FILSAFAT ILMU
TENTANG
OLEH
RAHAYU DEWANY
NIM : 21151024
2021
Materi ke 1 Tentang Filsafat Ilmu dan Ilmu Filsafat
A. Pengertian Filsafat
Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi yakni secara etimologi dan
terminologi
C. Karakteristik Filsafat
Menurut (Jan Hendrik Rapar, 1996) ada lima karakteristik dalam filsafat yaitu:
berpikir radikal, mencari asas, memburu kebenaran, mencari kejelasan dan berpikir
rasional.
1. Berpikir radikal: berpikir secara radikal adalah karakter utama filsafat, karena
filosuf berpikir secara radikal, maka ia tidak akan pernah terpaku hanya pada
fenomena suatu entitas tertentu. Ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu
wujud realitas tertentu.
2. Mencari asas: karakter filsafat berikutnya adalah mencari asas yang paling hakiki
dari keseluruhan realitas, yaitu berupaya menemukan sesuatu yang menjadi esensi
realitas, maka akan diketahui dengan pasti dan menjadi jelas keadaan realitas
tersebut, oleh karena itu, mencari asas adalah salah satu sifat dasar atau
karakteristik filsafat.
3. Memburu kebenaran: berfilsafat berarti memburu kebenaran tentang segala
sesuatu. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran yang tidak meragukan,
oleh sebab itu ia selalu terbuka untuk dipersoalkan kembali dan diuji demi meraih
kebenaran yang lebih hakiki.
4. Mencari kejelasan: berfilsafat berarti berupaya mendapatkan kejelasan mengenai
seluruh realitas.
5. Berpikir rasional: berpikir secara radikal, mencari asas, memburu kebenaran, dan
mencari kejelasan tidak dapat berhasil dengan baik tanpa berpikir secara rasional.
Berpikir secara rasional berarti berpikir logis, sistematis dan kritis. Berpikir logis
itu bukan hanya sekedar menggapai pengertian-pengertian yang dapat diterima
oleh akal sehat, melainkan sanggup menarik kesimpulan dan mengambil
keputusan yang tepat dan benar dari premis-premis yang digunakan.
Berdasarkan pengertian dari filsafat ilmu dan ilmu filsafat dapat diketahui
bahwa filsafat ilmu dan ilmu filsafat mengkaji pengetahuan seluas-luasnya
termasuk pengetahuan secara ilmiah baik itu ilmu alam ataupun ilmu sosial.
Filsafat merupakan induk dan prinsip dari segala ilmu. Filsafat adalah tempat
berpijak bagi segala ke ilmuan. Jika diibaratkan peperangan, maka filsafat adalah
amunisi pertama yang dijatuhkan ditempat peperangan, yang membuka jalan dan
merebut tempat berdiri untuk ilmu lainnya. Setelah semuanya aman terkendali dan
sudah di kuasai barulah filsafat menyerahkannya kepada kajian lain yang salah
satunya yaitu filsafat ilmu. Dan filsafat akan kembali berkelana dan berspekulasi
tentang berbagai kajian ilmu lainnya.
Kemudian filsafat ilmu sebagai cabang filsafat mengkaji berbagai ilmu yang
berhubungan dengan ilmu modern seperti makna dan interpretasi tentang konsep-
konsep ilmiah, hukum-hukum dan teori, struktur logis ilmu, dan metodologi berfikir
guna mencapai tujuan. Membahas mengenai konsep-konsep metodologis seperti
hipotesis, hukum, teori, faham tentang sifat dan sikap ilmiah, paradigma dalam ilmu
serta mengenai ilmu fisis dan berbagai masalah di dalamnya, ilmu tentang hidup,
berupa biologi, evolusi, genetika. Selain itu juga membahas teknologi dan penerapan
ilmu akibat teknologi serta pengembangan ilmiah bagi pembangunan dan
pengembangan masyarakat sosial(Iswara & Hadi, 2010).
Menurut (Bertrand Russel, 2004) diantara semua sejarah, tak ada yang begitu
mencengangkan atau begitu sulit diterangkan selain lahirnya peradaban di Yunani
secara mendadak. Memang banyak unsur peradaban yang telah ada ribuan tahun di
Mesir dan Mesopotamia. Namun unsur-unsur tertentu belum utuh sampai kemudian
bangsa Yunanilah yang menyempurnakannya.
a. Thales (624-545 SM). Kurang lebih enam ratus tahun sebelum Nabi Isa (Yesus)
terlahir, muncul sosok pertama dari tridente Miletus yaitu Thales yang
menggebrak cara berfikir mitologis masyarakat Yunani dalam menjelaskan segala
sesuatu. Sebagai Saudagar-Filosof, Thales amat gemar melakukan rihlah. Ia
bahkan pernah melakukan lawatan ke Mesir. Thales adalah filsuf pertama sebelum
masa Socrates. Menurutnya zat utama yang menjadi dasar segala materi adalah
air. Pada masanya, ia menjadi filsuf yang mempertanyakan isi dasar alam.
b. Pythagoras (580 SM–500 SM) Pythagoras lahir di Samos (daerah Ioni), tetapi
kemudian berada di Kroton (Italia Selatan). Ia adalah seorang matematikawan dan
filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya. Dikenal sebagai Bapak
Bilangan, dan salah satu peninggalan Phytagoras yang terkenal adalah teorema
Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatusegitiga siku-
siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya).
c. Socrates (469 SM-399 SM) Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi
pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan
Aristoteles. Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga
mengajar Aristoteles. sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat
adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang
banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates
dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat
secara umum. Periode setelah Socrates ini disebut dengan zaman keemasan
kelimuan bangsa Yunani, karena pada zaman ini kajian-kajian kelimuan yang
muncul adalah perpaduan antara filsafat alam dan filsafat tentang manusia. Tokoh
yang sangat menonjol adalah Plato (429-347 SM), yang sekaligus murid Socrates.
d. Plato (427 SM-347 SM) Ia adalah murid Socrates dan guru dari Aristoteles.
Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (Politeia) di mana ia menguraikan
garis besar pandangannya pada keadaan ideal. Selain itu, ia juga menulis tentang
Hukum dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama. Sumbangsih
Plato yang terpenting tentu saja adalah ilmunya mengenai ide. Dunia fana ini tiada
lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Di dunia ideal
semuanya sangat sempurna. Plato, yang hidup di awal abad ke-4 S.M., adalah
seorang filsuf earliest (paling tua) yang tulisan-tulisannya masih menghiasi dunia
akademisi hingga saat ini.
e. Aristoteles (384 SM- 322 SM) Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani, murid
dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia memberikan kontribusi di
bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, dan Ilmu Alam. Di
bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan
mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Sementara itu, di
bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah
gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki. Dari kontribusinya, yang paling
penting adalah masalah logika dan Teologi (Metefisika). Logika Aristoteles
adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai
saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal.
Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya
observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking). Logika yang
digunakan untuk menjelaskan cara menarik kesimpulan yang dikemukakan oleh
Aristoteles didasarkan pada susunan pikir. Masa keemasan kelimuan bangsa
Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384-322 SM). Ia berhasil menemukan
pemecahan persoalan-persoalan besar filsafat yang dipersatukannya dalam satu
sistem: logika, matematika, fisika, dan metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan
pada analisis bahasa yang disebut silogisme (syllogisme).
Pada zaman yunani kuno banyak ilmuan yang termuka diantaranya: Thales
(624-545 SM) yaitu yang menggebrak cara berfikir mitologis masyarakat Yunani
dalam menjelaskan segala sesuatu. Pythagoras (580 SM–500 SM) Ia adalah seorang
matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya, dikenal
sebagai Bapak Bilangan. Socrates (469 SM-399 SM) sumbangsih Socrates yang
terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai
metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok.
Plato (427 SM-347 SM) Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah ilmunya
mengenai ide. Aristoteles (384 SM- 322 SM) Ia memberikan kontribusi di bidang
Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, dan Ilmu Alam. Di bidang ilmu
alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan
spesies-spesies biologi secara sistematis
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak
abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaisance) pusaka
Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali
ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian
diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin. Walaupun Islam akhirnya terusir dari
negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-
gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali
kebudayaan Yunani klasik (renaisance) pada abad ke-14 M, rasionalisme pada abad
ke-17 M, dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke-18 M.
4. Periode Kontemporer
Zaman ini bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung hingga saat ini.
Zaman ini ditandai dengan adanya teknologiteknologi canggih, dan spesialisasi ilmu-
ilmu yang semakin tajam dan mendalam. Pada zaman ini bidang fisika menempati
kedudukan paling tinggi dan banyak dibicarakan oleh para filsuf. Sebagian besar
aplikasi ilmu dan teknologi di abad 21 merupakan hasil penemuan mutakhir di abad
20. Pada zaman ini, ilmuwan yang menonjol dan banyak dibicarakan adalah
fisikawan. Bidang fisika menjadi titik pusat perkembangan ilmu pada masa ini.
Fisikawan yang paling terkenal pada abad ke-20 adalah Albert Einstein. Ia Alberth
Einstein adalah seorang ilmuwan fisika. (file:///C:/Users/user/Downloads/563-2189-1-
PB.pdf, 2021)
Pada zaman ini juga melihat integrasi fisika dan kimia, pada zaman ini disebut
dengan “Sains Besar”. Pada tahun ini juga James D. Watson, Francis Crick dan
Rosalind Franklin menjelaskan struktur dasar DNA, bahan genetik untuk
mengungkapkan kehidupan dalam segala bentuknya. Hal ini memicu rekayasa
genetika yang dimulai tahun 1990 untuk memetakan seluruh manusia genom (dalam
Human Genome Project) dan telah disebut-sebut sebagai berpotensi memiliki manfaat
medis yang besar.
Karakteristik berpikir filsafat yang kedua adalah sifat mendasar. Seorang yang
berpikir filsafati akan membongkar pemikirannya secara fundamental. Individu tidak
percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu itu dapat dikatakan benar?
Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Apa kriteria itu
sendiri benar? Lalu benar itu sendiri apa?
Terkait dengan mencari kebenaran suatu ilmu, maka individu berspekulasi dan
hal ini menjadi ciri berfikir filsafat yang ketiga, yaitu spekulatif. Dengan hal ini maka
akan timbul pertanyaan terhadap filsafat, bukankan spekulasi merupakan suatu dasar
yang tidak dapat diadakan? Seorang filsuf akan menjawab memang benar demikian,
tetapi hal ini tidak bisa dihindarkan. Hal yang terpenting adalah bahwa dalam
prosesnya, baik dalam analisis maupun pembuktiannya, individu dapat memisahkan
spekulasi mana yang dapat diandalkan dan mana yang tidak dapat diandalkan. Tugas
utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan.
Dari hal tersebut dapat disadari bahwa semua pengetahuaan saat ini berawal
dari spekulasi. Dari serangkaian spekulasi dapat dipilih pemikiran yang dapat
diandalkan yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan. Tanpa
menetapkan kriteria apa yang disebut benar maka tidak mungkin pengetahuan dapat
berkembang di atas kebenaran. Tanpa menetapakan apa yang disebut baik atau buruk
maka tidak mungkin berbicara mengenai moral. Demikan pula tanpa wawasan apa
yang disebut indah atau jelek tidak mungkin kita berbicara tentang kesenian.
C. Cabang-Cabang Filsafat
1. Logika : apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika)
2. Etika : mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika)
3. Estetika : apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika)
4. Metafisika : teori tentang ada (hakikat keberadaan zat, tentang hakikat pikiran
serta kaitan antara zat dan pikiran)
5. Politik : kajian mengenai organisasi sosial/ pemerintah yang ideal (politik)
A. Penalaran
1. Hakekat Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sebuah kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang
berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Penalaran menghasilkan pengetahuan
yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan, meskipun
seperti yang dikatakan Pascal bahwa hati pun mempunyai logika tersendiri. Jadi
penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu
dalam menemukan kebenaran (pengetahuan).
2. Berpikir
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang
benar. Apa yang disebut benar bagi setiap orang itu berbeda-beda sehingga
kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga
berbeda-beda. Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana
tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing.
3. Perasaan
Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan
penalaran. Contohnya intuisi yang merupakan suatu kegiatan berpikir yang non
analitik (tidak mendasarkan diri pada suatu pola berpikir tertentu). Berpikir intuitif
memegang peranan yang penting dalam masyarakat yang berpikiran non analitik,
yang kemudian sering bergalau dengan perasaan.
4. Wahyu
Wahyu diberikan Tuhan lewat malaikat-malaikat dan nabi-nabinya ada yang
percaya dan ada yang tidak. Dengan wahyu kita mendapatkan keyakinan
meskipun kegiatan berpikirnya tidak menggunakan logika serta bersifat intuitif.
Dalam hal ini, manusia bersifat pasif sebagai penerima pemberitaan tersebut, yang
kemudian dipercaya atau tidak tergangantung dari keyakinan masing-masing.
B. Logika
Logika diturunkan dari kata “logie” bahasa Yunani, yang berhubungan dengan
kata “logos”, yang berarti fikiran atau perkataan sebagai pernyataan fikiran itu. Secara
etimologi, logika adalah bidang penyelidikan yang membahas fikiran, yang
dinyatakan dalam bahasa.
sistematis, yang kemudian dinyatakan lewat bahasa lisan atau tulisan. Secara luas
dapat dikatakan bahwa logika adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip-
prinsip dan norma-norma penyimpulan yang sah. Logika dibagi dalam dua cabang
pokok, yakni:
1. Logika Deduktif
2. Logika Induktif
Penarikan kesimpulan dari pernyataan yang bersifat umum dari kasus yang
bersifat individual.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa logika adalah akal
fikiran yang mempertimbangkan sebuah kebenaran kemudian dinyatakan melalui
lisan maupun tulisan, logika ada dua cabang yaitu logika deduktif dan induktif, logika
deduktif yang menarik kesimpulan yang bersifat umum ke khusus sedangkan logika
induktif yang menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus yang yanga bersifat
individual.
C. Sumber Pengetahuan
Akal adalah sebagai salah satu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi
untuk mengingat, menyimpulkan, menganalisa dan manilai apakah sesuai benar
dan salahnya
2. Pengalaman
D. Kriteria Kebenaran
1. Pengertian kebenaran
Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya. Kebenaran
menurut setiap individu relatif berbeda-beda, sehingga setiap jenis pengetahuan
mempunyai kriteria kebenaran yang tidak sama. Hal ini disebabkan oleh watak
pengetahuan yang berbeda.
2. Jenis-jenis Kebenaran
Ada tiga jenis kebenaran, yakni:
a. Kebenaran Epistimologis
Kebenaran epistimologis disebut juga kebenaran logis. Kebenaran
epistimologis merupakan kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan
manusia. Sebuah pengetahuan disebut benar dan kapan pengetahuan disebut
benar apabila apa yang terdapat dalam pikiran subjek sesuai dengan apa yang
ada dalam objek.
b. Kebenaran Ontologis
Kebenaran ontologis berkaitan dengan sifat dasar atau kodrat dari obyek.
Kebenaran ontologis merupakan kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat
pada hakikat segala sesuatu yang ada.
c. Kebenaran Semantik
Kebenaran semantik merupakan kebenaran yang terdapat dan melekat
dalam tutur kata dan bahasa. Kebenaran ini berkaitan dengan pemakaian
bahasa. Bahasa merupakan ungkapan dari kebenaran.
A. Ontologi
Ontologi secara bahasa Yunani terdiri dari dua kata; on: being, dan logos;
Logic. Jadi ontology ialah The theory of being qua being atau teori tentang
keberadaan sebagai keberadaan. Sementara menurut istilah ontology ialah ilmu yang
membahas tentang hakikat yang ada, berbentuk jasmani/konkret maupun
rohani/abstrak.
Hal senada juga menurut sumber lain disebutkan bahwa ontologi itu
membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan
perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada” sangatlah penting
untuk diketahui secara utuh, bahwa ontology merupakan pembahasan dalam rangka
untuk mencari atau mendapatkan hakekat sesuatu. Sering orang mempertanyakan
kembali ‘sesuatu’ apa ? atau ‘sesuatu’ yang manakah ? yaitu sesuatu apa saja, baik
berbentuk benda materi atau non-materi atau sering disebut dengan istilah abstrak.
Hingga kemudian kita mendapatkan ‘hakekat’ dari sesuatu tersebut, seperti yang
dahulu pernah dilakukan oleh filosof Yunani bernama Thales. Thales berkesimpulan
setelah melewati perenungan tentang air, ia mengatakan bahwa air itu adalah
substansi terdalam atau asal dari segala sesuatu, karena dengan air itulah kehidupan
bisa berjalan dan kehidupan itu bisa berkembang.
Contoh sederhana lainnya kita dapat berikan dengan ‘biologi’ misalnya, secara
ontology atau hakekat dari ilmu biologi adalah ilmu tentang kehidupan tumbuhan,
binatang, alam, bahkan manusia. Dengan kata lain, secara ontologi atau hakekat dari
ilmu biologi merupakan ilmu tentang mahluk hidup seperti tetumbuhan dan lainnya,
baik yang berada di darat, laut, dan udara. Tanpa suatu kajian ontologi tentang suatu
hal, mustahil adanya suatu pembahasan yang mendalam dan melebar karena secara
akar pembahasan belum terungkap. Namun sebaliknya jika suatu kajian telah dikaji
secara ontologis maka serta merta akan mengungkap berbagai hal yang berkaitan
dengan kajian tersebut, sehingga akan muncul berbagai macam hal yang ada
hubungannya dengan akar kajian yang sedang dibahas. Seperti biologi dengan
berbagai hal yang menyangkut dunia tetumbuhan, binatang, baik yang ada di darat
dan air, bahkan manusia dengan apa ada di diri tubuh manusia, dan lain halnya yang
ada dalam kehidupannya.
Jadi dapat diketahui bahwa ontologi merupakan salah satu kajian utama dari
filsafat, yang membahas tentang hakikat sesuatu yang ingin diketahui dengan sebenar-
benarnya karena didalam pengkajian mengenai teori tentang “ada” sangatlah penting
untuk diketahui secara utuh.
B. Epistemologi
Jadi dapat diketahui bahwa epistemologi merupakan kajian kedua filsafat yang
menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode dan status sahnya pengetahuan,
selain itu epistemologi juga merupakan cara mendapat pengetahuan yang benar,
karena tanpa pengetahuan yang utuh tidak mungkin dapat memberikan jawaban
mengenai suatu pertanyaan yang hendak diketahui.
C. Aksologi
Secara bahasa aksiologi berasal dari perkataan Axios (bahasa Yunani) yang
berarti nilai, dan kata Logos yang berarti; teori, jadi aksiologi mengandung pengertian
; teori tentang nilai. Sementara secara umum aksiologi dapat diartikan sebagai teori
nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh
Dari berbagai capaian manusia yang telah didapat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, telah banyak memberikan daya manfaat dan daya guna bagi kehidupan
manusia selama ini. Namun demikian selama temuan yang dihasilkan oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi itu memberikan bermanfaat dan berguna tidaklah masalah,
tetapi pertanyaan selanjutnya adalah jika temuan teknologi itu berbentuk senjata dan
sejenisnya. Pada mulanya pembuatan senjata termasuk pembuatan bom ditujukan
untuk mempermudah kerja manusia dari berbagai kendala yang datangnya dari alam
atau lingkungan. Namun dalam perkembangannya ternyata temuan manusia tersebut
tidak lagi memberikan manfaat dan berguna tetapi justeru mendatangkan derita dan
kehancuran bagi kelangsungan hidup manusia lainnya. Oleh karena itu secara
aksiologi atau teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari suatu pengetahuan
yang didapat oleh manusia, dengan sendirinya dapat dikategorikan akan memberi
manfaat dan berguna ataukah sebaliknya.
Jadi dapat diketahui aksiologi merupakan kajian filsafat yang ketiga dalam
menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu yang mana aksiologi merupakan teori
nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh
Dari ketiga kajian filsafat dalam mengetahui hakikat ilmu yaitu ontologi,
epistemologi dan aksiologi sangat berkaitan karena ontology adalah suatu kajian yang
mengemukakan tentang hakikat sesuatu yang ingin diketahui sedangkan epistemologi
cara mendapatkan pengetahuan yang benar, karena epistemologi itu adalah teori
pengetahuan, tidak lain dan tidak bukan merupakan kelanjutan yang tak terpisahkan
dari ontologi seperti yang telah dijelaskan di atas. Tanpa pemahaman yang utuh
tentang ontologi dari ‘suatu hakekat’, mustahil kita akan dapat memahami dan
menjawab dari pertanyaan “apa” yang sedang kita cari jawabannya. Kemudian
aksiologi merupakan teori nilai mengenai pengetahuan yang diperoleh.
Materi Ke 7 Tentang Pengetahuan, Ilmu dan Teknologi
A. Pengertian Pengetahuan
1. Jenis Pengetahuan
a. Pengetahuan biasa. Yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan
istilah common sense atau nalar wajar; sesuatu yang masuk akal. Terkadang
disebut sebagai good sense pula yang berarti pengetahuan yang diterima
secara baik. Contohnya: semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena
itu memang merah, benda itu panas karena memang dirasakan panas dan
sebagainya. Terkadang terdapat beberapa pengetahuan biasa yang sebetulnya
kurang tepat hingga tidak benar, namun sudah diterima apa adanya oleh
masyarakat.
b. Pengetahuan ilmu. Merupakan ilmu sebagai terjemahan dari science yang
pada prinsipnya adalah usaha untuk mengorganisasikan,
mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari
pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari atau dugaan lain
yang belum dibuktikan. Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara
objektif (objective thinking), tujuannya untuk menggambarkan dan memberi
makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu,
Jadi dapat diketahui bahwa pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap
suatu objek melalui pancaindra yang dimilikin baik itu dari pembelajaran ataupun
pengalaman atas dasar kesadaran diri sendiri kemudian diproses melalui pemikiran
sehingga memperoleh suatu pengetahuan. Terdapat empat jenis pengetahuan yaitu:
pertama pengetahuan biasa merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui
penalaran yang wajar ataupun sesuatu yang masuk akal, kedua pengetahuan ilmu
yakni suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam
kehidupan sehari-hari atau dugaan lain, kemudian pengetahuan berdasarkan ilmu
haruslah dianalisa terlebih dahulu untuk mendapatkan suatu pengetahuan ilmu yang
benar dan dapat diterima oleh masyarakat. Ketiga pengetahuan filsafat yakni
pengetahuan yang diperoleh melalui pemikiran secara universal dalam mengkaji ilmu
sedalam-dalamnya agar memperoleh suatu kebenaran. Keempat yakni pengetahuan
agama yang diproleh dari Tuhan melalui Utusan-Nya yang bersifat mutlak, absolut
dan wajib dinyakini oleh para penganutnya.
B. Ilmu
Istilah ilmu berasal dari bahasa arab yaitu ‘alima yang memiliki arti
mengetahui atau perbuatan dengan tujuan untuk mengetahui segala sesuatu.
Sedangkan ilmu menurut bahasa latin yakni science memiliki makna pengetahuan,
mengetahui atau memahami
Sedangkan menurut (The Liang Gie, 1990) Ilmu adalah rangkaian aktivitas
manusia yang rasional dan kognitif dengan metode berupa aneka prosedur dan
susunan langkah sehingga akan menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis
mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan atau keorangan untuk tujuan
mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman dan memberikan penjelasan atau
melakukan penerapan. Jadi dapat diketahui bahwa ilmu adalah serangkaian proses
kegiatan yang dilakukan secara sistematis menurut metode-metode yang teah
ditentukan sehingga menghasilkan kumpulan-kumpulan pengetahuan yang benar.
C. Teknologi
Ridhlo Fahruddin (2013). Teknologi juga merupakan suatu tubuh dari ilmu
pengetahuan dan rekayasa yang dapat diaplikasikan pada perancangan produk, proses,
dan penelitian untuk mendapatkan pengetahuan baru (Simarmata, 2012:3). Teknologi
telah dikenal manusia sejak jutaan tahun yang lalu karena dorongan untuk hidup yang
lebih nyaman, lebih makmur, dan lebih sejahtera, meskipun istilah teknologi belum
dikenal. Kemajuan teknologi merupakan suatu hal yang tidak bisa kita hindari dalam
kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan. Teknologi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan
manusia, memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan
aktivitas manusia. Saat ini masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang
merupakan dampak dari inovasi-inovasi teknologi yang telah dihasilkan.
Jadi, metode penelitian merupakan cara ilmiah yang dilakukan sesorang untuk
memperoleh data tertentu untuk kegunaan tertentu pula, biasanya digunakan dalam
proses penelitian, sehingga nantinya hasil dari penelitian akan menghasilkan sebuah
pengetahuan yang baru yang dapat dideskripsikan, dibuktikan secara nyata serta dapat
dikembangkan menjadi pengetahuan yang lebih luas.
B. Karya Ilmiah
karya Tulis Ilmiah (KTI) Karya tulis ilmiah adalah karangan yang
memaparkan pendapat, hasil pengamatan, tinjauan, dan penelitian dalam bidang
tertentu yang disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan,
bersantun bahasa, dan isi yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.
Sedangkan menurut Suriasumantri (1995) dalam Finoza (2010), karya tulis ilmiah
adalah tulisan yang memuat argumentasi penalaran keilmuan serta dikomunikasikan
lewat bahasa tulisan yang baku dengan sistematis-metodis dan sintesis analitis.
Sedangkan Menurut Eko Susilo (1995) karya ilmiah adalah salah satu karangan atau
tulisan yang didapat sesuai sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan,
pemantauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu serta
sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya atau keilmiahannya.
Jadi dapat simpulkan bahwa karya ilmiah merupakan sebuah karangan yang
berdasarkan hasil pengamatan, tinjauan dan penelitian dalam bidang tertentu yang
disusun secara sistematis, bahasa yang baku, serta isi didalamnya merupakan
kebenaran atau keilmiahan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Berikut ini jenis-jenis karya ilmiah:
1. Pengertian Skripsi
Widharyanto (dalam Herlina, 2008) menyatakan bahwa skripsi adalah karya
ilmiah dalam suatu bidang studi yang dibuat oleh para mahasiswa strata satu pada
masa akhir studinya sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program studi. Studi
yang dibuat harus berdasarkan pada suatu penelitian ilmiah, baik penelitian lapangan,
penelitian perpustakaan, atau penelitian pengembangan.
Sedangkan menurut Hariwijaya dan Djaelani (dalam Hayati, 2008) skripsi adalah
tulisan ilmiah yang dibuat sebagai syarat seorang mahasiswa menyelesaikan studi
program sarjananya. Skripsi ini sebagai bukti kemampuan akademik seorang
mahasiswa dalam penelitian. Skripsi menjadi syarat kelulusan di perguruan tinggi,
yang diwajibkan bagi mahasiswa S1 dengan tujuan agar mahasiswa dapat
mengungkapkan pikirannya secara sistematik.
https://www.e-jurnal.com/2013/10/pengertian-skripsi.html. Diakses pada tanggal 23
oktober 2021, pukul 22:47 WIB
Berdasarkan uraian diatas dapat dapat disimpulkan bahwa skripsi adalah suatu
karya ilmiah sebagai tugas akhir mahasiswa S-1 dalam menempuh pendidikan dan
menjadi syarat untuk mendapatkan gelar starata-1, kemudian dalam penelitian karya
ilmiah skripsi ini mahasiswa akan dibimbing oleh dosen senior sesuai dengan
bidangnya dalam menyelesaikan penelitian skripsi tersebut.
2. Pengertian Tesis
(Siti Kholipah dan Heni Subargihati, 2018:31) Tesis merupakan karya ilmiah
akhir oleh seorang mahasiswa dalam menyelesaikan Program Magister (S2). Tesis
merupakan bukti kemampuan seorang mahasiswa (S2) dalam penelitian dan
pengembangan ilmu pada salah satu bidang ilmu pendidikan, kemudian tingkat
pembahasan tesis lebih mendalam dari pada karya ilmiah skripsi. Pernyataan-
pernyataan dan teori didalam tesis didukung oleh argument yang lebih kuat jika
dibandingkan dengan skripsi. Tesis ditulis dengan bimbingan seorang dosen senior
yang bertanggung jawab dalam bidang tertentu.
Tesis berasa dari kata “Thesis” yang berarti pernyataan atau kesimpulan teoritis
dijunjung oleh argumentasi ilmiah dan referensi-referensi yang diakusi secara ilmiah.
Penulisan tesis bersandar pada metodologi: Metodologi penulisan dan metodologi
penelitian. Standarnya digantung pada institusi, terutama pembimbing. Dengan
bantuan pembimbng mahasiswa (merencanakan) sebuh masalah untuk
diteliti, ,melaksanakan penelitian dengan cara menggunakan instrument,
mengumpulkan data, menganalisis, sampai mengambil kesimpulan dan rekomendasi.
Dalam penulisannya pun dituntut dengan menggunakan istilah tesis: dari istilah
sampai table, dari abstrak sampai bibliografi. Artinya, kemampuan sekalipun dipandu
dosen pembimbing menjadi hal sangat mendasar. Pada dasarnya tesis sama dengan
skripsi akan tetapi tesis lebih dalam, tajam da dilakukan secara mandiri. Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa tesis merupakan karya ilmiah akhir bagi mahasiswa
program megister dalam menyelesaikan pendidikan untuk mendapatkan gelar starata-
2. Dalam penulisan tesis mahasiswa akan dibimbing oleh dosen senior sesuai dengan
bidangnya agar dalam penulisan dilakukan secara sempurna. tesis dan skripsi hamper
sama akan tetapi pembahasan serta pengkajian dalam penelitian karya ilmiah tesis
lebih mendalam daripada skripsi.
3. Pengertian Disertasi
Disertasi adalah suatu karya tulis ilmiah berupa hasil dari penelitian yang
dilakukan oleh mahasiswa S3 sebagai salah satu syarat memperoleh gelar doktor.
Karya ilmiah tersebut digunakan untuk mengevaluasi kemampuan mahasiswa dalam
mengidentifikasi, memecahkan masalah secara ilmiah serta memberikan kebaruan
ilmu (novelty) dalam melakukan penelitian. https://penelitianilmiah.com/pengertian-
desertasi/.diakses pada tangga 24 oktober 2021, pukuk 11:37 WIB
Disertasi adalah suatu karya ilmiah yang dijadikan sebagai bukti terkait dengan
kemampuan akademik mahasiswa dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan
temuan baru pada suatu disiplin ilmu sesuai dengan bidang keilmuannya, disusun dan
dipertahankan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program doktor (S3) atau
memperoleh derajat doktor.
a. Materialisme
Suatu pandangan metafisik yang menganggap bahwa tidak ada hal yang nyata
selain materi. Bahkan pikiran dan kesadaran hanyalah penjelmaan dati materi dan
dapat dikembalikan pada unsur-unsur fisik. Materi adalah sesuatu hal yang
kelihatan, dapat diraba, berbentuk, menempati mango Hal-hal yang bersifat
kerohanian seperti fikiran, jiwa, keyakinan, rasa sedih dan rasa senang, hanyalah
ungkapan proses kebendaan.
b. Spiritualisme
Suatu pandangan metafisika yang menganggap bahwa kenyataan yang
terdalam adalah roh (Pneuma, Nous, Reason, Logos) yaitu roh yang mengisi dan
mendasari seluruh alam.
Aliran metafisika yang melihat dari segi kuantitas meliputi :
c. Monisme
Aliran yang menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan fundamental.
Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa, materi, Tuhan atau substansi lainnya tidak
dapat diketahui. Monisme ini berasal dari kata monas - adis, padanan kata dari
monade yang artinya kesatuan (Prent, 1969: 544)
d. Dualisme
Aliran yang menganggap adanya dua substansi yang masing-masing berdiri
sendiri. Tokoh-tokoh yang termasuk aliran ini adalah Plato (428-348 SM),
Immanuel Kant, Descartes.
e. Pluralisme
Aliran yang tidak mengakui adanya satu substansi atau dua substansi
melainkan banyak substansi. Dagobert D. Runes (1979: 221) menyatakan bahwa
pluralisme merupakan suatu teoti yang menganggap bahwa kenyataan itu tidak
terdiri dari satu substansi. Teoti-teori yang dapat dimasukkan dalam pluralisme
diantaranya teori para filsuf Yunani Kuno yang menganggap kenyataan terdiri dari
udara, tanah, api dan air, dalam upaya mencari Arkhe atau asalusul alam semesta
tingkatan monade dalam filsafat Leibniz; pandangan Herbart tentang banyak
benda dalam dirinya sendiri teori pragmatisme William James tentang "yang
banyak yang dapat diker
Berdasarkan uraian dari kelima aliran metafisika diatas yang mana dari
kelima aliran ini dibagi menjadi dua, yaitu aliran metafisika yang memandang dari
segi kualitas (Materialisme dan Spiritualisme) dan aliran metafisika yang
memandang dari segi kuantitas (Monisme, Dualisme dan pluralism) kelima aliran
ini memiliki pandangan yang berbeda-beda pada aliran materialism memandang
bahwa tidak ada keberadaan itu selain materi yaitu sesuatu yang dapat dilihat dan
diraba. Sedangkan spiritualisme memandang bahwa kenyataan itu adalah roh yang
mendasari seluruh alam, selanjutnya aliran Monisme yakin bahwa hanya satu
kenyataan yang fundamental yaitu jiwa materi dan Tuhan, kemudian aliran
Dualisme memandang bahwa ada dua substansi yang masing-maisng berdiri
sendiri, seorang tokoh yang beranama Plato pada aliran ini membedakan dua
subtansi tersebut dengan dua dunia yaitu dunia indera dan dunia ide maksudnya
segala sesuatu yang berubah itu dikenal melalui pengamatan sedangkan sesuatu
benda yang tidak berubah itu dikenal oleh akal.
B. Logika
1. Pengertian Logika
Menurut Poedjawijatana, logika adalah “filsafat berpikir”. Yang berpikir itu
manusia dan berpikir itu merupakan tindakan manusia. Tindakan ini mempunyai
tujuan, yaitu untuk tahu (Poedjawijatana, 1992: 9). Menurut K. Bertens dalam
Suraijaya mengatakan bahwa Logika adalah ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya
pemikiran kita (Suraijaya, 2005: 23). Dalam buku Logic and Language of
Education, Logika disebut sebagai penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-
metode berpikir (George. Kneller: 1996: 13).
Logika merupakan bagian dari filsafat yang memperbicangkan hakikat
ketepatan, cara meyusun pikiran yang dapat menggambarkan ketepatan
pengetahuan. Logika tidak mempersoalkan kebenaran sesuatu yang dipikirkan
tetapi membatasi diri pada ketetapan susunan berpikir menyangkut pengetahuan.
Jadi, Logika mempersyaratkan kebenaran, bukan wacana kebenarannya. Dan
bidang perhatian dan tugas logika adalah menyelidiki penalaran yang tepat, lurus,
dan semestinya sehingga dapat dibedakan dari penalaran yang tidak tepat.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa logika merupakan filsafat
berpikir. Berpikir itu dilakukan oleh manusia dengan tujuan tertentu yaitu untuk
mengetahui suatu hal yang ingin diketahui, logika juga sebagai penyelidik tentang
dasar-dasar dan metode-metode berpikir sehingga menghasilkan sebuah
pengetahuan yang benar. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek.
Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan atau sasaran dari penelitian atau
pembentukan pengetahuan. Dilihat dari segi objeknya, objek logika ada dua yaitu
objek material (Mantiq Al-Maddi) dan objek formal (Mantiq As-Suwari). Objek
material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan, yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu.
Sedangkan objek formal adalah sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari
penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau dari sudut pandang apa objek
materia itu disoroti (Surajiyo, 1005: 11). Jadi, objek logika adalah suatu bahan
yang dijadikan sebagai pembentukkan pengetahuan yang diselidiki dan dipandang
oleh suatu didisiplin ilmu berdasarkan sudut pandangnya.
2. Pembagian logika
a. Logika dilihat dari jenisnya
Dalam jenisnya, logika terbagi menjadi dua macam, yaitu logika formal
dan logika material. Mungkin sama dalam pembagian pada objek logika,
namun terdapat perbedaan dalam pengertiannya.
1) Logika Formal, logika yang mempelajari azas-azas, aturan-aturan atau
hukum-hukum berpikir yang harus ditaati agar orang dapat berpikir
dengan benar dan mencapai kebenaran.
2) Logika Material, logika yang mempelajari langsung pekerjaan akal serta
menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan-
kenyataan praktis yang sesungguhnya (Hasbulllah Bakry, 1970: 17).
b. Logika dilihat dari metodenya
Dalam pembagian ini didasarkan pada pola berpikir ilmiah manusia yaitu
berpikir logika tradisional dan berpikir logika modern.
1) Logika Tradisional (al-mantiq al-qadim), logika Aristoteles yang bersifat
deduktif, artinya berpikir dari keputusan yang bersifat umum untuk
mendapatkan kesimpulan yang bersifat khusus.
2) Logika Modern (al-mantiq al-hadis), logika yang bersifat induksi, artinya
berpikir dari berangkat dari peristiwa yang bersifat khusus untuk
mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
c. Logika dilihat dari kualitasnya
Bila dilihat dari aspek kualitas kemampuan orang berpikir, maka logika itu
dapat dikelompokkan menjadi dua tingkatan, yaitu logika naturalis dan logika
artifisialis atau logika ilmiah.
1) Logika Naturalis (al-mantiq al-fitri), logika yang berdasarkan kemampuan
akal pikiran bawaan manusia sejak lahir. Akal manusia yang normal dapat
berkerja secara spontan sesuai dengan hukum-hukum logika dasar.
Bagaimanapun rendahnya intelegensi seseorang, ia pasti dapat
membedakan sesuatu itu adalah berbeda dengan sesuatu lain, dan bahwa
dua kenyataan yang bertentangan tidaklah sama. Kemampuan berlogika
naturalis pad tiap-tiap orang berbeda-beda tergantung dari tingkatan
pengetahuannya.
2) Logika Artifisialis atau Ilmiah (al-mantiq al-shuri), logika yang bertugas
membantu al-mantiq al-fitri dan mengatasi kenyataan yang tidak dapat
ditanggulangi al-mantiq al-fitri guna menyusun hukum, patokan dan rumus
berpikir lurus. Logika ini memperluas, memperhalus, mempertajam serta
menunjukkan jalan pemikiran agar akal dapat bekerja lebih teliti, efisien,
mudah dan aman. Logika ini yang menjadi pembahasan logika sekarang
ini (Mundiri, 1993:13-14).
Berdasarkan pembagian logika diatas terdapat beberapa jenis yang
telah menguraikan penjelasan mengenasi jenis-jenis logika berdasarkan sudut
pandang, yang mana dapat diketahui dari semua jenis logika menjelaskan
bahwa logika adalah suatu kegiatan cara berpikir untuk mengetahui suatu
kebenaran melalui kemampuan-kemampuan berpikir seseorang tersebut.
Materi Ke 12 Tentang Alam Gaib dan Kemampuan Rasional
A. Alam Gaib
1. Pengertian Alam Gaib
Menurut Hamnuddin (2015) alam gaib adalah alam yang berada di luar
dimensi akal manusia. Alam gaib tidak dapat diamati dengan alat indera manusia.
Alam gaib diyakini sebagai suatu keberadaan oleh beberapa aliran filsafat, seperti:
aliran idealisme dan aliran animisme. Salam (2012) menjelaskan bahwa
pembahasan alam gaib termasuk dalam kajian filsafat metafisika. Metafisika
adalah bidang filsafat yang terkait dengan keberadaan dan hal-hal yang berada di
balik alam dunia nyata.
Malik (2016) menjelaskan bahwa pembahasan tentang alam gaib mencakup
tentang alam sebelum manusia dilahirkan sampai alam tempat manusia setelah
mengalami kematian. Alam sebelum manusia dilahirkan itu disebut dengan alam
rahim atau kandungan. Alam kandungan adalah alam tempat manusia sebelum
dilahirkan. Pada awal masa kandungan, roh belum ada dalam kandungan. Roh
mulai ditiupkan Tuhan ketika umur kandungan 120 hari atau sekitar tiga bulan.
Pembahasan mengenai roh manusia juga dibahas setelah manusia meninggal
dunia. Meninggal dunia artinya berpisahnya roh dari tubuh manusia. Setelah
berpisahnya roh ini, manusia akan berada pada alam selanjutnya. Alam
selanjutnya ini adalah alam akhirat. Alam kandungan dan alam akhirat ini adalah
alam gaib. Alam gaib tidak hanya meliputi alam kandungan dan alam akhirat saja.
Ketika manusia hidup di dunia ini, ada dua dimensi alam, yaitu alam nyata dan
alam gaib. Alam gaib adalah alam yang tidak dapat diamati manusia dengan lima
panca inderanya.
Berdasarkan uraian tentang pengertian alam gaib menurut para ahli diatas
dapat diketahui bahwa alam gaib adalah salah satu bahasan atau kajian dalam filsafat
metafisika yang mengkaji keberadaan atau sesuatu dibalik alam dunia nyata,
kemudian yang dikatakan alam gaib adalah alam dimana manusia belum dilahirkan
didunia dan manusia itu telah meninggal dunia, alam gaib ini juga alam yang tidak
dapat diamati oleh panca indra akan tetapi kita sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa harus menyakini alam gaib ini.
Menurut Jerome (2004) ada beberapa pembahasan alam gaib, yaitu:
a. Mistik
Mistik adalah konsep aliran mistisisme yang artinya rahasia. Pada dasarnya
mistik juga merujuk pada alam gaib. Menurut beberapa filsuf dan ahli tasawuf,
mistik juga dapat diartikan “gaib‟. Mistik adalah hal-hal yang berada di luar
jangkauan akal manusia dan keberadaannya di balik alam dunia nyata.
b. Supranatural
Supranatural adalah hukum yang berada di luar alam nyata manusia.
Supranatural sering dikaitkan dengan kekuatan atau energi yang tidak dapat
dibuktikan secara empiris oleh ilmu fisika. Supranatural juga dapat diartikan
sebagai sebuah kejadian atau kegiatan yang berhubungan dengan alam beserta
isinya serta melampaui daya nalar manusia pada umumnya, melawan kejadian
sehari hari dan membuat seseorang tidak bisa berpikir secara normal saja. Hal hal
tersebut berhubungan dengan energi baik dan jahat, mahluk gaib, ilmu serta
kegiatan yang diluar nalar manusia dan kejadian alam sehari hari. Kajian
supranatural bertujuan untuk ilmu gaib, mengenal mahluk gaib serta hal seputar
kegaiban itu sendiri, seperti: kebal, ilmu prewangan, teluh, pengasihan
c. Paranormal
Paranormal adalah sebutan bagi orang-orang yang dapat mengetahui
keberadaan alam gaib dan dapat merasakan alam gaib ini. Paranormal disebutkan
3 memiliki satu keenam, selain indera yang dimiliki manusia secara umum.
Paranormal dapat berinteraksi dengan makhluk alam gaib. Paranormal juga
mempelajari ilmu supranatural untuk mengasah kemampuannya berinteraksi
dengan alam gaib.
d. Makhluk gaib
Makhluk gaib adalah makhluk yang tidak dapat diamati oleh alat indera
manusia. Makhluk gaib sering juga disebut dengan makhluk halus, makhluk
astral, dan makhluk tidak kasat mata. Orang yang dapat mengamati makhluk gaib
ini adalah orang-orang yang mempelajari ilmu supranatural. Contoh makhluk gaib
adalah Malaikat dan Jin
keempat pembahasan didalam alam gaib ini menjelaskan bahwa alam gaib dapat
dilihat serta manusia memiliki kemampuan mengaplikasikan ilmu-ilmu alam gaib
tersebut pada dirinya seperti para normal, mereka dapat berinteraksi dengan makhluk
gaib, ilmu kebal dan ilmu-ilmu gaib lainnya, kejadian-kejadian alam gaib tersebut terjadi
hingga melampaui nalar manusia.
B. Kemampuan Rasional
Menurut Bagus (2002) rasio berasal dari kata bahasa Inggris, yaitu reason.
Kata ini berakar dari kata bahasa Latin “ratio” yang berarti hubungan, pikiran. Kata
rasional mengandung arti sifat, yang berarti masuk akal, menurut pikiran dan
pertimbangan yang logis, menurut pikiran yang sehat, cocok dengan akal. kata
rasionalisasi mengandung makna proses, cara membuat sesuatu dengan akal budi atau
menjadi masuk akal. dan rasionalisme mengandung pengertian paham.
Menurut Susanto (2011) rasionalisme adalah prinsip bahwa akal harus diberi
peranan utama dalam menjelaskan sesuatu. Secara umum kata rasionalisme menunjuk
pada pendekatan filosofis yang menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama
pengetahuan. Paham Rasionalisme ini beranggapan bahwa sumber pengetahuan
manusia adalah rasio. Jadi dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan yang
dimiliki oleh manusia harus dimulai dari rasio. Tanpa rasio maka mustahil manusia
itu dapat memperolah ilmu pengetahuan. Rasio itu adalah berpikir, maka berpikir
inilah yang kemudian membentuk pengetahuan, dan manusia yang berpikirlah yang
akan memperoleh pengetahuan.
Berdasarkan uraian diatas tentang kemampuan rasional dapat diketahui bahwa
sumber utama pengetahuan manusia itu adalah rasio (berpikir) jika Semakin banyak
manusia itu berpikir maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat.
Berdasarkan pengetahuan lah manusia berbuat dan menentukan tindakannya,
sehingga nantinya ada perbedaan prilaku, perbuatan, dan tindakan manusia sesuai
dengan perbedaan pengetahuan yang didapat. Namun demikian, rasio juga tidak bisa
berdiri sendiri. Ia juga butuh dunia nyata. Sehingga proses pemerolehan pengetahuan
ini ialah rasio yang bersentuhan dengan dunia nyata di dalam berbagai pengalaman
empirisnya. Maka dengan demikian, kualitas pengetahuan manusia ditentukan
seberapa banyak rasionya bekerja, semakin sering rasio bekerja dan bersentuhan
dengan realitas sekitar maka semakin dekat pula manusia itu kepada kesempunaan.
Materi Ke 13 Tentang Filsafat Ilmu Pendidikan dam Alirannya
d. Aliran Progresivisme
Progresivisme secara bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang
menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Dalam konteks filsafat
pendidikan, progresivisme merupakan suatu aliran yang menekankan bahwa
pendidikan bukanlah sekedar upaya pemberian sekumpulan pengetahuan
kepada subjek didik, tetapi hendaklah berisi ragam aktivitas yang mengarah
pada pelatihan kemampuan berpikir mereka secara menyeluruh, sehingga
mereka dapat berpikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti
penyediaan ragam data empiris dan informasi teoritis, memberikan analisis,
pertimbangan, dan pembuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang
paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang tengah dihadapi.
Dengan pemilikan kemampuan berpikir yang baik, subjek-subjek didik
akan terampil membuat keputusan-keputusan terbaik pula untuk dirinya dan
masyarakatnya serta dengan mudah pula dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Menurut Redja Mudyaharjo, Progresivisme adalah gerakan pendidikan
yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan disekolah berpusat pada
anak (child centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang
berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered).
e. Aliran Perenialisme
Perenialisme memandang bahwa akibat dari kehidupan di zaman modern
telah menimbulkan berbagai macam krisis diberbagai bidang kehidupan umat
manusia. Untuk mengatasi krisis perenialisme memberikan sebuah jalan
keluar berupa “ kembali kepada kebudayaan masa lampau”. Perenialisme ini
mengambil jalan regresif dikarenakan memiliki pandangan bahasanya tidak
ada jalan lain kecuali dengan kembali kepada prinsip umum yang telah
menjadi dasar tingkah laku dan perbuatan zaman Yunani Kuno dan abad
pertengahan. Yang dimaksud dengan ini adalah kepercayaan aksiomatis
mengenai pengetahuan, realitas dan nilai-nilai zaman tersebut (Muttaqin,
2016). Perenialisme merupakan filsafat yang susunan bangunan ilmunya
merupakan satu kesatuan. Oleh karenaa itu premis-premis yang disusun
merupakan hasil pikiran yang memberi kemungkinan agi seseorang untuk
bersikap tegas dan jujur. Dengan demikian perenialisme ini tidak sepaham
dengan prinsip-prinsip yang evolusionitis dan naturalistis (Budiwibowo, 2004)
Perenialisme sebagai salah satu aliran filsafat pendidikan yang mendasari
dirinya pada kenyakinan bahwa pengetahuan sejatinya yang didapat melalui
ruang dan waktu mestilah membentuk dasar pendidikan seseorang. Oleh sebab
itu tugas pendidikan itu mengajar, termasuk mengajar pengetahuan yang mana
pengetahuan termasuk kebenaran. Kebenaran tersebut dimana-mana sama,
sedemikian rupa menjadikan pendidikan itu dimanapun mesti sama.
Sedangkan peserta didik sebagai individu yang dipandang oleh kelompok
adalah makhluk rasional dan spiritual. Pendidikan menurut oleh kelompok
bukanlah semacam imitasi kehidupan, tetapi tidak lain adalah suatu upaya
mempersiapkan kehidupan. Berdasarkan penjelasan diatas, aliran Perenialisme
adalah aliran yang menyakini bahwa pengetahuan hanya dapat didapatkan
melalui proses pendidikan (ruang dan waktu). Karena dalam proses
pendidikan, tenaga pendidik akan mengajarkan pengetahuan, dan peserta didik
sebagai makhluk rasional dan spiritual dapat menguji kebenaran daripada
pengetahuan tersebut.
Materi Ke 14 Tentang Filsafat Moral (etika) dan Filsafat Estetika
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa etika merupakan bagian dari
moral karena arti etika dan moral memiliki arti yang sama, akan tetepi terdapat sedikit
perbedaan dari pengertian etika dan moral ini, yang mana etika memiliki pengertian
tentang mempelajari perilaku baik dan buruk manusia sedangkan moral memiliki
pengertian tentang nilai baik dan buruk perbuatan manusia itu, serta perlu dibapahami
bahwa etika dan moral ini merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang
tingkah laku manusia.
2. Etika Sebagai Cabang Filsafat
Poedjawijatna (1996: 39) mengemukakan bahwa etika merupakan cabang
filsafat. Etika mencari kebenaran dan sebagai cabang filsafat ia mencari
keterangan (benar) yang sedalam-dalamnya. Sebagai tugas tertentu bagi etika, ia
mencari ukuran baik buruknya bagi tingkah laku manusia, etika hendak mencari
tindakan manusia manakah yang baik. Menurut Von Magnis (dalam Subair, 1990:
9-11) mengemukakan bahwa hidup kita seakan-akan terentang dalam suatu
jaringan norma yang berupa ketentuan, kewajiban, larangan, dan sebagainya.
Jaringan itu seolah-olah membelenggu kita, mencegah kita bertindak dari sesuatu
dengan segala keinginan, mengikat kita untuk melakukan sesuatu yang sebetulnya
kita benci. Maka timbullah pertanyaan: Dengan hak apa orang mengharapkan kita
tunduk terhadap norma itu?, dan bagaimana dapat menilai norma itu?.Tugas etika
mencari jawaban atas pertanyaan itu, etika merupakan penyelidikan filsafat
tentang bidang moral, yaitu mengenai kewajiban manusia serta tentang yang baik
dan yang buruk, sehingga etika didefinikan sebagai filsafat bidang moral.
Dikatakan etika sebagai cabang filsafat dibidang moral karena etika
merupakan sebuah kajian yang mencari kebenaran sedalam-dalamnya mengenai
perilaku manusia, karena tugas etika itu menilai perilaku baik dan buruknya
perilaku manusia. Dapat diketahui bahwa manusia merupakan makhluk sosial
yang hidup dalam kalangan masyarakat dengan norma-norma yang berlaku, akan
tetapi sebagai makhluk sosial tentu akan adanya suatu norma yang tidak sesuai
seperti yang diinginkan sehingga individu itu enggan dalam mengikuti aturan
norma yang berlaku, disini sifat dasar etika adalah sifat kritis, etika bertugas untuk
mempersoalkan norma yang dianggap berlaku, karena dianggap ada aturan-aturan
norma yang tidak sesuai sehingga tidak dapat mempertahankan atau bertanggung
jawab atas aturan-aturan yang ada. Sehingga hilanglah hak dan pertanggung
jawaban norma itu sendiri.
3. Aliran-Aliran dalam Filsafat Moral (Etika)
Menurut Mokh. Sya’roni (2014) terdapat 3 aliran etika yaitu:
a. Hedonisme
Hedonisme bertolak dari pendirian bahwa menurut kodratnya manusia
mengusahakan kenikmatan, yang dalam bahasa Yunani disebut “hedone”; dari
kata inilah timbul istilah “hedonisme”. Secara negatif usaha ini terungkap
dalam sikap menghindari rasa sakit, dan secara positif terungkap dalam sikap
mengejar apa saja yang dapat menimbulkan rasa nikmat.
Aliran Hedonisme ini memandang bahwa manusia yang berbuat dan
mengusahakan kenikmatan dalam kehidupannya maka ia akan memperoleh
sebuah kebaikan serta ini akan menjadi penghargaan bagi dirinya, begitu juga
sebaliknya jika manusia itu tidak berusaha dalam memperoleh kenimatakan
maka ia akan mendapatkan rasa sakit ataupun perbuatan buruk dalam
kehidupannya.
b. Aliran Utilisme
Aliran dijabarkan dari kata Latin “utilis”, yang berarti bermanfaat.
Utilisme mengatakan bahwa ciri pengenal kesusilaan ialah manfaat suatu
perbuatan. Suatu perbuatan dikatakan baik, jika membawa manfaat, dikatakan
buruk, jika menimbulkan mudarat.
Dalam aliran ini memandang bahwa suatu perbuatan itu dikatakan baik
jika bermanfaat bagi dirinya dan orang lain sedangkan perbuatan buruk itu
adalah suatu perbuatan yang hanya menimbulkan mudarat ataupun kerugian
bagi orang banyak
c. Aliran Deontology
Aliran deontologis melihat bahwa kerangka tindakan/perilaku manusia
dilihat sebagai kewajiban. Kata deon berasal dari Yunani yang artinya
kewajiban. Sudah jelas kelihatan bahwa teori deontologi menekankan pada
pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan akan baik jika didasari atas
pelaksanaan kewajiban, jadi selama melakukan kewajiban berarti sudah
melakukan kebaikan.
B. Filfata Estetika
1. Pengertian Estetika
Estetika dari kata Yunani Aesthesis atau pengamatan adalah cabang filsafat
yang berbicara tentang keindahan. Objek dari estetika adalah pengamalan akan
keindahan. Dalam estetika yang dicari adalah hakikat dari keindahan, bentuk-
bentuk pengalaman keindahan (seperti keindahan jasmani dan keindahan rohani,
keindahan alam dan keindahan seni), diselidiki emosi manusia sebagai reaksi
terhadap yang indah, agung, tragis, bagus, mengharukan, dan sebagainya
(Surajino, 2014: 101). Menurut Semiawan, dkk (2005), menjelaskan estetika
sebagai “the study of nature of beauty in the fine art”, mempelajari tentang
hakikat keindahan didalam seni. Estetika merupakan cabang filsafat yang
mengkaji tentang hakikat indah dan buruk.
Filsafat Estetika ini merupakan cabang dari filsafat juga, yang membahas
tentang keindahan, menurut filsafat estetika objek dari keindahan itu berasal dari
pengalaman akan keindahan dan bagaimana bentuk-bentuk pengalaman keindahan
tersebut seperti keindahan jasmani dan keindahan rohani, seni dan alam hal inilah
yang dibahas serta dikaji didalam filsafat estetika.
a. Teori Estetika
1) Teori subyektif, obyektif pada sebuah nilai keindahan
Para filsuf itu disebut obyective aestheticians (ahli-ahli estetik
obyektif). Teori subyektif didukung antara lain : Henry Home, Earl of
Shaftesbury dan Edmund Burke. Filsufnya disebut subyective
aestheticians (ahli-ahli estetik subyektif). Teori obyektif berpendapat
keindahan atau ciri-ciri yang menciptakan nilai estetis ialah sifat
(kwalitas) yang memang telah melekat pada benda indah yang
bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Pengamatan
seseorang hanyalah menemukan atau menyingkapkan sifat-sifat indah
yang sudah ada pada sesuatu benda dan sama sekali tidak berpengaruh
untuk mengubahnya
Pada teori subyektif dan obyektif dalam sebuah nilai keindahan adalah
dikatakan sebuah nilai keindahan itu didukung oleh beberapa para ahli,
kemudian subyek pada sebuah nilai keindahan itu memandang bahwa nilai
ataupun ciri-ciri keindahan itu sesungguhnya tidak ada melainkan si
pengamatlah yang membeirkan tanggapan dan penilian atas suatu benda
itu. Sedangakan obyetif berdasarkan teori ini mengatakan bahwa nilai
ataupun sifat keindahan suatu benda ataupun sebuah pengalaman itu
memang sudah ada pada benda dan sesuatu tersebut hanya saja individu
yang mengamati suatu obyek keindahan itu mengambangkan dan
memperjelasakn keindahan yang sudah ada itu.
2) Teori Perimbangan Nilai Keindahan
Teori perimbangan tentang keindahan oleh Wladylaw Tatarkiewicz
disebut Teori Agung tentang keindahan (The Great Theory of Beauty) atau
dapat juga teori agung mengenai estetik Eropa. Teori Agung tentang
keindahan menjelaskan bahwa, keindahan terdiri dari perimbangan dari
bagian-bagian, atau lebih tepat lagi terdiri dari ukuran, persamaan dan
jumlah dari bagian-bagian serta hubunganhubungannya satu sama lain.
Contoh ; Arsitektur orang-orang Yunani. Keindahan dari sebuah atap
tercipta dari ukuran, jumlah dan susunan dari pilar-pilar yang menyangga
atap itu. Pilar-pilar itu mempunyai perimbangan tertentu yang tepat dalam
pelbagai dimensinya.
Didalam teori peirmbangan nilai keindahan ini memandang bahwa
keindahan itu dapat dinilai dari ukuran, persamaan serta bagian-bagian
yang ada pada benda tersebut, seperti yang telah dicontohkan diatas disini
dapat kita pahami bahwa nilai keindahan sebuah atap itu berdasarkan
ukuran dan jumlah serta susunan dari pilar-pilarnya, sehingga semakin
besar ukuran atap dan semakin banyak corak dengan desain yang dibuat
maka semakin tinggi nilai keindahan pada benda (atap) tersebut.
3) Teori Bentuk Estetis.
DeWitt H. Parker memeras ciri-ciri umum dari bentuk estetis menjadi
enam asas, yaitu:
a) Azas kesatuan utuh. Asas ini berarti bahwa setiap unsur dalam sesuatu
karya seni adalah perlu bagi nilai karya itu dan karya tersebut tidak
memuat unsur-unsur yang tidak perlu dan sebaliknya mengandung
semua yang diperlukan. Nilai dari suatu karya sebagai keseluruhan
tergantung pada hubungan timbal balik dari unsurunsurnya, yakni
setiap unsur memerlukan, menanggapi dan menuntut setiap unsur
lainnya.
b) Azas tema. Dalam setiap karya seni tedapat satu (atau beberapa) ide
induk atau peranan yang unggul berupa apa saja (bentuk, warna, pola
irama, tokoh atau makna) yang menjadi titik pemusatan dari nilai
keseluruhan karya itu. Ini menjadi kunci bagi penghargaan dan
pemahaman orang terhadap karya seni itu.
c) Azas variasi menurut tema. Tema dari sesuatu karya seni harus
disempurna-kan dan diperbagus dengan terus-menerus
mengumandangkannya. Agar tidak menimbulkan kebosanan
pengungkapan tema yang harus tetap sama itu perlu dilakukan dalam
pelbagai variasi.
d) Azas keseimbangan. Keseimbangan adalah kesamaan dari unsur-unsur
yang berlawanan atau bertentangan. Dalam karya seni walaupun unsur-
unsurnya tampaknya bertentangan tapi se-sungguhnya saling
memerlukan karena bersama-sama mereka menciptakan suatu
kebulatan. Unsur-unsur yang saling berlawanan itu tidak perlu hal yang
sama karena ini lalu menjadi kesetangkupan, melainkan yang utama
ialah kesamaan dalam nilai. Dengan kesamaan dari nilai-nilai yang
saling bertentangan terdapatlah keseimbangan secara estetis.
e) Azas perkembangan. Dengan asas ini dimaksudkan oleh Parker
kesatuan dari proses yang bagian-bagian awalnya menentukan bagian-
bagian selanjutnya dan bersama-sama menciptakan suatu makna yang
menyeluruh. Jadi misalnya dalam sebuah cerita hendaknya terdapat
suatu hubungan sebab dan akibat atau rantai tali-temali yang perlu
yang cirinya pokok berupa pertumbuhan atau penghimpunan dari
makna keseluruhan.
f) Azas tatajenjang. Kalau asas-asas variasi menurut tema, keseimbangan
dan perkembangan mendukung asas utama kesatuan utuh, maka asas
yang terakhir ini merupakan penyusunan khusus dari unsur-unsur
dalam asas-asas tersebut. Dalam karya seni yang rumit kadang-kadang
terdapat satu unsur yang memegang kedudukan mempin yang penting.
Unsur ini mendukung secara tegas tema yang bersangkutan dan
mempunyai kepentingan yang jauh lebih besar daripada unsur-unsur
lainnya (The Liang Gie, 1976: 46-48).
C. Filsafat Seni
Seni menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah ahli membuat karya yang
bermutu, dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan lain sebagainya.
1. Aristoteles: seni adalah peniruan terhadap alam tetapi sifatnya harus ideal.
2. Plato dan Rousseau: seni adalah hasil peniruan alam dengan segala seginya.
3. Ki Hajar Dewantara: seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari
perasaan dan sifat indah sehingga menggerakan jiwa perasaan manusia.
4. Ahdian Karta Miharja: seni adalah kegiatan rohani yang mereflesikan realitas
dalam suatu karya yang bentuk dan isinya untuk membangkitkan pengalaman
tertentu dalam rohaninya penerimanya.
5. Prof. Drs. Suwaji Bastomi: seni adalah aktivitas batin dengan pengalaman estetika
yang menyatakan dalam bentuk agung yang mempunyai daya membangkitkan rasa
takjub dan haru.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa seni merupakan hasil dari
peniruan alam ataupun sebuah karya yang dilakukan oleh seseorang untuk
menampilkan sebuah keindahan alam yang diukir melalui alat-alat yang digunakan
dalam melukiskan ataupun mengukirkan suatu benda yang ada dialam selain itu seni
juga dapat mengukirkan pengalaman-pengalaman.
Materi Ke 15 Filsafat Ilmu Agama
Filsafat, sebagai sebuah metode berpikir yang sistematis merupakan salah satu
pendekatan tersendiri dalam memahami kebenaran. Dalam konteks keagamaan,
pemikiran tentang berbagai hal dan urusan. Karenanya dalam filsafat juga dibicarakan
bagaimana keberadaan Tuhan, dan juga persoalan kenabian, kedudukan dan fungsi
akal dan wahyu, penciptaan manusia serta ibadah yang dilakukan oleh manusia.
Secara lebih jelas, hal ini dapat dilihat pada uraian tentang objek filsafat, yaitu antara
lain sebagai berikut: - Dari apakah benda-benda dapat berubah menjadi lainnya,
seperti perubahan oksigen dan hidrogen menjadi air? - Apakah zaman itu yang
menjadi ukuran gerakan dan ukuran wujud seua perkara? - Apakah bedanya makhluk
hidup dengan makhluk yang tidak hidup? - Apakah ciri-ciri khas makhluk hidup itu? -
Apa jiwa itu, jiwa itu ada, apakah jiwa manusia itu abadi atau musnah? - Dan masih
ada pertanyaanpertanyaan yang lain Abd. Wahid (2012)
Selanjutnya Abd. Wahid (2012) Ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris
dan dapat dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban terhadap masalah-masalah
yang tidak bisa dijawab oleh Ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan
Agama merupakan jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh
filsafat dan jawabannya bersifat mutlak/dogmatis.
Dapat diketahui bahwa filsafat ilmu agama merupakan suatu hal yang saling
berkaitan antara satu dengan yang lain karena ketika saat mencari suatu jawaban dari
suatu masalah maka ilmu mencoba mengkaji secara empiris akan tetapi jika jawaban
tidak dapat diungkapkan maka filsafat mencoba mencari jawaban atas permasalahan
tersebut, selanjutnya jika jawaban itu tidak diperoleh maka agama lah yang dapat
memberikan jawaban yang sebenar-benarnya, karena didalam kitab agama merupakan
kalam Tuhan Yang maha Esa yang tidak dapat lagi diubah ataupun dibantah oleh
manusia.
Dapat diketahui persamaan antara filsafat, ilmu dan agama ialah dimana ketiga
hal ini sama-sama bertujuan mencari kebenaran, filsafat dan ilmu sama-sama
menggunakan akal untuk berpikir dalam menemukan kebenaran itu sedangan agama
merupakan suatu hal yang sudah benar yang sudah ditetapkan oleh Tuhan yang Maha
Esa sehingga kebenarannya sangat mutlak tanpa diragukan dan tanpa memerlukan
bukti, sehingga filsafat dan ilmu menggunakan agama sebagai landasan dalam
memberikan jawaban atas persoalan yang tidak dapat dijawab oleh akal dan pikiran.
Abd. Wahid (2012) Perbedaan filsafat dengan ilmu lebih berkaitan dengan
titik tekan, dimana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih bersifat analitis
dan deskriptif dalam pendekatannya, ilmu menggunakan observasi, eksperimen dan
klasifikasi data pengalaman indra serta berupaya untuk menemukan hukum-hukum
atas gejala-gejala tersebut, sedangkan filsafat berupaya mengkaji pengalaman secara
menyeluruh sehingga lebih bersifat inklusif dan mencakup hal- hal umum dalam
berbagai bidang pengalaman manusia, filsafat lebih bersifat sintetis dan kalaupun
analitis maka analisanya memasuki dimensi kehidupan secara menyeluruh dan utuh,
filsafat lebih tertarik pada pertanyaan kenapa dan bagaimana dalam mempertanyakan
masalah hubungan antara fakta khusus dengan skema masalah yang lebih luas, filsafat
juga mengkaji hubungan antara temuan-temuan ilmu dengan klaim agama, moral
serta seni. Dapat dipahami bahwa filsafat dan ilmu memiliki perbedaan dimana ilmu
merupakan bidang yang mengkaji sesuatu hal itu terbatas, sedangkan filsafat
mengkaji sesuatu itu secera universal atau menyeluruh tanpa ada batas.
Dengan cara perenungan (berpikir) yang mendalam (radikal) tentang hakikat segala
sesuatu (metafisika). Sedangkan agama mengajarkan kebenaran atau memberi
jawaban tentang berbagai masalah asasi melalui wahyu atau kitab suci yang berupa
firman Tuhan. Kebenaran yang diperoleh melalui ilmu pengetahuan dengan cara
penyelidikan tersebut adalah kebenaran positif, yaitu kebenaran yang masih berlaku
sampai dengan ditemukan kebenaran atau teori yang lebih kuat dalilnya atau
alasannya. Kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif, berupa dugaan tidak dapat
dibuktikan secara empiris, riset, dan eksperimen. Baik kebenaran ilmu maupun
kebenaran filsafat, keduanya nisbi (relatif). Sedangkan kebenaran agama bersifat
mutlak (absolut), karena ajaran agama adalah wahyu yang diturunkan oleh yang maha
benar, yang maha mutlak.
Dapat dipahami bahwa ketiga hal ini memiliki perbedaan dalam menemukan
kebenaran, ilmu pengetahuan menemukan kebenaran melalui penelitian atau riset,
eksperimen yaitu percobaan, sedangkan filsafat menemukan kebenaran itu melalui
proses berpikir sehingga hasil kebenaran itu murni dari pemikiran manusia dengan
perenungan yang mendalam. Selanjutnya agama, kebenaran yang sudah ada melalui
wahyu dan kitab suci yang diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan kebenaran itu
bersifat positif yaitu kebenaran yang tidak diragukan lagi dan dapat diterima oleh akal
tanpa memerlukakn bukti yang konkret.
Materi Ke 16 Tentang Tanggung Jawab Ilmu dan Cendikiawan
A. Ilmuan
1. Pengertian Ilmuan
Kata ilmuwan ini muncul kira-kira tahun 1840 untuk membedakan ilmuwan
dengan para filsuf, kaum terpelajar, dan kaum cendikiawan. Dewasa ini, kata
ilmuwan tentu bukanlah hal yang asing. Secara sederhana ia diberi makna ahli
atau pakar; dalam KBBI, kata ilmuwan sendiri bermakna: orang yang ahli atau
banyak pengetahuannya mengenai suatu ilmu; orang yg berkecimpung dalam ilmu
pengetahuan (KBBI Online). Serta orang yang melakukan serangkaian aktivitas
yang disebut ilmu, kini lazim disebut pula sebagai ilmuwan (scientist).
Sedangkan dalam buku Filsafat Ilmu, kata ilmuwan memiliki beberapa
pengertian sebagaimana dalam pandangan McGraw-Hill Dictionary Of Scientific
and Technical Term, adalah seorang yang mempunyai kemampuan dan hasrat
untuk mencari pengetahuan baru, asasasas baru, dan bahan-bahan baru dalam
suatu bidang ilmu. Pandangan lain tentang ilmuwan dikemukakan oleh Maurice
Richer, Jr., menurutnya ilmuwan adalah mereka yang ikut serta dalam ilmu, dalam
cara-cara yang secara relatif langsung dan kreatif (The, 2000).
Ilmuwan merupakan profesi, gelar atau capaian professional yang diberikan
masyarakat kepada seorang yang mengabdikan dirinya. Pada kegiatan penelitian
ilmiah dalam rangka mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang
alam semesta, termasuk fenomena fisika, matematis dan kehidupan social
Dapat diketahui ilmuan merupakan seseorang yang melakukan kegiatan atau
aktivitas dalam mengkaji suatu ilmu pengetahuan hingga menjadi ahli atau pakar
ilmu dibidang pengetahuan yang ditekuninya itu. Dan masyakarat juga menyebut
seseorang yang ahli atau pakar dalam suatu bidang ilmu pengetahuan dengan
professional karena orang tersebut dalam mengetahui bidang kajian ilmu hingga
keakar-akarnya serta dapat menjawab segala permasalahan yang ada didalam ilmu
pengetahuan.
2. Ciri Ilmuan
Seorang Ilmuwan dapat dilihat dari beberapa aspek :
a. Dari cara kerja; Cara kerja untuk mengungkap segala sesuatu dengan metode
sains yaitu: mengamati, menjelaskan, merumuskan masalah, melakukan
eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, membuat kesimpulan.
b. Dari kemampuan menjelaskan hasil dan cara memperolehnya, misalnya jika
seorang mengklaim telah melihat Gajah, maka ia harus mempu menjelaskan
ciri-ciri gajah, seperti: memiliki taring, badannya besar, kupingnya lebar.
c. Dari sikap terhadap alam dan permasalahan yang dihadapi. Sikap yang harus
dimiliki oleh seorang ilmuwan antara lain adalah: hasrat ingin tahu yang
tinggi, tidak mudah putus asa, terbuka untuk dikritik dan diuji, menghargai
dan menerima masukan, jujur, kritis, kreatif, sikap positif terhadap kegagalan,
rendah hati, hanya menyimpulkan dengan data memadai.
Dapat diketahui bahwa seseorang ilmu dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri yang
dimilikinya ataupun yang dapat dilihat dari tingkah laku, cara dia berpikir dan
bagaimana seseorang itu dalam bersikap dengan orang lain. Ciri Seorang ilmuan akan
terlihat bagaiman dia menjawab pertanyaan dari pertanyaan yang diberikan seperti
menjawab dengan jelas serta diserta bukti yang nyata yang dapat diterima oleh akal
akan kebenarannya, kemudian seorang ilmuan akan menunjukkan rasa ingin tau atas
apa yang ingin diketahui olehnya, selanjutnya seorang ilmuan akan menerima
kritikan, masukan yang diberikan oleh orang disekitarnya mengenai pendapat-
pendapat yang dia kemukakan dengan sikap yang rendah hati.
DAFTAR PUSTAKA
Bertrand Russell, 2004, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-
Politik dari Zaman Kuno Hingga Sekarang, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dardiri, A. 1986. Humaniora, Filsafat, Dan Logika. Jakarta: CV. Rajawali.
Dhaniel, Dhakidae. 2003. Cendikiawan dan Kekuasaan Dalam Negara Orde Baru.
Jakarta: Gramedia.
Eyerman, Ron. 1996. Cendekiawan Antara Budaya dan Politik. Jakarta : Yayasan
Obor Indonesia
https://dosenpintar.com/pengertian-ilmu-menurut-para-ahli-ciri-dan-fungsi/
http://eprints.ums.ac.id/39115/5/BAB%20I.pdf
http://e-jurnal.unisda.ac.id/index.php/dar/article/view/693/392
Iswara, S & Hadi Sriwiyana. 2010. Filsafat Ilmu dalam Pendidikan Tinggi.
Jakarta:Cintya Press.
Komaruddin dan Yooke Tjuparmah S. 2000. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah.
Jakarta: PT. Bumi Aksara
Mulyo Wiharto , Kebenaran Ilmu, Filsafat dan Agama. Jurnal Ilmiah Indonesia Vol 2
No 3 September 2005
Suaedi, 2016, pengantar Filsafat Ilmu, Bogor, PT. Penerbit IPB Press
Suriasumantri, J.S. 2001. Filsafat Ilmu: sebuah pengantar popular. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Semiawan, Conny, dkk. (2005). Panorama Filsafat. Jakarta: Litera Antar Nusa
Sya’roni, M. (2014). Etika keilmuan: Sebuah kajian filsafat ilmu. Jurnal Theologia
25(1), 245-270
The Liang Gie. (1983). Garis-Garis Besar Estetik (Filsafat Keindahan). Yogyakarta;
Supersukses
Udi Mufrodi Mawardi. Dialektika, Logika, Metafisika, Metode Ilmiah, Dan Ijtihad
Dalam Tradisi Skolastik Islam. Jurnal. Vol. 25, No. 3 (september-desember
2008)