr. Muhammad Fauqi Hajjaj. 2013. Tasawuf Islam & Akhlak. Jakarta. Amzah.
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M. A.1996. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia.
Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

13

Anda mungkin juga menyukai