Oleh:
Darma Pambagyo
Zelika Miftahul Rahmatika
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Sumaryanto M.Kes
(Universitas Negeri Yogyakarta)
ABSTRAK
Filsafat merupakan ilmu yang sudah sangat tua. Jika kita membicarakan
filsafat maka pandangan kita akan tertuju jauh ke masa lampau di zaman Yunani
Kuno. Pada masa itu semua ilmu dinamakan filsafat. Dari Yunanilah kata filsafat
ini berasal, yaitu dari kata philos dan sophia. Philos artinya cinta yang sangat
mendalam, dan sophia artinya kebijakan atau kearifan. Istilah filsafat sering
dipergunakan secara populer dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar
maupun tidak sadar. Dalam penggunaan populer, filsafat dapat diartikan sebagai
suatu pendirian hidup (individu) dan dapat juga disebut sebagai pandangan
masyarakat (masyarakat). Mungkin anda pernah bertemu dengan seseorang dan
mengatakan: filsafat hidup saya adalah hidup seperti oksigen, menghidupi orang
lain dan diri saya sendiri‖. Atau orang lain lagi mengatakan: Hidup harus
bermanfaat bagi orang lain dan dunia. Ini adalah contoh sederhana tentang
filsafat seseorang.
Kata Kunci: filsafat, ilmu, hidup
Pendahuluan
1
Tujuan studi filsafat ialah mengantarkan seseorang ke dalam dunia
filsafat, sehingga ia dapat mengetahui apakah filsafat, maksud, dan tujuannya.
Tujuan umumnya ialah menjadikan manusia yang susila. Pengertian “susila” di
sini terdapat dalam ruang lingkup tertentu sesuai dengan tempat dan aturan yang
ada. Orang yang susila dipandang sebagai ahli filsafat, ahli hidup, dan sekaligus
sebagai orang yang bijaksana. Sedangkan tujuan khususnya adalah menjadikan
manusia yang berilmu. Dalam hal ini, ahli filsafat dipandang sebagai orang yang
ahli dalam bidang ilmu pengetahuan (ilmuwan), yang selalu mencari kenyataan
kebenaran dari semua masalah pokok keilmuan.
Filsafat ilmu merupakan salah satu bagian dari filsafat. Bidang ini
mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk
di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Filsafat ilmu adalah filsafat
yang mempelajari & menyelidiki seluas mungkin segala sesuatu tentang ilmu.
2
tetapi filsafat ingin mencari kejelasan makna dan hakikatnya. Misal: Siapakah
manusia itu? Apakah hakikat alam semesta ini? Apakah hakikat keadilan?
Filsafat sering juga dapat diartikan sebagai berpikir reflektif dan kritis
(reflective and critical thinking). Namun, Randall dan Buchler sebagaimana
dikutip oleh Uyoh Sadulloh (2007: 17) memberikan kritik terhadap pengertian
tersebut, dengan mengemukakan bahwadefinisi tersebut tidak memuaskan,
karena beberapa alasan, yaitu: 1) tidak menunjukkan karakteristik yang berbeda
antara berpikir filsafati dengan fungsi-fungsi kebudayaan dan sejarah, 2) para
ilmuwan juga berpikir reflektif dan kritis, padahal antara sains dan filsafat
berbeda, 3) ahli hukum, ahli ekonomi juga ibu rumah tangga sewaktu-waktu
berpikir reflektif dan kritis, padahal mereka bukan filsuf atau ilmuwan.
Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang masalah yang sudah dipaparkan secara
detail pada bagian sebelumnya, maka berikut adalah ringkasan identifikasi
masalah pada makalah ini.
a. Apa yang dimaksud dengan Filsafat?
b. Apa saja cabang-cabang Filsafat?
c. Bagaimana ciri-ciri Filsafat?
d. Apa saja Objek Filsafat Ilmu?
e. Apa Pengetian Objek Formal dan Objek Material Filsafat Ilmu?
Pembahasan
Pengertian Filsafat
3
merupakan suatu penyelidikan lanjutan. Karena, apabila para penyelenggara
melakukan menyelidikan terhadap objek-objek serta masalah-masalah yang
berjenis khusus dari masing-masing ilmu itu sendiri, maka orangpun dapat
melakukan penyelidikan lanjutan terhadap kegiatan-kegiatan ilmiah tersebut.
Dengan mengalihkan perhatian objek-objek yang sebenarnya dari penyelidikan
ilmiah kepada proses penyelidikannya sendiri, maka muncullah suatu matra baru
(Soejono Soemargono, 2003 :1).
Filsafat menurut Driyarkara (2006: 999) menyatakan dari keinginan akan
mengerti, akan kebenaran, timbul ilmu-ilmu pengetahuan, dan akhirnya
muncullah filsafat. Filsafat itu timbul dari setiap orang, asal saja orang itu hidup
sadar dan menggunakan pikiran.
Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua yaitu filsafat ilmu dalam arti
luas dan sempit, filsafat ilmu dalam arti luas yaitu menampung permasalahan
yang menyangkut hubungan luar dari kegiatan ilmiah, sedangkan dalam arti
sempit yaitu menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan
dalam yang terdapat di dalam ilmu. Banyak pendapat yang memiliki makna serta
penekanan yang berbeda tentang filsafat ilmu. Menurut Prof. Dr. Conny R.
Semiawan, dkk mengartikan filsafat ilmu dalam empat titik pandang yaitu
mengelaborasikan implikasi yang lebih luas dari ilmu, mengasimilasi filsafat ilmu
dengan sosiologi, suatu sistem yang di dalamnya konsep dan teori tentang ilmu
dianalisis dan diklasifikasi, dan suatu patokat tingkat kedua yang dapat
dirumuskan antara doing science dan thinking tentang bagaimana ilmu harus
dilakukan.
Pengertian Secara Etimologis dan Terminologis
Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Philosophia, Philos
artinya suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan Sophia artinya
kebijaksanaan. Dengan demikian secara sederhana filsafat dapat diartikan cinta
atau kecenderungan pada kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan
oleh Pyhthagoras.
Istilah filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki pada kata falsafah dari
bahasa Arab, philosopy dari bahasa Inggris, philosophia dari bahasa Latin dan
philosophie dari bahasa Jerman, Belanda dan Perancis. Semua istilah itu
bersumber pada istilah Yunani philosophia, yaitu philein berarti mencintai,
4
sedangkan philos berarti teman. Selanjutnya, istilah sophos berarti bijaksana,
sedangkan sophia berarti kebijaksanaan.
Secara terminologi pengertian filsafat menurut para filsuf sangat
beragam, Al-Farabi mengartikan filsafat adalah ilmu yang menyelidiki hakikat
yang sebenarnya dari segala yang ada (ilmu itu ada, dengan kehidupan yang
ada). Ibnu Rusyd mengartikan filsafat sebagai ilmu yang perlu dikaji oleh
manusia karena dia dikaruniai akal. Menurut Francis Bacon, filsafat merupakan
induk agung dari ilmu-ilmu, dan filsafat menangani semua pengetahuan sebagai
bidangnya. Immanuel Kant mengatakan bahwa filsafat sebagai ilmu yang
menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan yang di dalamnya mencakup
masalah epistimologi yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.
Aristoteles mengartikan filsafat sebagai ilmu yang meliputi kebenaran yang
terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika. Adapun Rene Descartes mengartikan filsafat sebagai
kumpulan segala pengetahuan, di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi
pokok penyelidikan. Menurut Koento Wibisono:
Filsafat dari satu segi dapat didefinisikan sebagai ilmuyang berusaha untuk
memahami hakikat dari sesuatu yang “ada” yang dijadikan objek
sasarannya, sehingga filsafat ilmu pengetahuan yang merupakan salah
satu cabang filsafat dengan sendirinya merupakan ilmu yang berusaha
untuk memahami apakah hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri.
Pernyataan Robert Ackermann ialah Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah
sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan
perbandingan terhadap pendapat-pendapat lampau yang telah dibuktikan atau
dalam kerangka ukuran-ukuran yang dikembangkan dari pendapat-pendapat
demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian bukan suatu cabang yang bebas dari
praktek ilmiah senyatanya.
5
sesuatu sedalam-dalamnya. Hal yang membawa usahanya itu kepada suatu
kesimpulan universal dari kenyataan partikular atau khusus, dari hal yang
tersederhana sampai yang terkompleks. Dengan kata lain bahwa secara umum
filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang
merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga
diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam
memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang
luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Ada beberapa definisi yang telah diberikan oleh pemikir atau filosof :
Plato (427 SM – 348 SM) “Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat
mencapai kebenaran yang asli.”
Aristoteles (382 SM – 322 SM) “Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu – ilmu metafisika,
logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.”
Al Farabi (870 M – 950 M) “Filsafat ialah ilmu pengetahuan tentang alam
maujud bagaimana hakekatnya yang sebenarnya.”
Descartes (1590 M – 1650 M) “Filsafat adalah kumpulan segala
pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok
penyelidikan.”
Immanuel Kant (1724 M – 1804 M) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan, yang tercakup di
dalamnya beberapa persoalan:
1. Apakah yang dapat kita ketahui? (Jawabnya : Metafisika)
2. Apakah yang harus kita kerjakan? (Jawabnya : Etika)
3. Sampai dimanakah harapan kita? (Jawabnya : Agama)
4. Apakah yang dinamakan manusia? (jawabnya : Antropologi)
6
Harun Nasution: “Filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dan
bebas (tidak terikat tradisi, agama atau dogma) dan dengan sedalam –
dalamnya sehingga sampai ke dasar – dasar (akar) persoalan.”
7
9. Prof. Dr. Ismaun, M.Pd.: Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan
manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguhsungguh, yakni secara
kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai
dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau
kebenaran yang sejati).
Maka, jika para filsuf ditanyai, “Mengapa A percaya akan Allah”, mereka
tidak akan menjawab, “Karena A telah dikondisikan oleh pendidikan di
sekolahnya untuk percaya kepada Allah,” atau “Karena A kebetulan sedang
gelisah, dan ide tentang suatu figur pelindung (Allah) membuatnya tenteram.”
Dalam hal ini, para filsuf tidak berurusan dengan sebab-sebab, melainkan
dengan dasardasar yang mendukung atau menyangkal pendapat tentang
keberadaan Allah.
8
Cabang-cabang Ilmu Filsafat
9
Berikut ini pengertian cabang-cabang filsafat yang utama:
1. Logika
Logika merupakan cabang filsafat yang menyelidiki lurus tidaknya suatu
pemikiran kita. Lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan
pemikiran yang lurus, tepat dan sehat. Dengan mempelajari logika diharapkan
seseorang akan dapat menerapkan asas bernalar sehingga dapat menarik
kesimpulan dengan tepat.
2. Epistemologi
Epistemologi merupakan bagian filsafat yang menerangkan tentang
terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-
batas, sifat, metode dan kesahihan pengetahuan. Contohnya dalam filsafat ilmu
yaitu mempelajari tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan bagaimana cara
mendapatkannya. Dengan belajar epistemologi dan filsafat ilmu diharapkan
dapat membedakan antara pengetahuan dan ilmu serta mengetahui kebenaran
suatu ilmu itu ditinjau dari isinya.
3. Estetika
Estetika berarti teori tentang penerapan penghayatan panca indra yang
dilakukan dengan penglihatan, pendengaran, perabaan, dan penciuman. Jonas
Cohn mendefinisikan estetika sebagai teori tentang keindahan dan seni.
Sedangkan Max Dessoir beranggapan bahwa estetika jauh lebih luas daripada
bidang keindahan.
Estetika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan.
Objek dari estetika adalah pengalaman akan keindahan. Dengan belajar estetika
diharapkan dapat membedakan antara estetika filsafat dan estetika ilmiah, teori-
teori keindahan, definisi seni, nilai seni dan teori penciptaan dalam seni.
4. Etika
Etika dalam bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti adat kebiasaan. Etika
atau filsafat perilaku adalah cabang filsafat yang membicarakan tindakan
manusia yang baik dan yang buruk. Etika mempersoalkan tindakan manusia
yang dianggap baik yang harus dijalankan, dibedakan dengan tindakan
buruk/jahat yang dianggap tidak manusiawi. Sikap dalam menghadapi tantangan
terhadap pendidikan, menurut Aridin ada beberapa sikap yang dipegang,
bergantung pada dimensi filosofis dari masing-masing intuisi kependidikan itu
sendiri.
10
Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan
manusia dalam hubungannya dengan baik-buruk. Etika dapat membantu kita
mengetahui dan memahami tingkah laku apa yang baik menurut teori-teori
tertentu. Jadi objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia
yang dilakukan secara sadar dan bebas. Objek formal etika adalah kebaikan dan
keburukan.
5. Metafisika
Metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada.
Metafisika membicarakan sesuaru dibalik yang tampak. Dengan belajar
metafisika maka seseorang akan mengenal Tuhannya. Perosalan metafisis
dibagi tiga yaitu ontologi, kosmologi, dan antropologi.
Metafisika membicarakan tentang segala yang ada atau yang dianggap ada.
Dipersoalkannya hakikat segala yang ada itu, sebab dan tujuan gejala. Kalau
fisika membicarakan segala sesuatu yang dapat disentuh oleh panca indra,
adalah metafisika memperkatakan segala yang tak terjangka olehnya. Yang tidak
terjangkau ialah hakikat atau esensi dari yang ada. Contoh persoalan metafisika
antara lain apakah ruang dan waktu itu? manusia sebagai mahluk bebas atau
tidak bebas?
11
formalnya kita atau batang. Bagaimana kita tau adanya pohon? Bagaimana
pohon itu bisa ada batangnya?
Ciri-ciri Filsafat
Dari begitu banyak definisi yang dikutip, apakah ciri utama filsafat yang
tetap hadir? Ciri itu adalah bahwa filsafat adalah upaya manusia untuk
mendapatkan hakikat segala sesuatu.
Menurut Nur A. Fadhil Lubis, filsafat memiliki tiga ciri utama, yakni:
1. Universal (menyeluruh), yaitu pemikiran yang luas dan tidak aspek tertentu
saja.
2. Radikal (mendasar), yaitu pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang
fundamental dan essensial.
3. Sistematis, yaitu mengikuti pola dan metode berpikir yang runtut dan logis
meskipun spekulatif.
Beberapa ahli lain menambahkan ciri-ciri lain, yaitu:
1. Deskriptif, yaitu suatu uraian yang terperinci tentang sesuatu, menjelaskan
mengapa sesuatu berbuat begitu.
2. Kritis, yaitu mempertanyakan segala sesuatu (termasuk hasil filsafat), dan
tidak menerima begitu saja apa yang terlihat sepintas, yang dikatakan dan
yang dilakukan masyarakat.
3. Analisis, yaitu mengulas dan mengkaji secara rinci dan menyeluruh sesuatu,
termasuk konsep-konsep dasar yang dengannya kita memikirkan dunia dan
kehidupan manusia.
4. Evaluatif, yaitu dikatakan juga normatif, maksudnya upaya sungguh-sungguh
untuk menilai dan menyikapi segala persoalan yang dihadapi manusia.
Penilaian itu bisa bersifat pemastian kebenaran, kelayakan dan kebaikan.
12
Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah
objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu
pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem
mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan? bagaimana
cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fingsi ilmu itu bagi manusia?.
Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu
pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.
13
pengertian (konsepsi), akhirnya dilakukan prediksi tentang kemungkinan yang
akan terjadi dimasa depan.
2) Tidak menyangkut fakta. Dengan kata lain persoalan filsafat lebih bersifat
spekulatif. Persoalan-persoalan yang dihadapi melampaui batas-batas
pengatahuan ilmiah.
6) Bersifat implikatif, kalu sesuatu persoalan filsafat sudah terjawab, maka dari
jawaban tersebut akan memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan.
14
Jawaban yang dikemukakan mengandung akibat-akibat lebih jauh yang
menyentuh kepentingan-kepentingan manusia.
Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang berwujud, yaitu segala
sesuatu yang ada dan mungkin ada, baik materi konkret, fisik, maupun yang
material abstrak, psikis. Termasuk pula pengertian abstrak-logis, konsepsional,
spiritual, nilai-nilai. Dengan demikian obyek filsafat tak terbatas, yakni segala
sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Objek material filsafat adalah segala
15
yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak
tampak. Objek material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain. Ada yang
tampak adalah dunia empiris, sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam
metafisika. Sebagian filosof membagi objek material filsafat atas tiga bagian,
yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran dan yang ada dalam
kemungkinan.
2. Segala persoalan pokok yang dihadapi manusia saat dia berpikir tentang
dirinya dan tempatnya di dunia;
Simpulan
16
2. Suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu
tertentu, Upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep
mengenai ilmu dan upaya untuk membuka tabir dasar-dasar keempirisan,
kerasionalan, dan kepragmatisan, dan Studi gabungan yang terdiri atas
beberapa studi yang beraneka macam yang ditunjukkan untuk menetapkan
batas yang tegas mengenai ilmu tertentu.
3. Tidak semua pengetahuan dapat menjadi ilmu pengetahuan,
namun pengetahuan yang mempunyai karakteristik tertentu, disusun secara
sistematis, metodis, dan syarat-syarat tertentu.
17
DAFTAR PUSTAKA
Darwis, I. H., & Tantu, H. H. (2016). Filsafat Ilmu PKLH. Makassar: Alauddin
University Press.
Prakoso, A. (2017). Filsafat Ilmu dan Ilmu Hukum. Universitas Jember: Laksbang
Justitia
Sampara, S., & Qamar, N. (2017). Iktisar Filsafat Ilmu. Makassar: SIGN
18