Anda di halaman 1dari 11

FILSAFAT ILMU:

ILMU, AGAMA, DAN FILSAFAT

Disusun Oleh :

Paradia Kristanti dewi (0101211005)

Thahirah Azzahra (0101211019)

Tris Supriadi (0101213041)

Dosen Pengampu :

Dr. Fatima Rahma Rangkuti M.Pd

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis
sehingga makalah ini dapat diselesaikan pada waktu yang tepat. Penulis sangat berterima
kasih kepada dosen Filsafat, Dr. Fatima Rahma Rangkuti M.Pd, yang telah memberikan tugas
ini, sehingga penulis dapat mengetahui lebih dalam tentang teori-teori mengenai filsafat.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan teman-teman yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Para penulis buku dan jurnal yang kami jadikan
sebagai referensi juga sangat membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kesalahan. Oleh karena
itu penulis akan sangat berterima kasih jika para pembaca mau memberikan saran dan
masukan agar penulis dapat memperbaiki makalah ini di lain waktu.

Medan , 12 Maret 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2

2.1 Hakikat Ilmu.....................................................................................................................2

2.2 Hakikat Agama.................................................................................................................3

2.3 Hakikat Filsafat................................................................................................................4

2.4 Hubungan Antara Ilmu,Agama, dan Filsafat....................................................................5

BAB III PENUTUP....................................................................................................................7

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bagi manusia, terdapat 3 hal yang di jadikan alat untuk mencari kebenaran,
diantaranya filsafat, ilmu, serta agama. Meskipun tujuan dari ke 3 aspek ini berguna
untuk mencari kebenaran, akan tetapi ke 3 nya tidak bisa di golongkan suatu hal yang
sama. Umumnya, filsafat dianggap seseuatu yang amat bebas sebab filsafat bersifat
berfikir tanpa adanya batasan.Sedangkan pada agama, lebih menomor satukan
pandangan baru yang berasal dari zat yang bisa di anggap sebagai tuhan.Segala sesuatu
yang berkaitan dengan tuhan dalam ruang lingkup agama dianggap sebuah kebenaran
yang harus di setujui.Sedangkan ilmu itu sendiri merupakan sebuah rangkaian metode
yang di gunakan untuk mencari kebenaran.Diantara filsafat maupun ilmu, keduanya
tidak memiliki persamaan pada tokoh pusat yang sebagaimana dalam agama yang lebih
memusatkan kepada tuhan. Hal ini bisa dikatakan, pada setiap persoalan yang akan di
hadapi oleh manusia, mereka semua pastinya akan memakai 3 cara tersebut.
Hampir seluruh pakar di bidang agama menganggap filsafat serta ilmu di
jadikan sebagai cara yang dipergunakan untuk mempertajam dan mengasah
pengetahuan serta pemahaman terhadap agama, sehingga karna hal tersebut kehakikian
terhadap agama akan semakin kuat. Tetapi pakar filsafat menilai agama selalu
menggunakan akal atau pemikiran yang amat mendalam, sehingga seorang pakar
filsafat bisa menerima semua kebenaran yang paling kuat. Ilmu merupakan cara yang
paling sederhana dan simple, sebab ilmu bisa di pergunakan untuk semua kalangan
pada kapasitas serta dalam kemampuan yang di miliki setiap manusia

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah itu ilmu?
2. Apa yang dimaksud dengan agama?
3. Apa yang dimaksud dengan Filsafat?
4. Bagaimana hubungan antara ilmu, agama, dan filsafat?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Ilmu


Pengertian Ilmu menurut J. Arthur Thompson dalam bukunya “An
Introduction to Science”, menulis bahwa ilmu adalah gambaran yang total dan
konsisten dari fakta dan realitas yang dirumuskan secara bertanggung jawab dalam
istilah yang sesederhana mungkin. Secara linguistik, Ilmu berasal dari bahasa Arab:
'alima, ya'lamu, 'ilman yang artinya mengetahui, memahami, dan benar-benar
memahami. dalam bahasa Inggris disebut Science, dari bahasa latin yang berasal dari
istilah Scientia (pengetahuan) atau Scire (mengetahui) (knowing). Sedangkan dalam
bahasa Yunani adalah episteme (pengetahuan). Dalam kamus bahasa Indonesia, ilmu
adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis berdasarkan
cara-cara tertentu yang dapat digunakan untuk menunjukkan tanda-tanda gejala tertentu
di bidang tersebut.
Ilmuwan dalam Encyclopedia Americana adalah orang-orang yang
memiliki pengetahuan positif dan sistematis. Paul Freedman, dalam The Principles of
Scientific Research, mengatakan bahwa ilmu adalah cara bagi manusia untuk belajar
lebih banyak tentang alam di masa lalu, sekarang, dan masa depan, serta bagaimana
beradaptasi dan mengubah lingkungan dan properti mereka sendiri.
Ilmu adalah pengetahuan yang berasal dari hal-hal seperti pengamatan,
studi, dan pengalaman yang disatukan sedemikian rupa untuk mengetahui seperti apa
hal yang dipelajari dan bagaimana cara kerjanya. Dengan demikian, ilmu dapat
dikatakan sebagai pengetahuan yang berasal dari pengamatan studi. Pengetahuan yang
telah disatukan dengan cara yang logis untuk sampai pada kebenaran.

Slamet Ibrahim berpendapat bahwa pada masa plato hingga di masa Al-
Kindi, batasan di antara filsafat serta ilmu bisa di nilai tak ada. Seorang filsafat sudah
pasti menguasai seluruh ilmu tentang pengetahuan. Kemajuan kemampuan berpikir
manusia yang menyebarluaskan filsafat di taraf yang mudah di geser dengan
perkembangan ilmu yang didorong dengan adanya teknologi. Cakupan kajian mengenai
filsafat sangatlah sempit bila di bandingkan dengan adanya kajian ilmu. Hal tersebut

2
menimbulkan asumsi bahwa filsafat tidaklah hal yang penting lagi. Filsafat dinilai
sudah tidak membumi lagi bila dibandingkan dengan ilmu yang dinilai lebih
memudahkan.

2.2 Hakikat Agama


Jika berbicara tentang Islam, ada beberapa kata yang berarti "agama",
seperti "al-Din", "al-Millah", dan "al-Shari'at". Ahmad Daudy mengatakan ad-Din dan
al- Huda adalah memiliki makna yang sama yaitu petunjuk. Hal ini berarti bahwa
agama adalah seperangkat aturan atau petunjuk bagi setiap orang yang menjadi bagian
darinya. Seorang muslim percaya bahwa ada zat atau makhluk ilahi tertinggi yang
memiliki perasaan dan kehendak, dan bahwa ia memiliki kekuatan untuk mengatur dan
mengatur hal-hal yang terjadi pada kehidupan manusia. Ini disebut "agama."

Orang yang meyakini ihwalnya akan membuat mereka menyembah dan


memuja dzat (Tuhan) itu dengan perasaan senang sekaligus takut akan ketundukan dan
keagungan. Orang mengatakan bahwa agama adalah "keyakinan (iman) tentang suatu
zat (Ilahiyah) yang harus dipatuhi dan disembah". Sedangkan Daniel Djuned,
mengatakan bahwa agama adalah tuntutan dan perintah Tuhan yang dikirim oleh
seorang rasul kepada orang-orang yang berakal untuk kebaikan dunia dan akhirat. Salah
satu peran agama adalah melindungi / penyelamat logika.

Menurut definisi di atas, sumber utama dan terpenting agama adalah


kelompok orang yang meyakini sesuatu (ilahi). Ketakutan, ketundukan, dan ketaatan
semuanya disebabkan oleh fakta bahwa tuhan itu ada. Orang-orang menyembah tuhan
ini dengan cara, menurut aturan yang ditetapkan oleh suatu agama. Makna lain agama
pada bahasa inggris yakni "Relegion", yang berasal dari kata Latin "Religio." Namun
ada yang mengatakan berasal dari istilah Relegere yang berarti "membaca lagi". Orang
lain mengatakan bahwa kata "religere" berasal dari kata Latin "religere", yang berarti
"mengikat bersama". Manusia dan Tuhan memiliki hubungan, dan orang yang
menganut suatu agama harus membaca ayat-ayat tertentu, yang berarti ada hubungan
antara manusia dan Tuhan.

Esensi agama adalah kebebasan manusia dari rasa sakit, serta penindasan
kekuasaan oleh diktator dalam mengejar kehidupan yang damai. Islam, seperti halnya

3
Agama Ibrahim, hadir untuk memungkinkan umat manusia (pemeluknya) untuk secara
sah berdiri di hadapan Tuhannya, yang dicapai dengan rumusan menghormati aturan-
Nya, mencintai satu sama lain, bertindak adil, membela diri dari perilaku berbahaya,
dan mengembangkan rasa aman serta kesalehan. Landasan untuk meneguhkan
moralitas agama tersebut berlawanan dengan tindakan amoral. Struktur sosial
keagamaan yang lahir dari etika keagamaan, dalam penerapannya, menjadi sumber
perlawanan terhadap kezaliman, ketidakadilan, dan bentuk-bentuk penindasan lainnya.
Dari pengertian di atas, jelas bahwa agama juga mengandung pengakuan akan adanya
aspek-aspek keagamaan yang berperan penting dalam mempersatukan kehidupan
manusia. Meskipun mereka menganut agama yang berbeda, sebuah komunitas dapat
mengembangkan rasa saling mencintai satu sama lain melalui agama. Ini menunjukkan
bahwa agama lebih dari sekadar interaksi manusia dengan yang ilahi (Tuhan) itu juga
memerlukan perilaku mencintai satu sama lain meskipun keyakinan mereka berbeda.
Akibatnya, agama dapat didefinisikan dalam berbagai cara, termasuk sebagai wadah
untuk memupuk rasa saling menyayangi.

2.3 Hakikat Filsafat.


Sekilas, antara ilmu dan filsafat tampak sama saja. Namun, jika diperiksa
lebih dekat mengungkapkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara keduanya.
Namun, ada aspek persamaan dan perbedaan. "Meskipun filsafat terlihat sebagai ilmu,
ia memiliki strukturnya sendiri dan tidak dapat disebut seperti itu." Tentu saja, setiap
ilmu memiliki struktur dan cirinya sendiri yang berlaku untuknya dalam beberapa cara.
Studi tentang Ilmu kedokteran berbeda secara signifikan dengan sejarah pada kesenian,
dan ilmu eksakta/matematika berbeda secara signifikan dengan ilmu pendidikan. Hal
yang "berbeda" ini, di sisi lain, berkaitan dengan filsafat dengan cara yang berbeda
secara fundamental. Hal ini menunjukkan bahwa filsafat memiliki landasan yang lebih
dalam daripada ilmu pengetahuan. Bahkan, beberapa orang berpendapat bahwa filsafat
adalah landasan ilmu pengetahuan.

Henrich Rombach menjelaskan sejumlah poin pembedaan antara ilmu dan


filsafat satu per satu. Untuk memulainya, dapat dengan menyelidiki sifat dan
keberadaan ilmu dan pengetahuan melalui filsafat, tetapi "tidak ada bidang di luar
filsafat yang dapat mengajukan pertanyaan tentang filsafat secara holistik." dari setiap
cabang ilmu lain. Tujuan filsafat, menurut Plato, adalah penemuan fenomena atau
kebenaran mutlak melalui dialektika. Berikut ini dapat membantu untuk memperjelas

4
perbedaan yang dipegang oleh filsafat. Begitu suatu ilmu memahami tujuannya sendiri
dan batasan ruang lingkup studinya, ia dapat membuat kemajuan dan perkembangan
yang adil dan rasional. Setiap ilmu pengetahuan, dari generasi ke generasi, terus
terbentuk dan berkembang berdasarkan ide awalnya. Bahkan krisis dalam apa yang
disebut penelitian dasar hanya menghasilkan protes, yang kadang-kadang disertai
kekerasan tetapi tidak pernah mengakibatkan kehancuran apa pun. Namun, tidak ada
yang namanya "kemajuan logis" dalam filsafat. Filsafat harus memahami
perkembangan dan menjaga kelangsungannya sendiri. Bagaimana orang bisa berbicara
tentang "sejarah filosofis"? Sedangkan, tidak satu pun dari ini yang pada dasarnya
berbeda dari ilmu-ilmu lain.

2.4 Hubungan Antara Ilmu, Agama, dan Filsafat.


Meskipun ilmu dan filsafat secara historis pernah menjadi satu, ada
perbedaan dalam perkembangannya, dengan dominasi ilmu yang lebih kuat
pengaruhnya terhadap pemikiran manusia, situasi yang mendorong upaya untuk
menempatkan keduanya secara sempurna menurut batasnya masing-masing, dan
mengisolasi mereka, tetapi untuk melihat korelasi lebih jelas dalam konteks
pemahaman yang lebih baik tentang kekayaan intelektual manusia.

Harold H. Titus mengakui bahwa mengungkapkan hubungan antara ilmu


dan filsafat secara jelas dan sederhana merupakan tantangan karena ilmu dan filsafat
memiliki kesejajaran dan kontras, serta perspektif yang berbeda. Ilmu juga populer di
kalangan filsuf. Berbagai orang memiliki ide yang berbeda tentang apa itu filsafat dan
bagaimana hal itu harus dikomunikasikan. Sementara itu, perbedaan antara filsafat dan
ilmu lebih terkait pada titik tekanan, di mana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu
lebih analitis dan naratif dalam pendekatannya, ilmu menggunakan observasi,
eksperimen, dan pembagian terstruktur data pengalaman indrawi. dan berusaha
menemukan hukum tanda-tanda tersebut, sedangkan filsafat berusaha mengkaji
pengalaman secara keseluruhan, termasuk hal-hal umum dalam berbagai bidang
pengalaman manusia. Pada subjek hubungan antara pengetahuan khusus dan sistem
masalah yang lebih luas, filsafat lebih memperhatikan pertanyaan mengapa dan
bagaimana. Ini juga menganalisis korelasi antara hasil ilmiah dan klaim agama, moral,
dan artistik. Dengan memperhatikan ungkapan di atas, tampak bahwa filsafat
mempunyai batas yang lebih luas dan lebih komprehensif daripada ilmu, artinya apa
yang tidak lagi mampu dijawab oleh ilmu, filsafat berusaha mencari jawabannya,

5
bahkan ilmu itu sendiri dapat dipertanyakan atau digunakan. sebagai objek kajian
filsafat (Philosophy of Science). Akan tetapi, filsafat dan ilmu sama-sama memiliki
kecenderungan untuk menangani objek kajiannya, yaitu berpikir secara reflektif dan
sistematis.

Dengan demikian, Ilmu menyelidiki hal-hal yang bersifat realitas serta bisa
dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban terhadap persoalan-persoalan yang tak
mampu dijawab oleh Ilmu serta jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan agama
adalah jawaban terhadap persoalan-persoalan yang tidak mampu dijawaboleh filsafat
serta jawabannya bersifat absolut/dogmatis. menurut Sidi Gazalba,Pengetahuan ilmu
lapangannya segala sesuatu yang bisa diteliti (riset serta/atau eksperimen); batasnya
hingga pada yang tidak atau belum bisa dilakukanpenelitian.

Dengan demikian, ilmu melihat hal-hal yang aktual dan dapat diverifikasi,
sedangkan filsafat berusaha menemukan jawaban atas masalah yang tidak dapat
dilakukan ilmu, tetapi solusinya bersifat spekulatif, dan agama adalah jawaban atas
pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh filsafat dan jawabannya spesifik,,
mutlak/dogmatis. Menurut Sidi Gazalba, bidang keilmuannya meliputi segala sesuatu
yang dapat diteliti (riset dan/atau eksperimen), kecuali bidang-bidang yang tidak dapat
atau tidak akan dilakukan penelitian.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa filsafat ada hubungannya
dengan ilmu, dan juga agama, yang erat hubungannya. Tujuannya adalah untuk
menemukan kebenaran, menurut penilaian. Namun ketiga aspek tersebut masih
memiliki sumbu horizontal yang menghubungkannya, namun hanya agama yang
memiliki sumbu vertikal. Hubungan lain memiliki hubungan horizontal dan vertikal
dengan filsafat dan ilmu pengetahuan, di samping hubungan agama. Oemar Amin
Hoesin, di sisi lain, menyatakan bahwa ilmu memberi kita pengetahuan, sedangkan
filsafat memberi kita kebijaksanaan. Jelaslah bahwa ilmu dan filsafat memiliki bidang
penelitiannya masing-masing. Dalam Islam, penelitian ilmiah menggabungkan aktivitas
filosofis. Akibatnya, filsafat Islam membedakan dirinya sebagai ilmu yang berbeda.
Meskipun temuan yang ditemukan identik dengan pendapat para filosof Yunani
(Aristoteles) tentang teori pembagian filsafat oleh para pemikir Islam. Penting untuk
dipahami bahwa pembahasan Kalam dan Tasawuf mengandung banyak gagasan dan
teori yang setara dengan para filosof Islam.

3.2 Saran

Penulis menyarankan agar para pembaca dapat memahami tentang teori-


teori filsafat dan menerapkan teori-teori filsafat dalam kehidupan sehari-hari. Karena
filsafat merupakan mata pelajaran yang penting yang mempelajari tentang akal budi
mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hukumnya. Mempelajari ilmu
filsafat mungkin sulit untuk dipahami, tetapi kami yakin semua pembaca dapat
memahaminya jika mereka mempelajarinya dengan baik.

7
DAFTAR PUSTAKA

Adib, H. M. (2011). Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemol ogi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan.

Muhajarah, K., & Bariklana, M. N. (2021).Agama, Ilmu Pengetahuan dan Filsafat. Jurnal
Mu’allim, 3(1), 1-14.

Rahman, M. T. (2020). Filsafat Ilmu Pengetahuan.

Suriasumantri, J. S. (2007). Filsafat ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Tamrin, A. (2019). Relasi ilmu, filsafat dan agama dalam dimensi filsafat ilmu. SALAM:
Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 6(1), 71-96.

Anda mungkin juga menyukai