Dosen Pengampu:
H. Nuriyadin. M. Fil.I
Disusun oleh:
M. Ilham Wahyudi (A92217122)
Ning Arifatul Lailiyah (A92217123)
1
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………………….....3
BAB II : PEMBAHASAN...................................................................................................4
1. Pengertian Filsafat……..…………………………..........................……….......4
3. Pengertian Agama.............................................................................................. 5
DAFTAR PUSAKA…………………………………………………………………..……..10
2
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk pencari kebenaran. Ada tiga jalan untuk mencarim
menghampiri dan menemukan kebenaran yaitu: ilmu, filsafat dan agama. Ketiga cara ini
memiliki metode-metode tersendiri dalam mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran.
Ketiga hal ini memiliki titik persamaan, titik perbedaan, serta hubungan yang satu terhadap
yang lainnya.
Filsafat merupakan hasil dari pemikiran manusia yang tajam terhadap setiap
persoalan. Ilmu merupakan hasil dari penelitian yang dibuktikan dengan kegiatan ilmiah
melalui tahap pengujian, pembuktian, dan penyesuaian dengan fakta yang terjadi. Sedangkan
agama merupakan kebenaran yang diperoleh melalui wahyu (agama samawi) yang bersifat
intuisi serta rohani. Kebenarannya pun bersifat mutlak atau hakiki.
B. Rumusan Masalah
3
Bab II
Pembahasan
A. Pengertian Filsafat
Kata filsafat padanan dari bahasa Arab falsafah dan bahasa Inggrisnya philosophy.
Kata filsafat sendiri berasal dari bahasa Yunani philoshopia, yakni gabungan dari kata philos
yang artinya cinta dan sophos yang artinya kebijaksanaan, dengan kata lain filsafat adalah
cinta pada kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan. Secara etimologi filsafat berarti cinta
kepada kebijaksanaan, kearifan, atau pengetahuan.1
Sementara Prof. Ir. Pudjawijatna menerangkan bahwa “filo” artinya cinta dalam arti
seluas-luasnya yaitu ingin dan karena ingin itu selalu berusaha mencapai yang diinginkannya,
“sofia” artinya kebijaksanaan artinya pandai, mengerti mendalam.2 Sedangkan menurut
Aristoles filsafat merupakan metode atau cara yang digunakan untuk menyelidiki sebab atau
asas suatu benda.
Dilihat dari segi pengetahuan, filsafat adalah jenis pengetahuan yang berusaha mencari
hakikat dari segala sesuatu yang ada. Dilihat dari segi aktivitas budi manusia filsafat adalah
metode atau cara yang radikal hendak mencari keterangan yang terdalam tentang segala
sesuatu yang ada. Jadi, kalau berbicara tentang filsafat mungkin berarti berbicara tentang
jenis pengetahuan yang disebut filsafat, atau mungkin aktivitas budi manusia dalam mencari
keterangan yang terdalam tentang segala sesuatu yang ada.3
Filsafat adalah suatu cara berfikir yang radikal dan menyeluruh, atau suatu cara berfikir
yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Tidak ada suatu hal yang bagaimanapun kecilnya
terlepas dari pengamatan kefilsafatan. Tidak ada suatu pernyataan yang bagaimanapun
sederhananya yang diterima saja tanpa adanya pengkajian yang saksama. Dan, filsafat
menanyakan segala sesuatu dari kegiatan berfikir mulai dari awal sampai akhir, seperti yang
dinyatakan oleh Socrates, bahwa tugas filsafat yang sebenarnya bukanlah menjawab
1
Tim Reviewer MKD UINSA, Pengantar Filsafat (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), 2
2
Ibid, 3
3
Ibid, 5
4
pertanyaan, namun mempersoalkan jawaban yang diberikan.4 Karakteristik berpikir filsafat
yang pertama adalah sifat menyeluruh.5
Pengertian ilmu dapat ditunjukkan pada kata “ilm” (Arab), ”science” (Inggris). Dalam
bahasa Indonesia, kata “ilmu” jelas berasal dari bahasa Arab. Ia mengacu pada suatu
kemampuan yang terdiri dari wawasan dan pengetahuan. Tetapi, istilah “ilmu” menyiratkan
suatu hal yang melebihi pengetahuan. Pada zaman dahulu yang dikatakan orang berilmu jelas
merupakan orang yang telah dianggap memiliki kemampuan yang didapat melalui syarat-
syarat tertentu.
Ilmu pengetahuan berarti suatu ilmu yang didapat dengan cara mengetahui, yang
dilakukan dengan cara-cara yang tidak sekedar tahu. Kata “ilmu” yang dapat dikaitkan
dengan kata sifat “ilmiah” yang artinya berdasarkan kaidah keilmuan yang terdiri dari syarat-
sayarat, misalnya (mendapatkan pengetahuan yang didapat dengan) bukti, cara
mendapatkannya (metode), kegunaannya, dan cakupan-cakupannya yang relevan. R. Harre
mendefinisikan ilmu sebagai kumpulan teori-teori yang sudah diuji coba yang menjelaskan
tentang pola-pola yang teratur ataupun tidak teratur di antara fenomena yang dipelajari
secara hati-hati.
Disisi lain definisi tentang ilmu adalah “rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan
kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga
menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman,
kemasyarakatan, atau individu untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman,
memberikan penjelasan, ataupun melakukan penerapan.”6
C. Pengertian Agama
Secara bahasa, Kata Agama berasal dari bahasa sansekerta : A dan Gam . A = tidak dan
Gam = pergi, jadi Agama adalah Tidak pergi (tetap di tempat). Ada pula yang memaknai
4
Djunaidi Ghony, Fauzan Almanshur, Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian (Malang: UIN-MALIKI Press,
2012), 2
5
Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2017), 20
6
Ibid, 52
5
Agama berasal dari kata : A dan Gama. A = tidak dan Gama = kacau, jadi Agama adalah
Tidak kacau.7
Menurut Istilah : Agama adalah ajaran yang berasal dari tuhan atau hasil renungan
manusia yang terkandung dari kitab suci, yang turun temurun diwariskan oleh satu generasai
ke generasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia, agar
mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Yang didalamnya mencakup unsur kepercayaan kepada
kekuatan ghaib yang selanjutnya menimbulkan “ emosional “ dan keyakinan bahwa
kebahagiaan hidup tergantung pada adanya hubungan yang dengan kekuatan ghaib tersebut.
D. Doktrin-Doktrin Agama
Secara historis, ada hubungan emosional yang signifikan antara filsafat dengan ilmu
pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan dilahirkan oleh filsafat, meskipun akhirnya keduanya
menempati posisi yang sama sebagai ilmu. Pengetahuan yang banyak digunakan dan sangat
penting dalam mempelajari hubungan filsafat dan ilmu pengetahuan adalah Sejarah Filsafat.
Sejarah filsafat juga merupakan alat “subject matter” dalam belajar filsafat yang merupakan
alat untuk mengenal filsafat dan ilmu pengetahuan pada umumnya. Sejarah sebagai suatu
alat untuk mempelajari filsafat yang pada akhirnya dapat juga dipelajari ilmu pengetahuan
secara mendalam.8
Menurut sejarah filsafat Yunani, Filsafat mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan.
Lambat laun banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat. Meskipun begitu,
filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat karena sama-sama
pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren dan mempunyai obyek material dan formal.
7
Sidi, Gazalba. Sistematika Filsafat (Jakarta : PT Bulan Bintang, 1992), 67
8
Ibid, 36
6
Perbedaan diantara keduanya yaitu Filsafat mempelajari tentang seluruh realitas atau semua
bidang, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari tentang satu realitas atau bidang
tertentu saja. Karena Filsafat merupakan induk dari semua ilmu pengetahuan yang member
sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu
pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang.
Baik filsafat maupun agama pada dasarnya mempunyai kesamaan, keduanya memiliki
tujuan yang sama yaitu mencapai kebenaran sejati. Dibalik persamaan diantara keduanya,
terdapat pula perbedaan anatara filsafat dengan agama yakni dalam filsafat, untuk
mendapatkan kebenaran hakiki manusia harus mencari nya sendiri dengan mempergunakan
alat yang dimilikinya berupa segala potensi lahir dan batin. Sedangkan dalam Agama, untruk
mendapatkan kebenaran hakiki itu manusia tidak hanya mencarinya sendiri , melainkan ia
harus menerima hal-hal yang diwahyukan TUHAN (Iman atau percaya). Meskipun anatara
kebenaran yang disajikan oleh agama mungkin serupa dengan kebenaran yang dicapai oleh
filsafat, tetapi tetap Agama tidak bisa disamakan dengan Filsafat. Perbedaan ini disebakan
oleh cara pandangnya yang berbeda . Agama mendasarkan diri kepada kebenaran Wahyu
(Keimanan), sedangkan Filsafat berdasarkan penelitian yang menggunakan potensi
manusiawi sebagai satu-satunya alat ukur kebenaran yakni akal manusia.9
Filsafat dan Agama memainkan peranana yang penting dan fundamental dalam sejarah
dan kehidupan manusia. Keduanya merupakan karunia dari Tuhan yang tidak dapat
dipisahkan. Filsafat membutuhkan Agama (Wahyu) karena ada masalah-masalah yang
berkaitan dengan alam ghaib yang tak bisa dijangkau oleh akal manusia, sementara Agama
juga memerlukan filsafat untuk memahami ajaran agama.
Baik Filsafat, Ilmu Pengetahuan, dan Agama bertujuan sekurang-kurang nya berusaha
berurusan dengan hal yang sama yaitu : Kebenaran.
Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari kebenaran tentang alam dan
manusia. Filsafat dengan wataknya sendiri yang menghampiri kebenaran, baik tentang alam
9
Ibid, 64
7
maupun tentang manusia (yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu, karena diluar atau
diatas batas jangkauannya), ataupun tentang Tuhan. Agama dengan karakteristiknya
memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia atauoun
tentang Tuhan.
Baik Filsafat maupun Ilmu Pengetahaun, keduanya merupakan hasil dari sumber yang
sama yaitu Ra’yu (Pemikiran, akal, budi, rasio, reason, nous, rede, vertand, dan vernuntft)
manusia. Sedangkan Agama bersumberkan Wahyu dari Allah SWT.
Kebenaran Ilmu pengetahuan adalah kebenaran fositif (belaku sampai dengan saat ini),
kebenaran Filsaft adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tak dapat dibuktikan secara
empiri reset dan eksperimental). Baik kebenaran Ilmu Pengetahuan maupun Filsafat,
keduanya nisbi (Relatif). Sedangakan kebenaran Agama bersifat Mutlak (Absolut) karena
agama adalah Wahyu yang diturunkan oleh zat yang Maha Benar, Maha Mutlak, dan Maha
Sempurna yaitu Allah SWT.
8
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Ilmu adalah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistem
mengenai kenyataan, struktur, pembagian, hukum-hukum hal yang yang diselidikinya.
Filsafat berarti berfikir, jadi yang penting ialah ia dapat berfikir. Agama adalah suatu sistem
keimanan dan tata keyakinan atas adanya sesuatu yang mutlak diluar manusia
Ilmu, filsafat, dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflektif dengan
manusia. Dikatakan terkait karena ketiganya tidak dapat bergerak dan berkembang apabila
tidak ada alat dan tenaga utama manusia, tiga alat dan tenaga utama manusia itu adalah : akal
pikiran, rasa dan keyakinan, sehingga dengan ketiga hal tersebut manusia dapat mencapai
kebahagiaan dirinya.
9
Daftar Pustaka
10