Anda di halaman 1dari 16

AGAMA DAN SAINS MODERN

RAHIMAH KUMULLAH1

ABSTRAK

Suatu tujuan tentang pertemuan antara Agama dan Sains dalam Agama Kristen,
Budha, Hindu, dan Islam sebagai upaya untuk mencapai kerukunan antar umat
beraagama di Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut maka manusia di tuntut
untuk memiliki ilmu pengetahuan yang sesungguhnya yaitu di dasarkan makna
yang tepat dan realitas objektif. Seperti tentang pengetahuan fenomena-fenomena
alam yang kebenarannya terbukti serta di terima oleh akal.

Kata Kunci : Agama, Sains, Metode dan Relasi

ABSRTACK

A goal of meeting between Religon and Science in Christianity, Buddhism,


Hinduism, and Islam as an effort to achieve harmony among religious
communities in Indonesia. To achieve these goals, humans are required to have
real knowlagde, which is based on the right meaning and objective reality. As
about the knowlagde of natural phenomena whose truth is proven and accepted
by reason.

Keyword : Religion, Science, Methods, and Relations

A. Pengertian Agama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha
penguasa dan yang berhubungan dengan kebiasaan/pergaulan manusia pada
manusia lainnya serta antara manusia dengan lingkungannya. Kata agama berasal
dari bahasa Sansekerta yang berarti “tradisi”. Satu pendapat yang mengatakan
kata agama terdiri dari dua suku kata yaitu a dan gam, a yang berarti “tidak” dan
gam berarti “kacau” sehingga arti agama adalah “tidak kacau” (teratur). Adapun
1
Mahasiswa Aktif Semester V Akidah Filsafat Islam C Fakultas Ushuluddin dan Studi
Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

1
agama dalam bahasa Latin yaitu Religi/religio yang artinya “mengikat kembali”.
Maksud mengikat disini ialah dengan berreligi, manusia mengikat dirinya pada
Tuhan.2 Ada juga pendapat orang yang mengatakan bahwa agama adalah teks dan
kitab suci, pada dasarnya memang benar karena pada setiap agama memiliki kitab
suci yang di jadikan manusia sebagai pedoman dan landasan dalam kehidupan.3
Sidi Gazalba mengatakan bahwa yang di maksud dengan kata relegere asal
kata religi yang megandung makna berhati-hati. Sikap berhati-hati ini di
karenakan dalam religi terdapat norma dan aturan yang ketat. 4 Dan dalam hal ini,
orang Roma beranggapan bahwa manusia harus berhati-hati terhadap Yang Kudus
dan Yang Suci karena di percayai mempunyai sifat yang baik dan jahat. Religi
juga merupakan kecenderungan asli rohani manusia yang berhubungan dengan
alam semesta. Manusia menyadari bahwa adanya ketergantungan antara alam
semesta bahkan seisinya dengan satu zat Yang Mutlak, yang di yakini sebagai
kontrol Manusia.5 Sedangkan menurut Muhammad Abdul Qodir Ahmad
menyatakan bahwa agama yang di ambil dari pengertian din al-haq adalah suatu
sistem hidup manusia yang di terima dan di ridhoi Allah.
Sistem kehidupan yang di maksud yaitu sistem yang hanya di ciptakan oleh
Allah pada manusia untuk taat serta patuh kepada-Nya. Sistem kehidupan ini
mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti aqidah, akhlak, ibadah dan amal
perbuatan yang sudah di susun Allah sedemikian rupa dalam syariat-Nya untuk
manusia. Kemudian, adapun pengertian agama secara istilah adalah kepercayaan
kepada Tuhan yang Maha Esa, berpegang pada kitab suci serta dipimpin oleh
seorang Utusan Allah (Nabi). Adapun 4 unsur yang harus ada pada defenisi
agama yaitu: Agama merupakan alas atau jalan hidup, mengajarkan kepercayaan
akan adanya Tuhan yang Maha Esa, memiliki kitab suci (wahyu) dan dipimpin
seorang Nabi atau Rasul.6
B. Pengertian Sains

2
Dahlan Idhamy, Pengantar Studi Agama Islam, ( Jakarta: Media Sarana Perss, 1987 )
3
Arifinsyah, Ilmu Perbandingan Agama, ( Medan: Perdana Publishing, 2018 )
4
Mukti Ali, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, ( Jakarta: Rajawali, 1987 )
5
Van Peursen, Orientasi Di Alam Filsafat, ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1980 )
6
Harun Nasution, Filsafat Agama, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1991)

2
Pengertian Sains dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah ilmu
pengetahuan pada umumnya, ilmu pengetahuan alam, pengetahuan sistematika
alam dan dunia fisik yang termasuk didalamnya zoology, botani, fisika, kimia,
geologi, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Lorens Bagus, Science atau
sains yang dalam bahasa Indonesia adalah “ilmu”, dan bahasa Latin yaitu
“scientia” yang berarti pengetahuan. Adapun sinonim yang paling tepat dalam
bahasa Yunani ialah episteme. Sedangkan secara etimologi sains berarti sama
dengan ilmu yang di degradasikan menurut islam dari yaqin, zdan (dugaan), dan
syak (keraguan).7 Kata sains lalu mengalami perkembangan dan perubahan
pemaknaan sehingga berarti pengetahuan yang sistematis yang berasal dari
observasi, kajian dan percobaan-percobaan yang dilakukan untuk menentukan
sifat dasar atau prinsip dari apa yang di kaji.
Perubahan makna sains dan ilmu itu sudah terjadi didalam dunia islam saat
mengalami era kejayaan pada abad ke 7-10 M. Sains modern pada umumnya
diyakini dapat membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umat manusia di
mana pun mereka berada. Tanpa memandang ras, agama, kepercayaan maupun
batas teritorial, semua orang akan berhubungan dengan ilmu pengetahuan. 8 Sains
merupakan ilmu yang tidak lepas dari kehidupan kita sehari-hari, dimana kita
sudah mengetahui fenomena atau peristiwa yang terjadi di alam sekitar kita. Akan
tetapi, tidak sedikit dari kita yang belum memahami bagaimana proses tersebut
bisa terjadi dan bagaimana cara sains bisa memecahkan persoalan tersebut serta
apa sebenarnya manfaat sains dalam kehidupan manusia.9 Sains juga merupakan
proses langka-langkah yang di gunakan para ilmuwan untuk melakukan
penyelidikan dalam hal mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam.
Cara tersebut adalah dengan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengatur eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis sehingga akhirnya dapat
menyimpulkan. Pada hakekatnya, sains merupakan pengetahuan yang objeknya
rasional dan empiris. Adapun yang di maksud rasional ialah dengan menguji

7
Alfred North Whitehead, Sains dan Dunia Modern, ( Bandung: Penerbit Nuansa, 2005)
8
Mohammad Iqbal, Asrar-I Khudi, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1954)
9
Ika Rochdjatun Sastrahidayat, Ilmu Pengetahuan Modern dan Agama Islam, ( Malang:
Avicenna, 1981)

3
kebenaran hipotesis dengan akal. Apabila dapat di terima dari segi kerasioalannya
(masuk akal) maka hipotesis itu di katakan sah, dan pada dasarnya cara kerja sains
adalah kerja mencari hubungan sebab-akibat atau mencari pengaruh sesuatu
terhadap yang lain.10
C. Peranan dan Tantangan Agama dalam Sains dan Teknologi
Adapun peranan dan agama dalam era sains dan teknologi dapat kita lihat
sejak hubungan agama dan sains dalam sejarah peradaban manusia, dimana
hubungan tersebut menjadi suatu hal yang sangat penting di karenakan peradaban
manusia tidak pernah lepas dari pergumulan antara berbagai nilai, termasuk nilai
sains dan agama. Jika ada setiap penemuan baru di alam sains maka akan selalu
menimbulkan dampak tertentu pada masyarakat beragama di karenakan manusia
pada zaman dulu belum memiliki alat baru untuk menyesuaikan diri dengan
penemuan tersebut sehingga menimbulkan kebingungan dan perubahan dalam
berbagai aspek kehidupan.11
Pada sejarah Yunani, kemunculan pemikiran filsafat sebagai induk dari
segala ilmu, telah menjadi suatu sebab perjolakkan dalam masyarakat yang di
karenakan kajian dalam filsafat bertentangan dengan sistem kepercayaan dan
mitos dalam kehidupan mereka. Ketika kepercayaan terhadap dewa menyatu
dalam masyarakat Yunani, maka pemikiran filsafat pun hadir dan menggugat
kepercayan tersebut.12 Pemikiran filsafat mengatakan bahwa semua kejadian alam
tidaklah berkaita dengan dewa melainkan berasal dari alam itu sendiri. Seperti
halnya pelangi, masyarakat awam mengatakan pelangi merupakan tanda bahwa
bidadari sedang mandi.
Akan tetapi, sains menjelaskan secara rasional bahwa pelangi adalah bekas
rintik-rintik hujan yang belum turun ke bumi yang di terpa oleh sinar matahari,
sehingga membentuk warna merah, kuning, dan hijau. Seorang pelo;por filsafat
Yunani yaitu Thales pun berpendapat demikian, ia mengatakan bahwa seluruh
peristiwa yang terjadi di alam bukanlah berasal dari perkawinan antara dewa,

10
Ya’kub Matondang, Rasionalitas Pemahaman Agama dan Kepribadian Bangsa, (Medan:
Jabal Rahmat, 1999)
11
Yudian W Asmin, Filsafat Teknoogi, ( Surabaya: AL-Ikhlas, 1995 )
12
Murni Djamal, Perbandingan Agama I, ( Jakarta: IAIN, 1983 )

4
melainkan berasal dari alam itu sendiri, yaitu air.13 Semua berasal dari air dan
akan kembali menjadi air. Sedangkan dengan hal tersebut, Aristoteles pun
beranggapan bahwa Thales mengatakan demikian dikarenakan bahan makanan
semua makhluk mengandung zat lembab dan merupakan sumber bagi semua
makhluk hidup.
Pertentangan tersebut bukan hanya terjadi di dunia Yunani, tetapi juga
terjadi di kawasan lain. Namun yang membedakannya ialah ada juga benturan
yang tidak terlalu tajam seperti pada masa awal Islam. 14 Hadirnya filsafat dan ilmu
Yunani ke dunia Islam tidak mengalami gejolak yang sangat besar pada
masyarakatnya. Hal ini disebabkan beberapa faktor yaitu :
1. Pada waktu itu masyarakat Islam belum terlalu terikat dengan satu pola
hidup saja, melainkan masih bebas dalam ijtihad pada berbagai
lapangan seperti fiqih, teologi, filsafat maupun ilmu. Hubungan yang
begitu dekat dengan Nabi membuat mereka lebih berani dalam
mengadakan pembaharuan dalam berbagai bidang tersebut.
2. Alquran dan Hadist Nabi mendorong untuk melakukan penelitian
ilmiah dan mengobservasi kejadian-kejadian di alam untuk dijadikan
I’tibar bagi orang-orang yang berakal dan mampu berpikir.
3. Pada saat itu para Khalifat sangat mendukung hal itu, baik dari segi
fasilitas bahkan dana.15
Namun, perkembangan ilmu di dunia Islam pun mulai terhenti yang di
karenakan umat Islam mulai terlena dengan kehebatan para faqih, teolog, dan
ilmuan pada masa kejayaan tersebut. Ditambah lagi keadaan politik umat Islam
pada saat itu tiddak mendukung untuk berkembangnya pembaharuan dalam
berpikir dan penelitian ilmiah. Sehingga membuat ajaran para ulama mengkristal
pada diri umat Islam dan membuat umat Islam tidak kreatif lagi.16

13
Dedi Supriyadi dan Mustofa Hasan, Filsafat Agama, ( Bandung: CV. Pustaka Setia,
2018)
14
Ismail Husein, Filsafat Sains, ( Medan: Perdana Publishing, 2017 )
15
Howard R. Tuner, Sains Islam yang Mengagumkan, ( Bandung: Penerbit Nuansa, 1997),
hal. 37
16
Zubaedi, Islam dan Benturan Antar Peradaban, ( Depok: AR- Ruzz Media, 2017 )

5
Perbincangan hangat antara Agama dan Sains pun semakin menyebarluas
dan juga terjadi dalam masyarakat Kristen pada era renaisans. Dimana pada abad
pertengahan gereja masih sangat berkuasa dan dominan yang bukan hanya dalam
lapangan agama melainkan juga dalam lapangan ilmiah. Tradisi ilmiah pada umat
Kristen rupanya tidak baku dan statis menjadi sacral sehingga tidak boleh di ubah.
Oleh kareana itu, pada saat Nicolaus Copernicus mengatakan bahwa bumi
bukanlah pusat dari jagad raya dan mataharilah yang merupakan pusat jagad raya,
maka kalangan gereja sangat marah dengan teori tersebut dikarenakan
bertentangan dengan ilmiah gereja. Hal ini memberi dampak pada umat Kristen di
Barat bahwa tidak ada persinggungan antara Sains dan Agama, sehingga muncul
semboyan sains untuk sains, atau sains yang bebas akan nilai.17
D. Pandangan Agama Terhadap Sains Modern
1. Sains dalam Agama Buddha
Agama Budha dan ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki
hubungan yang sangat erat, hal ini telah banyak di kemukakan oleh para
ahli. Karena hakekatnya ilmu pengetahuan merupakan bagian dari agama
dan agama bagian dari ilmu pengetahuan. Terdapat banyak ilmu
pengetahuan yang sejalan dengan ajaran agama Budha. Kesepadanan
tersebut terlihat dari berkembangnya iptek, ilmu biologi, ilmu fisika yang
sangat dalam kaitannya dengan alam semesta ini.18
Namun, walaupun dengan adanya kesepadanan tersebut terdapat
pula perbedaan. Jose Ignacio Cabezon, seorang Profesor pakar Buddhisme
Tibetan dan Cultural Studies dari University of California pernah
mengemukakan bahwa Buddhisme dan ilmu pengetahuan memang tidak
serupa, tidak mirip, namun keduanya saling melengkapi. Menurut
Cabezon, ilmu pengetahuan bersangkutan dengan materi, sedangkan
Buddhisme beurusan dengan batin. Ilmu pengetahuan adalah perangkat
keras, dan Buddhisme perangkat lunak. Ilmu pengetahuan bersifat rasional
dan kuantitatif, sedangkan Buddhisme bersifat eksperiansial dan kualitatif.

17
Sayyed Hossein Nasr, Antara Tuhan, Manusia dan Alam ( Yogyakarta: IRCiSod, 2005 )
18
Gillian Stokes, Buddha, ( Jakarta: Erlangga, 2001 )

6
Walaupun demikian, dengan adanya perbedaan tersebut tidak
menjadi pertentangan, karena pada dasarnya ilmu pengetahuan itu sendiri
merupakan bagian dari ajaran Buddhisme. Seperti yang di katakan oleh
Eisntein bahwa meskipun ranah agama dan ilmu dalam dirinya
memisahkan diri satu sama lain, namun diantara keduanya ada hubungan
timbal balik serta ketergantungan yang benar. Situasi tersebut dapat
diungkap melalui suatu gambaran bahwa ilmu tanpa agama adalah
lumpuh, dan agama tanpa ilmu adalah buta (Eisntein, 2004:177).19
Agama Buddha merupakan salah satu agama yang memilki
keselarasan dengan ilmu pengetahuan. Dialog yang di lakukan oleh filsuf
dengan penanya mengenai relevansi agama Buddha dan ilmu pengetahuan
yaitu Buddhis Berzin pada tahun 1998 ia mengatakan bahwa hubungan
yang khas selama ini berpusat pada tiga wilayah, salah satunya yaitu
astrofisika yang pokok utamanya berkenaan dengan bagaimana
perkembangan semesta. Pendapat fisikawan ternama Prof. Stephen
Hawking menyatakan bahwa tidak di perlukan sosok Tuhan dalam
penciptaan alam semesta, karena alam tercipta disebabkan adanya proses
tersediri.20
Teori tentang proses penciptaan alam semesta di jelaskan dalam
banyak teori, salah satunya yaitu teori Big Bang yang merupakan teori
yang sudah diterima oleh masyarakat dan ilmu pengetahuan. Teori ini
menjelaskan bahwa terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun
lalu yang diawali dengan adanya gumpalan kabut raksasa yang meledak
keluar angkasa sehingga membentuk galaksi dan nebula. Nebula-nebula
tersebut kemudian membeku sehingga membentuk suatu galaksi yaitu
galaksi Bima Sakti dan terbentuknya sistem tata surya. Bagian ledakan
kecil yang keluar tadi mengalami kondensasi yang mendingin sehingga
membentuk bumi dan planet lainnya.21

19
David Trueblood, Filsafat Agama, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1987 )
20
Jo Priastana, Buddharma dan Politik, ( Jakarta: Yayasan Yoshadara Puteri, 2004 )
21
Ridwan Lubis, Cetak Biru Peran Agama, ( Jakarta: Puslitbang Kehidupan Beragama,
2005 )

7
Berdasarkan penjelasan diatas, jelas bahwa ajaran Buddha
mengajarkan untuk melakukan analisa terhadap segala ajaran yang ada
dalam kehidupan. Agama Buddha mampu mengatasi kebutuhan ilmiah
dengan berbagai analisa sehingga pertentangan antara ilmu pengetahuan
dan agama tidak terlalu di permasalahkan oleh penganut agama tersebut.
Jadi, dengan demikian setiap agama memiliki kesesuaian dengan ilmu
pengetahuan melalui cara atau ajaran masing-masing agama seperti apa
yang di ajarkan agama Buddha pada penganutnya.22
2. Sains dalam Agama Hindu
Agama Hindu memiliki ajaran-ajaran yang dapat di terima oleh
logika manusia yang diberi kapasitas akal untuk menimangnya. Agama
Hindu menuntut manusia untuk lebih menggunakan akal tanpa percaya
begitu saja dengan isi kitab sebelum kita dapat mengupasnya menjadi
suatu hal yang dapat di terima oleh akal sehat kita. Apa yang diajarkan
oleh agama harus bisa bertemu dengan pembuktian-pembuktian empiris
ilmu pengetahuan, sebab agama di peruntukkan bagi orang yang masih
hidup. Dengan demikian, ajaran agama harus sejalan dengan dunia nyata.
Hal ini juga dikatakan dalam nasehat Sang Buddha bahwa “kita tidak
boleh membabi buta dalam meyakini naskah-naskah kuno” dalam artian
segala yang ada harus lah ditelaah terlebih dahulu. Bukan hanya Sang
Buddha, kitab suci Veda juga mengamanatkan “walau seribu Veda
mengatakan bahwa api itu dingin, janganlah percaya!”.
Sebagai alat untuk mendapatkan kebenaran, sains dan Veda
semestinya menuju kebenaran yang sama. Sudah seharusnya sains menjadi
salah satu jalan mencapai pencerahan dalam setiap problema dunia yang
dihadapi manusia pada zaman yang kontemporer ini. Sebaliknya, jika kita
mempelajari sains malah membuat kita semakin tidak mengerti akan diri
kita sendiri maka hal tersebut tidaklah ada gunanya. Upaya untuk
mengungkap kebenaran ilmiah di kenal dengan metode ilmiah, yang pada

22
Franz Magnis- Suseno, Filsafat Kebudayaan Politik, ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1995 )

8
ajaran agama Hindu di sebut Tri Premana, yaitu : pertama, agama
premana. Agama yang berarti sastra dan premana adalah kesaksian orang
lain, anumana premana (penalaran), dan pratyaksa premana yang berarti
pengamatan langsung. Kerangka berfikir dalam metode ilmiah tersebut
merupakan rangkaian proses logika-hipotetika-verifikasi.
Regveda mengamanatkan agar ilmu pengetahuan di sebar luaskan
sebagimana halnya cahaya yang yang menyebar ke segala arah. Seloka
pertama dan Saramuscaya mengatakan “segala ajaran tentang caturwaga
(dharma, Harta, Kama dan Moksa) baik sumber, uraian, arti maupun
tafsirannya, semua ada disini. Singkatnya, semua yang ada disini akan
terdapat dalam satra lain, tetapi yang tidak ada disini tidak akan pernah
ada dalam sastra lain”.23 Regveda II.27.4 mengatakan “Dharayanta
adityaso jagat stha” yang artinya bahwa Sinar matahari menopang seluruh
alam semesta, sinar matahari menopang melalui energi radiasi yang di
kandungnya. Sebagai contoh, Bumi menerima supply energi dari matahari
sebesar 1,73 x 1017 joule perdetik. Energi sebesar itu hanya seperlima
puluh milyar dari seluruh energi yang di pancarkan matahari.
Dengan demikian, dapat kita ketahui betapa pentingnya energi
matahari sehingga disebut sebagai sumber energi pertama dan utama bagi
kehidupan di Bumi. Pada bilang Biologi, Atharvaveda I.32.1 mengatakan
“Mahad brahma, yena prananti virudhah” yang artinya bahwa terdapat
jiwa di dalam tubuh tumbuhan. Mereka bernafas dan tumbuh karena jiwa
itu. Hal tersebut di karenakan ada sebuah eksperiment pada bunga
Marigold di Universitas Chulalangkorn, Bangkok, pada tahun 1969.
Dibuktikan bahwa bunga yang dirawat dengan cinta kasih tumbuh lebih
subur di bandingkan dengan tanpa cinta kasih. Selanjutnya, percobaan
komunikasi yang bersifat melindungi oleh Burbank (seorang ahli botani)
dapat mengubah pohon kaktus menjadi tidak berduri. Semua hal tersebut
merupakan bukti bahwa di dalam tubuh tumbuhan juga terdapat jiwa.

23
David Ray Griffin, Tuhan dan Agama dalam Dunia Postmodern, ( Yogyakarta: Kanisius,
2005 )

9
Adapun dalam bidang Matematika Sang Yajurveda XI.17 mengatakan
“Om Kham Brahma” yang artinya Tuhan yang maha Esa adalah nol (tidak
terbatas).
3. Sains dalam Agama Kristen
Ilmu pengetahuan bagi orang Kristen hanyalah serangkaian
langksah untuk mengkategorikan, menemukan, dan memanfaatkan
pengetahuan atas alam oleh yang maka kuasa dan Pencipta. Bagi Kristen,
sains bukanlah jawaban akhir atas segala sesuatu, tetapi hanya sebagai
salah satu cara bagi manusia untuk memuliakan Tuhan. Hal ini karena ia
adalah pencipta atas semua yang ada. Kekuatan atom, momentum, energi,
massa, waktu dan lain-lain merupakan ciptaan Tuhan oleh karena itu
semua berada di bawah kekuasaannya. Semakin dalam seorang Kristiani
mempelajari ini, maka semakin dalam ia memuja Tuhan.24
Ketika kosmologi lain menyatakan bahwa agama berada pada
dunia yang terlepas dari kehidupan sehari-hari, atau bahwa bumi sebagai
bagian dari pertarungan para dewa-dewa, pernyataan Alkitabiah cukup
konsisten dengan sains. Hal ini tidaklah menjadi arti bahwa Alkitab
mendapat pemebnaran oleh sains, melainkan sains lah yang mendapat
pembenaran dalam kitab. Sebagian besar sumber pengetahuan yang
tersedia bagi orang Kristen mula-mula terhubung dengan pandangan dunia
pagan. Ada berbagai pendapat tentang bagaimana Kekristenan harus
memandang pembelajaran pagan, yang mencakup tentang alam. Misalnya,
di antara para pengajar Kristen mula-mula, Tertullian (tahun 160-220)
memiliki pendapat yang umumnya negative tentang filsafat Yunani Kuno.
Sementara Origen pada (tahun 185-254) menganggapnya jauh lebih positif
dan mengharuskan murid-muridnya untuk membaca hampir setiap karya
yang tersedia bagi mereka.

24
Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama, ( Jakarta: Rajawali Perss, 2009 )

10
Secara historis, Kekristenan sering menjadi pendukung ilmu pengetahuan,
hal ini telah berkembang pesat dalam pembangunan sekolah, universita,
rumah sakit, dan banyak rohaniawan yang telah aktif dalam ilmu
pengetahuan. Dalam kitab Kristen menjelaskan bahwa “Tuhan tidak
pernah membatasi bahkan melarang untuk manusia mengembangkan ilmu
pengetahuan, bahkan Tuhan telah memberikan karunia kepada manusia
untuk bertanlenta dab dikembangkan sebagai karya. (Mat 25:14-30).
Teknologi merupakan berkat yang diberi Tuhan untuk kita,
walaupun terkadang disalahgunakan oleh manusia dan menimbulkan dosa
sesuai hukum kasih dalam Alkitab. Dengan ilmu pengetahuan kita dapat
mencapai tujuan kita dengan tetap berada pada jalan Yesus Kristus. Seperti
apa yang dijelaskan Lukas 6:48 bahwa kita tidak boleh di kuasai oleh
teknologi, melainkan harus kitalah yang menguasai teknologi agar tetap
sesuai dengan tujuan penting untuk membangun kehidupan atau suatu
dasar yang kokoh, sehingga manusia tidak terhanyut dengan pengaruh
negative teknologi modern.25
4. Sains dalam Agama Islam
Peradaban umat Islam memiliki ciri-ciri yang menonjol yaitu rasa
ingin tahu yang bersifat ilmiah dan percobaan-percobaan ilmiah yang
bersifat sistematis. Islam memiliki kepedulian penuh terhadap umatnya
untuk terus menggali potensi agar menjadi peradaban yang maju dan tidak
bertentangan antara sains dan Alquran. Pandangan islam terhadap sains
adalah bahwa islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan
modern. Bahkan, islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan
penelitian dalam bidang apapun, termasuk sains dan teknologi. Masyarakat
modern telah berhasil mengembangkan sains dan teknologi canggih untuk
mengatasi berbagai masalah kehidupannya. Namun sayangnya, hal
tersebut tidak mampu menumbuhkan moralitas (akhlah) yang mulia.26

25
Harianto, Pendidikan Agama Kristen dalam Kitab dan Dunia Pendidikan Masa Kini,
( Yogyakarta: ANDI, 2012 )
26
Musyrifah Harianto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, ( Depok:Rajawali Pers,2017)

11
Dengan demikian, muncullah Islamisasi Sains dan Teknologi yang
bukan hanya pada masyarakat saja melainkan sudah sampai di sekolah-
sekolah bahkan Universitas yang di sebut Islamisasi Sains dan Kampus.
Hal ini bertujuan agar sains dan teknologi dapat membawa kesejahteran
bagi umat manusia. Islamisasi Sains ini juga berupaya untuk
mempermudah umat islam tetap mencari ilmu tanpa benturan-benturan
antara agama dan ilmu itu sendiri sehingga umat islam tetap berada dalam
ruang lingkup keislamian dan terhindar dari penyimpangan-penyimbangan
bahkan terlebih kesesatan dalam mencari ilmu.
Sebagian ahli berpendapat ada dua macam pengetahuan yaitu
al-’ilm al-qadim (lama; pengetahuan yang di wahyukan) dan al-ilm al-
hadith (baru; atau pengetahuan science/sains). Jenis yang pertama adalah
pengetahuan yang diperoleh dari Allah, sedangkan yang kedua adala
pengetahuan hasil eksporasi manusia. Adapun sumber utama pengetahuan
dalam islam ada dua yaitu wahyu dan alam (dunia). 27 Agama Islam sama
dengan agama yang lain pada umumnya, memiliki kitab suci yang
dijadikan sebagai insphirator bagi kehidupan manusia yang didalamnya
banyak sekali terkandung ayat untuk mendorong manusia agar bepikir,
melihat serta mencermati fenomena-fenomena alam semesta yang menarik
untuk di selidiki, di teliti dan di kembangkan.
Alquran memuat segala informasi yang dibutuhkan manusia, baik
yang sudah di ketahui maupun yang belum di ketahui. Informasi tentang
ilmu pengetahuan dan teknologi di sebutkan berulang-ulang dengan tujuan
agar manusia lebih mudah bertindak untuk melakukan nazhar. Seperti
firman Allah pada (QS. Yunus:101) yang artinya : “perhatikanlah apa
yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan
Allah dan rasul-rasulnya yang memberi peringatan bagi orang-orang yang
tidak beriman”.28

27
Saefuddin, Islamisasi Sains dan Kampus, ( Jakarta: PT. PPA Consultans, 2010 )
28
Rahmat Sunnara, Islam dan Kesehatan, ( Banten: Kenanga Pustaka Indonesia, 2015 )

12
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menyerukan agar manusia
senantiasa menggunakan akalnya untuk melihat apa yang ada di langit dan
bumi sebagai tanda kekuasan-Nya sehingga meningkatlah kaimanannya
kepada Allah Swt. Nilai ilmu menurut Takdir Alijahbana, sering di
jelaskan dalam Alquran yang pertama kali di umumkan ialah hubungan
antara akal dan bahasa, tuhan memberikan bahasa kepada manusia agar
manusia menjadi makhluk yang berbudi, bahkan lebih tinggi dari malaikat.
Jadi, dalam era globalisasi dan informasi yang semakin meningkat, agama
dapat memerankan diri dalam bidang moral dan etika.
Adapun dari segi Tata kosmos, baik itu makro maupun mikro
adalah refleksi-refleksi Ilahiah yang membutikan adanya suatu eksistensi
yang realistis yang mustahil di ingkari oleh manusia. Kesatuan alam
semsta adalah suatu yang bergerak kea rah satu tujuan yang pasti seraya
bertasbih memuja sang Maha penciptanya.29 Sedangkan manusia, Allah
berikan amat sebagai pengelola alam semesta. Alam dan manusia adalah
dua kutub yang saling menarik untuk membentuk suatu kehidupan yang
saling berdampingan dengan semua makhluk hidup serta dengan alam itu
sendiri.30 Alam bukanlah semata-mata objek yang sepenuhnya berada di
dalam genggaman manusia yang dapat meraka kuras, babat, peras untuk
dimanfaatkan. Seperti layaknya manusia itu sendiri, alam juga akan
beronta jika di perlakukan dengan kasar oleh manusia. Titik pusat alam
semesta ialah manusia yang di ciptakan Allah dalam keadaan paling baik
dan diberi kapasitas akal, maka dari itulah Allah jadikan manusia sebagai
Khalifah di muka bumi sebagai pemimpin, pengelola, pembudidaya, serta
pemakmuran di bumidan langit.

29
Ulfah Utami, Konservasi Sumber Daya Alam Perspektif Islam dan Sains, ( Malang: UIN
Malang Press, 2008 )
30

13
KESIMPULAN
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat kita simpulkan bahwa agama dalam
hal ini merupakan ikatan atau hubungan antara manusia dengan Tuhan. Hal
tersebut berdasarkan kesadaran manusia atas perbuatan Tuhan yang dapat di
rasakan oleh manusia langsung sehingga dengan kesadaran tersebut timbullah
religi (keyakinan/kepercayaan) manusia kepada zat yang berada di luar kekuasan
manusia (Tuhan). Adapun Sains disini adalah alat atau salah satu sarana yang di
gunakan manusia sebagai usaha dalam memahami sesuatu, sehingga dengan
adanya sains manusia bisa lebih mudah dalam memcahkan segala bentuk masalah
yang ada pada alam dan makhluk lainnya baik dalam bidang sosial, biologi
maupun ilmu pengetahuan lainnya.
Jika berbicara tentang agama dan sains, maka telah kita ketahui bahwa
agama bukan hanya terdiri dari satu saja seperti : Hindu, Buddha, Kristen dan
Islam. Dengan demikian, berdasarkan penjelasan di atas mengenai hubungan
setiap agama terhadap sains tidaklah semua sama. Setiap agama memiliki sudut
pandang yang berbeda terhadap sains. Akan tetapi, tidak bisa di pungkiri bahwa
sebagian besar agama menuntut penganutnya untuk mencari ilmu pengetahuan
dengan lebih luas sehingga manusia mampu menggunakan akalnya untuk berpikir
lebih bijaksana dan kritis dalam berbagai hal.

14
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mukti. 1987. Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta: Rajawali.
Arifinsyah. 2018. Ilmu Perbandingan Agama. Medan: Perdana Publishing.
Arifinsyah. 2016. Dialog Qur’an dan Bibel. Medan: CV. Manhaji Medan.
Asmin, Yudian W.1995. Filsafat Teknologi. Surabaya: AL-Ikhlas.
Bakhtiar, Amsal. 2007. Filsafat Agama. Jakarta: PT Rajagrafindo
Djamal, Murni. 1983. Perbandingan Agama I. Jakarta: IAIN.
Griffin, David Ray. 2005. Tuhan dan Agama dalam Dunia Postmodern.
Yogyakarta: Kanisius.
Harianto. 2012. Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab dan Dunia Pendidikan
Masa Kini. Yogyakarta: ANDI.
Husein, Ismail. 2017. Filsafat Sains. Medan: Perdana Publishing.
Idhami, Dahlan. 1987. Pengantar Studi Agama Islam. Jakarta: Media Sarana
Press.
Iqbal, Mohammad. 1954. Asrar-I Khudi. Jakarta: Bulan Bintang.
Lubis, Ridwan. 2005. Cetak Biru Peran Agama. Jakarta: Puslibang Kehidupan
Beragama.
Mahasiswa AFI IV C. 2019. Sejarah Agama-agama. Medan: UINSU.
Matondang, Ya’kub. 1999. Rasionalistas Pemahaman Agama dan Kepribadian
Bangsa. Medan: CV Jabal Rahmat.
Nasr, Sayyed Hossein. 2005. Antara Tuhan, Manusia dan Alam. Yogyakarta:
IRCiSoD.
Nasution, Harun. 1991. Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Peursen, Van.1991. Orientasi Di Alam Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Priastana, Jo. 2004. Buddharma dan Politik. Jakarta: Yayasan Yasodhara Puteri.
Saefuddin. 2010. Islamisasi Sains dan Kampus. Jakarta: PT. PPA Consultans.
Sastrahidayat, Ika Rochdjatun. 1981. Ilmu Pengetahuan Modern dan Agama
Islam. Malang: Avicenna.
Sunnara, Rahmat. 2015. Islam dan Kesehatan. Banten: Kenanga Pustaka
Indonesia.

15
Sunanto, Musyrifah. 2017. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Depok: PT.
Rajagrafindo Persada.
Supriyadi, Dedi. 2018. Filasafat Agama. Bandung: CV Pustaka Setia.
Suseno, Franz Magnis. 1995. Filsafat Kebudayaan Politik. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Stokes, Gillian. 2001. Buddha. Jakarta: Erlanggga.
Trueblood, David. 1987. Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Turner, Howard R. 2004. Sains Islam yang Mengagumkan. Bandung: Yayasan
Nuansa Cendekaia.
Utami, Ulfah. 2008. Konservasi Sumber Daya Alam. Malang: UIN Malang Press.
Whitehead, Alfred North. 2005. Sains dan Dunia Modern. Bandung: Nuansa.
Zubaedi. 2017. Islam dan Benturan Antar Peradaban. Yogyakarta: AR-Ruzz.

16

Anda mungkin juga menyukai