Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN PENGANTAR FILSAFAT ILMU

Makalah Ini Kami Tujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu:
Mashudi Yusuf, MM.

Disusun Oleh :
Yuanita Hikmatul Ma’an

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BADRUS SHOLEH
(STAI-BA)
PURWOASRI-KEDIRI
Tahun Akademik 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anggapan umum pertama tentang filsafat adalah bahwa yang
dibahas sebagai hal yang tinggi, sulit, abstrak dan tidak terkait dengan
masalah kehidupan sehari-hari. Filosof sering digambarkan sebagai orang
yang memiliki IQ dan intuisi yang jauh melebihi tingkat rata-rata manusia.
Filosof juga dipandang sebagai seseorang yang tidak memperdulikan
masalah sehari-hari, tetapi sibuk merenung dan memikirkan persoalan
hakikat sesuatu yang sulit dicerna.
Sebenarnya, masalah-masalah pokok filsafat adalah persoalan yang
pernah dipikirkan setiap orang. Dalam hidup, tentu kita pernah
memikirkan, mempertanyakan dan merenungkan kenapa ini harus begini,
dan tidak boleh begitu. Sedangkan itu harus begitu, tidak seharusnya
begini. Unutk apa saya kuliah? Kenapa kerabat kita yang baik meninggal?
Kenapa ada orang yang tega melakukan hal itu? Semua ini telah menjadi
objek pemikiran filosofinya. Jadi secara umum, kita sudah ‘berfilsafat’,
yaitu mengajukan pertanyaan filosofis, terlibat dalam perbincangan
filosofis dan memegangi sudut pandang filsafat tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian filsafat, ilmua dan pengetahuan?
2. Apa saja kajian filsafat ilmu?
3. Dari mana saja sumber ilmu pengetahuan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan singkat tentag filsafat, ilmu dan
pengetahuan.
2. Untuk megetahui apa saja kajian filsafat ilmu.
3. Untuk mengetahui apa saja sumber ilmu pengetahuan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Filsafat, Ilmu dan Pengetahuan


1. Pengertian Filsafat
Banyaknya definisi filsafat menunjukkan bahwa perngertian itu
dibuat para ahli berdasarkan latar belakang ilmu yang ditekuninya.
Meski definisi filsafat sangat beragam, tetapi sejatinya dapat dibuat
ringkasan yang menunjukkan substansi dari filsafat,
Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni secara
etimologi dan terminologi.
a. Filsafat secara etimologi
Kata filsafat dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah
Falsafah dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
Philosophy serta dalam bahasa Yunani dengan istilah
Philosophi. Kata Philosophia terdiri atas kat philein yang
berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan
(wisdom) sehingga secara etimoologis istilah filsafat berarti
cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-
dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf adalah pecinta atau
pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan
oleh Phytagoras (582-486 SM). Arti filsafat pada waktu itu,
kemudian filsafat itu diperjelas seperti yang banyak dipakai
sekarang ini dan juga digunakan oleh Socrates (470-390 SM)
dan filsuf lainnya.
b. Filsafat secara terminologi
Secara terminologi adalah arti yang dikandung oleh istilah
filsafat. Hal ini disebabkan batasan dari itu sendiri banyak,
maka sebagai gambaran diperkenalkan batasan sebagai berikut.
1) Plato, berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang
mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran
yang asli karena kebenaran itu mutak di tangan Tuhan.
2) Aristoteles, berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu
(pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang didalamnya
terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
dan astetika.
3) Prof. Dr. Fuad Hasan, filsafat adalah suatu ikhtiar untuk
berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala,
dan akarnya suatu hal yang hendak dipermasalahkan.
4) Immanuel Kant, filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal
segala pengetahuan yang mencakup didalamnya empat
persoalan:
 Apakah yang dapat kita ketahui, dijawab oleh
metafisika?
 Apakah yang boleh kita kerjakan, dijawab oleh
etika?
 Apakah yang dinamakan manusia, dijawab oleh
antropologi?
 Sampai dimana harapan kita, dijawab oleh agama?
5) Rene Descartes, mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu
(pengetahuan) tentang bagaimana alam maujud yang
sebenarnya..
Filsafat adalah feeling (love) in wisdom. Mencintai mencari menuju
penemuan kebijaksanaan atau kearifan. Mencintai kearifan dengan
melakukan proses dalam arti pencarian kearifan sekaligus produknya.
Pengertian filsafat tersebut memberikan pemahaman bahwa filsafat
adalah suatu prinsip atau asas keilmuan untuk menelusuri suatu
kebenaran objek dengan modal berpikir secara radikal.
1) Didalam proses pencarian itu, yang dicari adalah kebenaran-
kebenaran prinsip yang bersifat general.
2) Prinsip yang bersifat general ini harus dapat dipakai untuk
menjelaskan segala sesuatu kajian atas objek filsafat.
2. Pengertian Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab “Alima” yang berarti
pengetahuan. Pemakaian kata ini kita ekuivalenkan degan istilah
“science”. Science berasal dari bahasa Latin: scio, scire yang juga
berarti pengetahuan.
Ilmu adalah pengetahuan. Namun ada berbagai macam
pengetahuan. Dengan “pengetahuan ilmu”, yang dimaksud
pengetahuan yang pasti, eksak, dan betul-betul terorganisir. Jadi
pengetahuan yang beasaskan kenyataan dan tersusun baik.
3. Pengertian Pengetahuan
Secara etimologis pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa
Inggris yaitu “knowledge”. Dalam encyclopedia of philosophy
dijelaskan bahwa definisi pengeahuan adalah kepercayaan yang benar,
Sementara secara terminologis, dalam kamus filsafat dijelaskan
bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang
diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri.
B. Kajian Filsafat Ilmu
1. Ontologi Imu

Kata ontologi (ontology) berasal dari bahasa Yunani; on, ontos


(ada, keberadaan) dan logos (studi, ilmu tentang). Dengan demikian,
ontologi berarti pengetahuan tentang yang ada. Dalam studi filsafat,
termo ontologi sering dikaitkan dengan metafisika. Bahkan menurut
Anthony Flew, dikatakan bahwa ontologi merupakan cabang dari
metafisika yang menaruh perhatian pada studi tentang hakikat yang
ada (the branch of metaphysical enquiry concerned with the study of
existence itself).

Orang pun menyamakan ontologi dengan Filsafat Pertama


Aristoteles, yang kemudian dikenal metafisika. Meski harus diakui
bahwa ontologi hanya merupakan bagian dari metafisika., yakni
mengenai teori yang ada, yang berada secara terbatas sebagaimana
adanya, dan apa yang secara hakiki termasuk ada tersebut.
Lebih lanjut ontologi dapat dikontraskan dengan teologi dan
kosmologi. Ontologi merupakan doktrin universal tentang yang ada.
Teologi merupakan doktrin tentang yang ada yang absolut. Sedangkan
kosmologi adalah doktrin tentang yang ada, yang relatif dan terbatas.

Dalam perkembangannya, pandangan seputar ontologi berkembang


sangat pesat. Dari pendapat yang beragam itulah kemudian,
berkembang begitu banyak aliran/paham dalam filsafat.

2. Epistemologi Ilmu
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani; episteme (pengetahuan,
ilmu pengetahuan) dan logos (ilmu, informasi). Dalam bahasa Yunani ,
episteme berarti knowledge atau science. Epistemologi biasa
didefinisikan sebagai teori tentang pengetahuan (theory of knowledge).
Epistemologi juga dipahami sebagai pengetahuan tentang
pegetahuan. Ada juga yang mendefinisikan Epistemologi sebagai; the
theory of the nature of the knowing and the means by which we know.
Akan tetapi, secara umum Epistemologi dimaknai sebagai; a brach of
philosophy that investigates the origin, nature, method, and limit of
human knoeledge (cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode,
dan batasan pengetahuan manusia).
3. Aksiologi Ilmu
Islilah aksologi berasal dari bahasa Yunani; axios (nilai) dan logos
(ilmu, teori). Dengan demikian, aksiolgi berarti teori tentang nilai
(value atau valuation). Aksiologi juga diartikan teori tentang nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan.
Pertanyaannya, apa yang dimaksud dengan nilai itu sendiri? Niali
merupakan kata benda abstrak yang dapat diartikan sesuatu yang baik,
menarik, dan bagus. Bisa uga berarti, kewajiban, kebenaran, dan
kesucian. Dalam pengertian ini, aksiologi merupakan bagian dari etika.
Kata nilai juga bisa berarti benda ynag konkrit. Misalnya kita
menyatakan nilai yang dicapai seorang mahasiswa berkategori baik
atau tidak baik. Nilai dalam pengertian ini menunjukkan susatu yang
konkrit sehingga dapat dinilai baik atau tidak baik.
Nilai juga berarti kata kerja seperti kegiatan menilai atau dinilai.
Dalam pengertian sebagai kata kerja, kagiatan menilai berarti
memberikan penghargaan atau kegiatan evaluasi.
C. Sumber Ilmu Pengetahuan
1. Rasionalisme
Paham rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan
menusia adalah rasio. Jadi, dalam proses perkembangan ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh manusia harus dimulai dari rasio.
Tanpa rasio mustahil manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan.
Rasio adalah berpikir. Oleh karena itu, berpikir inilah yang akan
memperoleh ilmu pengetahuan. Semakin banyak manusia itu berpikir,
maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat.
Namun demikian, rasio juga tidak bisa berdiri sendiri. Ia juga
butuh dunia nyata sehingga proses pemerolehan pengetahuan ini ialah
rasio yang bersentuhan dengan dunia nyata di dalam berbagai
pengalaman empirisnya. Kualitas pengetahuan manusia ditentukan
seberapa banyak rasionya bekerja.
2. Empirisme
Secara epistimologi, istilah empirisme berasal dari kata Yunani
yaitu emperia yang artinya pengalaman. Empirisme memilih
pengalaman sebagai sumber pengetahuan, baik pengalaman lahiriah
maupun batiniah.
Dengan kata lain, empirisme menjadikan pengalaman indrawi
sebagai sumber pengetahuan. Sesuatu yang tidak diamati dengan indra
bukanlah pengetahuan yang benar. Walaupun demikian, ternyata indra
mempunyai beberapa kelemahan, antara lain, pertama, keterbatasan
indra. Kedua, indra menipu. Ketiga, objek yang menipu. Keempat,
objek dan indra yang menipu. Dengan adanya kelemahan-kelemahan
pengalaman indra sebagai sumber pengetahuan, maka lahirlah sumber
kedua, yaitu rasionalisme.
PENUTUP

Kesimpulan:

1. Filsafat adalah feeling (love) in wisdom. Mencintai mencari menuju


penemuan kebijaksanaan atau kearifan. Mencintai kearifan dengan
melakukan proses dalam arti pencarian kearifan sekaligus pruduknya.
2. Paham rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan menusia
adalah rasio. Jadi, dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan yang
dimiliki oleh manusia harus dimulai dari rasio. Tanpa rasio mustahil
manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Rasio adalah berpikir. Oleh
karena itu, berpikir inilah yang akan memperoleh ilmu pengetahuan.
3. Dengan kata lain, empirisme menjadikan pengalaman indrawi sebagai
sumber pengetahuan. Sesuatu yang tidak diamati dengan indra bukanlah
pengetahuan yang benar. Walaupun demikian, ternyata indra mempunyai
beberapa kelemahan, antara lain, pertama, keterbatasan indra. Kedua,
indra menipu. Ketiga, objek yang menipu. Keempat, objek dan indra yang
menipu.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Biyanto, M.Ag. Filsafat Ilmu dan Ilmu Keislaman. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2015.

Suaedi. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: PT Penerbit IPB Press, 2016.

Lubis, Nur A. Fadhil. Pengantar Filsafat Umum. Medan: Perdana Publishing,


2015.

Anda mungkin juga menyukai