ILMU FILSAFAT
PENGERTIAN SAMPAI SEJARAH ILMU FILSAFAT
ANE SARTIKA
NOVA SISKA
DARI : SESI A
A. Pengertian filsafat
Kata filsafat yang dalam bahasa Arab falsafah, yang dalam bahasa Inggris dikenal
dengan istilah philosophy, adalah berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia. Kata
philosopia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti
kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan
(love of wisdom) dalam arti yang khusus dari seorang filsuf adalah pecinta atau pencari
kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pyhthagoras (496-582 SM).
Secara terminologi pengertian filsafat menurut para filsuf sangat beragam, Al-
Farabi mengartikan filsafat sebagai ilmu tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki
hakikat yang sebenarnya. Ibnu Rusyd mengartikan filsafat sebagai ilmu yang perlu dikaji
oleh manusia karena dia dikaruniai akal. Immanuel Kant mengartikan filsafat sebagai ilmu
yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan yang di dalamnya mencakup masalah
epistimologi yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.
Aristoteles mengartikan filsafat sebagai ilmu yang meliputi kebenaran yang
terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan
estetika. Adapun Ali Mudhofir mengartikan filsafat sebagai suatu sikap terhadap kehidupan
dan alam semesta, sebagai suatu metode, sebagai kelompok persoalan, sebagai analisis
logis tentang bahasa dan penjelasan makna, dan sebagai usaha untuk memperoleh
pandangan yang menyeluruh.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan mempergunakan akal sampai
pada hakikatnya. Filsafat bukannya mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena akan tetapi
mencari hakikat dari fenomena tersebut.
1. Ontologi
Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu On berarti being, dan Logos berarti logic.
Jadi ontologi adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan). Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada yang merupakan
kebenaran dan kenyataan baik yang berbentuk jasmani atau konkret maupun rohani atau
abstrak. Ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M.
Untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam
perkembangannya Christian Wolff (1679-1754 M) membagi metafisika menjadi dua, yaitu
metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum dimaksud sebagai istilah lain dari
ontologi. Dengan demikian, metafisika umum adalah cabang filsafat yang membicarakann
prinsip yang paling dasar atau dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika
khusus dibagi menjadi tiga yaitu kosmologi (membicarakan tentang alam semesta), psikologi
(membicarakan tentang jiwa manusia), dan teologi (membicarakan tentang Tuhan).
2. Epistemologi
Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat
dan lingkup pengetahuan, pengendalian-pengendalian, dan dasar-dasarnya serta pengertian
mengenai pengetahuan yang dimiliki, mula-mula manusia percaya bahwa dengan kekuatan
pengenalanya ia dapat mencapai realitas sebagaimana adanya. Mereka mengandalikan begitu
saja bahwa pengetahuan mengenai kodrat itu mungkin, meskipun beberapa di antara mereka
menyarankan bahwa pengetahuan mengenai struktur kenyataan dapat lebih dimunculkan
dari sumber-sumber tertentu ketimbang sumber-sumber lainya. Pengertian yang diperoleh
oleh manusia melalui akal, indra, dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori
pengetahuan, di antaranya adalah:
a) Metode Induktif
Induktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil
observasi yang disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.
b) Metode Deduktif
Deduktif ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah
lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.hal yang harus ada dalam metode
deduktif adalah adanya perbandingan logis antara kesimpulan itu sendiri.penyelidikan
bentuk logis itu bertujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah.
c) Metode Positivisme
Metode ini dikeluarkan oleh Agus Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa
yang telah diketahui, faktual dan positif. Ia menyampaikan segala uraian atau persoalan di
luar yang ada sebagai fakta.apa yang diketahui secara positif adalah segala yang tampak
dari segala gejala. Dengan demikian metode ini dalam bidang filsafat dan ilmu dibatasi
kepada bidang gejala saja.
d) Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk
memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun berbeda-beda yang
harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut intuisi
e) Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai
kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun Plato mengartikannya
sebagai diskusi logika. Kini dialektika berarti tahapan logika yang mengajarkan kaidah-
kaidah dan metode-metode penuturan, juga menganalisis sistematik tentang ide untuk
mencapai apa yang terkandung dalam pandangan.
3. Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu axios yang berarti nilai dan logos yang berarti
teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai“. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga
bagian yaitu moral conduct (tindakan moral), esthetic expression (ekspresi keindahan), dan
sosio-political life (kehidupan sosial politik). Sedangkan menurut Jujun S. Suriansumantri
dalam bukunya Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Dalam Encyclopedia of
Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan Value and Valuation. Ada tiga
bentuk Value and Valuation yaitu nilai yang digunakan sebagai kata benda abstrak, nilai
sebagai benda konkret, dan nilai digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai,
member nilai dan dinilai.
Dari definisi di atas terlihat jelas bahwa aksiologi menjelaskan tentang nilai. Nilai yang
dimaksud disini adalah sesuatu yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika
dan estetika.
Kedelapan ciri berpikir kefilsafatan ini menjadikan filsafat cenderung berbeda dengan
ciri berpikir ilmu-ilmu lainnya, sekaligus menempatkan kedudukan filsafat sebagai bidang
keilmuan yang netral terutama ciri ketujuh.
E. Manfaat dan Kegunaan Filsafat bagi Manusia
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali manfaat belajar filsafat yang bisa dipetik,
beberapa diantaranya adalah :
1. Filsafat akan mengajarkan untuk melihat segala sesuatu secara multi dimensi – Ilmu ini
akan membantu kita untuk menilai dan memahami segala sesuatu tidak hanya dari
permukaannya saja, dan tidak hanya dari sesuatu yang terlihat oleh mata saja, tapi jauh
lebih dalam dan lebih luas.
2. mengajarkan kepada kita untuk mengerti tentang diri sendiri dan dunia – Manfaat
belajar filsafat akan membantu memahami diri dan sekeliling dengan pertanyaan-
pertanyaan mendasar.
3. Filsafat mengasah hati dan pikiran untuk lebih kritis terhadap fenomena yang
berkembang – Hal ini akan membuat kita tidak begitu saja menerima segala sesuatu tanpa
terlebih dahulu mengetahui maksud dari pemberian yang kita terima.
5. Belajar dari para filsuf lewat karya-karya besar mereka – Kita akan semakin tahu
betapa besarnya filsafat dalam mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, karya seni, pemerintahan, serta bidang-bidang yang lain.
6. Filsafat akan membuka cakrawala berpikir yang baru – Ide-ide yang lebih kreatif dalam
memecahkan setiap persoalan, lewat penalaran secara logis, tindakan dan pemikiran
yang koheren, juga penilaian argumen dan asumsi secara kritis.
7. Filsafat membantu kita untuk dapat berpikir dengan lebih rasional – Membangun cara
berpikir yang luas dan mendalam, dengan integral dan koheren, serta dengan
sistematis, metodis, kritis, analitis, dan logis.
8. Filsafat akan mengkondisikan akal untuk berpikir secara radikal – Membuat kita
berpikir hingga mendasar, sehingga kita akan lebih sadar terhadap keberadaan diri kita.
10. Memiliki pandangan yang luas – Manfaat belajar filsafat dalam hal ini, akan
mengurangi kecenderungan sifat egoisme dan egosentrisme.
11. filsafat membantu menjadi diri sendiri – Lewat cara berpikir yang sistematis, holistik
dan radikal yang diajarkan tanpa terpengaruh oleh pendapat dan pandangan umum.
12. Filsafat akan membangun landasan berpikir – Komponen utama baik bagi kehidupan
pribadi terutama dalam hal etika, maupun bagi berbagai macam ilmu pengetahuan yang
kita pelajari.
13. Filsafat dengan sifatnya sebagai pembebas – Manfaat belajar filsafat akan mendobrak
pola pikir yang terbelenggu tradisi, mistis, dan dogma yang menjadi penjara bagi
pikiran manusia.
14. Filsafat akan membuat kita dapat membedakan persoalan – Terutama berbagai
persoalan ilmiah dengan persoalan yang tidak ilmiah.
15. Filsafat dapat menjadi landasan historis-filosofis – Dalam hal ini, berasal dari berbagai
macam kajian disiplin ilmu yang kita tekuni.
16. Filsafat dapat memberikan nilai dan orientasi pada semua disiplin ilmu – Filsafat
memberikan petunjuk lewat penelitian penalaran serta metode pemikiran reflektif, sehingga
kita dapat menyelaraskan antara pengalaman, rasio, agama serta logika.
17. Filsafat dapat dijadikan alat untuk mencari kebenaran – Memberikan pandangan serta
pengertian mengenai hidup
18. Filsafat dapat dijadikan sebagai pedoman – Berguna sebagai sumber inspirasi bagi
kehidupan.
19. Filsafat mengajarkan kepada kita tentang etika dan moral – Pembelajaran moral dan
etika ini, dapat diimplementasikan secara langsung dalam kehidupan.
20. Filsafat dapat membangun semangat toleransi – Menjaga keharmonisan hidup di tengah
perbedaan pandangan atau pluralitas.
Pada Paham Empirisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita
selain didahului oleh pengalaman. ini bertolak belakang dengan paham rasionalisme.
Mereka menentang para penganut rasionalisme yang berdasarkan atas kepastian-kepastian
yang bersifat apriori. Pelopor aliran iniadalah Thomas Hobes Jonh locke, dan David Hume.