Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis
sehingga makalah ini dapat diselesaikan pada waktu yang tepat. Penulis sangat berterima
kasih kepada dosen Filsafat, Dr. Fatima Rahma Rangkuti M.Pd, yang telah memberikan tugas
ini, sehingga penulis dapat mengetahui lebih dalam tentang teori-teori mengenai filsafat.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan teman-teman yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Para penulis buku dan jurnal yang kami jadikan
sebagai referensi juga sangat membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kesalahan. Oleh karena
itu penulis akan sangat berterima kasih jika para pembaca mau memberikan saran dan
masukan agar penulis dapat memperbaiki makalah ini di lain waktu.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Slamet Ibrahim berpendapat bahwa pada masa plato hingga di masa Al-
Kindi, batasan di antara filsafat serta ilmu bisa di nilai tak ada. Seorang filsafat sudah
pasti menguasai seluruh ilmu tentang pengetahuan. Kemajuan kemampuan berpikir
manusia yang menyebarluaskan filsafat di taraf yang mudah di geser dengan
perkembangan ilmu yang didorong dengan adanya teknologi. Cakupan kajian mengenai
filsafat sangatlah sempit bila di bandingkan dengan adanya kajian ilmu. Hal tersebut
2
menimbulkan asumsi bahwa filsafat tidaklah hal yang penting lagi. Filsafat dinilai
sudah tidak membumi lagi bila dibandingkan dengan ilmu yang dinilai lebih
memudahkan.
Esensi agama adalah kebebasan manusia dari rasa sakit, serta penindasan
kekuasaan oleh diktator dalam mengejar kehidupan yang damai. Islam, seperti halnya
3
Agama Ibrahim, hadir untuk memungkinkan umat manusia (pemeluknya) untuk secara
sah berdiri di hadapan Tuhannya, yang dicapai dengan rumusan menghormati aturan-
Nya, mencintai satu sama lain, bertindak adil, membela diri dari perilaku berbahaya,
dan mengembangkan rasa aman serta kesalehan. Landasan untuk meneguhkan
moralitas agama tersebut berlawanan dengan tindakan amoral. Struktur sosial
keagamaan yang lahir dari etika keagamaan, dalam penerapannya, menjadi sumber
perlawanan terhadap kezaliman, ketidakadilan, dan bentuk-bentuk penindasan lainnya.
Dari pengertian di atas, jelas bahwa agama juga mengandung pengakuan akan adanya
aspek-aspek keagamaan yang berperan penting dalam mempersatukan kehidupan
manusia. Meskipun mereka menganut agama yang berbeda, sebuah komunitas dapat
mengembangkan rasa saling mencintai satu sama lain melalui agama. Ini menunjukkan
bahwa agama lebih dari sekadar interaksi manusia dengan yang ilahi (Tuhan) itu juga
memerlukan perilaku mencintai satu sama lain meskipun keyakinan mereka berbeda.
Akibatnya, agama dapat didefinisikan dalam berbagai cara, termasuk sebagai wadah
untuk memupuk rasa saling menyayangi.
4
perbedaan yang dipegang oleh filsafat. Begitu suatu ilmu memahami tujuannya sendiri
dan batasan ruang lingkup studinya, ia dapat membuat kemajuan dan perkembangan
yang adil dan rasional. Setiap ilmu pengetahuan, dari generasi ke generasi, terus
terbentuk dan berkembang berdasarkan ide awalnya. Bahkan krisis dalam apa yang
disebut penelitian dasar hanya menghasilkan protes, yang kadang-kadang disertai
kekerasan tetapi tidak pernah mengakibatkan kehancuran apa pun. Namun, tidak ada
yang namanya "kemajuan logis" dalam filsafat. Filsafat harus memahami
perkembangan dan menjaga kelangsungannya sendiri. Bagaimana orang bisa berbicara
tentang "sejarah filosofis"? Sedangkan, tidak satu pun dari ini yang pada dasarnya
berbeda dari ilmu-ilmu lain.
5
bahkan ilmu itu sendiri dapat dipertanyakan atau digunakan. sebagai objek kajian
filsafat (Philosophy of Science). Akan tetapi, filsafat dan ilmu sama-sama memiliki
kecenderungan untuk menangani objek kajiannya, yaitu berpikir secara reflektif dan
sistematis.
Dengan demikian, Ilmu menyelidiki hal-hal yang bersifat realitas serta bisa
dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban terhadap persoalan-persoalan yang tak
mampu dijawab oleh Ilmu serta jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan agama
adalah jawaban terhadap persoalan-persoalan yang tidak mampu dijawaboleh filsafat
serta jawabannya bersifat absolut/dogmatis. menurut Sidi Gazalba,Pengetahuan ilmu
lapangannya segala sesuatu yang bisa diteliti (riset serta/atau eksperimen); batasnya
hingga pada yang tidak atau belum bisa dilakukanpenelitian.
Dengan demikian, ilmu melihat hal-hal yang aktual dan dapat diverifikasi,
sedangkan filsafat berusaha menemukan jawaban atas masalah yang tidak dapat
dilakukan ilmu, tetapi solusinya bersifat spekulatif, dan agama adalah jawaban atas
pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh filsafat dan jawabannya spesifik,,
mutlak/dogmatis. Menurut Sidi Gazalba, bidang keilmuannya meliputi segala sesuatu
yang dapat diteliti (riset dan/atau eksperimen), kecuali bidang-bidang yang tidak dapat
atau tidak akan dilakukan penelitian.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa filsafat ada hubungannya
dengan ilmu, dan juga agama, yang erat hubungannya. Tujuannya adalah untuk
menemukan kebenaran, menurut penilaian. Namun ketiga aspek tersebut masih
memiliki sumbu horizontal yang menghubungkannya, namun hanya agama yang
memiliki sumbu vertikal. Hubungan lain memiliki hubungan horizontal dan vertikal
dengan filsafat dan ilmu pengetahuan, di samping hubungan agama. Oemar Amin
Hoesin, di sisi lain, menyatakan bahwa ilmu memberi kita pengetahuan, sedangkan
filsafat memberi kita kebijaksanaan. Jelaslah bahwa ilmu dan filsafat memiliki bidang
penelitiannya masing-masing. Dalam Islam, penelitian ilmiah menggabungkan aktivitas
filosofis. Akibatnya, filsafat Islam membedakan dirinya sebagai ilmu yang berbeda.
Meskipun temuan yang ditemukan identik dengan pendapat para filosof Yunani
(Aristoteles) tentang teori pembagian filsafat oleh para pemikir Islam. Penting untuk
dipahami bahwa pembahasan Kalam dan Tasawuf mengandung banyak gagasan dan
teori yang setara dengan para filosof Islam.
3.2 Saran
7
DAFTAR PUSTAKA
Adib, H. M. (2011). Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemol ogi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan.
Muhajarah, K., & Bariklana, M. N. (2021).Agama, Ilmu Pengetahuan dan Filsafat. Jurnal
Mu’allim, 3(1), 1-14.
Tamrin, A. (2019). Relasi ilmu, filsafat dan agama dalam dimensi filsafat ilmu. SALAM:
Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 6(1), 71-96.