Anda di halaman 1dari 18

OBJEK STUDI FILSAFAT ILMU

Oleh:
Darma Pambagyo
Zelika Miftahul Rahmatika
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Sumaryanto M.Kes
(Universitas Negeri Yogyakarta)

ABSTRAK
Filsafat merupakan ilmu yang sudah sangat tua. Jika kita membicarakan
filsafat maka pandangan kita akan tertuju jauh ke masa lampau di zaman Yunani
Kuno. Pada masa itu semua ilmu dinamakan filsafat. Dari Yunanilah kata filsafat
ini berasal, yaitu dari kata philos dan sophia. Philos artinya cinta yang sangat
mendalam, dan sophia artinya kebijakan atau kearifan. Istilah filsafat sering
dipergunakan secara populer dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar
maupun tidak sadar. Dalam penggunaan populer, filsafat dapat diartikan sebagai
suatu pendirian hidup (individu) dan dapat juga disebut sebagai pandangan
masyarakat (masyarakat). Mungkin anda pernah bertemu dengan seseorang dan
mengatakan: filsafat hidup saya adalah hidup seperti oksigen, menghidupi orang
lain dan diri saya sendiri‖. Atau orang lain lagi mengatakan: Hidup harus
bermanfaat bagi orang lain dan dunia. Ini adalah contoh sederhana tentang
filsafat seseorang.
Kata Kunci: filsafat, ilmu, hidup

Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin sering mendengar kata


filsafat. Lalu apakah kita sudah mengetahui pengertian dari filsafat tersebut?
Banyak juga orang yang belum mengetahui makna sesungguhnya dari filsafat,
padahal filsafat bersarang dimana-mana. Dalam ilmu pendidikan ada filsafat
pendidikan, dalam agama ada filsafat agama, dalam Islam ada filsafat Islam,
dalam hukum ada filsafat hukum, dalam sejarah ada filsafat sejarah, dalam politik
ada filsafat politik, dalam hidup ada filsafat kehidupan, dan lain-lain. Oleh karena
itu, pentingnya mempelajari filsafat karena filsafat adalah induk dari segala
pengetahuan.

1
Tujuan studi filsafat ialah mengantarkan seseorang ke dalam dunia
filsafat, sehingga ia dapat mengetahui apakah filsafat, maksud, dan tujuannya.
Tujuan umumnya ialah menjadikan manusia yang susila. Pengertian “susila” di
sini terdapat dalam ruang lingkup tertentu sesuai dengan tempat dan aturan yang
ada. Orang yang susila dipandang sebagai ahli filsafat, ahli hidup, dan sekaligus
sebagai orang yang bijaksana. Sedangkan tujuan khususnya adalah menjadikan
manusia yang berilmu. Dalam hal ini, ahli filsafat dipandang sebagai orang yang
ahli dalam bidang ilmu pengetahuan (ilmuwan), yang selalu mencari kenyataan
kebenaran dari semua masalah pokok keilmuan.

Perbedaan orang yang berfilsafat dengan yang tidak berfilsafat terletak


pada sikap seseorang terhadap hidupnya, karena filsafat akan mengajarkan
kepada kita tentang kesadaran, kemauan, dan kemampuan manusia sesuai
dengan kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk
Tuhan untuk diaplikasikan dalam hidup.

Bertanya tentang apakah filsafat itu, biasanya sama dengan menanyakan


apakah objek filsafat itu. Menurut Brauner dan Burn, maka arti filsafat dapat
dipahami dengan mengetahui apakah objek filsafat itu, apakah yang diselidiki
dalam filsafat.

Filsafat ilmu merupakan salah satu bagian dari filsafat. Bidang ini
mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk
di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Filsafat ilmu adalah filsafat
yang mempelajari & menyelidiki seluas mungkin segala sesuatu tentang ilmu.

Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan filsafat bangsa. Henderson


sebagaimana dikutip oleh Uyoh Sadulloh (2007:16) mengemukakan: Populerly,
philosophy menans one’s general view of lifeof men, of ideals, and of values, in
the sense everyone has a philosophy of life”. Sidi Gazalba (1974: 7) mengatakan
bahwa filsafat adalah hasil kegiatan berpikir yang radikal, sistematis, universal.
Kata radikal berasal dari bahasa Latin radix yang artinya akar. Filsafat bersifat
radikal, artinya permasalahan yang dikaji, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
dan jawaban yang diberikan bersifat mendalam sampai ke akar-akarnya yang
bagi orang awam mungkin dianggap hal biasa yang tidak perlu dibahas lagi,

2
tetapi filsafat ingin mencari kejelasan makna dan hakikatnya. Misal: Siapakah
manusia itu? Apakah hakikat alam semesta ini? Apakah hakikat keadilan?

Filsafat sering juga dapat diartikan sebagai berpikir reflektif dan kritis
(reflective and critical thinking). Namun, Randall dan Buchler sebagaimana
dikutip oleh Uyoh Sadulloh (2007: 17) memberikan kritik terhadap pengertian
tersebut, dengan mengemukakan bahwadefinisi tersebut tidak memuaskan,
karena beberapa alasan, yaitu: 1) tidak menunjukkan karakteristik yang berbeda
antara berpikir filsafati dengan fungsi-fungsi kebudayaan dan sejarah, 2) para
ilmuwan juga berpikir reflektif dan kritis, padahal antara sains dan filsafat
berbeda, 3) ahli hukum, ahli ekonomi juga ibu rumah tangga sewaktu-waktu
berpikir reflektif dan kritis, padahal mereka bukan filsuf atau ilmuwan.

Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang masalah yang sudah dipaparkan secara
detail pada bagian sebelumnya, maka berikut adalah ringkasan identifikasi
masalah pada makalah ini.
a. Apa yang dimaksud dengan Filsafat?
b. Apa saja cabang-cabang Filsafat?
c. Bagaimana ciri-ciri Filsafat?
d. Apa saja Objek Filsafat Ilmu?
e. Apa Pengetian Objek Formal dan Objek Material Filsafat Ilmu?

Pembahasan

Pengertian Filsafat

Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa Yunani "philosophia", philos


(philia) yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan (meletakkan
sesuatu pada tempatnya). Sehingga dapat diartikan sebagai suatu gagasan yang
penuh kebijaksanaan dan kebenaran. Sedangkan secara terminologi, Filsafat
adalah suatu ilmu pengetahuan yang merupakan proses perenungan/pemikiran
untuk mencari hakikat kebenaran segala sesuatu. Filsafat berarti berfikir
sedalam-dalamnya, bersifat kritis (membahas sesuatu dari segala aspeknya),
bersifat universal (menyeluruh), dan tersusun secara sistematis.
Filsafat ilmu ialah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan
cara-cara untuk memperolehnya. Dengan kata lain, filsafat ilmu sesungguhnya

3
merupakan suatu penyelidikan lanjutan. Karena, apabila para penyelenggara
melakukan menyelidikan terhadap objek-objek serta masalah-masalah yang
berjenis khusus dari masing-masing ilmu itu sendiri, maka orangpun dapat
melakukan penyelidikan lanjutan terhadap kegiatan-kegiatan ilmiah tersebut.
Dengan mengalihkan perhatian objek-objek yang sebenarnya dari penyelidikan
ilmiah kepada proses penyelidikannya sendiri, maka muncullah suatu matra baru
(Soejono Soemargono, 2003 :1).
Filsafat menurut Driyarkara (2006: 999) menyatakan dari keinginan akan
mengerti, akan kebenaran, timbul ilmu-ilmu pengetahuan, dan akhirnya
muncullah filsafat. Filsafat itu timbul dari setiap orang, asal saja orang itu hidup
sadar dan menggunakan pikiran.
Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua yaitu filsafat ilmu dalam arti
luas dan sempit, filsafat ilmu dalam arti luas yaitu menampung permasalahan
yang menyangkut hubungan luar dari kegiatan ilmiah, sedangkan dalam arti
sempit yaitu menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan
dalam yang terdapat di dalam ilmu. Banyak pendapat yang memiliki makna serta
penekanan yang berbeda tentang filsafat ilmu. Menurut Prof. Dr. Conny R.
Semiawan, dkk mengartikan filsafat ilmu dalam empat titik pandang yaitu
mengelaborasikan implikasi yang lebih luas dari ilmu, mengasimilasi filsafat ilmu
dengan sosiologi, suatu sistem yang di dalamnya konsep dan teori tentang ilmu
dianalisis dan diklasifikasi, dan suatu patokat tingkat kedua yang dapat
dirumuskan antara doing science dan thinking tentang bagaimana ilmu harus
dilakukan.
Pengertian Secara Etimologis dan Terminologis
Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Philosophia, Philos
artinya suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan Sophia artinya
kebijaksanaan. Dengan demikian secara sederhana filsafat dapat diartikan cinta
atau kecenderungan pada kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan
oleh Pyhthagoras.
Istilah filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki pada kata falsafah dari
bahasa Arab, philosopy dari bahasa Inggris, philosophia dari bahasa Latin dan
philosophie dari bahasa Jerman, Belanda dan Perancis. Semua istilah itu
bersumber pada istilah Yunani philosophia, yaitu philein berarti mencintai,

4
sedangkan philos berarti teman. Selanjutnya, istilah sophos berarti bijaksana,
sedangkan sophia berarti kebijaksanaan.
Secara terminologi pengertian filsafat menurut para filsuf sangat
beragam, Al-Farabi mengartikan filsafat adalah ilmu yang menyelidiki hakikat
yang sebenarnya dari segala yang ada (ilmu itu ada, dengan kehidupan yang
ada). Ibnu Rusyd mengartikan filsafat sebagai ilmu yang perlu dikaji oleh
manusia karena dia dikaruniai akal. Menurut Francis Bacon, filsafat merupakan
induk agung dari ilmu-ilmu, dan filsafat menangani semua pengetahuan sebagai
bidangnya. Immanuel Kant mengatakan bahwa filsafat sebagai ilmu yang
menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan yang di dalamnya mencakup
masalah epistimologi yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.
Aristoteles mengartikan filsafat sebagai ilmu yang meliputi kebenaran yang
terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika. Adapun Rene Descartes mengartikan filsafat sebagai
kumpulan segala pengetahuan, di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi
pokok penyelidikan. Menurut Koento Wibisono:
Filsafat dari satu segi dapat didefinisikan sebagai ilmuyang berusaha untuk
memahami hakikat dari sesuatu yang “ada” yang dijadikan objek
sasarannya, sehingga filsafat ilmu pengetahuan yang merupakan salah
satu cabang filsafat dengan sendirinya merupakan ilmu yang berusaha
untuk memahami apakah hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri.
Pernyataan Robert Ackermann ialah Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah
sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan
perbandingan terhadap pendapat-pendapat lampau yang telah dibuktikan atau
dalam kerangka ukuran-ukuran yang dikembangkan dari pendapat-pendapat
demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian bukan suatu cabang yang bebas dari
praktek ilmiah senyatanya.

Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat


ditegaskan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan
memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta
radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut. Dengan demikian
dapat pula dikatakan bahwa filsafat adalah suatu ilmu, meskipun bukan ilmu
pengetahuan biasa, yang berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk
memperoleh kebenaran, sehingga bolehlah filsafat disebut sebagai suatu usaha
untuk berpikir yang radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir yang mengupas

5
sesuatu sedalam-dalamnya. Hal yang membawa usahanya itu kepada suatu
kesimpulan universal dari kenyataan partikular atau khusus, dari hal yang
tersederhana sampai yang terkompleks. Dengan kata lain bahwa secara umum
filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang
merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga
diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam
memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang
luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian filsafat adalah ilmu


pengetahuan yang menelaah segala sesuatu yang ada secara mendasar dan
mendalam dengan mempergunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat
bukannya mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena, akan tetapi mencari
hakikat dari fenomena tersebut dengan kata lain filsafat adalah pangkal dari
segala ilmu yang ada dalam pemikiran manusia.

Pengertian Menurut Beberapa Filosofis

Ada beberapa definisi yang telah diberikan oleh pemikir atau filosof :
 Plato (427 SM – 348 SM) “Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat
mencapai kebenaran yang asli.”
 Aristoteles (382 SM – 322 SM) “Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu – ilmu metafisika,
logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.”
 Al Farabi (870 M – 950 M) “Filsafat ialah ilmu pengetahuan tentang alam
maujud bagaimana hakekatnya yang sebenarnya.”
 Descartes (1590 M – 1650 M) “Filsafat adalah kumpulan segala
pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok
penyelidikan.”
 Immanuel Kant (1724 M – 1804 M) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan, yang tercakup di
dalamnya beberapa persoalan:
1. Apakah yang dapat kita ketahui? (Jawabnya : Metafisika)
2. Apakah yang harus kita kerjakan? (Jawabnya : Etika)
3. Sampai dimanakah harapan kita? (Jawabnya : Agama)
4. Apakah yang dinamakan manusia? (jawabnya : Antropologi)

6
 Harun Nasution: “Filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dan
bebas (tidak terikat tradisi, agama atau dogma) dan dengan sedalam –
dalamnya sehingga sampai ke dasar – dasar (akar) persoalan.”

Pengertian Menurut Para Ahli


Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli di antaranya adalah:
1. Robert Akermann, filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang
pendapat-pedapat ilmiah dewasa ini yang dibandingkan pendapat-pendapat
terdahulu yang telah dibuktikan.
2. Leswi White Beck, filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai
metode-metode pemikiran ilmiah, serta mencoba menetapkan nilai dan
pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
3. Cornelius Benjamin, filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan
filsafati yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-
metodenya, konsep-konsepnya serta letaknya dalam kerangka umum dari
cabang intelektual.
4. May Brodbeck, filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis
dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
5. The Liang Gie mendefinisikan filsafat ilmu adalah segenap pemikiran
reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan
ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
6. Paul Nartorp (1854–1924): Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu
dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan
menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya.
7. Johann Gotlich Fickte (1762-1814): Filsafat sebagai
Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu, yakni ilmu umum, yang jadi dasar
segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat
memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari
seluruh kenyataan.
8. Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala
sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan
manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu

7
9. Prof. Dr. Ismaun, M.Pd.: Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan
manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguhsungguh, yakni secara
kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai
dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau
kebenaran yang sejati).

Maka, jika para filsuf ditanyai, “Mengapa A percaya akan Allah”, mereka
tidak akan menjawab, “Karena A telah dikondisikan oleh pendidikan di
sekolahnya untuk percaya kepada Allah,” atau “Karena A kebetulan sedang
gelisah, dan ide tentang suatu figur pelindung (Allah) membuatnya tenteram.”
Dalam hal ini, para filsuf tidak berurusan dengan sebab-sebab, melainkan
dengan dasardasar yang mendukung atau menyangkal pendapat tentang
keberadaan Allah.

Tugas filsafat menurut Socrates (470-399 S.M.) bukan menjawab


pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam kehidupan, melainkan
mempersoalkan jawaban yang diberikan. Kattsoff (1963) di dalam bukunya
Elements of Philosophy memberikan pengertian tentang “filsafat” sebagai berikut:

1) Filsafat adalah berpikir secara kritis.


2) Filsafat adalah berpikir dalam bentuk sistematis.
3) Filsafat harus menghasilkan sesuatu yang runtut.
4) Filsafat adalah berpikir secara rasional.
5) Filsafat harus bersifat komprehensif.

Untuk mendapatkan gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu


dapat dirangkum menjadi tiga yaitu:
1. Suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu
tertentu,
2. Upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep
mengenai ilmu dan upaya untuk membuka tabir dasar-dasar keempirisan,
kerasionalan, dan kepragmatisan, dan
3. Studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka
macam yang ditunjukkan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu
tertentu

8
Cabang-cabang Ilmu Filsafat

Pertanyaan apa saja yang memiliki ciri-ciri di atas merupakan pertanyaan


filsafat. Para filosof Barat telah membahas pertanyaan-pertanyaan seperti ini
sepanjang sejarah, sehingga penjelajahan filsafat telah mendapatkan suatu
struktur yang cukup tertata. Hasilnya, sekarang akan dibicarakan berbagai
‘jurusan’ penyidikan filsafat atau berbagai tipe pertanyaan filsafat. Tentu saja
tidak ada kata final mengenai tipologi ini, tetapi ia mempunyai nilai sebagai suatu
kerangka rujukan bagi seseorang yang sedang berusaha menjelajahi lapangan
filsafat.

Banyak pertanyaan filsafat merupakan pertanyaan tentang logika (logical


questions). Tidak mudah mendefenisikan ‘logika’ yang bisa mencakup seluruh
hal yang dibahas oleh para pakar logika. Meskipun demikian, definisi logika
sebagai suatu pencarian mengenai prinsip-prinsip, sehingga dengan mempelajari
logika, seseorang dapat membedakan antara penalaran yang benar dan tidak
benar. Salah satu contoh untuk mewakili pertanyaan filosofis dari jenis ini adalah:
Apakah artinya mengatakan bahwa “suatu argumen itu ‘valid’ (sah)?”
“Bagaimanakah kita dapat melakukan test keabsahan suatu argumen?.”
Sebagian pertanyaan filsafat memiliki kaitan dengan permasalahan
metafisika. Terkadang, permasalahan ini disebut juga sebagai ontologi.
Biasanya, ontologi didefinisikan sebagai suatu penyelidikan tentang karakter
segala sesuatu yang ada sebagaimana adanya (an investigation concerning the
character of everything that is insofar as it is). Diasumsikan bahwa semata-mata
‘adanya’ (to be) sesuatu-bukan adanya manusia, rumah atau pohon-mesti
memiliki suatu ‘struktur’ tertentu. Ontologi adalah upaya untuk memastikan apa
‘struktur’ tertentu. Pertanyaan: ‘apakah sesuatu itu ada, meskipun tidak
tertangkap persepsi manusia? adalah pertanyaan ontologis.’ Kalimat “setiap
benda adalah suatu substansi yang memiliki setidaknya satu sifat adalah
pertanyaan ontologis.” Beberapa filosof, meskipun mereka menerima pemikiran
metafisika masa lalu sebagai subjek kajian sejarah, berpendapat bahwa tidaklah
mungkin mengangkat pertanyaan sejenis ini, dan lebih tidak mungkin
menawarkan jawaban yang bisa dipertahankan.

9
Berikut ini pengertian cabang-cabang filsafat yang utama:
1. Logika
Logika merupakan cabang filsafat yang menyelidiki lurus tidaknya suatu
pemikiran kita. Lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan
pemikiran yang lurus, tepat dan sehat. Dengan mempelajari logika diharapkan
seseorang akan dapat menerapkan asas bernalar sehingga dapat menarik
kesimpulan dengan tepat.
2. Epistemologi
Epistemologi merupakan bagian filsafat yang menerangkan tentang
terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-
batas, sifat, metode dan kesahihan pengetahuan. Contohnya dalam filsafat ilmu
yaitu mempelajari tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan bagaimana cara
mendapatkannya. Dengan belajar epistemologi dan filsafat ilmu diharapkan
dapat membedakan antara pengetahuan dan ilmu serta mengetahui kebenaran
suatu ilmu itu ditinjau dari isinya.
3. Estetika
Estetika berarti teori tentang penerapan penghayatan panca indra yang
dilakukan dengan penglihatan, pendengaran, perabaan, dan penciuman. Jonas
Cohn mendefinisikan estetika sebagai teori tentang keindahan dan seni.
Sedangkan Max Dessoir beranggapan bahwa estetika jauh lebih luas daripada
bidang keindahan.
Estetika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan.
Objek dari estetika adalah pengalaman akan keindahan. Dengan belajar estetika
diharapkan dapat membedakan antara estetika filsafat dan estetika ilmiah, teori-
teori keindahan, definisi seni, nilai seni dan teori penciptaan dalam seni.
4. Etika
Etika dalam bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti adat kebiasaan. Etika
atau filsafat perilaku adalah cabang filsafat yang membicarakan tindakan
manusia yang baik dan yang buruk. Etika mempersoalkan tindakan manusia
yang dianggap baik yang harus dijalankan, dibedakan dengan tindakan
buruk/jahat yang dianggap tidak manusiawi. Sikap dalam menghadapi tantangan
terhadap pendidikan, menurut Aridin ada beberapa sikap yang dipegang,
bergantung pada dimensi filosofis dari masing-masing intuisi kependidikan itu
sendiri.

10
Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan
manusia dalam hubungannya dengan baik-buruk. Etika dapat membantu kita
mengetahui dan memahami tingkah laku apa yang baik menurut teori-teori
tertentu. Jadi objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia
yang dilakukan secara sadar dan bebas. Objek formal etika adalah kebaikan dan
keburukan.
5. Metafisika
Metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada.
Metafisika membicarakan sesuaru dibalik yang tampak. Dengan belajar
metafisika maka seseorang akan mengenal Tuhannya. Perosalan metafisis
dibagi tiga yaitu ontologi, kosmologi, dan antropologi.
Metafisika membicarakan tentang segala yang ada atau yang dianggap ada.
Dipersoalkannya hakikat segala yang ada itu, sebab dan tujuan gejala. Kalau
fisika membicarakan segala sesuatu yang dapat disentuh oleh panca indra,
adalah metafisika memperkatakan segala yang tak terjangka olehnya. Yang tidak
terjangkau ialah hakikat atau esensi dari yang ada. Contoh persoalan metafisika
antara lain apakah ruang dan waktu itu? manusia sebagai mahluk bebas atau
tidak bebas?

Objek Filsafat Ilmu

Objek filsafat ilmu terbagi menjadi 2 yaitu:


a. Objek material adalah suatu penyelidikan, pemikiran dan penelitian seperti
adanya pohon. Objek material disini ada tiga pembagian yaitu: thinkable
yaitu mengetahui dan merasakan dengan pancaindera kita tentang banyak
hal. Unthinkable yaitu suatu yang tidak pernah difikirkan kita tetapi difikirkan
orang lain. Unthoughtable yaitu sesuatu yang pernah difikirkan tetapi
difikirkan bahwa itu ada.
b. Objek formal filsafat adalah pencarian terhadap yang ada dan yang mungkin
ada secara kontemplatif (merenung atau memandang) pada permasalahan
yang tidak dapat dijangkau oleh pendekatan empiris (pengalaman) dan
observatif (pengamatan) yang biasa berada dalam sains atau dapat
didefinisikan pula suatu objek material yang ditinjau dari berbagai sudut
pandang sehingga menghasilkan ilmu yang berbeda-beda seperti, objek

11
formalnya kita atau batang. Bagaimana kita tau adanya pohon? Bagaimana
pohon itu bisa ada batangnya?

Disimpukan bahwa objek material filsafat ialah hal/objek yang diselidiki,


sedangkan objek formal filsafat ialah sudut pandang atau cara memandang
yang dilakukan oleh seseorang pemikir terhadap objek material atau objek yang
diselidikinya.

Ciri-ciri Filsafat

Dari begitu banyak definisi yang dikutip, apakah ciri utama filsafat yang
tetap hadir? Ciri itu adalah bahwa filsafat adalah upaya manusia untuk
mendapatkan hakikat segala sesuatu.
Menurut Nur A. Fadhil Lubis, filsafat memiliki tiga ciri utama, yakni:
1. Universal (menyeluruh), yaitu pemikiran yang luas dan tidak aspek tertentu
saja.
2. Radikal (mendasar), yaitu pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang
fundamental dan essensial.
3. Sistematis, yaitu mengikuti pola dan metode berpikir yang runtut dan logis
meskipun spekulatif.
Beberapa ahli lain menambahkan ciri-ciri lain, yaitu:
1. Deskriptif, yaitu suatu uraian yang terperinci tentang sesuatu, menjelaskan
mengapa sesuatu berbuat begitu.
2. Kritis, yaitu mempertanyakan segala sesuatu (termasuk hasil filsafat), dan
tidak menerima begitu saja apa yang terlihat sepintas, yang dikatakan dan
yang dilakukan masyarakat.
3. Analisis, yaitu mengulas dan mengkaji secara rinci dan menyeluruh sesuatu,
termasuk konsep-konsep dasar yang dengannya kita memikirkan dunia dan
kehidupan manusia.
4. Evaluatif, yaitu dikatakan juga normatif, maksudnya upaya sungguh-sungguh
untuk menilai dan menyikapi segala persoalan yang dihadapi manusia.
Penilaian itu bisa bersifat pemastian kebenaran, kelayakan dan kebaikan.

5. Spekulatif, yaitu upaya akal budi manusia yang bersifat perekaan,


penjelajahan dan pengandaian dan tidak membatasi hanya pada rekaman
indera dan pengamatan lahiriah.

12
Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah
objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu
pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem
mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan? bagaimana
cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fingsi ilmu itu bagi manusia?.
Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu
pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.

1)   Landasan ontologis pengembangan ilmu

Landasan ontologis pengembangan ilmu artinya titik tolak penelaah ilmu


pengetahuan didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki oleh
seorang ilmuan, yang secara garis besar dibedakan atas dua aliran besar yang
sangat mempengaruhi perkembanga ilmu pengetahuan, yaitu materialisme dan
spiritualisme. Materialisme adalah suatu pandangan metafisik yang menganggap
bahwa tidak ada suatu hal yang nyata selain materi. Spiritualisme adalah suatu
pandangan yang metafisik yang menganggap kenyataan yang terdalam adalah
roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam. Pengembangan ilmu berdasarkan
pada meterialisme cendurung pada ilmu-ilmu kealaman dan menganggap bidang
ilmunya sebagai induk bagi mengembangan ilmu-ilmu lain. Sedangkan
spriritualisme cenderung pada ilmu-ilmu kerohanian dan menganggap bidang
ilmunya sebagai wadah utama bagi titik tolak pengembangan bidang-bidang ilmu
lain.

2)   Landasan epistemologis pengembangan ilmu

Landasan epistemologis pengembangan ilmu artinya titki tolak penelaah


ilmu pengetahuan didasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh
kebenaran. Dalam hal ini yang dimaksud adalah metode ilmial, yang secara garis
besar dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu siklus empiris untuk ilmu-ilmu
kealaman dan metode linear untuk ilmu-ilmu sosial-humaniora. Cara kerja
metode siklus empiris meliputi obsevasi, penerapan metode induksi, melakukan
eksperimentasi, verifikasi atau pengujian ulang terhadap hipotesis yang diajukan,
sehingga melahirkan sebuah teori. Adapun cara kerja metode linear meliputi
penangkapan indrawi terhadap realitas yang diamati, kemudian disusun sebuah

13
pengertian (konsepsi), akhirnya dilakukan prediksi tentang kemungkinan yang
akan terjadi dimasa depan.

3)   Landasan aksiologis pengembangan ilmu pengetahuan

Landasan aksiologis pengembangan ilmu pengetahuan merupakan sikap


etis yang harus dikembangkan oleh seorang ilmuan, terutama dalam kaitanya
dengan nilai-nalai yang diyakini kebenarannya. Dengan demikian, suatu aktifitas
ilmial senantiasa dikaitkan dengan kepercayaan, ideologi yang dianut oleh
masyarakat atau bangsa, tempat ilmu itu dikembangkan (Rizal Mustansyir, dkk,
2001).

Persoalan-persoalan dalam kefilsafatan mengandung ciri-ciri seperti yang


dikemukakan Ali Mudhofir (1996), yaitu sebagai berikut:

1)   Bersifat umum, artinya persoalan kefilsafatan tidak bersangkutan dengan


objek-objek khusus, dengan kata lain sebagaian besar masalah kefilsafatan
berkaitan dengan ide-ide besar. Misalnya: filsafat tidak menanyakan “berapa
uang yang Anda habiskan dalam satu bulan?”. Akan tetapi filsafat menanyakan
“apa kebahagiaan itu?”.

2)   Tidak menyangkut fakta. Dengan kata lain persoalan filsafat lebih bersifat
spekulatif. Persoalan-persoalan yang dihadapi melampaui batas-batas
pengatahuan ilmiah.

3)   Bersangkutan dengan nilai-nilai (values), artinya persoalan-persoalan


kefilsafatan bertalian dengan pernilaian, baik nilai moral, estesis, agama, dan
sosial. Nilai dalam pengetahuan ini adalah suatu kualitas abstrak yang ada pada
sesuatu hal.

4)   Bersifat kritis, filsafat merupakan analisis secara kritis terhadap konsep-


konsep dan arti-arti yang biasanya diterima dengan begitu saja oleh suatu ilmu
tanpa pemeriksaan secara kritis.

5)   Bersifat sinopti, artinya persoalan filsafat mencakup struktur kenyataan


secara keseluruhan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat susunan kenyataan
sebagai keseluruhan.

6)   Bersifat implikatif, kalu sesuatu persoalan filsafat sudah terjawab, maka dari
jawaban tersebut akan memunculkan  persoalan baru yang saling berhubungan.

14
Jawaban yang dikemukakan mengandung akibat-akibat lebih jauh yang
menyentuh kepentingan-kepentingan manusia.

Berfikir kefilsafatan memiliki karakteristik tersendiri yang dapat dibedakan


dari ilmu lain. Beberapa ciri berfikir kefilsafatan dapat dikemukakan sebagai
berikut:

1)   Radikal, artinya berfikir sampai ke akar-akarnya, sehingga sampai hakikat


atau substansi yang dipikirkan.

2)   Universal, artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum seorang


manusia.

3)   Konseptual, artinya merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman


manusia.

4)   Koheran dan konsisten. Koheran artinya sesuai kaidah-kaidah berfikir logis.


Konsisten artinya taat asas, tidak mengandung kontradiksi.

5)   Sistematis, artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus


saling saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau
tujuan tertentu.

6)   Komprehensif, artinya mencakup atau menyeluruh. Berfikir secara


kafilsafatan merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara
keseluruhan.

7)   Bebas, artinya sampai batas-batas yang luas, pemikiran filsafati boleh


dikatakan merupakan hasil pemikiran yang bebas, yaitu bebas dari prasangka-
prasangka sosial, historis, kultural, bahkan religius.

8)   Bertanggung jawab, artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang yang


berfikir sekalugus bertanggung jawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak
terhadap hati nuraninya sendiri (Mustansyir dan Munir, 2001).

Objek Material Filsafat

Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang berwujud, yaitu segala
sesuatu yang ada dan mungkin ada, baik materi konkret, fisik, maupun yang
material abstrak, psikis. Termasuk pula pengertian abstrak-logis, konsepsional,
spiritual, nilai-nilai. Dengan demikian obyek filsafat tak terbatas, yakni segala
sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Objek material filsafat adalah segala

15
yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak
tampak. Objek material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain. Ada yang
tampak adalah dunia empiris, sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam
metafisika. Sebagian filosof membagi objek material filsafat atas tiga bagian,
yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran dan yang ada dalam
kemungkinan.

Objek Material filsafat ilmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu


pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah
tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.
Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan akhirat.
Objek material filsafat (segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat) setidaknya
ada 3 persoalan pokok, 1) Hakikat Tuhan, 2) Hakikat Alam, 3) Hakikat
Manusia. Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam
(kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi – filsafat ketuhanan dalam
konteks hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata Tuhan).
Antropologi, kosmologi dan teologi sekalipun kelihatan terpisah akan tetapi saling
berkaitan juga, sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat
dilepaskan dari yang lain. Ada beberapa pengertian objek material filsafat, yaitu:

1. Segala bentuk pemikiran manusia tentang sesuatu yang ada dan


mungkin ada;

2. Segala persoalan pokok yang dihadapi manusia saat dia berpikir tentang
dirinya dan tempatnya di dunia;

3. Segala pengetahuan manusia serta apa yang ingin diketahui manusia.

Simpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan penulis, dapat disimpulkan


sebagai berikut:
1. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menelaah segala
sesuatu yang ada secara mendasar dan mendalam dengan mempergunakan
akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukannya mempersoalkan gejala-gejala
atau fenomena, akan tetapi mencari hakikat dari fenomena tersebut dengan
kata lain filsafat adalah pangkal dari segala ilmu yang ada dalam pemikiran
manusia.

16
2. Suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu
tertentu, Upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep
mengenai ilmu dan upaya untuk membuka tabir dasar-dasar keempirisan,
kerasionalan, dan kepragmatisan, dan Studi gabungan yang terdiri atas
beberapa studi yang beraneka macam yang ditunjukkan untuk menetapkan
batas yang tegas mengenai ilmu tertentu.
3. Tidak semua pengetahuan dapat menjadi ilmu pengetahuan,
namun pengetahuan yang mempunyai karakteristik tertentu, disusun secara
sistematis, metodis, dan syarat-syarat tertentu.

17
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. (2016). Filsafat Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Akhadiah, S. (2015). Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta: Kencana.

Anwar, M. (2015). Filsafat pendidikan. Jakarta: Kencana.

Burhanuddin, N. (2018). Filsafat Ilmu. Jakarta: Kencana.

Boeriswati, E., & Arung, F. (2019). Filsafat Ilmu-Edisi 2. Tangerang: Universitas


Terbuka

Darwis, I. H., & Tantu, H. H. (2016). Filsafat Ilmu PKLH. Makassar: Alauddin
University Press.

Kriyantono, R. (2019). Pengantar Lengkap Ilmu Komunikasi Filsafat dan Etika


Ilmunya Serta Perspekfif Islam. Jakarta: Prenada Media.

Maerani, I. A. (2016). Filsafat Ilmu dalam Perspektif Hukum Islam. Jurnal


Hukum, 31(1), 1539-1593. Semarang: Unissula

Munir, M. (2018). Filsafat Sejarah. Yogyakarta: UGM PRESS.

Muslih, M. (2016). Integrasi Keilmuan; Isu Mutakhir Filsafat Ilmu. Kalimah: Jurnal


Studi Agama dan Pemikiran Islam, 14 (2), 245-272. Ponorogo: Unida

Nasution, A. T. (2016). Filsafat Ilmu: Hakikat Mencari Pengetahuan. Yogyakarta:


Deepublish.

Prakoso, A. (2017). Filsafat Ilmu dan Ilmu Hukum. Universitas Jember: Laksbang
Justitia

Rofiq, M. N. (2018). Peranan Filsafat Ilmu Bagi Perkembangan Ilmu


Pengetahuan. FALASIFA: Jurnal Studi Keislaman, 9 (1), 161-175.

Sampara, S., & Qamar, N. (2017). Iktisar Filsafat Ilmu. Makassar: SIGN

Sanprayogi, M., & Chaer, M. T. (2017). Aksiologi Filsafat Ilmu dalam


Pengembangan Keilmuan. Ngawi: Al-Murabbi

Simbolon, B. R. (2020). Mata Kuliah: Filsafat Ilmu. Jakarta: Universitas Kristen


Indonesia

18

Anda mungkin juga menyukai