Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ILMU FILSAFAT
PENGERTIAN SAMPAI SEJARAH ILMU FILSAFAT

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

ANE SARTIKA

FIRDHA JIHAN FAIRUZ (16011016)

NOVA SISKA

ULFA RAHMI DWI YANTI (16011129)

DARI : SESI A

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


JURUSAN BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016/2017
PEMBAHASAN

A. Pengertian filsafat

Kata filsafat yang dalam bahasa Arab falsafah, yang dalam bahasa Inggris dikenal
dengan istilah philosophy, adalah berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia. Kata
philosopia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti
kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan
(love of wisdom) dalam arti yang khusus dari seorang filsuf adalah pecinta atau pencari
kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pyhthagoras (496-582 SM).
Secara terminologi pengertian filsafat menurut para filsuf sangat beragam, Al-
Farabi mengartikan filsafat sebagai ilmu tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki
hakikat yang sebenarnya. Ibnu Rusyd mengartikan filsafat sebagai ilmu yang perlu dikaji
oleh manusia karena dia dikaruniai akal. Immanuel Kant mengartikan filsafat sebagai ilmu
yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan yang di dalamnya mencakup masalah
epistimologi yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.
Aristoteles mengartikan filsafat sebagai ilmu yang meliputi kebenaran yang
terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan
estetika. Adapun Ali Mudhofir mengartikan filsafat sebagai suatu sikap terhadap kehidupan
dan alam semesta, sebagai suatu metode, sebagai kelompok persoalan, sebagai analisis
logis tentang bahasa dan penjelasan makna, dan sebagai usaha untuk memperoleh
pandangan yang menyeluruh.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan mempergunakan akal sampai
pada hakikatnya. Filsafat bukannya mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena akan tetapi
mencari hakikat dari fenomena tersebut.

B. Ruang Lingkup Filsafat


Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang
menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, tiang penyangga itu ada tiga macam yaitu
ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

1. Ontologi

Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu On berarti being, dan Logos berarti logic.
Jadi ontologi adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan). Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada yang merupakan
kebenaran dan kenyataan baik yang berbentuk jasmani atau konkret maupun rohani atau
abstrak. Ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M.

Untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam
perkembangannya Christian Wolff (1679-1754 M) membagi metafisika menjadi dua, yaitu
metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum dimaksud sebagai istilah lain dari
ontologi. Dengan demikian, metafisika umum adalah cabang filsafat yang membicarakann
prinsip yang paling dasar atau dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika
khusus dibagi menjadi tiga yaitu kosmologi (membicarakan tentang alam semesta), psikologi
(membicarakan tentang jiwa manusia), dan teologi (membicarakan tentang Tuhan).

2. Epistemologi

Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat
dan lingkup pengetahuan, pengendalian-pengendalian, dan dasar-dasarnya serta pengertian
mengenai pengetahuan yang dimiliki, mula-mula manusia percaya bahwa dengan kekuatan
pengenalanya ia dapat mencapai realitas sebagaimana adanya. Mereka mengandalikan begitu
saja bahwa pengetahuan mengenai kodrat itu mungkin, meskipun beberapa di antara mereka
menyarankan bahwa pengetahuan mengenai struktur kenyataan dapat lebih dimunculkan
dari sumber-sumber tertentu ketimbang sumber-sumber lainya. Pengertian yang diperoleh
oleh manusia melalui akal, indra, dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori
pengetahuan, di antaranya adalah:
a)          Metode Induktif
Induktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil
observasi yang disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.
b)        Metode Deduktif
Deduktif ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah
lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.hal yang harus ada dalam metode
deduktif adalah adanya perbandingan logis antara kesimpulan itu sendiri.penyelidikan
bentuk logis itu bertujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah.
c)  Metode Positivisme
Metode ini dikeluarkan oleh Agus Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa
yang telah diketahui, faktual dan positif. Ia menyampaikan segala uraian atau persoalan di
luar yang ada sebagai fakta.apa yang diketahui secara positif adalah segala yang tampak
dari segala gejala. Dengan demikian metode ini dalam bidang filsafat dan ilmu dibatasi
kepada bidang gejala saja.
d)  Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk
memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun berbeda-beda yang
harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut intuisi
e) Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai
kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun Plato mengartikannya
sebagai diskusi logika. Kini dialektika berarti tahapan logika yang mengajarkan kaidah-
kaidah dan metode-metode penuturan, juga menganalisis sistematik tentang ide untuk
mencapai apa yang terkandung dalam pandangan.

3. Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu axios yang berarti nilai dan logos yang berarti
teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai“. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga
bagian yaitu moral conduct (tindakan moral), esthetic expression (ekspresi keindahan), dan
sosio-political life (kehidupan sosial politik). Sedangkan menurut Jujun S. Suriansumantri
dalam bukunya Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Dalam Encyclopedia of
Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan Value and Valuation. Ada tiga
bentuk Value and Valuation yaitu nilai yang digunakan sebagai kata benda abstrak, nilai
sebagai benda konkret, dan nilai digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai,
member nilai dan dinilai.
Dari definisi di atas terlihat jelas bahwa aksiologi menjelaskan tentang nilai. Nilai yang
dimaksud disini adalah sesuatu yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika
dan estetika.

C. Objek Material dan Formal Filsafat


Filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang ilmu lainnya juga
memiliki dua macam objek yaitu objek material dan objek formal.

1. Objek Material Filsafat


Objek Material filsafat ilmu yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian
atau pembentukan pengetahuan atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot
oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun
yang abstrak. Menurut Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada,
baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan.
Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu :
a)  Ada yang bersifat umum, yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada
umumnya.
b)  Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak dan tidak
mutlak yang terdiri dari manusia dan alam.

2. Objek Formal Filsafat Ilmu


Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek
materialnya. Setiap ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal filsafat
ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan yang artinya filsafat ilmu lebih menaruh
perhatiannya terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan. Seperti apa hakikat
ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu
itu bagi manusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan
ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.

D. Ciri-ciri Berpikir Filsafat


Berpikir kefilsafatan memiliki karakteristik tersendiri yang dapat dibedakan dari
bidang ilmu lain. Beberapa ciri berpikir kefilsafatan dapat dikemukakan sebagai berikut :
 Radikal artinya berpikir sampai ke akar-akarnya, hingga sampai pada hakikat atau
substansi yang dipikirkan.
 Universal artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia.
Kekhususan berpikir kefilsafatan menurut Jaspers terletak pada aspek
keumumannya.
 Konseptual artinya merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia.
Misalnya : Apakah seni itu? Apakah keindahan itu?
 Koheren dan konsisten (runtut). Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah
berpikir logis. Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi.
 Sistematik artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling
berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.
 Komprehensif artinya mencakup atau menyeluruh. Berpikir secara kefilsafatan
merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
 Bebas artinya sampai batas-batas yang luas, pemikiran filsafati boleh dikatakan
merupakan hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari prasangka-prasangka
sosial, historis, kultural, bahkan religius.
 Bertanggungjawab artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang yang berpikir
sekaligus bertanggungjawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati
nuraninya sendiri.

Kedelapan ciri berpikir kefilsafatan ini menjadikan filsafat cenderung berbeda dengan
ciri berpikir ilmu-ilmu lainnya, sekaligus menempatkan kedudukan filsafat sebagai bidang
keilmuan yang netral terutama ciri ketujuh.
E. Manfaat dan Kegunaan Filsafat bagi Manusia
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali manfaat belajar filsafat yang bisa dipetik,
beberapa diantaranya adalah :
1. Filsafat akan mengajarkan untuk melihat segala sesuatu secara multi dimensi – Ilmu ini
akan membantu kita untuk menilai dan memahami segala sesuatu tidak hanya dari
permukaannya saja, dan tidak hanya dari sesuatu yang terlihat oleh mata saja, tapi jauh
lebih dalam dan lebih luas.
2. mengajarkan kepada kita untuk mengerti tentang diri sendiri dan dunia – Manfaat
belajar filsafat akan membantu memahami diri dan sekeliling dengan pertanyaan-
pertanyaan mendasar.

3. Filsafat mengasah hati dan pikiran untuk lebih kritis terhadap fenomena yang
berkembang – Hal ini akan membuat kita tidak begitu saja menerima segala sesuatu tanpa
terlebih dahulu mengetahui maksud dari pemberian yang kita terima.

4. Filsafat dapat mengasah kemampuan kita dalam melakukan penalaran –


Penalaran ini akan membedakan argumen, menyampaikan pendapat baik lisan maupun
tertulis, melihat segala sesuatu dengan sudut pandang yang lebih luas dan berbeda.

5. Belajar dari para filsuf lewat karya-karya besar mereka – Kita akan semakin tahu
betapa besarnya filsafat dalam mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, karya seni, pemerintahan, serta bidang-bidang yang lain.

6. Filsafat akan membuka cakrawala berpikir yang baru – Ide-ide yang lebih kreatif dalam
memecahkan setiap persoalan, lewat penalaran secara logis, tindakan dan pemikiran
yang koheren, juga penilaian argumen dan asumsi secara kritis.

7. Filsafat membantu kita untuk dapat berpikir dengan lebih rasional – Membangun cara
berpikir yang luas dan mendalam, dengan integral dan koheren, serta dengan
sistematis, metodis, kritis, analitis, dan logis.
8. Filsafat akan mengkondisikan akal untuk berpikir secara radikal – Membuat kita
berpikir hingga mendasar, sehingga kita akan lebih sadar terhadap keberadaan diri kita.

9. Filsafat membawa keterlibatan dalam memecahkan berbagai macam persoalan –


Persoalan baik yang terjadi pada diri sendiri maupun orang lain, akan
membuat kehidupan kita tidak dangkal, namun kaya akan warna.

10. Memiliki pandangan yang luas – Manfaat belajar filsafat dalam hal ini, akan
mengurangi kecenderungan sifat egoisme dan egosentrisme.

11. filsafat membantu menjadi diri sendiri – Lewat cara berpikir yang sistematis, holistik
dan radikal yang diajarkan tanpa terpengaruh oleh pendapat dan pandangan umum.

12. Filsafat akan membangun landasan berpikir – Komponen utama baik bagi kehidupan
pribadi terutama dalam hal etika, maupun bagi berbagai macam ilmu pengetahuan yang
kita pelajari.

13. Filsafat dengan sifatnya sebagai pembebas – Manfaat belajar filsafat akan mendobrak
pola pikir yang terbelenggu tradisi, mistis, dan dogma yang menjadi penjara bagi
pikiran manusia.

14. Filsafat akan membuat kita dapat membedakan persoalan – Terutama berbagai
persoalan ilmiah dengan persoalan yang tidak ilmiah.

15. Filsafat dapat menjadi landasan historis-filosofis – Dalam hal ini, berasal dari berbagai
macam kajian disiplin ilmu yang kita tekuni.

16. Filsafat dapat memberikan nilai dan orientasi pada semua disiplin ilmu – Filsafat
memberikan petunjuk lewat penelitian penalaran serta metode pemikiran reflektif, sehingga
kita dapat menyelaraskan antara pengalaman, rasio, agama serta logika.

17. Filsafat dapat dijadikan alat untuk mencari kebenaran – Memberikan pandangan serta
pengertian mengenai hidup
18. Filsafat dapat dijadikan sebagai pedoman – Berguna sebagai sumber inspirasi bagi
kehidupan.

19. Filsafat mengajarkan kepada kita tentang etika dan moral – Pembelajaran moral dan
etika ini, dapat diimplementasikan secara langsung dalam kehidupan.

20. Filsafat dapat membangun semangat toleransi – Menjaga keharmonisan hidup di tengah
perbedaan pandangan atau pluralitas.

F. Sejarah dan Perkembangan Filsafat


A. Pra Yunani Kuno (abad 15-7 SM)
Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia. Yakni ketika belum mengenal
peralatan seperti yang dipakai sekarang ini. Pada masa itu manusia masih menggunakan
batu sebagai peralatan. Masa zaman batu berkisar antara 4 juta tahun sampai 20.000 tahun
SM. Sisa peradaban manusia yang ditemukan pada masa ini antara lain: alat-alat dari batu,
tulang belulang dari hewan, sisa beberapa tanaman, gambar-gambar digua-gua, tempat-
tempat penguburan, tulang belulang manusia purba. Evolusi ilmu pengetahuan dapat
diruntut melalui sejarah perkembangan pemikiran yang terjadi di Yunani, Babilonia,
Mesir, China, Timur Tengah dan Eropa.

B. Zaman Yunani kuno (abad-7-2 SM)


Zaman Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa
ini orang memiliki kebebasan untuk mengeluarkan ide-ide atau pendapatnya, Yunani pada
masa itu dianggap sebagai gudangnya ilmu dan filsafat, karena Yunani pada masa itu
tidak mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima
pengalaman-pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima saja (receptive attitude)
tetapi menumbuhkanan quiring attitude (senang menyelidiki secara kritis). Sikap inilah
yang menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli-ahli pikir yang terkenal sepanjang
masa. Beberapa tokoh yang terkenal pada masa ini antara lain : Thales, Demokrates dan
Aristoteles.
C.Zaman Pertengahan (Abad 2 SM - 14 M)
Zaman pertengahan (middle age) ditandai dengan para tampilnya theolog di
lapangan ilmu pengetahuan. Ilmuwan pada masa ini adalah hampir semuanya para
theolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Atau dengan kata
lain kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Semboyan pada masa
ini adalah Anchila Theologia (abdi agama). Peradaban dunia Islam terutama abad 7 yaitu
Zaman bani Umayah telah menemukan suatu cara pengamatan stronomi, 8 abad sebelum
Galileo Galilie dan Copernicus. Sedangkan peradaban Islam yang menaklukan Persia
pada abad 8 Masehi, telah mendirikan Sekolah kedokteran dan Astronomi di Jundishapur.
Pada masa keemasan kebudayaan Islam, dilakukan penerjemahan berbagai karya Yunani.
Dan bahkan khalifah Al Makmun telah mendirikan rumah Kebijaksanaan (House of
Wisdom) /  Baitul Hikmah pada abad 9. Pada abad ini Eropa mengalami zaman
kegelapan(dark age).

D.Masa Renaissance (14-17 M)


Renaisance merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan
yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Zaman yang menyaksikan
dilancarkannya tantangan gerakan reformasi terhadap keesaandan supremasi gereja
katolik Roma, bersamaan dengan berkembangnya humanisme. Zaman ini juga merupakan
penyempurnaan kesenian, keahlian, dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenius serba
bisa, Leonardo Da Vinci. Penemuan percetakan (kira-kira 1440 M) oleh kolumbus
memberikan dorongan lebih keras untuk meraih kemajuan ilmu. Kelahiran kembali sastra
di Inggris, Prancis, dan Spayol diwakili Shakespeare, Spencer, Rabelais, dan Ronsard.
Pada masa itu, seni musik juga mengalami perkembagan. Adanya penemuan para ahli
perbintangan seperti Copernicus dan Galileo menjadi dasar munculnya astronomi modern
yang merupakan titik balik dalam pemikiran ilmu dan filsafat.
Tidaklah mudah membuat garis batas yang tegas antara zaman Renaisance dengan
zaman modern. Sementara orang menganggap bahwa zaman modern hanyalah perluasan
Renaisance. Akan tetapi, pemikiran ilmiah membawa manusia lebih maju kedepan dengan
kecepatan yang besar, berkat kemampuan-kemampuan yang dihasilkan oleh masa-masa
sebelumnya. Manusia maju dengan langkah raksasa dari zaman uap ke zaman listrik,
kemudian ke zaman atom, elektron, radio, televisi, roket dan zaman ruang angkasa.

E. Perkembangan Filsafat Zaman Modern (17-19 M)


Zaman ini ditandai dengan berbagai dalam bidang ilmiah, serta filsafat dari berbagai
aliran muncul. Pada dasarnya corak secara keseluruhan bercorak sufisme Yunani.
Paham – paham yang muncul dalam garis besarnya adalah Rasionalisme, Idialisme,
dengan Empirisme. Paham Rasionalisme mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting
dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Ada tiga tokoh penting pendukung
rasionalisme ini, yaitu Descartes, Spinoza, dan Leibniz.  Sedangkan aliran Idialisme
mengajarkan hakekat fisik adalah jiwa, spirit. Ide ini merupakan ide Plato yang
memberikan jalan untuk memperlajari paham idealisme zaman modern. Para pengikut
aliran/paham ini pada umumnya, sumber filsafatnya mengikuti filsafat kritisisismenya
Immanuel Kant. Fitche (1762-1814) yang dijuluki sebagai penganut Idealisme
subyektif merupakan murid Kant. Sedangkan Scelling, filsafatnya dikenal dengan filsafat
Idealisme Objektif .Kedua Idealisme ini kemudian disintesakan dalam Filsafat Idealisme
Mutlak Hegel.

Pada Paham Empirisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita
selain didahului oleh pengalaman. ini bertolak belakang dengan paham rasionalisme.
Mereka menentang para penganut rasionalisme yang berdasarkan atas kepastian-kepastian
yang bersifat apriori. Pelopor aliran iniadalah Thomas Hobes Jonh locke, dan David Hume.

F. Zaman Kontemporer atau Postmodern (abad ke-20 dan seterusnya)


Di antara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang fisika menempati
kedudukan yang paling tiggi. Menurut Traut fisika dipandang sebagai dasar ilmu
pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang
mernbentuk alam semesta juga menunjukkan bahwa secara historis hubungan antara fisika
dengan flsafat terliht dalam dua cara. Pertama, persuasi filosafis mengenai metode fisika,
dan dalam interaksi antara pandangan subtasional tentang fisika (misalnya: tentang materi,
kuasa, konsep ruang, dan waktu). Kedua, ajaran filsafat tradisional yang menjawab
fenornena tentang materi, kuasa, ruang, dan waktu. Dengan demikian, sejak semula sudah
ada hubungan yang erat antara filsafat dan fisika.
Fisikawan abad ke-21 adalah Albert Einstain menyatakan bahwa alam itu tidak
terhingga besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga tidak berubah status totalitasnya atau
bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan materi. Ini berarti
bahwa alam semesta itu bersifat kekal, atau dengan kata lain tidak mengakui adanya
penciptaan alam. Di samping teori mengenai fisika, teori alam semesta, dan lain-lain,
Zaman Kantemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih. Teknologi
komunikasi dan informasi termasuk salah satu yang rrrengalami kemaj uan sangat pesat.
Mulai dari penemuan komputer, berbagai satelit komunikasi, internet, dan sebagainya.
Bidang ilmu lain juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi ilmu yang
semakin tajam. Ilmuwan kantemporer mengetahui hal yang sedikit, tetapi secara
rnendalam. Ilmnu kedokteran semakin menajam dalam spesialis dan subspesialis atau
super-spesialis, demikian pula bidang ilmu lain. Di samping kecenderungan ke arah
spesialisasi, kecenderungan lain adalah sintesis antara bidang ilmu satu dengan lainya,
sehingga dihadirkannya bidang ilmu baru seperti bioteknologi yang dewasa ini dikenal
dengan teknolagi kloning.
http://www.ilmupsikologi.com/2015/11/
Pengertian.Filsafat.dan.Sejarah.Filsafat.Menurut.Para.Ahli.html
http://medialogika.org/kajian-ilmiah/pengertian-filsafat-ciri-ciri-berpikir-kefilsafatan/
http://manfaat.co.id/20-manfaat-belajar-filsafat-bagi-kehidupan

Anda mungkin juga menyukai