Disusun Oleh :
1. Abdul rohman 2251010177
2. Eliya Wati
3. Muhammad Yusuf Surya 2251010276
4. Yunita 2251010341
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah
tentang hubungan ilmu kalam, filsafat, tasawuf dan perbedaannya danini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
2. Ilmu Filsafat............................................................................................................... 8
3. Ilmu Tasawuf ............................................................................................................. 9
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 10
B. Saran ................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 11
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Kalam lahir setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Diawali dengan
permasalahan pengangkatan khalifah yang selanjutnya setelah Rasulullah, hingga
membahas soal jabr (takdir) yang nantinya di namai dengan
kaum Jabariyyah dan ikhtiyar (free will) yang nantinya di namai dengan sebutan
kaum Qadariyyah. Akhirnya terpecahlah beberapa aliran yang membahas antara
kedua itu dengan dalilnya masing-masing.
Kajian agama erat hubungannya dengan kajian filosofis, lantaran agama juga
menyangkut fundamental value dan ethnic values, untuk tidak semata mata bersifat
teologis. Hal demikian dapat dimaklumi, lantaran pendekatan legal-formal dan
lebih-lebih lagi pendekatan fiqh jauh lebih dominan dari pada pendekatan yang
lainnya. Baik ilmu kalam,filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang
sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya berusaha mencari
kebenaran tentang Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya. Perbedaannya terletak
pada aspek metodeloginya. Ilmu kalam, ilmu yang menggunakan logika. Pada
dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika ( dialog keagamaan ). Sementara
itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran
rasional. Dan metode yang digunakan adalah rasional. Ilmu tasawuf adalah ilmu
yang menekankan rasa dari pada rasio. Sebagian pakar mengatakan bahwa metode
ilmu tasawuf adalah intuisi, atau ilham, atau inspirasi yang datang dari Tuhan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi tentang Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?
2. Bagaimana Relevansi atau hubungan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan
Tasawuf?
3. Dimanakah titik perbedaan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?
C. Tujuan Penulis
1. Mengetahui definisi tentang Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf.
2. Dapat mengetahui kesinambungan atau relevansi antara Ilmu kalam,
Filsafat dan Tasawuf.
3. Dapat mengetahui letak perbedaan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan
Tasawuf.
4
BAB II
PEMBAHASAAN
2. Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata
yakni philos dan shopia, philos mempunyai makna “mencintai”
dan shopia mempunyai makna ”kebijaksanaan atau kebenaran”. Secara
singkat filsafat adalah mencintai kebijaksanaan (love of wisdom) dalam
kebenaran suatu ilmu.
5
ketergantungan yang didasarkan pada kebenaran ajaran ialah Islam. Tujuan
mempelajari filsafat Islam ialah mencintai kebenaran dan kebijaksanaan.
Sedangkan manfaat mempelajarinya ialah:
A. Dapat menolong dan menididik, menbangun diri sendiri untuk berfikir
lebih mendalam dan menyadari bahwa Ia mahluk Tuhan.
B. Dapat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan
memecahkan persoalan.
3. Tasawuf
Samsul Munir menuliskan dalam bukunya bahwa tasawuf berasal dari
kata shuf (shad, wawu dan fha) dan di dhomah shadnya, yang mempunyai
arti ”kain bulu domba yang kasar”, alasannya adalah karena dulu orang-
orang sufi selalu menjauhkan diri untuk memakai kain sutra, karena waktu
itu kain domba merupakan simbol kesederhanaan.
Tasawuf juga berasal dari kata Shafa (shad, fha, alif dan hamzah) yang
berarti suci, jernih dan bersih, maksudnya mereka mensucikan diri di
hadapan Allah SWT melalui latihan kerohanian yang amat dalam yaitu
melatih dirinya untuk menjauhi segala sikap dan sifat yang kotor sehingga
tercapai kesucian dan kebersihan pada hatinya.
Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari cara dan jalan bagaimana
seorang Muslim berada sedekat mungkin dengan Allah. Ilmu tasawuf
adalah ilmu yang lebih menekankan rasa daripada rasio. Ilmu tasawuf
bersifat sangat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman
seseorang.
Setelah abad ke-6 Hijriah terjadi percampuran antara filsafat dengan ilmu
kalam, sehingga ilmu kalam menelan filsafat secara mentah-mentah dan
dituangkan dalam berbagai bukti dengan nama Ilmu Tauhid. Yaitu pembahasan
problema ilmu kalam dengan menekankan penggunanaan semantic (logika)
Aristoteles sebagai metode, sama dengan metode yang ditempuh para filosof.
Kendatipun Ilmu Kalam tetap menjadikan nash-nash agama sebagai sumber
pokok, tetapi dalam kenyataannya penggunaan dalil naqli juga tampak pada
perbincangan mutakalimin. Atas dasar itulah sejumlah pakar memasukkan Ilmu
Kalam dalam lingkup Filsafat Islam.
Jadi Filsafat Islam bertujuan untuk menyelaraskan antara firman dan akal,
ilmu pengetahuan dengan keyakinan, agama dengan filsafat serta menunjukkan
6
bahwa akal dan firman tidak bertentangan satu sama lain. Walaupun
orientasinya bersifat religius, namun isu-isu penting dalam filsafat tidak
diabaikan, seperti waktu, ruang, materi, kehidupan dan masalah-masalah
kontemporer.
Menurut Hasyimah Nasution Filsafat Islam dan ilmu kalam sangat kuat
pengaruhnya satu sama lain. Kalam mencuatkan masalah-masalah baru bagi
filsafat, dan filsafat membantu memperluas area, bidang, atau jangkauan kalam,
dalam pengertian bahwa pembahasan tentang banyak masalah filsafat jadi
dianggap penting dalam kalam. Filsafat Islam mengandalkan akal dalam
mengkaji objeknya-Allah, Alam dan Manusia-tanpa terikat dengan pendapat
yang ada (pemikiran-pemikiran yang sama sifatnya, hanya berfungsi sebatas
masukan dan relative). Nash-nash agama hanya sebagai bukti untuk
membenarkan hasil temuan akal. Sebaliknya, ilmu kalam mengambil dalil
akidah sebagaimana tertera dalam wahyu, yang mutlak kebenarannya untuk
menguji objeknya – Allah dan sifat-sifatnya, serta hubungan dengan Allah
dengan Alam dan Manusia sebagaimana tertuang dalam kitab suci –
menjadikan filsafat sebagai alat untuk membenarkan nash agama. Seperti
keberadaan Allah, Filsafat Islam mengawali pembuktiannya dengan
argumentasi akal, barulah pembenarannya diberikan oleh wahyu, sementara
ilmu kalam mencari wahyu yang berbicara tentang keberadaan Allah, baru
kemudian didukung oleh argumentasi akal. Walaupun objek dan metode kedua
ilmu ini berbeda, tapi saling melengkapi dalam memahami Islam dan
pembentukan akidah Muslim.
Sedangkan Tasawuf sebagai ilmu yang mempelajari cara dan jalan untuk
semakin mendekatkan diri kepada Allah terbagi ke dalam dua bagian, yakni
Tasawuf Amali/Akhlaqi dan Tasawuf Falsafi (Ibn Arabi dan Al-Hallaj). Dari
pengelompokkan ini tergambar adanya unsur-unsur filsafat dalam ajaran
tasawuf, seperti logika dalam penjelasan maqomat (al-fana-al-baqa, ittihad,
hulul, wahdat al-wujud).
M.T. Mishbah Yazdi. Buku Daras Filsafat Islam halaman Tasawuf Falsafi
yang biasanya juga disebut dengan irfan yakni secara teknis diterapkan pada
persepsi-persepsi khas yang ditangkap melalui pemusatan perhatian relung
terdalam jiwa dan tidak melalui pengalaman inderawi dan rasional. Irfan sejati
diperoleh semata-mata melalui keterikatan Allah dan ketaatan kepada segenap
perintah-Nya. Keterikatan tanpa pengetahuan mustahil adanya, dan
pengetahuan ini mesti bersandar pada sejumlah prinsip filsafat. Penyingkapan
dan visi irfan memunculkan masalah-masalah baru untuk diuraikan dan dikupas
7
tuntas oleh filosof, dan memperluas cakrawala pandang filsafat. Dalam
pemecahan berbagai masalah dalam ilmu-ilmu kefilsafatan, visi-visi irfan bisa
dianggap sebagai pendamping. Banyak hal yang terbukti secara rasional dalam
filsafat, terungkap pula melalui penglihatan kalbu.
Kajian-kajian Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Al-Ghazali tentang
jiwa dalam pendekatan kefilsafatan ternyata telah banyak memberikan
sumbangan yang sangat berharga bagi kesempurnaan kajian tasawuf dalam
dunia Islam. Pemahaman tentang jiwa dan roh itu pun menjadi hal yang esensial
dalam tasawuf. Kajian-kajian kefilsafatan tentang jiwa dan roh kemudian
banyak dikembangkan dalam tasawuf.
2. Ilmu Filsafat
Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk
memperoleh kebenaran rasional. Metode yang digunakannya pun adalah
metode rasional.
Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan akal budi
secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal
(mengalam) ; tidak merasa terikat oleh apapun, kecuali oleh ikatan tangannya
sendiri yang bernama logika. Peranan filsafat sebagaimana dikatakan Socrates
8
adalah berpegang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan
konsep-konsep the gaining of conceptual clarity.
Murthadha muthahari berkata bahwa metode filsafat hanya bertumpu
pada silogisme (qiyas), argumentasi rasional (istidal ‘aqli) dan demonstrasi
rasional (burhan ‘aqli).
3. Ilmu Tasawuf
Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa dari
pada rasio. Oleh sebab itu, filsafat dan tasawuf sangat distingtif atau sangat
berbeda. `Sebagai sebuah ilmu yang prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu
tasawuf bersifat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman
seseorang. Itulah sebabnya, bahasa tasawuf sering tampak aneh bila dilihat dari
aspek rasio. Hal ini karena pengalaman rasa sulit dibahasan. Pengalaman rasa
lebih muda dirasakan langsung oleh orang yang ingin memperoleh kebenaranya
dan mudah digambarkan dengan bahasa lambang, sehingga
sangat interpretable dapat (di interpretasikan bermacam-macam).
Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi,
atau ilham, atau inspirasi yang datang dari tuhan. Kebenaran yang dihasilkan
ilmu tasawuf dikenal dengan istilah kebenaran hudhuri, yaitu suatu kebenaran
yang objeknya datang dari dalam diri subjek sendiri. Itulah sebabnya dalam
sains dikenal istilah objeknya tidak objektif.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologi Kalam berarti “kata-kata”. Kata-kata disini di maksudkan
adalah kata-kata (firman) Allah. Jadi ilmu kalam adalah ilmu yang
mempermasalahkan kalam Allah, Filsafat berasal dari bahasa yunani yang
terdiri dari dua kata yakni philos dan shopia, philos mempunyai makna
“mencintai” dan shopia mempunyai makna ”kebijaksanaan atau kebenaran”
Samsul Munir menuliskan dalam bukunya bahwa tasawuf berasal dari kata
shuf (shad, wawu dan fha) dan di dhomah shadnya, yang mempunyai arti ”kain
bulu domba yang kasar”, alasannya adalah karena dulu orang-orang sufi
selalu menjauhkan diri untuk memakai kain sutra, karena waktu itu kain
domba merupakan simbol kesederhanaan.
Bagi ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama
yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari
kebenaran tentang Tuhan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan
wataknya sendiri pula, berusaha menghampiri kebenaran, baik tentang alam
maupun manusia (yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu
pengetahuaan karena berada di luar atau di atas jangkauanya), atau tentang
Tuhan. Sementara itu, tasawuf juga dengan metodenya yang tipikai berusaha
menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan spritual menuju
Tuhan.
B. Saran
Sudah sepantasnya bagi kita sebagai umat islam untuk lebih
memperdalam lagi pengetahuan tantang ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf agar
menjadi manusia yang lebih baik lagi.
10
DAFTAR PUSTAKA
Yazdi, Muhammad Taqi Misbah. 2003. Buku Daras Filsafat Islam, (Terj. Musa Kazim &
Saleh Bagir). Bandung:Mizan.
Putra, Andi Eka. 2012. Tasawuf, Ilmu Kalam dan Filsafat Islam (Suatu tinjauan sejarah
tentang hubungan ketinganya). Al-AdYaN. Vol. VII, No. 2. Juli-Desember 2012.
Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Tasawuf. Jakarta: Amzah.
Hasyim Syah Nasution. 2005. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Murtadha, Muthahari. 2003. Pengantar ilmu-ilmu Islam. Jakarta: Zahra Pustaka.
11