PEMAKAIAN PENULISA
PEMAKAIA PENULISA TANDA N UNSUR
N HURUF N KATA BACA SERAPAN
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa
dengan menggunakan huruf, kata dan tanda baca sebagai sarananya.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk terutama dalam bahasa tulis.
Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan
makna.
I. PEMAKAIAN HURUF
B. Kata Turunan
1.a. Imbuhan (awalan, sisipian, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh:berjalan, dipermainkan, gemetar
b. imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung pada singkatan yang bukan bahasa Indonesia.
contoh: di-upgrade, me-recall
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata mendapat imbuhan (awalan atau akhiran), ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Contoh : bertahan-tahan, berpuas diri.
3. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata mendapat imbuhan (awalan dan akhiran sekaligus) unsur
gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh : perkembangbiakan, keputusasaan.
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai sebagai kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai.
Contoh : geologi, tataniaga, geofisika.
C. BENTUK ULANG
1. Bentuk ulang menggunaka tanda hubung diantara unsur-unsurnya
Contoh: anak-anak,biri-biri
2. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang
Contoh: kekanak-kanakan, memata-matai
D. GABUNGAN KATA
1. Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah
Contoh: duta besar, kambing hitam
2. Gabungan kata yang menimbulkan kesalahan pengertian bisa menambahkan tanda
hubung diantara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur yg bersangkutan
contoh: anak-istri Ali anak istri-Ali, ibu-bapak Kami ibu bapak-Kami
3. Gabungan kata yang sudah benar ditulis serangkai
Contoh: adakalanya,bilamana,daripada
E. SUKU KATA
1. Pemenggalan kata pada kata dasar
a. Jika ditengah kata ada huruf vocal yg berurutan, pemenggalanya diantara
Kedua huruf vocal . ( bu-ah, ma-in, sa-at)
b. Huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal. ( pan-dai, au-la, am-boi)
c. Jika ditengah kata dasar ada huruf konsona diantara dua huruf vocal pemenggalannya
Sebelum huruf konsonan. (ba-pak, la-wan, de-ngan)
d. Jika ditengah kata dasar ada dua huruf konsonan yg berurutan pemenggalannya
dilakukan diantara kedua huruf konsonan. (Ap-ril, cap-lok)
e.Jika ditengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebuh yang masing-masing
mlambangkan satu bunyi, pemenggalannya diantara huruf konsonan yg pertama dan
kedua. ( ul-tra, in-fra, ben-trok)
G. Partikel
a. Partike –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf capital dan tidak
menggunakan tanda titik.Contoh : MA (MahkamahAgung), KPK (KomisiPemberantasan Korupsi)
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Contoh : dst., dll.,
dkk.
d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak di ikuti tanda
Singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh : PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), UN (United Nations).
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.Contoh : UNHALU (Universitas Haluleo),
UNICEF (United Nations International Children Education Fund).
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contoh : panwaslu
I. Angka dan Bilangan
Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor dan untuk menyatakan
ukuran panjang, berat, danisi
a. Penulisanlambangbilangan yang dapatdinyatakandengansatuataudua
Kata ganti kau- dan ku- ditulis serangkai dengan kata yg mengikutinya
-Ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yg mendahuluinya
Contoh: Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan dilemari
Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang
didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut
mendahului induk kalimatnya.
Contoh: Kalau hari ini hujan, saya tidak akan datang.
Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal
kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh: Oleh karena itu, kamu harus datang.
Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh: “Saya sedih sekali”, Kata adik.
Dipakai diantara nama dan alamat, bagian – bagian alamat, tempat dan tanggal dan nama
tempat yang ditulis berurutan.
Contoh : Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jakarta Indonesia.
Dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya didalam daftar pustaka.
Contoh : Nainggolan, Zainuddin S. 2007. Inilah Islam. Jakarta : Kalam Mulia.
Dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
Dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat
majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik
menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik menonton TV
C. TANDA DUA KOMA (:)
Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh: Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan
Contoh: Tari : “Bisa tolong ambilkan buku itu”
Wini : “Ya, tentu saja”
Dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat
majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik
menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik menonton TV
D. TANDA HUBUNG (-)
Dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh : di-charter ,pen-tackle-an
Dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar
bangun kalimat.
Contoh: kemerdekean bangsa itu—saya yakin akan tercapai—jika diperjungkan oleh bangsa itu sendiri.
Dipakai untuk menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih
tegas.
Contoh: Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah
mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota
yang berarti ‘ke’, atau ‘sampai’.
Contoh: 1919–1921, Medan–Jakarta, 10–13 Desember 1999
F. TANDA BACA ELIPS (…)
Dipakai dalam kalimat yang terputus – putus
Contoh : begitu … ya, marilah kita bergerak.
Dipakai untuk menunjukan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Contoh : Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang
kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh: Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
G. TANDA BACA SERU ( ! )
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi
yang kuat.
Contoh: Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
• Dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.
Digunakan untuk mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada akhir kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Contoh : Pembahasan SQL telah kita bahas sebelumnya [lihat halaman 20]
K. Tanda baca petik ( “…” )
Dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah
atau bahan tertulis lain.
Contoh: “Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
Dipakai untuk mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Contoh: Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di
SMA” diterbitkan dalam Tempo.
Dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai
arti khusus.
Contoh: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
Dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh: “Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
Dipakai untuk mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Contoh: Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan
dalam Tempo.
Dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.