FILSAFAT ILMU
OLEH:
NORIS
Secara etimologis, istilah “filsafat”, yang merupakan persamaan kata falsafah (bahasa Arab) dan
philosophy (bahasa Inggris), berasal dan bahasa Yunani (philosophia). Kata philosophia
merupakan kata majemuk yang terdiri dan kata (philos) dan (sophia). Kata philos berarti kekasih,
bisa juga berarti sahabat. Adapun sophia berarti kebijaksanaan atau kearifan, bisa juga berarti
pengetahuan (Rapar, 2000: 5). Secara harfiah philosophia berarti yang mencintai kebijaksanaan
atau sahabatr pengetahuan. OIeh karena itu, istilah philosophia telah diindonesiakan menjadi
“fiIsafat”, seyogyanya ajektifnya adalah “filsafat” dan bukan “filosofis”. Apabila mengacu kepada
orangnya, kata yang tepat digunakan yaitu “filsuf’ dan bukan “filosof’. Kecuali bila digunakan kata
“filosofi” dan bukan “filsafat”, maka ajektifnya yang tepat ialah “filosofis”, sedangkan yang
mengacu kepada orangnya ialah kata filosof.
Jadi filsafat secara umum bisa diartikan sebagai kebijaksanaan hidup (filosofia) untuk
memberikan suatu pandangan hidup yang menyeluruh berdasarkan refleksi atas pengalaman
hidup maupun pengalaman ilmiah. Filsafat bisa diartikan sebagai ilmu yang berusaha mencari
sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah
pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai
kehidupan yang dicita-citakannya.
Pertama-tama tampaknya perlu dikemukakan bahwa filsafat ilmu bukanlah ilmu filsafat.
Filsafat ilmu, singkatnya, adalah filsafat yang menelusuri dan menyelidiki sedalam dan seluas
mungkin segala sesuatu mengenai semua ilmu, terutama hakekatnya, tanpa melupakan
metodenya. Istilah “ilmu filsafat” bukanlah istilah yang tepat, sebab dengan demikian filsafat
seakan-akan ilmu, sedangkan, seperti telah dikemukakan sebelum ini, filsafat ukanlah ilmu,
karena filsafat adalah Pengetahuan yang non-empirik, yaitu, tidak berdasarkan pemahaman
inderawi. Sebagaimana telah kita ketahui pemahaman inderawi dan pembuktian empirik
merupakan suatu komponen yang vital dari suatu untuk dapat disebut denga “ilmu” atau
“pengetahuan ilmiah” (Semiawan, dkk, 2005: 117).
Filsafat ilmu merupakan proses menyatukan yang metafisik dengan yang fisik,
menyatukan yang metateknik dengan yang teknik, menyatukan yang makro dengan yang mikro,
menyatukan sesuatu yang hersifat umum dengan yang khusus. Filsafat ilmu sesungguhnya akan
menjembata Iahirnya pendekatan multidisiplin yang sangat diperlukan karena terbatas dan
sempitnya kajian keilmuan terhadap realitas fisik yang sesungguhnya bersifat multidimensional.
Di samping itu, filsafat ilmu diperlukan karena kajian keilmuan yang makin spesifik
mengakibatkan ilmu pengetahuan tidak bisa memecahkan problem kemanusiaan dan kehidupan
yang makin modern yang menjadi makin kompleks. Problem kemanusiaan dan kehidupan ini
bersifat multidimensional yang tidak bisa di pecahkan melalui pendekatan tunggal keilmuan saja.
Kini diperlukan suatu pendekatan yang multidisiplin yang melihatkan berbagai kajian (Musa
Asy’arie, 2016: 8). Filsafat Ilmu, sebagai cabang dari Ilmu Filsafat dapat dipandang dari dua sisi,
sebagai sebuah disiplin ilmu dan sebagai landasan filosofis proses keilmuan. Filsafat Ilmu
membicarakan objek khusus yaitu ilmu pengetahuan sebagai kajiannya. Lebih jauh Filsafat ilmu
sekaligus juga merupakan kerangka dalam proses penggalian ilmu atau memberikan perspektif
untuk melihat hakikat ilmu dan menjelaskan landasan filosofisnya (Muslih, 2006: 56).
Berdasarkan uraian diatas, filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat yang
berkaitan dengan masalah ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu mempelajari dasar-dasar berfilsafat,
asumsi, dan implikasi dari ilmu, termasuk di dalamnya ilmu alam dan ilmu sosial. Filsafat ilmu
dilihat secara luas artinya menampung permasalahan yang menyangkut hubungan keluar dari
kegiatan ilmiah, seperti: tata susila yang menjadi pegangan penyelenggara ilmu. Sedangkan
secara arti sempit filsafat ilmu adalah menampung permasalahan yang bersangkutan dengan
hubungan ke dalam yang terdapat di dalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat pengetahuan
ilmiah, dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah.
Konsep filsafat ilmu telah didefinisikan dan didekati oleh berbagai para ahli. Berikut adalah
pandangan beberapa tokoh yang terkemuka dalam bidang ini:
Karl Popper, seorang filsuf ilmu terkenal, mengembangkan ide falsifikasi sebagai dasar metode
ilmiah yang sah. Menurut Popper, suatu teori atau hipotesis dapat dianggap ilmiah jika dapat
diuji secara empiris dan dapat dipalsukan (falsifiable). Falsifikasi adalah upaya untuk
membuktikan bahwa suatu teori salah, dan teori yang dapat bertahan melawan upaya falsifikasi
menjadi lebih kuat.
Thomas Kuhn memperkenalkan konsep paradigma dalam bukunya "The Structure of Scientific
Revolutions." Menurutnya, ilmu pengetahuan mengalami revolusi ilmiah saat paradigma
dominan digantikan oleh paradigma baru. Kuhn menggambarkan bahwa pengembangan ilmu
pengetahuan terjadi bukan secara kumulatif, tetapi melalui pergeseran paradigma yang
mendasar. Imre Lakatos mengembangkan konsep program penelitian sebagai unit analisis dalam
filsafat ilmu. Program penelitian adalah serangkaian teori yang berkembang seiring waktu dan
dapat dimodifikasi tanpa menggantikan struktur dasarnya. Lakatos menyoroti pentingnya suatu
program penelitian dalam mengevaluasi kemajuan ilmiah. Paul Feyerabend mengusulkan
pandangan epistemologis yang disebut "anarkisme epistemologis" dalam bukunya "Against
Method." Ia berpendapat bahwa tidak ada metode ilmiah universal yang dapat memandu seluruh
pengembangan ilmu pengetahuan. Sebaliknya, Feyerabend mempertimbangkan
keanekaragaman dan fleksibilitas metode ilmiah. Willard Van Orman Quine memperkenalkan ide
holisme konfirmasional, yang menyatakan bahwa teori-teori ilmiah harus dinilai sebagai suatu
kesatuan. Menurut Quine, satu teori tidak dapat diuji secara terpisah dari teori-teori lainnya, dan
revisi teori dapat terjadi dalam konteks holistik. Bertrand Russell menekankan pentingnya logika
dan analisis filosofis dalam ilmu pengetahuan. Ia mencari dasar-dasar logis untuk pengetahuan
an mempertanyakan konsep-konsep mendasar seperti keberlanjutan waktu dan objektivitas
pengalaman. John Dewey memandang ilmu pengetahuan sebagai alat untuk memahami dan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengadvokasi pendekatan pragmatis
yang menekankan penggunaan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan
manusia.
Pandangan para ahli ini mencerminkan keragaman pendekatan dan pandangan dalam filsafat
ilmu, menyoroti kompleksitas dan evolusi konsep tersebut sepanjang sejarah.
Hubungan antara ilmu sebagai filsafat, pada mulanya ilmu yang pertama kali muncul adalah filsfat
dan ilmu-ilmu khusus menjadi begian dari filsafat. Dengan demikian ada yang mengatakan filsafat
sebagai induk atau ilmu pengetahuan.
Karena objek materialnya filsafat sangat umum, yaitu seluruh kenyataan, padahal ilmu-ilmu
membutuhkan objek material yang khusus, hal ini berakibat berpisahnya ilmu dari filsafat.
Meskipun dalam perkembangannya hubungan filsafat dengan ilmu tidak berarti terputus.
Disinilah filsafat bertugas mengatasi spesialisai dan merumuskan suatu pandangan hidup yang
didasrkan atas pengalaman kemanusiaan yang luas. Oleh karena itu, filsafat merupakan salah
satu bagian dari proses pendidikan secara alami dari mahluk yang berfikir.
Filsafat ilmu adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu,
terhadap lambang-lambang yang digunakan, dan terhadap struktur penalaran tentang sistem
lambang yang digunakan. Memberikan pemahaman untuk mengkaji ilmu-ilmu empirik dan
rasional yang menyangkut etika dan estetika, sejarah, antropologi, dan geologi. Filsafat ilmu
adalah upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep dan postulat mengenai ilmu
dan upaya membuka tabir dasar-dasar keempirisan, ke-rasional-an, dan ke-pragmatis-an.
Dengan belajar filsafat maka kita dapat mengetahui atau memperoleh kejelasan tentang ilmu-
ilmu mengenai kuantitas, kualitas, ruang, waktu, dan hukum. Filsafat ilmu adalah studi gabungan
yang terdiri dari beberapa studi beraneka ragam yang ditujukan untuk menetapkan batas yang
tegas mengenai ilmu tertentu, untuk menguraikan pertautan atau antar hubungan yang ada pada
studi yang satu terhadap yang lain, dan untuk mengkaji implikasi sumbangannya terhadap suatu
teori, baik teori yang bersifat semesta maupun teori yang unsur-unsurnya ”terpakai” dimana-
mana.
Jadi secara umum konsep Filsafat Ilmu melalui Hubungan Pengetahuan, Ilmu, dan Filsafat yaitu
Pengetahuan:
Ilmu:
Filsafat:
Filsafat Ilmu: Mempertanyakan dasar ontologis dan etika ilmu pengetahuan. Refleksi
mendalam tentang hubungan antara pengetahuan, kebenaran, dan nilai-nilai.
Ilmu: Fokus lebih pada aplikasi pengetahuan untuk memahami dan menjelaskan dunia.
Titik Temu:
Penekanan pada Metode Ilmiah: Keduanya mengakui pentingnya metode ilmiah sebagai
alat untuk mendapatkan pengetahuan yang dapat diandalkan.
Perbedaan:
Fokus Subyek:
Filsafat Ilmu: Lebih pada pertanyaan filosofis dan epistemologis yang bersifat abstrak.
Ilmu: Lebih terfokus pada aplikasi praktis pengetahuan dalam konteks ilmu pengetahuan
tertentu.
Tujuan Akhir:
Filsafat Ilmu: Bertujuan untuk pemahaman mendalam tentang sifat dasar ilmu
pengetahuan.
Contoh Penerapan:
Dalam konteks ini, filsafat ilmu memberikan kerangka reflektif yang mendalam, sementara ilmu
berfokus pada penggunaan pengetahuan untuk merancang solusi praktis dalam ilmu
pengetahuan tertentu.
2. Jelaskan latar belakang dan manfaat matrikulasi filsafat ilmu bagi program studi saudara?
Latar Belakang:
Matrikulasi filsafat ilmu bagi ilmu administrasi dan kebijakan kesehatan masyarakat menjadi
relevan karena kompleksitas tantangan yang dihadapi dalam mengelola organisasi kesehatan dan
merancang kebijakan kesehatan. Ilmu administrasi memerlukan pemahaman mendalam tentang
dasar-dasar ilmiah dan etika yang mendasari pengelolaan organisasi. Di sisi lain, kebijakan
kesehatan masyarakat perlu dipandu oleh landasan konseptual yang kuat untuk mengatasi isu-
isu kesehatan masyarakat yang kompleks.
Matrikulasi filsafat ilmu memungkinkan para profesional di bidang administrasi dan kebijakan
kesehatan untuk memiliki pemahaman mendalam tentang epistemologi ilmu. Hal ini membantu
mereka mengenali bagaimana pengetahuan dikonstruksi dan disebarluaskan, membentuk dasar
untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.
Filsafat ilmu membantu dalam pengembangan kemampuan analisis dan kritis terhadap aspek-
aspek ontologis dan epistemologis dalam ilmu administrasi dan kebijakan kesehatan. Ini
memungkinkan profesional untuk mengevaluasi landasan ilmiah dari kebijakan dan praktik
manajerial yang mereka hadapi.
Etika dalam Pengambilan Keputusan:
Matrikulasi filsafat ilmu membawa pemahaman etika ke dalam pemikiran administratif dan
kebijakan kesehatan. Ini membantu para profesional untuk membuat keputusan yang tidak
hanya efektif secara praktis, tetapi juga bermoral dan sesuai dengan nilai-nilai yang mendasari
ilmu pengetahuan dan kesehatan masyarakat.
Filsafat ilmu membekali individu dengan kemampuan untuk mengelola konflik nilai dan
perspektif yang mungkin muncul dalam konteks administrasi dan kebijakan kesehatan. Ini
mempromosikan kerjasama yang lebih baik dan pengambilan keputusan yang lebih inklusif.
Para profesional akan lebih memahami tujuan dan makna di balik ilmu pengetahuan dan
kebijakan kesehatan masyarakat, membantu mereka menyusun strategi dan program yang lebih
efektif dan sesuai dengan landasan konseptual yang benar.
Kesimpulannya:
Matrikulasi filsafat ilmu dalam konteks ilmu administrasi dan kebijakan kesehatan masyarakat
dapat memberikan landasan konseptual yang kokoh, etika yang kuat, dan pemahaman
mendalam terhadap sifat dan tujuan ilmu pengetahuan. Ini dapat menghasilkan praktisi yang
lebih terampil, kritis, dan moral dalam menghadapi tantangan kompleks di bidang kesehatan
masyarakat.
3. Apa yang dimaksud dengan landasan ontologi, epistemologi, dan aksiologi ilmu? Jelaskan
penerapannya pada tugas rancangan proposal tesis saudara?
Landasan Ontologi adalah cabang filsafat yang mempersoalkan masalah ada, dan meliputi
persoalan seperti apakah artinya ada, apakah golongan-golongan dari yang ada?, apakah sifat
dasar kenyataan, dan hal ada yang terakhir?, apakah cara-cara yang berbeda dalam mana entitas
dari kategori logis dapat dikatakan ada ?. Istilah Ontology berasal dari kata Yunani onta yang
berarti ”sesuatu yang sungguh-sungguh ada”, kenyataan yang sesungguhnya, dan logos yang
berarti ”studi tentang”, ”teori yang membicarakan”. Ontologi mempelajari ciri hakiki (pokok)
dari keberadaan yang berbeda dari studi tentang hal-hal yang paling abstrak, dan pertanyaan
yang diajukan adalah ”Apakah keberadaan (ada) itu? Apakah hakikat keberadaan sebagai
keberadaan. Ontologi merupakan cabang filsafat yang membicarakan tatanan (keteraturan) dan
struktur kenyataan dalam arti luas. Kategori-kategori yang dipakai adalah : mengada/menjadi,
aktualisasi/potensialitas, nyata/nampak, perubahan, eksistensi/non eksistensi, hakikat,
kemutlakan, yang terdalam. Ontologi berarti ilmu tentang yang ada sebagai ada; ilmu tentang
intisari sesuatu.
Dalam tinjauan ini lebih menekankan kepada objek apa yang ditelaah ilmu, bagaimana wujud
yang hakiki dari objek tersebut dan bagaimana hubungan antara objek dengan daya tangkap
manusia (berfikir, merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan. Dengan kata lain
landasan ontologi berkaitan dengan hakekat dari ilmu atau keberadaan ilmu.
Landasan Aksiologi dari ilmu pengetahuan adalah analisis tentang penerapan hasil-hasil temuan
ilmu pengetahuan. Penerapan ilmu pengetahuan dimaksudkan untuk memudahkan pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan dan keluhuran hidup manusia. Dasar aksiologi ilmu membahas tentang
manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang didapatkannya. Tidak dapat dipungkiri,
ilmu telah memberikan sumbangan begitu besar bagi kehidupan manusia. Ilmu mampu memberi
kemudahan-kemudahan bagi manusia dalam mengendalikan kekuatan-kekuatan alam. Secara
etimologi aksiologi berasal dari kata axios yang berarti nilai dan logos yang berarti ilmu atau teori.
Aksiologi sebagai teori tentang nilai membahas hakikat nilai, sehingga disebut filsafat nilai.
Dalam tinjauan ini lebih untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu digunakan, bagaimana
keterkaitan antara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral dan bagaimana penentuan
objek yang ditelaah berdasarkan pilihan moral. Landasan aksiologi ilmu berkaitan dengan
dampak atau manfaat ilmu bagi kesejahteraan umat manusia.
Pertimbangan Etis:
Meskipun ilmu pengetahuan berusaha untuk menjadi bebas nilai, pertimbangan etis tetaplah
penting. Hal ini mencakup tanggung jawab peneliti untuk menjaga integritas penelitian,
melindungi hak dan kesejahteraan subjek penelitian, dan melibatkan pertimbangan etika dalam
setiap tahap penelitian. Walaupun tujuan utama ilmu pengetahuan adalah objektivitas, etika
tetap menjadi landasan penting dalam menjalankan penelitian yang mematuhi norma-norma
moral.
Kekuasaan:
Bebas nilai juga mencakup menghindari penyalahgunaan kekuasaan dalam konteks ilmu
pengetahuan. Ini mengacu pada upaya untuk mencegah dominasi atau manipulasi ilmu
pengetahuan oleh kelompok atau individu tertentu yang mungkin memiliki kepentingan politik,
ekonomi, atau ideologis tertentu. Ilmu pengetahuan yang bebas nilai harus menjaga
kemandiriannya dari tekanan kekuasaan yang dapat memengaruhi integritas dan obyektivitas
penelitian.
Dalam praktiknya, pencapaian nilai-bebas dalam ilmu pengetahuan seringkali menjadi tantangan,
dan beberapa filsuf dan peneliti berpendapat bahwa nilai-nilai dan norma-norma tertentu
mungkin selalu memainkan peran dalam keputusan penelitian. Namun, upaya untuk
meminimalkan pengaruh nilai eksternal dan mempertimbangkan pertimbangan etis tetap
merupakan bagian penting dari upaya menuju ilmu pengetahuan yang obyektif dan independen.
Kode etik seorang ilmuwan adalah seperangkat norma dan prinsip etika yang mengatur perilaku
dan tindakan ilmuwan dalam konteks penelitian, publikasi, dan kolaborasi ilmiah. Kode etik ini
bertujuan untuk memastikan integritas, kejujuran, dan tanggung jawab dalam praktik ilmiah.
Meskipun tidak ada kode etik universal yang berlaku untuk semua ilmuwan, banyak organisasi
ilmiah dan lembaga penelitian memiliki panduan etika yang harus diikuti oleh para anggotanya.
Beberapa prinsip umum yang sering termasuk dalam kode etik seorang ilmuwan melibatkan:
Integritas Ilmiah:
Ilmuwan diharapkan untuk menjalankan penelitian dengan integritas, mematuhi aturan, dan
menghindari praktik-praktik penelitian yang tidak etis seperti pencurian intelektual, manipulasi
data, atau plagiat.
Ilmuwan diharapkan untuk menyajikan temuan mereka secara jujur dan transparan. Ini termasuk
melaporkan data dan metode secara akurat, serta mengakui keterbatasan atau ketidakpastian
dalam penelitian mereka.
Jika penelitian melibatkan partisipasi manusia atau hewan, ilmuwan diharapkan untuk
menghormati hak dan kesejahteraan subjek penelitian. Hal ini termasuk mendapatkan
persetujuan informasi yang sesuai dan melaksanakan penelitian dengan etika.
Ilmuwan diharapkan untuk menghindari konflik kepentingan yang dapat merusak integritas
penelitian. Kecurangan, seperti menyembunyikan konflik kepentingan atau hasil penelitian yang
tidak sesuai dengan harapan, harus dihindari.
Ilmuwan diharapkan untuk menghargai karya rekan ilmiah dengan memberikan penghargaan
yang tepat melalui sitasi atau bentuk pengakuan lainnya. Penghormatan terhadap kerja sama
ilmiah dan kontribusi kolega juga menjadi bagian penting dari etika ilmiah.
Ilmuwan diharapkan untuk berkontribusi pada pendidikan dan penyebaran pengetahuan. Hal ini
melibatkan komitmen untuk berbagi hasil penelitian dengan masyarakat ilmiah dan masyarakat
umum melalui publikasi dan komunikasi ilmiah.
Ilmuwan diharapkan untuk memahami dan merespons implikasi etika dan sosial dari penelitian
mereka. Ini mencakup pertimbangan dampak penelitian terhadap masyarakat dan lingkungan
serta tanggung jawab terhadap keberlanjutan dan kesejahteraan umum.
Kode etik seorang ilmuwan bertujuan untuk menciptakan lingkungan ilmiah yang sehat, dapat
dipercaya, dan dapat diterima secara moral, serta untuk menjaga kehormatan profesi ilmiah.
Organisasi-organisasi ilmiah dan lembaga penelitian biasanya menyediakan panduan etika
khusus yang memberikan arahan lebih rinci sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing.