Anda di halaman 1dari 18

ILMU FILSAFAT DAN AGAMA

DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH: ISLAM DAN


KEILMUAN

DOSEN PENGAMPU: Dr. Amirudin M.pd

DISUSUN OLEH:

 Nurfauziah
 Sri Sari Rejeki
 Deni Saputra

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ILMU,
FILSAFAT DAN AGAMA“ dengan segenap kemampuan yang kami miliki
meskipun masih banyak kekurangan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
perkuliahan Islam dan Keilmuan yang dibina oleh Dr. Amirudin, S.P.d.I.,M.Pd.
Makalah ini membahas mengenai Ilmu, Filsafat dan Agama. Diharapkan
pembahasan ini dapat memberikan gambaran kepada para pembaca tentang ilmu,
filsafat dan agama dalam islam dan keilmuan tersebut.

Tak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan motivasi dalam penyelesaian makalah ini. Kami telah
berupaya untuk memberikan karya terbaiknya, namun kami hanya manusia biasa
yang tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, jika ada kesalahan dalam
penulisan dan atau isi makalah, kami mengharapkan kritik membangun dari para
pembaca demi keberlangsungan penulisan yang lebih baik di waktu yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang............................................................. 1

1.2 Rumusan masalah....................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian filsafat...................................................... 3

2.2 Pengertian ilmu.......................................................... 6

2.3 Pengertian agama...................................................... 7

2.4 Perbedaan pembahasan filsafat,ilmu dan agama...... 8

2.4.1 Perbedaan filsafat dengan ilmu....................... 8

2.4.2 Perbedaan filsafat dengan agama................... 10

2.4.3 Perbedaan ilmu dengan agama....................... 12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................. 13

3.2 Saran.......................................................................... 14

3.3 Daftar pustaka............................................................ 15


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berfilsafat kerap dianggap kegiatan yang hanya dilakukan oleh para

arif bijaksana. Olah pikir hamper selalu dihubungkan dengan para

cendikiawan, kaum terpelajar dan mereka yang mempunyai waktu luang.

Orang awam atau kebanyakan masyarakat seolah-olah tidak berfilsafat,

mereka dianggap kurang berfikir.

Hal tersebut bisa dimaklumi, terutama jika diungkit asal-usul dan

sejarah filsafat. Pada zaman Yunani kuno, kegiatan berfilsafat memang hanya

dilakukan oleh kaum elite tertentu. Para ahli pikir (filsuf) saat itu

menggunakan seluruh daya dan kemampuannyauntuk menerangkan berbagai

fenomena. Mereka heran akan gejala alam. Mereka bertanya-tanya mengenai

asal-usul segala sesuatu. Mereka juga menggugat apa yang mereka anggap

oleh umu sebagai hakekat. Mereka juga merenungkan segala peristiwa lalu

mencari tali-temali dan menyimpulkannya.

Untuk berfilsafat mereka dapat berpikir bebas dalam alam filsafat itu,

bukanlah berpikir sesuka hati mereka, membabi buta dan


tanpa aturan melainkan bebas terikat. Seorang agamawan yang

berfikir dengan sedalam-dalamnya tanpa sesuatu maksud selain mencari yang

haq dan kebenaran yang selalu mengindahkan disiplin dan hukum-hukum

berpikir, akan sampailah kepada kebenaran itu dan tindakan menyesatkan.

Berangkat dari latar belakang diatas, maka kami akan mencoba untuk

membahas topik yang kami tulis dalam sebuah makalah yang berjudul

“FILSAFAT, ILMU DAN AGAMA”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Definisi Filsafat?

2. Bagaimana Pengertian Ilmu?

3. Bagaimana Definisi dari Agama?

4. Bagaimana Perbedaan dan Ruang Pembahasan Filsafat, Ilmu dan

Agama?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat

Istilah “filsafat” dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata falsafah (Arab),

philosophy (Inggris), Philosophia (Latin), philosophie (Jerman, Belanda, Perancis).

Semua istilah itu bersumber pada istilah Yunani philosophia. Istilah Yunani philen

berarti “mencintai”, sedangkan philos berarti “teman”. Selanjutnya istilah sophos berarti

“bijaksana”, sedangkan Sophia berarti “kebijaksanaan”.

Menurut sejarah, Pythagoras (572-497 SM) adalah orang yang pertama kali

memakai kata philosophia. Beliau mengemukakan bahwa manusia dapat dibagi menjadi

tiga tipe : mereka yang mencintai kesenangan, mereka yang mencintai kegiatan dan

mereka yang mencintai kebijaksanaan. Tujuan kebijaksanaan dalam pandangannya

menyangkut kemajuan menuju keselamatan dalam hal keagamaan. Shopia mengandung

arti yang lebih luas daripada kebijaksanaan, yaitu:

1). Kerajinan,

2). Kebenaran pertama,

3). Pengetahuan yang luas,

4). Kebajikan intelektual,

5). Pertimbangan yang sehat,

6). Kecerdikan dalam memutuskan hal-hal yang praktis,. Dengan demikian asal mula

kata filsafat itu sangat umum, yang intinya adalah mencari keutamaan mental (the

pursuit of mental exelence).


Filsafat mencoba menggabungkan kesimpulan-kesimpulan dari berbagai ilmu dan

pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia yang konsisten. Para filsuf

berhasrat meninjau kehidupan tidak dengan sudut pandang yang khusus sebagaimana

yang dilakukan oleh para ilmuan. Setelah diketahui pengertian filsafat dan agama, maka

definisi filsafat agama diperoleh dari gabungan keduanya, yaitu sebagai suatu usaha

membahas tentang unsur-unsur pokok agama secara mendalam, rasional, menyeluruh,

sistematis, logis, dan bebas. b. Kaitan antara Agama dan Filsafat Objek forma filsafat

adalah mencari sebab yang sedalamdalamnya.

Dalam hal ini berbedalah dengan ilmu. Dalam alat dan kemampuan berpikir,

filsafat mempergunakan pikiran (budi betul dalam mencari sesuatu sebab itu dikatakan

tanpa membatasi diri, tetapi juga ada batasannya juga, ialah budi itu sendiri, atau boleh

juga dikatakan bahwa kodrat manusia yang berbudi) Rumusan filsafat yang sesuai

dengan definisi di atas ada baiknya, karena sekaligus tercantum objek formanya, juga

alat penerangan untuk menyoroti objek forma itu.

Alat penerangan yang ada dalam agama disebut wahyu. Dengan budinya manusia

itu mencoba memahami hal-hal yang diwahyukan, berusaha pula untuk mengambil

kesimpulan dari kebenaran-kebenaran yang difirmankan oleh Tuhan itu, bukti-bukti

kebenaran lalu juga bukan kodrati maupun indrawi juga melainkan adi kodrati, artinya

dasar-dasarnya, ialah kalau benar-benar diwahyukan, maka benarlah ini usaha manusia

untuk merenungkan kebenaran dalam ajaran yang disebut teologi. Oleh karena itu,

filsafat menyelidiki segala sesuatunya, pertemuan penyelidikan dengan teologi banyak

juga. Demi tugas ini filsafat menyelidiki dan mempelajari pendapat tentang Tuhan,

adanya sifatNya, hubungannya bagi manusia dan dunia.

Semuanya itu dicapai melalui budi yang dimiliki demi kodratnya, maka

pengetahuan filsafat tentang Tuhan dalam hal ini adalah pengetahuan kodrati. Adapun

pengetahuan tentang yang sama mungkin luas dan mendalaminya berlainan yang
diterima dari firman Tuhan yang mengetahui kodrat kami, disebut adi kodrati. Oleh

karena itu filsafat itu menyelidiki segala sesuatu yang ada dan mungkin ada, dapat saja

agama yang terang ada itu difilsafatkan, artinya ditinjau dari dasar filsafat.

12 Hubungan intelek (al-aql) dan spirit (al-ruh) sebagai perpaduan antara agama

dan filsafat dapat di jelaskan sebagai berikut, yaitu dalam perspektif Islam bahwa intelek

dan spirit memiliki hubungan yang sangat erat serta merupakan hubungan dua muka

secara tradisional yang dipahami dan yang konsen dengan pengetahuan dalam ḥasanah

kultur Islam diperhatikan dalam dunia spirit membentuk paguyuban tunggal disertai

tarik menarik yang sangat kuat dalam satu agama. Kenyataan ini secara pasti, benar

pada faktor-faktor Islam yang telah dianggap sebagai elemen-elemen anti intelektual

dalam dunia Islam. Filsafat Islam merupakan suatu komponen penting pada tradisi

intelektual Islam, dan para Filsuf memiliki spiritual yang sama dengan pengetahuan

(gnostik) diantara para sufi.

Lebih dari itu Filsafat Islam telah memainkan suatu permainan penting dalam

perkembangan kalam, tidak sebagaimana ilmu-ilmu lain seperti matematika, astronomi,

kedokteran yang terinspirasi dari filsafat. Intelek ini seperti seluruh instrumen wahyu

sebagaimana tergambar dalam hati sebagai wahyu makrokosmik yang memberikan

sebuah kader secara objektif. Para filsuf menganggap bahwa panggilan kebenaran

menjadi panggilan tertinggi dalam filsafat, tetapi itu tidak berarti ketertundukan wahyu

pada penalaran, seperti pendapat sebagian orang. Lebih tepat itu diartikan sebagai jalan

untuk mencapai kebenaran puncak wahyu melalui pengetahuan.


2.1 Pengertian Ilmu

Kata ilmu merupakan terjemahan dari kata dalam bahasa Inggris; Science. Kata

science ini berasal dari kata Lati Scientia yang berarti pengetahuan. Kata scientia berasal

dari bentuk kata scire yang berarti mempelajari, mengetahui. Jadi pengertian ilmu yang

terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang

disusun secara sistematis menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan

menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.

The Lian Gie (1987) memberikan pengertian ilmu dalah rangkaian aktivitas

penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman

secara rasional mengenai dunia ini dalam berbagai segi dan keseluruhan pengetahuan

sistematis yang menjelaskan berbagai gejala-gejala yang ingin dimengerti manusia.

Ilmu adalah suatu bentuk aktivitas manusia yang melalui pelaksanaannya umat manusia

memperoleh suatu pengetahuan dan pemahaman tentang alam yang senantiasa lebih

cermat dan meningkat.

Ilmu dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang merupakan hasil

berpikir manusia. Hasil yang berupa pengetahuan inilah yang menjadi cirri kedua dari

ilmu, yaitu sebagai produk. Kedua cirri dasar ilmu, yaitu wujud aktivitas manusia dan

hasil aktivitas tersebut, meruapakan sisi yang tidak terpisahkan dari cirri ketiga yang

diliki oleh ilmu, yaitu metode.


2.3 Pengertian Agama

Para pemikir barat tidak sepakat dalam memberikan definisi agama, masing-

masing menyifatkan agama dari pandang yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan

kefahaman mereka terhadap agama dangkal dan tidak adil menurut islam. Dalam

Encyclopedia of Philosophy, para filsuf memberikan definisi masing-masing, ada yang

mengatakan agama itu tidak lebih daripada konsep morality (akhlaq), ada juga yang

mengatakan agama itu sesuatu yang menyentuh hal-hal ruhaniyah (spiritual) dan ada

pila yang mendefinisikan agama dengan ritual atau upacara penyembahan.

Menurut pandangan islam, yang sangat berbeda dengan persepsi barat, agama

adalah cara hidup, cara berpikir, berideologi dan bertindak. Agama berperan dalam

membentuk pribadi insan kamil, disamping itu juga membentuk masyarakat ideal.

Agama menitik beratkan dalam pembentukan moral dan spiritual sebuah masyarakat.

Inilah dinamika agama menurut islam. Jadi apa yang dianggap oleh filsuf barat adalah

tidak lengkap (bukan agama) menurut pandangan islam, ataupun islam bukan hanya

sekedar agama dalam pengertian filsuf barat yang


2.4 Perbedaan dan Ruang Pembahasan Filsafat, Ilmu dan Agama

2.4.1 Perbedaan Filsafat dan Ilmu

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling memiliki keterkaiatan, baik

substansial maupun historis. Karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat,

sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat telah berhasil

mengubah pola pemikiran manusia dari pandangan mitosentris dan logosentris.

Perubahan mitosentris ke logosentris, membawa implikasi yang tidak kecil. Alam

dengan segala gejala-gejalanya, yang selama ini ditakuti kemudian didekati dan bahkan

dieksploitasi. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hokum yang terjadi, baik

dalam makrokosmos maupun mikrokosmos. Dari penelitian makrokosmos (alam jagad

raya) bermunculan ilmu astronomi, fisika, kimia dan sebagainya. Sedangkan dari

mikrokosmos (jiwa/manusia) muncul ilmu biologi, psikologi, sosiologi dan sebagainya.

Ilmu-ilmu tersebut kemudian menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil

dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaanya.

Pada dasarnya ilmu dan filsafat mempunyai dua objek, yaitu ; objek material dan

objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyeledikan,

seperti tubuh manusia adalah objek material dalam ilmu kedokteran. Adapaun objek

formal adalah metode untuk memahami objek material tersebut. Sedangkan objek

material dalam filsafat adalah segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang

tidak tampak. Adanya yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan ada yang tidak

tampak adalah alam metafisika. Sebagian filsuf membagi objek material filsafat ada

tiga, yaitu ; a). yang ada dalam alam empiris, b). yang ada dalam pikiran, serta c). yang

ada dalam kemungkinan. Adapun objek formalnya adalah pandangan yang bersifat

menyeluruh, radikal dan rasional tentang segala yang ada.

Cakupan objek filsafat lebih luas dibandingkan dengan objek ilmu, karena ilmu
hanya terbatas pada persoalan empiris saja, sedangkan filsafat mencakup yang empiris
dan non empiris. Secara histori, ilmu berasal dari kajian filsafat, karena awalnya
filsafatlah yang melakukan pembahasan tentang segala yang ada ini secara empiris,

sistematis, rasional dan logis termasuk hal yang empiris.

Oleh karena itu, filsafat oleh para filsuf disebut sebagai induk ilmu (science

mother). Sebab, dari filsafatlah ilmu-ilmu modern dan kontemporer berkembang,

sehingga manusia dapat menikmati ilmu dan sekaligus buahnya. Bahkan dalam

perkembangannya, filsafat tidak hanya dipandang sebagai induk ilmu dan sumber ilmu,

melainkan sudah menjadi bagian dari ilmu itu sendiri yang juga mengalami spesialisasi
2.4.2 Perbedaan Filsafat dan Agama

Ada dua perkataan yang sering dipahami secara keliru, yaitu filsafat dan agama.

Keduanya meliputi bidang yang sama, yaitu pada bidang yang terpenting, yang menjadi

persoalan hidup dan mati dan bukan persoalan yang remeh.

Perbedaan filsafat dan agama terletak bukan pada bidangnya, melainkan dalam

cara kita menyelidiki bidang itu sendiri. Filsafat berarti memikir sedangkan agama

berarti mengabdikan diri, orang yang belajar filsafat tidak saja mengetahui soal filsafat

saja, melainkan lebih dari itu mereka dapat berpikir. Begitu juga dengan orang yang

belajar agama, tidak hanya mengetahui pengetahuan agama, tetapi memerlukan cara

bagaimana dapat membiasakan diri dengan hidup beragama.

Seorang ahli agama, yang bernama “William Temple”, berkata

: “Filsafat itu telah menuntut pengetahuan untuk memahami, sedangkan agama adalah

menuntut pengetahuan untuk beribadat”. Ia juga mengatakan ; “Pokok dari agama

bukan pengetahuan tentang Tuhan, melainkan hubungan antara seorang manusia

(makhluk) dengan Tuhannya.

Pendapat lain juga diutarakan oleh “C.S. Lewis”; dia menyatakan adanya

perbedaan antara dua hal, yaitu enjoyment dan contemplation. Untuk memahami dua

kata tersebut ada salah satu contoh sebagai berikut ; “Seorang laki-laki mencintai

seorang wanita,
rasa cinta tersebut dinamakan enjoyment. Sedangkan memikirkan rasa cintanya

dinamakan contemplation”. Agama dapat dibandingkan dengan enjoyment tersebut,

secara kongkrit dapat disamakan dengan rasa cinta seseorang, sedangkan filsafat itu

adalah contemplation, yakni memikirkan yang dicintai tentang rasa cintanya tersebut.

Suatu perbedaan yang lain adalah, bahwa agama banyak berhubungan dengan

hati, sementara filsafat banyak berhubungan dengan pikiran yang dingin dan tenang.

Serta perbedaan yang lebih jauh antara filsafat dengan agama ialah, bahwa filsafat

walaupun tenang dalam pekerjaannya, tetapi dapat mengeruhkan pikiran pemeluknya.

Sedangkan dalam agama, walaupun memenuhi pemeluknya dengan semangat dan

perasaan pengabdian diri akan tetapi mempunyai efek yang menenangkan jiwa

pemeluknya.

Oleh karena itu, berfikir atau berfilsafat adalah hal penting dalam mempelajari

agama, karena manusia telah banyak berpengalaman dan telah banyak melakukan

kekeliruan dalam berpikir. Maka, telah dapat pula mengadakan macam-macam cara atau

metode untuk menghindari diri dari kekeliruan-kekeliruan tersebut.


2.4.3 Perbedaan Ilmu dengan Agama

Agama dan ilmu dalam beberapa hal berbeda, namun pada sisi tertentu memiliki

kesamaan. Agama lebih mengedepankan islam, ataupun islam bukan hanya sekedar

agama dalam pengertian filsuf barat yang sempit.

moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual), cebderung eksklusif dan

subjektif. Sementara ilmu selalu mencari hal yang baru, tidak terlalu terikat dengan

etika, progresif, bersifat inklusif dan objektif. Kendati ilmu dan agama berbeda,

keduanya memiliki persamaan, yakni sama-sama bertujuan memberi ketenangan dan

kemudahan bagi manusia.

Agama memberi ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah

mati, sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di

dunia. Agama mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, hamper semua kitab suci

menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu sebanyak mungkin.

Agama dan ilmu juga memiliki kesamaan lain, yakni sama- sama mendesai masa

depan manusia. Desain agama lebih jauh dan abstrak, sedangkan desain ilmu dan

teknologi lebih pendek dan kongkrit.desain agama untuk memberikan ketenangan hidup

setelah hidup, dan ilmu mendesain untuk hidup pada masa depan di dunia.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pengertian Filsafat

Filsafat adalah ilmu yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang

menelaah hal-hal yang mutlak yang tetap tidak berubah yang disebut hakekat.

2. Pengertian Ilmu

Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan,

atau pengetahuan yang teratur dan lebih terspesialisaikan.

3. Pengertian Agama

Agama adalah cara hidup, cara berpikir, berideologi dan bertindak untuk membentuk

insane kamil dan masyarakat yang ideal.

4. Perbedaan dan Ruang Pembahasan Filsafat, Ilmu dan Agama

a) Perbedaan Filsafat dan Ilmu

Perbedaan ini terletak pada cakupan objek yang dibahas, ilmu mempunyai cakupan objek

yang relative sempit atau hanya berobjek pada hal yang bersifat empiris saja, sedangkan

filsafat mencakup keseluruhan yang empiris maupun non empiris (bersifat luas).
b) Perbedaan Filsafat dengan Agama

Agama diibaratkan rasa cinta yang dirasakan seseorang, sedangkan filsafat adalah

pemikiran rasa cinta pada hal-hal yang dicintainya.

c) Perbedaan Ilmu dengan Agama

Agama akan memberikan ketenangan dari segi batin, karena ada janji kehidupan setelah

mati, sementara ilmu memberikan kemudahan ketenangan dan sekaligus kemudaan bagi

kehidupan yang akan dijalani (dimasa depan) manusia di dunia.

3.2 Saran

Dengan ucapan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah memberi kesempatan dan kemudahan penulis dalam menyelesaikan makalah

ini, walaupun jauh dari yang diharapkan dan guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat

di Institut Agama Islam Sunan Giri (INSURI) Ponorogo Tahun 2011.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Sebagai hamba Allah yang lemah ini menyadari dengan sepenuh hati bahwa

makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang diinginkan, maka penulis berharap

semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya penulis


DAFTAR PUSAKA

Bachtiar, M.A, Prof. Dr. Amtsal. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.

Hanafi, M.A, Ahmad. 1996. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta : Bulan Bintang.

Rasjidi, Prof. Dr. H. M. 1994. Filsafat Agama. Jakarta : Bulan Bintang. Surajiyo, Drs.

2008. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia.


Jakarta : Bumi Aksara.

Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat Universitas Gajad Mada. 2003.
Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai