Anda di halaman 1dari 8

FILSAFAT ILMU

“Tugas Mid Semester: Filsafat Ilmu di Kaitkan


Dengan Etika Akademik”

NAMA: NATALIA G R DIEN

NIM : 20200210082

DOSEN: Prof. Dr. Ir. I Ketut Suwetja M.Sc

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON

DESEMBER 2020
BAB I

PENDAHULUAN

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun
historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu
memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat telah berhasil mengubah pola pemikiran bangsa Yunani
dan ummat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Awalnya bangsa Yunani
dan bangsa lain di dunia beranggapan bahwa semua kejadian di alam ini dipengaruhi oleh para
dewa. Karenanya para dewa harus dihormati sekaligus di takuti kemudian disembah. Dengan
filsafat, pola pikir yang tergantung pada dewa diubah menjadi pola pikir yang tergantung pada
rasio. Kejadian alam, seperti gerhana tidak lagi dianggap sebagai kegiatan dewa yang tertidur,
tetapi merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh matahari, bulan, dan bumi berada pada
garis yang sejajar, sehingga bayang-bayang bulan menimpa sebagian permukaan bumi.

BAB II
PEMBAHASAN

Definisi Filsafat

Kata filsafat atau falsafat, berasal dari bahasa Yunani. Kalimat ini berasal dari kata
Philosophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, senang,
suka, dan kata shopia berarti pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan. Hasan Shadily
mengatakan bahwa filsafat menurut asal katanya adalah cinta akan kebenaran. Dengan demikian
dapat ditarik suatu pengertian bahwa filsafat adalah cinta kepada ilmu pengetahuan atau
kebenaran, suka kepada hikmah atau kebijaksanaan. Jadi orang yang berfilsafat adalah orang
yang mencintai kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan bujaksanaan. Orang yang ahli
dalam berfilsafat disebut philosopher (Inggris), dan orang Arab menyebutnya Failasuf, kemudian
dalam bahasa Indonesia menjadi fhilosof. Pemikiran secara filsafat sering diistilahkan dengan
pemikiran filosofis. Dalam pengertian yang lebih luas Harol Titus, mengemukakan pengertian
filsafat sebagai berikut:

- Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya
diterima secara kritis.
- Filsafat adalah suatu proses suatu proseskritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap
yang sangat kita junjung tinggi.
- Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
- Filsafat adalah analisa logis dari bahasan serta penjelasan tentang arti konsep.
- Filsafat ialah sekumpulan problema-problemayang langsung mendapat perhatian manusia dan
dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat.
Di zaman Yunani, filsafat bukan merupakan suatu disiplin teoritis dan special, akan tetapi
suatu cara hidup yang konkrit, suatu pandangan hidup yang total tentang manusia dan alam yang
menyinari seluruh kehidupan seseorang. Selanjutnya dengan kehidupan atau perkembangan
peradaban manusia dan problema kehidupan yang dihadapinya, maka pengertian yang bersifat
teoritis seperti yang di lahirakan filsafat Yunani kehilangan kemampuannya untuk memberi
jawaban yang layak tentang kebenaran itu.

Menurut sejarah kelahiran istilahnya, filsafat terwujud sebagai sikap yang ditauladankan
oleh Socrates. Yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang
untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak
menyerah kepada kemalasan, terus menerus mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan
kebenaran (Soeparmo, 1984).

Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap awalnya
kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih
lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks, maka tidak semuanya dapat dijawab oleh
filsafat secara memuaskan. Jawaban yang diperoleh menurut Koento Wibisono dkk. (1997),
dengan melakukan refleksi yaitu berpikir tentang pikirannya sendiri. Dengan demikian, tidak
semua persoalan itu harus persoalan filsafat.

Definisi Ilmu

Ilmu berasal dari bahasa Arab, yakni “ilm” yang diartikan pengetahuan. Dalam filsafat,
ilmu dan pengetahuan itu berbeda, pengetahuan bukan berarti ilmu, tetapi ilmu merupakan
akumulasi pengetahuan, sebagaimana berbedanya antara science dan knowledge dalam bahasa
Inggris. Pada dasarnya, pengetahuan merupakan objek utama filsafat ilmu, dan atu ilmulah yang
menjadi objek filsafat ilmu. Karena jika terdapat pengetahuan, akan dipertanyakan secara
epistemology, dari mana asal pengetahuan tersebut, bagaimana memperolehnya. Demikian pula,
apabila yang dihadapi adalah ilmu, pertanyaannya pun sama.

Oleh karena itu, ilmu pengetahuan merupakan objek kajian epistemologi. Akan tetapi
ketika pertanyaan tersebut dijawab bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman, muncul
pertanyaan bagaimana memperoleh pengalaman tersebut, atau bahwa ilmu berasal dari
kesepakatn para ilmuan setelah menemukan pengetahuan yang mengujinya maka dipertanyakan,
bagaimana melakukan pengujianterhadap pengetahuan yang dimaksudkan. Sampai ke akar-
akarnya, pertanyaan yang berkaitan denga seluk beluk segala bentuk pengetahuan merupakan
kajian filsafat ilmu.

Definisi Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu, kata lain dari epistomologi, berasal dari bahasa Latin, episteme yang berarti
knowledge, yaitu pengetahuan, logos berarti theory. Jadi epistomologi bararti”teoei
pengetahuan” atau teori tentang metode, cara, dan dasar dari ilmu pengetahuan, atau studi
tentang hakikat tertinggi, kebenaran, dan batasan ilmu manusia. Dalam filsafat, efistomologi
adalah cabang filsafat yang meneliti asal, struktur, metode-metode, dan keshahihan pengetahuan.
Istilah “epistomologi” pertama kali di pakai oleh J. F. Ferrier, institutes of Metaphysics (1854 M)
yang membedakan dua cabang filsafat: epistomologi dan ontologi. Epistomologi berbeda dengan
logika. Jika logika merupakan sains formal yang berkenaan dengan atau tentang prinsip-prinsip
penalaran yang shahih, epistomologi adalan sains filosofis tentang asal usul pengetahuan dan
kebenaran.

Filsafat ilmu atau epistomologi adalisis filosofis terhadap sumber-sumber pengetahuan.


Dari mana dan bagaimana pengetahuan diperoleh, menjadi pengetahuan epistomologis, sebagai
contoh bahwa semua pengetahuan berasal dari Tuhan artinya Tuhan sebagai sumber
pengetahuan. Adapun landasan ontologism suatu ilmu mejelaskan objek yang ditelaah ilmu
tersebut, wujud hakikinya serta bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap
manusia, seperti berpikir, merasa, dan mengindra, yang membuahkan pengetahuan.
Landasan epistomologi suatu ilmu menjelaskan proses dan prosedur yang
memungkinkan ditimbanya pengetahuan berupa ilmu serta hal-hal yang harus diperhatikan agar
diperoleh pengetahuan yang benar. Menjelaskan kebenaran serta kriterianya, dan cara yang
membantu mendapatkan pengetahuan dalam filsafat menjadi kajian ontologis. Epistomologis
mempersoalkan kebenaran pengetahuan. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang telah
memiliki unsur-unsur epistomologis yang dinyatakan secara sistematis dan logis. Dalam
epistomologis diperbincangakan secara lebih rinci mengenai dasar, batas, dan objek
pengetahuan. Menurut Sutarjo A. Wiramihardja (2006:32), epistomologi berbeda dengan filsafat
ilmu. Epistomologis mempersoalakan kebenaran pengatahuan, sedangkan filsafat ilmu secara
khusus memperbincangkan ilmu atau keilmuan pengetahuan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu adalah filsafat yang mengkaji
seluk beluk dan tata cara untuk memperoleh suatu pengetahuan, sumber-sumber pengetahuan,
metode dan pendekatan yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan logis dan rasional.
Filsafat ilmu disebut juga dengan epistomologi, yang memulai cara kerjanya dengan mengajukan
pertanyaan, “Dari mana pengetahuan itu diperoleh? Bagaimana cara memperolehnya, dan
mengapa pengetahuan yang diperoleh demikian adanya?”.

Adapun tujuan filsafat ilmu adalah sebagai berikut:

1. Mendalami unsure-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami
sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,
sehingga kit adapt mendapat gambaran tentangproses ilmu kontemporer secara historic.
3. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan
tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.
4. Mendorong para calon ilmuan dan iluman untuk kensisten dalam mendalami ilmu dan
mengembangkannya.
5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmundan agama tidak
ada pertentangan.

Definisi Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal
mempunyai banyak arti yaitu tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang; kebiasaan,
adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Jadi, etika adalah nilai-nilai dan norma-norma
moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Etika tidak sama dengan etiket, “Etika” berarti “moral” dan “Etiket” berarti “sopan santun”.
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu
ajaran moral tertentu atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab
berhadapan dengan berbagai ajaran moral.(Suseno, 1987). Etika berkaitan dengan nilai, norma,
dan moral. Di dalam Dictionary of Sosciology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai
adalah kemampuan yang dipercayai dan pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi nilai
itu hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu
sendiri.Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlaq); kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlaq; nilai
mengenai nilai benar dan salah, yang dianut suatu golongan atau masyarakat. (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1989).

Adapun peranan etika yakni, dengan etika seseorang/kelompok mampu mengemukakan


penilaian tentang perilaku manusia, menjadi alat control atau menjadi rambu-rambu bagi
seseorang/kelompok dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa, etika
dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi sekarang, etika
dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitas
kemahasiswaanya, etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika
kita bisa di cap sebagai orang baik di dalam masyarakat.

Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi
maupun sebagai kelompok atau bisa diartikn sebagain sikap kritis setiap pribadi atau kelompok
masyarakat dalam merealisasikan moralitas itu.

Moralitas sendiri dapat diartikan sebagai sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup
secara baik sebagai manusia atau dapat diartikan sebagai pranata yang didalamnya mengandung
ajaran yang berbentuk petuah, nasehat, wejengan, seperti halnya agama, politik, bahasa, dan
sebagainya yang sudah ada sejak lama.

Dalam kaitanya dengan nilai dan moral terdapat dua macam etika yaitu:

a. Etika Deskriptif yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional
sikap dan pola perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup sebagai suatu
yang bernilai dan membicarakan tentang mengenai fakta apa adanya, nilai dan perilaku manusia
sebagai fakta yang terkait dengan situasi dan realistis konkrit yang membudaya.

b. Etika Norrmatif yaitu Etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
perilaku ideal yang seharusnya dimilki oleh manusia, atau apa yang seharusnya dijalankan
manusia,dan apa tindakan yang seharusnya diambil untk mencapai apa yang bernilai dalam
hidup manusia.

Moralitas memberikaan manusia aturan atau petunjuk konkrit tentang bagaiaman


manusia harus bertindak dan bertingkah laku sebagai manusia dan etika perlu dipahami sebagai
sebuah cabang ilmu filsfat yang membicarakan mengenai nilai-nilai dan norma yang
menekankan penedekatan yang kritis dalam melihat dan menggumuli nilai dan norma tersebut.
Definisi Etika Akademik

Istilah etika menurut Jan Hendrik Rapar (1996) dan Hasbullah Bakry (1970) berasal dari
dua kata dalam bahasa Yunani yaitu ethos dan ethikos. Ethos berarti sifat, watak, kebiasaan,
tempat yang biasa. Sedangkan ethikos berarti susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan
baik. Etika sebagai cabang filsafat membahas baik, buruk, atau benar-tidaknya tingkah laku dan
tindakan manusia serta membahas kewajiban-kewajiban manusia untuk bersikap atau berbuat
baik di dalam masyarakat. Etika mempersoalkan bagaimana manusia seharusnya berbuat atau
bertindak. Istilah akademik dapat diartikan sebagai sesuatu hal terkait dengan pengamatan,
penelitian, penalaran, berpikir rasional dan metodologik atau terkait dengan berbagai kegiatan
ilmiah lainnya untuk pengembangan ilmu. Orang yang berkecimpung di dalam pengembangan
ilmu seringkali disebut sebagai akademisi, peneliti, intelektual, ilmuwan atau cendekiawan.
Etika Akademik adalah berbagai kewajiban yang harus dilakukan oleh para akademisi dalam
bersikap atau bertindak terkait dengan pengembangan ilmu. Sikap atau bertindak yang
bagaimana yang seharusnya dimiliki oleh seorang akademisi di dalam pengembangan ilmu?
Menurut Simanhadi Widya Hadi Prakosa (1991), sikap yang harus dimiliki oleh seorang
akademisi (ilmuwan) dalam berbagai kegiatan ilmiah (pengembangan ilmu), senantiasa
berpegang teguh pada kode etik akademik dengan menunjukkan sikap jujur, bersedia menerima
ilmu sebagaimana adanya bukan sebagaimana baiknya, bijaksana, rasional dan metodologis,
terbuka dan sanggup menerima kritik, menjadikan ilmu sebagai kepribadian dan kehidupannya.
BAB III

PENUTUP

Kata filsafat atau falsafat, berasal dari bahasa Yunani. Kalimat ini berasal dari kata
Philosophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, senang,
suka, dan kata shopia berarti pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan. Ilmu berasal dari bahasa
Arab, yakni “ilm” yang diartikan pengetahuan. Dalam filsafat, ilmu dan pengetahuan itu berbeda,
pengetahuan bukan berarti ilmu, tetapi ilmu merupakan akumulasi pengetahuan, sebagaimana
berbedanya antara science dan knowledge dalam bahasa Inggris.

Filsafat ilmu, kata lain dari epistomologi, berasal dari bahasa Latin, episteme yang berarti
knowledge, yaitu pengetahuan, logos berarti theory. Jadi epistomologi bararti”teoei
pengetahuan” atau teori tentang metode, cara, dan dasar dari ilmu pengetahuan, atau studi
tentang hakikat tertinggi, kebenaran, dan batasan ilmu manusia.

Anda mungkin juga menyukai