Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FILSAFAT UMUM

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok dalam Mata Kuliah Filsafat Umum
Dosen pengampu : Aslam As’ad, M.Ag

Disusun oleh :
Abdullah Khoirul Muhsinin (214104030001)
Ahmad Rofik R.M (212104030024)
Magfiroh (212104030019)

FAKULTAS USHULUDDIN,ADAB DAN HUMANIORA


PRODI BAHASA DAN SASTRA ARAB
UIN KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

          Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam. Yang telah memberi kami kesempatan dan
kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam, berserta keluarga dan
para sahabatnya serta para pengikutnya yang setia sampai hari kemudian.
            Makalah atau buku ini kami buat dengan maksud untuk menunaikan tugas kami mengenai
Ilmu Akhlak. Saya berharap penyusunan dalam bentuk makalah ini akan memberi banyak manfaat
dan memperluas ilmu pengetahuan kita.
            Dan kami menyadari didalam penyusunan ini mungkin masih belum sempurna dan terdapat
kesalahan dalam penyusunannya, kami mohon untuk bimbingan dan kritik serta saran yang bersifat
membangun.   
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT kami mohon, semoga usaha ini merupakan usaha yang
murni bagi-Nya dan berguna bagi kita sekalian sampai hari kemudian.
           
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................... i


Kata Pengantar .......................................................................................................... ii
Dartar Isi .................................................................................................................... iii

BAB I   PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang ......................................................................................  
1.2    Rumusan Masalah ..................................................................................  
BAB II  PEMBAHASAN
   2.1  Pengertian dan Asal Usul Filsafat .........................................................  
   2.2  Objek Filsafat ........................................................................................  
            2.2.1  Obyek Material ..........................................................................  
            2.2.2  Obyek Forma ............................................................................  
   2.3  Karekteristik dan Ciri Ciri Berfikir Filsafat...........................................
2.4 Kegunaan Filsafat .........................
   2.5 Pengertian, Objek dan Sturktur pembahasan Filsafat..............................
2.6 Asal Usul Pemikiran Filsafat dan Sifat Dasar Berfikir Kefilsafatan........
BAB III  PENUTUP                                           
               3.1  Kesimpulan ............................................................................................  
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................  

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Berfikir merupakan hal yang selalu dilakukan oleh manusia, dan berpikir pula merupakan
keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT. kepada kita manusia. Akal yang diberikan oleh-nya
merupakan suatu pembeda antara kita dengan makhluk lainnya.
Filsafat merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan terang tentang seluruh kenyataan,
filsafat dapat mendorong pikiran kita untuk meraih kebenaran yang dapar membawa manusia kepada
pemahaman, dan pemahaman membawa manusia kepada tindakan yang lebih layak.
1.2  Rumusan Masalah
   1.2.1  Pengertian dan Asal Usul Filsafat
  1. 2.2  Objek Filsafat
            1.2.2.1  Obyek Material
            1.2.2.2  Obyek Forma
   1.2.3  Karekteristik dan Ciri Ciri Berfikir Filsafat.
1.2.4 Kegunaan Filsafat
   1.2.5 Pengertian Objek dan Sturktur pembahasan Filsafat.
1.2.6 Asal Usul Pemikiran Filsafat dan Sifat Dasar Berfikir Kefilsafatan.

BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN DAN ASAL USUL FILSAFAT
Poetjawijatna (1974:1) menyatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab yang berhubungan
rapat dengan kata Yunani, Filsafat dalam kata Yunani Ialah philosophia yang terdiri dari dua kata
yaitu philo dan sophia; Philo artinya cinta dalam arti yang luas,yaitu ingin, dan kerena itu lalu
berusaha mencapai yang diinginkan itu; shopia artinya kebijakan yang artinya pandai, pengertian
yang dalam. Jadi menurut namanya saja filsafsat boleh di artikan ingin mencapai pandai,cinta pada
kebijakan. Filsafat menurut kutipan ini dapat diketahui bahwa filsafat dari segi bahasa, filsafat ialah
keinginan yang mendalam untuk mendapat kebijakan, atau keinginan yang mendalam untuk menjadi
bjak.
Melihat pengertian filsafat dari segi istilah berarti kita ingin melihat filsafat dari segi
definisinya. Berikut ini di kutipkan beberapa definisi yang di kemukakan oleh beberapa pengarang,
sesuai dengan konotasi filsafstyang di tangkap oleh merekea
1. Poetjawijatna (1974:11) mendefinisikan filsafat sebagaisejenis sepengetahuan yang
berusaha mencari sebab yang sedalam dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran
belaka.
2. Hasbullah Bakry (1971:11) mengatakan bahwa filsafat ialah sejenis pengetahuan yang
menyelidiki segala sesuatu yang mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan
manusia
sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang
dapat di capai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah
mencapai pengetahuan itu
3. Plato menyatakan bahwa filsafat ialah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran
asli
4. Aristoteles filsafat adalah pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergabung di
dalamnya metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik, dan estetika.
5. Al – Faribi filsafat ialah pengetahuan tentang alam wujud bagaimana hakikatnya yang
sebenarnya
6. Pythagoras orang pertama yang menggunakan kata filsafat dan memberikan definisi
filsafat sebagai the love of wisdom. Menurut Pythagoras, manusia yang paling tinggi
nilainya ialah manusia pencinta kebijakan (love of wisdom), sedangkan yang dimaksud
olehnya dengan wisdom ialah kegiatan melakukan perenungan tentang tuhan. Ia membagi
kualitas manusia menjadi tiga tingkatan: lovers of wisdom, lovers of success,dan lovers of
pleasure(Mayer, 1950:60).
7. Immanuel Kant mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan yang menjadi pokok pangkal
segala pengetahuan yang tercangkup di dalamnya empat persoalan:
 Apa yang dapat diketahui? (Jawabannya: Metafisika)
 Apa yang seharusnya di ketahui? (Jawabannya: Etika)
 Sampai di mana harapan kita? (Jawabannya: Agama)
 Apa itu manusia? (Jawabannya: Antropologi) (Bakry, 1971:11)
8. Bertand mendefinisikan filsafat cukup unik, ialah the attempt to answer ultimate question
critically (Park, 1960:3) yang artinya upaya untuk menjawab pertanyaan pamungkas secara
kritis.
9. Mulder dalam bukunya (1966:10) mengajukan definisi filsafat sebagai pemikiran teoretis
tentang susunan kenyataan sebagai keseluruhan.
10. William James mendefinisikan filsafat sebagai “a collective name for question which have
not been answered to the satisfaction of all that have asked them (Encyclopedia of
philosophy, 1967:219)
Menurut Abu Bakar Atjeh(1970:9) perbedaan definisi itu disebabkan oleh perbedaan
keyakinan hidup yang dianut mereka. Perbedaan itu juga dapat muncul karena perkembangan filsafat
itu sendiri yang menyebabkan beberapa pengetahuan khusus memisahkan diri dari filsafat. Sampai di
sini dapat di ambil kesimpulan bahwa perbedaan definisi filsafat antara satu tokoh dengan tokoh
lainnya disebabkan oleh perbedaan konotasi filsafat pada mereka masing-masing.
Uraian di atas menjelaskan bahwa salah satu kesulitan menuntukan definisi filsafat ialah karna
berbedanya definisi yang di buat oleh para ahli. Bila dirinci, dapatlah diketahui bahwa kesulitan
membuat definisi filsafat, jadi juga berarti sulitnya memahami apa itu filsafat, adalah pertama karna
pengertian filsafat berkembang dari masa ke masa; kesulitan kedua ialah karna pengertian filsafat itu
berbeda antara satu tokoh dan tokoh lainnya; kesulitan ketiga ialah karna kata filsafat itu telah
dipakai untuk menunjukkan bermacam-macam objek yang sesungguhnya berbeda.
 Pengertian Filsafat Berkembang dari Masa ke Masa
Awal mula diartikan sebagai the love of wisdom atau love for wisdom. Pada fase ini filsafat
berarti sifat seseorang yang berusaha menjadi orang yang bijak atau sifat orang yang ingin atau
cinta pada kebijakan. Pada fase ini filsafat juga berarti sebagai kerja seseorang yang berusaha
menjadi orang yang bijak. Waktu itu segala usaha dalam mencari kebenaran dinamakan
filsafat,brgitu pula hasil usaha tersebut. Definisi filsafat dalam kamus Runes (1971:235),
mengatakan bahwa filsafal adalah keterangan rasional tentang sesuatu yang merupakan prinsip
umum yang di sana seluruh kenyataan dapat dijelaskan, telah membedakan pengetahuan rasional
dengan pengetahuan empiris. Pengetahuan empiris ialah sains. Perkembangan selanjutnya itu
bahwa pengertian filsafat semakin menyempit, yaitu lebih menekankan pada latihan berpikir
untuk memenuhi kesenangan intelektual(intellectual curiosity). Tugas filsafat pada masa ini,
menurut definisi Russel ialah menjawab pertanyaan yang tinggi(ultimate), yaitu pertanyaan yang
tidak dapat dijawab oleh sains. Definisi dari William james berbeda dari definisi Russel. James
mengatakan bahwa filsafat ialah kumpulan pertanyaan yang belum pernah terjawab secara
memuaskan(Encyclopedia of philosophy, 1967:19).
Menurut para ahli, penyebab utama munculnya filsafat adalah thaumasia (kekaguman, keheranan
dan ketakjuban). Dalam karyanya yang berjudul Metafisika, Aristoteles mengatakan bahwa karena
ketakjuban manusia mulai berfilsafat. Senada dengan itu, Plato guru sekaligus teman Aristoteles
mengatakan, Mata kita memberi pengamatan bintang-bintang, matahari, dan langit. Pengamatan ini
memberi dorongan untuk menyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berasal filsafat. Senada dengan itu
Immanuel Kant berkata, bahwa gejala yang paling mengherankan adalah “langit berbintang di
atasnya” dan “hukum moral dalam hatinya” (Coelum stellatum supra me, lex moralis intra me).

Dalam kamus bahasa Indonesia, ketakjuban diartikan sebagai sebuah keadaan takjub, heran,
kagum, akan sesuatu hal. Dalam arti ini ketakjuban memiliki dua komponen yaitu seseorang (subjek)
yang takjub, dan sesuatu yang membuat takjub (Objek). Jika subjek dari ketakjuban itu manusia,
apakah yang menjadi objek ketakjuban itu? Objek ketakjuban ialah segala yang ada dan yang dapat
diamati. Itulah sebabnya, bagi Plato pengamatan terhadap bintang-bintang, matahari, dan langit
merangsang manusia untuk melakukan penelitian. Penelitian terhadap apa yang diamati demi
memahami hakikatnya itulah yang melahirkan filsafat. Pengamatan yang dilakukan terhadap objek
ketakjuban bukanlah hanya dengan mata, melainkan dengan akal budi.

Menurut Caknun, sapaan akrab Emha Ainun Najib, bahwa tergeleparnya Nabi Musa di bukit
Tursina adalah sebuah bentuk ketakjuban, sebagaimana bergetarnya gunung ketika Allah
menunjukkan kebesarannya dalam dialog bersama Nabi Ibrahim yang ingin melihat NYA. Dan
setiap hari setiap muslim mengasah ketakjuban itu dengan berwudhu, takbiratul ihram, dan setiap
gerakan dalam Shalat berisi ketakjuban apabila dibarengi dengan penghayatan, evaluasi, introspeksi
dan pensucian diri.

Oleh sebab itu, bagi filosof Muslim, filsafat tidak selalu harus berlandaskan akal tanpa agama.
Dalam beberapa literaturnya Al-Kindi, Al-Farabi dan Ibnu Sina, telah menjadikan ayat-ayat Al-
Quran sebagai landasan filsafat, di antaranya adalah; Q.S. Al-A’raf (7) ayat 185, “Dan apakah
mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan
kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan
beriman sesudah Al-Quran itu?”

kemudian Q.S. al-Baqarah (2) ayat 164, “Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian
malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa
yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati
(kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan
yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi orang-orang yang mengerti.”

kedua ayat ini apabila dicermati secara mendalam akan membuat manusia takjub dengan
ciptaan Allah. Langit yang memayungi bumi tanpa tiang, siang malam yang berganti dengan teratur,
kapal laut yang berat tapi bisa mengapung di atas air, air yang nurun dari langit berupa hujan yang
menjadi penyebab tumbuhnya biji-bijian bahkan pohon, dedaunan yang nampak kering bisa menjadi
hijau kembali. semua ini merupakan ketakjuban yang terekam dalam ayat suci Alquran yang apabila
direnungkan akan menyebabkan manusia berfilsafat dalam artian berpikir dalam sehingga sampai
pada kesimpulan bahwa alam semesta beserta isinya merupakan ciptaan yang maha kuasa.

Lebih dari itu, ketakjuban merupakan alat belajar asli setiap orang. Pada waktu kecil,
seseorang mengumbar kejeniusan dengan bebas setiap hari saat menjelajahi semesta pada setiap sela,
celah, alat, lubang, dan benda. Seorang anak kecil sangat penuh dengan jiwa ketakjuban. Baginya
apa yang dilihat adalah luar biasa. Membuat dia ingin berinteraksi dengannya. Hanya saja, seiring
waktu berjalan ketakjuban itu menjadi hilang karena faktor eksternal yang membatasinya. Apabila
ketakjuban itu terus diasah maka akan ditemukan berbagai penemuan yang luar biasa.

Penyebab munculnya filsafat yang kedua adalah ketidakpuasan.  Ketidakpuasan dalam


mendapatkan makna terdalam (The Ultimate Meaning) muncul karena tidak memadainya suatu
pengetahuan untuk menjawab suatu masalah, atau tidak tuntasnya penjelasan yang diberikan oleh
suatu pengetahuan, atau sudah bosannya manusia dengan pengetahuan, penjelasan, dan kemampuan
yang mereka miliki, sudah menghantui mereka semenjak dahulu kala. Sejak kapan ketidakpuasan
muncul? sejak manusia menggunakan ciri utama yang dimilikinya yaitu berpikir (Al-Insanu
hayawanun natiq = manusia adalah hewan yang berpikir). Sebagaimana sering disebutkan oleh Rene
Descartes (1596-1650) dalam bahasa Prancis, je pense, donc je suis, dalam bahasa latin dikenal
cogito, ergo sum, artinya aku berpikir karena itu aku ada.

Mitos adalah salah satu pengetahuan dan pertanyaan serta jawaban yang paling banyak
menyebabkan ketidakpuasan.  Istilah mitos (mythos) berasal dari bahasa Latin yang artinya adalah
“perkataan” atau “cerita”. Orang pertama yang memperkenalkan istilah mitos adalah Plato. Plato
memakai istilah “mythologia”, yang artinya menceritakan cerita. Ada juga yang mengatakan bahwa
Mitos adalah bagaimana kebudayaan memahami aspek tentang realitas atau gejala alam..
Ketakjuban dan ketidakpuasan manusia menimbulkan hasrat bertanya yang tidak kunjung
habis. Pertanyaan tak boleh dianggap sepele karena pertanyaan pertanyaanlah yang membuat
kehidupan serta pengetahuan manusia berkembang dan maju. pertanyaanlah yang membuat manusia
melakukan pengamatan, penelitian dan penyelidikan. ketiga hal itulah yang menghasilkan penemuan
baru yang semakin memperkaya manusia dengan pengetahuan yang semakin bertambah. karena itu
pertanyaan merupakan sesuatu yang hakiki bagi manusia. Menurut Sartre, kesadaran pada manusia
senantiasa bersifat bertanya yang sesungguh-sungguhnya bertanya.

Pertanyaan berikut ini merupakan contoh dari pertanyaan filosofis:

Bagaimanakan alam semesta tercipta?

Adakah kehendak atau makna di balik apa yang terjadi?

Adakah kehidupan setelah kematian?

Bagaimanakah seharusnya kita hidup?

Pertanyaan ini telah berabad lamanya  diajukan oleh orang-orang, tidak ada satupun
kebudayaan yang tidak mengaitkan dirinya dengan pertanyaan, apakah manusia itu dan dari mana
datangnya dunia. Menjawab pertanyaan filosofis tidak semudah menyampaikan. Tidak banyak buku
ensiklopedia yang membahas keberadaan tuhan atau apakah ada kehidupan setelah kematian di buku
ensiklopedia. Buku ini juga tidak akan memberitahukan bagaimana sebaiknya hidup. Namu, dengan
membaca apa yang telah diyakini orang lain dapat membantu untuk merumuskan sudut pandang
tentang ketuhanan dan kehidupan, itulah filsafat.

Seseorang mengatakan bahwa keraguan adalah pertanda bahwa seseorang mulai masuk ke
wilayah baru menuju keberhasilan. Keraguan bukan hanya diwajibkan demi mengetahui wilayah
keyakinan, tapi juga demi menyikapi kepercayaan-kepercayaan yang berlaku. Keraguan adalah suatu
hal yang penting, keraguan adalah awal dan bukan akhir. Sebagai awal dia akan membawa kita
kepada pertanyaan, kepada soal, kepada masalah, yaitu kepada suatu ”bahan” yang harus dikerjakan
secara konseptual. Ada juga yang mengatakan bahwa Keraguan adalah pertanda bahwa hati dan
pikiran masih berpihak kepada manusia yang ragu. juga ada yang menyebut bahwa Keraguan adalah
masalah terbesar dan membuat banyak kerusakan. Hal ini menciptakan ketidakpastian,
ketidakpastian menciptakan kurangnya kejelasan, dan kekurangjelasan tidak menggerakkan.
Keraguan yang muncul secara spontan ketika pikiran seseorang berhadapan dengan peristiwa
tertentu, merupakan momentum penting yang harus dihormati, dan bahkan dinanti-natikan.
Setidaknya ada tiga dimensi yang harus ada dalam keraguan filosofis, yaitu bahwa seseorang tidak
mengetahui sesuatu, memiliki hasrat untuk mengetahuinya, berusaha untuk menemukan kebenaran.

“Keraguan-lah yang mengantarkan kepada kebenaran. Barang siapa tidak pernah ragu maka dia 
tidak memandang, barang siapa yang tak pernah memandang maka ia tak pernah melihat. Dan
barang siapa yang tidak pernah melihat maka ia tetap dalam kebutaan dan kesesatan” ( Imam Al
Ghazali ).

B. OBJEK FILSAFAT

Objek filsafat menurut A. Tafsir terdapat 2 macam yaitu: objek formal dan objek Material

1. Objek formal adalah cara yang digunakan untuk mengetahui ilmu itu sendiri, ataupun
prespektif yang digunakan seseorang untuk memahami dan mengetahui objek material. Sifat
dari objek folmal adalah Empiris.
2. Objek Material adalah sesuatu yang realitasnya ada. Baik itu terlihat langsung oleh mata ataupun tidak
terlihat langsung. Yang nampak oleh mata bisa diteliti dengan pendekatan empiris, sedangkan yang
tidak nampak(metafisika) dapat diketahui dari diskusi dan buah pikir manusia itu sendiri.
C. KARAKTERISTIK DAN CIRI CIRI BERFIKIR FILSAFAT

A. Karakteristik Filsafat

Berfilsafat adalah berfikir, namun tidak semua berfikir adalah berfilsafat. Berfikir filsafat
mempunyai karakteristik atau ciri-ciri khusus. Bermacam-macam buku menjelaskan cirri-ciri berfikir
filsafat dengan bermacam-macam pula. Tidak lain diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Konsepsional

Perenungan filsafat berusaha untuk menyusun suatu bagian konsepsional. Konsepsi (rencana)
merupakan hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses satu
demi satu.

Filsafat merupakan pemikiran tentang hal-hal serta proses dalam hubungan umum. Diantara proses-
proses yang dibicarakan ini dalam pemikiran itu sendiri.

2. Koheren
Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan yang koheren yang konsepsional.
Secara singkat istilah kohern ialah runtut. Bagan konsepsional yang merupakan hasil perenungan
kefilsafatan haruslah bersifat runtut.

Dalam arti lain koheren bisa juga dikatakan berfikir sistematis, artinya berfikir logis, yang bergerak
selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran. Dengan urutan yang bertanggung jawab dan
saling hubungan yang teratur. Secara singkat, kohern berarti berfilsafat yang berusaha menyusun
suatu bagan secara runtut

3. Memuburu kebenaran

Filsuf adalah pemburu kebenaran, kebenaran yang diburunya adalah kebenaran hakiki tentang
seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa
berfilsafat berarti memburu kebenaran tentang segala sesuatu.

Kebenaran filsafat tidak pernah bersifat mutlak dan final, melainkan terus bergerak dari suatu
kebenaran menuju kebenaran baru yang lebih pasti. Kebenaran yang baru ditemukan itu juga terbuka
untuk dipersoalkan kembali demi menemukan kebenaran yang lebih meyakinkan.

4. Radikal

Berfilsafat berarti berfikir radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena berfikir secara radikal,
ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan berfikirnya itu
akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan realitas seluruh kenyataan, berarti dirinya
sendiri sebagai suatu realitas telah termasuk ke dalamnya sehingga ia pun berupaya untuk mencapai
akar pengetahuan tentang dirinya sendiri.

Telah jelas bahwa artinya berfikir radikal bisa diartikan berfikir sampai ke akar-akarnya, tidak
tanggung-tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir. Berfikir itu tidak setengah-
setengah, tidak berhenti di jalan tetap terus sampai ke ujungnya.

Berfikir radikal tidak berarti hendak mengubah, membuang atau menjungkirbalikkkan segala
sesuatu, melainkan dalam arti sebenarnya, yaitu berfikir secara mendalam. Untuk mencapai akar
persoalan yang dipermasalahkan. Berfikir radikal justru hendak memperjelas realitas.
5. Rasional

Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bahan konsepsional yang bersifat rasional. Yang
dimaksudkan dengan bagan konsepsionl yang bersifat rasional ialah bagan yang bagian-bagiannya
secara logis berhubungan satu dengan yang lain.

Berpikir secara rasional berarti berpikir logis, sistematis, dan kritis berpikir logis adalah bukan hanya
sekedar menggapai pengertian-pengertian yang dapat diterima oleh akal sehat, melainkan agar
sanggup menarik kesimpulan dan mengambil keputusan yang tepat dan benar dari premis-premis
yang digunakan.

Berpikir logis yang menuntut pemikiran yang sistematis. Pemikiran yang sistematis ialah rangkaian
pemikiran yang berhubungan satu sama lain atau saling berkaitan secara logis.

Berfikir kritis berarti membakar kemampuan untuk terus menerus mengevaluasi argument-argumen
yang mengklaim diri benar. Seorang yang berpikir kritis tidak akan mudah menggenggam suatu
kebenaran sebelum kebenaran itu dipersoalkan dan benar-benar diuji terlebih dahulu. Berpikir logis,
sistematis – kritis adalah ciri utama berfikir rasional.

6. Menyeluruh

Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional yang memadai untuk dunia
tempat kita hidup maupun diri kita sendiri. Suatu sistem filsafat harus bersifat komprehensif, dalam
arti tidak ada sesuatu pun yang berada di luar jangkauannya jika tidak demikian, filsafat akan ditolak
serta dikatakan berat sebelah dan tidak memadai.

Berfikir universal tidak berpikir khusus, terbatas pad bagian-bagian tertentu, namun mencakup
secara keseluruhan. Berpikir filsafat harus dapat menyerap secara keseluruhan apa yang ada pada
alam semesta, tidak terpotong-potong.

Pemikiran yang tidak hanya berdasarkan pada fakta yaitu tidak sampai kesimpulan khusus tetapi
sampai pada kesimpulan yang paling umumSampai kepada kesimpulan yang paling umum bagi
seluruh umat manusia di manapun kapanpun dan dalam keadaan apapun.

Berikut ini ciri-ciri berpikir filsafat yaitu:


1. Berpikir secara radikal, yaitu berpikir sampai keakar-akarnya, atau sampai pada hakikat maslaah.
2. Berpikir secara universal, yaitu berpikir dengan menggunakan rasio atau empirisnya, bukan
menggunakan intuisinya.
3. Berpikir secara konseptual, yaitu  berpikir yang melampaui batas pengalaman sehari-hari manusia,
sehingga menghasilkan sebuah pemikiran baru yang terkonsep.
4. Berpikir secara koheren dan konsisten, yaitu berpikir sesuai dengan kaedah berpikir logis pada
umumnya dengan saling mengaitkan antara satu konsep dengan konsep lainnya.
5. Berpikir secara sistematis, yaitu berpikir dengan konsep keterkaitan berdasarkan azas keteraturan
untuk mengarah suatu tujuan tertentu.
6. Berpikir secara komprehensif, yaitu berpikir dengan sedetail-detailnya.
7. Berpikir secara bebas, yaitu berpikir tanpa adanya pengaruh yang dapat mempengaruhinya.
8. Berpikir secara bertanggungjawab, yaitu berpikir dengan dapat dipertanggungjawabkan baik
secara nurani maupun sosial.

 Kegunaan filsafat
filsafat dapat di kelompokkan menjadi guna filsafat secara teoritis dan guna filsafat secara
praktis. Guna filsafat secara teoritis yakni, sebagai sumber ilmu lain, membantu dalam membuat
definisi, pemersatu ilmu, dan sebagai pemberi penfsiran yang terdalam, sedangkan guna filsafat
secara praktis yakni, sebagai pendorong berfikir kritis dan sebagai pembangun hidup kemanusiaan.
Menurut’ Salam (1988:24) filsafat mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1. Melatih diri untuk berfikir kritis dan runtut serta menyusun hasil pemikiran tersebut secara
sistematis.
2. Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap sempit dan
tertutup.
3. Melatih diri melakukan penelitian, pengkajian, dan memutuskan atau mengambil kesimpulan
mengenai sesuatu hal secara mendalam dan komperhensif.
4. Menjadikan diri bersikap dinamis dan terbuka menghadapi berbagai problem.
5. Membuat diri menjadi menusia yang penuh toleransi dan tenggang rasa.
6. Menjadi alat yang berguna bagi manusia baik untuk kepentingan pribadi maupun dalam hubungan
dengan orang lain.
7. Menyadari kedudukan manusia sebagai makhluk pribadi dalam hubunganya dengan orang lain,
alam sekitar, dan Tuhan Yang Maha Esa.
8. Menjadikan manusia lebih taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Secara umum guna filsafat, yaitu membawa berfikir logis, runtut dan sisitematis; mengarahkan untuk
memiliki wawasan luas; mengarahkan untuk tidak bersikap statis; membantu berfikir secara
mendalam; menambah ketakwaan; menjadikan manusia sadar akan kedudukannya.

D. PENGERTIAN, OBJEK DAN STUKTUR PEMBAHASAN FILSAFAT


 PENGERTIAN
Filsafat adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara berfikir logis, tentang objek yang
abstrak logis, kebenerannya di pertanggung jawabkan secara logis pula. Jika diringkaskan dapat
juga dikatakan bahwa filsafat ialah pengetahuan yang logis yang tidak dapat di buktikan secara
empiris. Asmoro hadi memberi arti filsafat sebagai suatu proses refleksi bekerjanya akal,
mengandung berbagai kegiatan, problema kehidupan.
Objek sendiri ialah merupakan sesuatu yang kita amati dan dapat dirasakan oleh indera kita.
Filsafat itu tentunya memiliki objek penelaah. Yang menjadi objek kajian filsafat memiliki
nilai yang besar. Alam, manusia, dan tuhan adalah objek penelaahan filsafat ini. Dalam
sejarahnya terutama filsafat barat, alam menjadi menempati kajian pertama. Kajian manusia
tentang alam melahirkan filsafat alam atau kosmologi. Kajian tentang manusia agakterlambat
dilakukan filsafat, oleh karna itu pengertian tentangapa hakikat manusia sampai saat ini masih
tetap menarik diikiuti. Kajian manusia tentang Tuhan melahirkan filsafat ketuhanan. Hal-hal
tersebut merupakan permasalahan filsafat.
Menelaah filsafat dapat didekati dari dua aspek. Pertama sejarah flsafat, kedua dari pemikiran
filosof.pendekatan yang pertama akan memetakan filsafat terutama dari sisi waktu dan tempat
lahirnya. Dari pendekataan ini lahirlah periodesasi filsafat
 STRUKTUR PEMBAHASAN FILSAFAT
Pembahasan filsafat meliputi tiga ranah pembahasan, yang disebut epistemology, ontology,
dan aksiologi.

a. Epistemologi
Epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh
pengetahuan. Tatkala manusia baru lahir, ia tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun.
Nanti, tatkala ia 40 tahunan, pengetahuannya banyak sekali sementara kawannya yang
seumur dengan dia mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih banyak daripada dia dalam
bidang yang sama atau berbeda. Bagaimana mereka itu masing-masing mendapat pengeta-
huan itu? Mengapa dapat juga berbeda tingkat akurasinya? Hal-hal semacam ini dibicarakan
di dalam epistemologi.

b. Ontologi
Setelah mengkaji cara memperoleh pengetahuan, filosof mulai menghadapi objek-objeknya
untuk memperoleh pengetahuan. Objek-objek itu dipikirkan secara mendalam sampai pada
hakikatnya. Inilah sebabnya bagian ini dinamakan juga teori hakikat. Ada yang menama kan
bagian ini ontologi.
Bidang pembicaraan terkait hakikat luas sekali, segala yang ada dan yang mungkin ada, yang
boleh juga mencakup pengetahuan dan nilai (yang dicarinya ialah hakikat pengetahuan dan
hakikat nilai). Nama lain untuk teori hakikat ialah teori tentang keadaan.
Apa itu hakikat? Hakikat ialah realitas; realitas ialah kerealan; "real" artinya kenyataan yang
sebenarnya; jadi, hakikat adalah kenya-taan yang sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu,
bukan keadaan sementara atau keadaan yang menipu, bukan keadaan yang berubah.

c. Aksiologi
Untuk mengetahui kegunaan filsafat, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai
tiga hal :
1) Filsafat sebagai kumpulan teori, filsafat digunakan untuk memahami dan mereaksi dunia
pemikiran. Sebagai contoh : jika Anda-umpamanya tidak senang pada komunisme maka
Anda harus mengetahui lebih dahulu teori-teori filsafat Marxisme karena teori filsafat dalam
komunisme itu ada di dalam filsafat Marxisme.
2) Filsafat sebagai philosophy of life. filsafat dipandang sebagai pandangan hidup,
fungsinya mirip sekali dengan agama. Nah, filsafat sebagai "agama" itu apa gunanya? Ya,
gunanya sama dengan kegunaan agama. Dalam posisi ini filsafat itu menjadi jalan kehidupan.
3) Yang amat penting ialah yang ketiga, yaitu filsafat sebagai methodology dalam
memecahkan masalah. Menyelesaikan masalah itu melalui cara sains, pusat perhatiannya
pada fakta empirik; biasanya penyelesainnya tidak utuh karena fakta empirik tidak pernah
utuh. Alternatif orang menyelesaikan masalah melalui cara filsafat, berdasarkan hati nurani.

E. ASAL USUL PEMIKIRAN FILSAFAT DAN SIFAT DASAR PEMIKIRAN FILSAFAT


 Asal usul pemikiran filsafat
Pemikiran filsafat menggunakan logos dan nalar sebagai instrumen murni yang bermula di
Yunani. Pemikiran filsafat bermula ketika orang Yunani mulai mempertanyakan tantang asal
mula alam semesta. Pada saat itu, ritual dan penyembahan dewa dewi sangat berkembang pesat.
Penyembahan ini tidak dapat dianalisa menggunakan nalar dan akal semata.
Perenungan filsafat bukan hanya berkutat dengan alam semesta. Ada banyak pemikiran
metafisis dengan distingsi yang tegas dan sistematis tentang realitas ada, moralitas, politik dan
estetika. Filsafat adalah aktivitas berpikir manusia untuk memahami segala sesuatu. Filsafat
berusaha memahami segala sesuatu dengan lebih mendalam. Filsafat berusaha mencari tentang
asal mula segala sesuatu. Pencarian ini di mulai dengan pertanyaan: apa yang menjadi prinsip
dari segala sesuatu?
Metode yang di gunakan dalam filsafat adalah pendekatan rasional. Pendekatan ini
menggunakan nalar dan logos semata. Argumentasi ini selalu ter-arah pada penemuan sebab-
sebab utama, alasan-alasan prinsipil dan prinsip-prinsip dasar dari totalitas ada. Perbedaan ilmu
filsafat dan ilmu ilmiyah lainnya terletak pada universalitasnya dan keluasannya. Ilmu-ilmu
lainnya mempelajari sesuatu secara parsial. Tujuan dari pencarian ilmu filsafat adalah mencari
kebenaran. Oleh karna itu, filsafat berarti ilmu tentang kebijaksanaan (philodan sophia), yakni
cinta akan kebenaran.
Ada berbaai masalah yang d bahas dalam filsafat yakni persoalan kosmologis, antropologis,
entis, epistemologis, dan estetis. Semua ini di mulai dari pemikiran atau filosof yunani klasik
dangan beberapa periode.
Sejarah pemikiran Yunani klasik dapat dibedakan ke dalam beberapa periode brikut:
 Periode Naturalistis.
Periode ini berbicara tentang alam semesta dan persoalan mengenai kosmologis
physis. Adapun para filosof yang masuk dalam periode ini adalah kelompok iomis, pitagoris,
eleatif, dan pluralistis.
 Periode Humanistis.
Setelah bergulst dengsn alam dengan berbagai krisis, maka para filosof mulai
memberikan perhatiannya pada manusia. Perenungan tentang manusia di mulai oleh
kelompok sofis.
 Periode Sintesis
Dalam periode ini, persoalan yang di bahas adalah mengenai ada tetap dan berusaha.
Platon menggagas dunia ide, sedangkan aristoteles mengemukakan gagasan tentang
empat penyebab.
 Periode yang ke-4 dicirikan oleh sekolah helenis.
 Periode yang terakhir di tandai dengan pertemuan kebudayaan dan permenungan yunani
klasik dengan kristianisme
 SIFAT DASAR PEMIKIRAN FILSAFAT
Berpikir Radikal
Berfilsafat berarti berpikir secara radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena berpikir secara
radikal, ia tidak akan pernah akan terpaku hanya pada fenomena suatu entitas tertentu. Ia tidak akan
pernah berhenti pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan berpikirnya itu akan senantiasa
mengobarkan hasratnya untuk menemukan akar seluruh kenyataan. Bila dikatakan bahwa filsuf
berupaya menemukan radix seluruh kenyataan, berarti dirinya sendiri sebagai suatu realitas telah
termasuk kedalamnya sehingga ia pun berupaya untuk mencapai akar pengetahuan tentang dirinya
sendiri.
Berpkir radikal tidak berarti hendak mengubah, membuang, atau menjungkirbalikkan sesuatu,
melainkan dalam arti yang sebenarnya, yaitu berpikir secara mendalam, untuk mencapai akar
persoalan yag dipermasalahkan. Berpikir radikal justru hendak memperjelas realitas, lewat penemuan
serta pemahaman akan akar realitas itu sendiri.

Mencari Asas
Filsafat bukan hanya mengacu pada bagian tertentu dari realitas, melainkan kepada keseluruhanya.
Dalam memandang keseluruhan realitas filsafat senantiasa berupaya mencari asas yang paling hakiki
dari realitas yang ada.

Para filsuf yunani, yang terkenal sebagai filsuf-filsuf alam, mengamati segala keragaman realitas di
alam semesta, lalu berpikir dan bertanya, “tidakkah dibalik keanekaragaman itu hanya ada suatu
asas?” lalu mereka mecari asal-usul asas pertama alam semesta. Thales mengatakan bahwa asas
pertama alam semesta itu adalah air.

Mencari asas pertama berarti juga berupaya mrupakan sesuatu yang menjadi esensi realitas. Dengan
menemukan suatu esensi realitas, realitas itu dapat diketahui dengan pasti dan menjadi jelas. Mencari
asas adalah salah satu sifat dasar filsafat.

Memburu Kebenaran
Filsuf adalah pemburu kebenaran. Kebenaran yang diburunya adalah kebenaran hakiki tentang
kebenaran seluruh realitas dan setiap hal yang dipersoalkan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa
berfilsafat bearti memburu kebenaran tentang segala sesuatu.
Tentu saja kebenaran yang hendak digapai bukanlah kebenaran yang meragukan. Untuk memperoleh
kebenaran yang sungguh-sungguh dapat dipertanggung jawabkan, setiap  kebenaran yang diraih
harus senantiasa terbuka untuk dipersoalkan kembali dandiuji demi meraih kebenaran yang lebih
pasti. Demikian seterusnya.

Jelas terlihat bahwa kebenaran filsafat tidak pernah bersifat mutlak dan final, melainkan terus
bergerak dari suatu kebenaran menuju kebenaran baru yang lebih pasti. Kebenaran yang baru
ditemukan itu juga terbuka untuk dipersoalkan kembali demi menemukan kebenaran yang lebih
meyakinkan.

Dengan demikian terlihat bahwa salah satu sifat dasar filsaat ialah senantiasa memburu kebenaran.
Upaya memburu kebenaran itu adalah demi kebenaran itu sendiri, dan kebenaran yang diburu adalah
kebenaran yang lebih meyakinkan serta lebih pasti.

 
Mencari Kejelasan
          Salah satu penyebab lahirnya filsafat ialah keraguan. Untuk menghilangkan keraguan
diperlukan kejelasan. Ada filsuf yang mengatakan bahwa berfilsafat berarti berupaya mendapatkan
kejelasan yang penjelasan mengenai seluruh realitas. Ada pula yang mengatakan bahwa filsuf
senantiasa mengejar kejelaan pengertian (clarity of understanding). Geisler dan Feinberg mengatakan
bahwa ciri khas penelitian filsafat adalah adanya usaha keras untuk meraih kejelasan intelektual
(intellectual clarity). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa berpikir secara filsafat berarti
berupaya memperoleh kejelasan.
Mengejar kejelasan berarti harus berjuang dengan gigih untuk mengeliminasi segala sesuatu yang
tidak jelas, yang kabur, dan yang gelap, bahkan juga yang serba rahasia dan berupa teka-teki. Tanpa
kejelasan, filsafatpunnakan menjadi sesuatu yang mistik, serba rahasia, kabur, gelap, dan tak
mungkin dapat menggapi kebenaran.

Berpikir Rasional
Berpikir secara radikal, mencari asas, memburu kebenaran dan mencari kejels=asan tidak akan
mungkin dapat berhasil dengan baik jika tanpa berpikir dengan rasional. Berpikir secara rasional
beerarti berpikir logis, sistematis dan kritis. Berpikir logis adalah bukan hanya sekedar menggapai
pengertian-pengertian yang dapat diterima oleh akal sehat, melainkan agar sanggup menarik
kesimpuln dan mengambil keputusan yang tepat dan benar dari premis-premis yang digunakan.
Berpikir logis juga menuntut pemikiran yang sistematis. Pemikiran yang sistematis ialah rangkaian
pemikiran yang berhubungan satu sama lain atau sling berkaitan secara logis. Tanpa berpikir yang
logis-sistematis dan koheren tidak mungkin diraih kebenaran yang bisa dipertanggungjawabkan.

Berpikir ritis berarti membakar kemauan untuk terus-menerus mengevaluasi argumen-argumen yang
mengklaim dirinya benar. Seorang yang berpikir kritis itu tidak akan  mudah menggenggam suatu
kebenaran sebelum kebenaran itu dipersoalkan dan benar-benar diuji terlebih dahulu. Berpikir logis-
sistemaatis-kritis adalah ciri utama berpikir rasional. Adapun berpikir rasional adalah salah satu sifat
filsafat.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya :
1. Secara etimologis, filsafat diambil dari bahasa Arab, falsafah-berasal dari bahasa Yunani,
Philosophia, kata majemukyang berasal dari kata Philos yang artinya cinta atau suka, dan kata
Sophia yang artinya bijaksana. Dengan demikian secara etimologis, filsafat memberikanpengertian
cinta kebijaksanaan.
2. Secara terminologis, filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di
dalamnya ilmu-ilmu; metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
3. Ada tiga metode yang digunakan untuk memecahkan problema-problema  Filsafat yaitu:
metode deduksi, induksi dan metode dialektik.
4. Obyek penyelidikan filsafat adalah segala yang ada dan yang mungkin ada, tidak terbatas.
5. Struktur/sistematika filsafat berkisar pada tiga cabang flsafat yaitu teori pengetahuan, teori
hakikat dan teori nilai.
6. Manfaat mempelajari filsafat diantaranya adalah manfaat dari sisi pengetahuan dan manfaat
dalam kehidupan sehari-hari. Dari sisi pengetahuan filsafat disebuat sebagai induk dari setiap
disiplian ilmu pengetahuan, maka untuk memahami ilmu pengetahuan dan mampu me-
interdisipliner-kan kita butuh filsafat. Filsafat dalam kehidupan sehari-hari bisa dijadikan patokan
utama dalam mengembangan kebutuhan-kebutuhan manusia serta piranti dalam memahami proses
keseharian secara mendalam dan jelas
DAFTAR PUSAKA
Anonim, 1986, sumbangan islam kepada ilmu dan kebudayaan, komisi Nasional Mesir untk Unesco,
Bandung: Penerbit Pustaka

Chavehard, P. (1983). Bahasa dan Pikiran. Alih Bahasa oleh A. Widaya M. Yogyakarta: Yayasan
Kanisius.

Chomsky, N. (1988). Larguape and Problem of Knowledge. London: MTS Press.

Corsini, R.J. (ed.). (1984). Encyclopedia of Psychology. New York: Jhon Wiley & Sons.

Halsey, W.D. and Friedman, E. (ed.). (1981). Collier's Encyclopedia. New York: Macmillan
Educational Company.

Holliday, MAK. (1981). Learning How to Mean. Illinois: Whitehall Company.

Hopkins, D. (1976). A Teacher's Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University Press.

Katsoff, L. (1998). Elements of Philosophy. Alih Bahasa oleh Soejono Soemargono. Yogyakarta:
Tiara Wacana.

Muhadjir, N. (1989). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sapasin.

Power, J.E. (1982). Pholosophy of Education. New Jersey: Prenticed Hall, Inc

Anda mungkin juga menyukai