Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT UMUM

Dosen Pengampu : Aslam As’ad, M. Ag

Disusun Oleh :

Hilman Ubaydillah (2214104030010)

Fina Innayatul Mawaddah (214104030002)

Nafilul Aziz (214104030006)

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K.H ACHMAD SHIDDIQ JEMBER

2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang mana telah memberikan
kami petunjuk dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tanpa ada
kendala sedikitpun. Dan tidak lupa juga Sholawat serta salam kami haturkan
keharibaan nabi besar kita nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat
sahabatnya.
Selanjutnya saya ucapkan banyak terima kasih kepada bapak Aslam As’ad, M. Ag
selaku dosen pembimbing mata kuliah Filsafat Umum yang dengan penuh kesabaran
dan keikhlasan telah memberikan arahan dan petunjuk yang jelas sehingga
memudahkan kami dalam menggarap makalah ini.
Ucapan terima kasih juga saya peruntukkan kepada rekan kelompok saya saudari
Fina Innayatul Mawaddah dan saudari Nafilul Aziz yang telah mendedikasikan
waktu, pikiran dan tenaganya untuk membantu saya dalam menyusun makalah ini.
Kami sadari betul bahwa didalam makalah ini tidak lepas dari banyak kesalahan
dan kekurangan, oleh karenanya saran, kritik dan pendapat yang membangun akan
selalu terbuka dan kami nantikan untuk para pembaca makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini dunia dapat tercerahkan oleh ilmu
pengetahuan dan dapat memberikan kontribusi positif bagi para penuntut ilmu
khususnya mahasiswa bidang Bahasa dan Sastra Arab UIN KHAS JEMBER.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Jember, 16 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………..... 2
DAFTAR ISI ………………………………………………………… 3
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………… 4
A. Latar Belakang ………………………………………………. 4
B. Rumusan Masalah …………………………………………... 4
C. Tujuan ……………………………………………………….. 4
D. Manfaat ………………………………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………….. 6
A. Kelahiran Filsafat Pra-Sokrates ……………………………… 6
B. Munculnya para Filosof di masa Pra-Sokrates ……………… 7

C. Kaum Sofis …………………………………………………… 11

D. Antara kebenaran Absolut dan kebenaran Relatif …………… 11

BAB III PENUTUP …………………………………………………... 13


A. Kesimpulan ……………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 14

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Apakah Filsafat itu? Sulit rasanya menjawab pertanyaan ini, karena
banyaknya jawaban yang telah dilontarkan manusia. Kata “Filsafat” berasal
dari bahasa Yunani Filosofia, dari kata kerja Filosofein; artinya mencintai
kebijaksanaan. Namun, definisi ini masih belum menjawab sepenuhnya
pengertian Filsafat itu sendiri, karena yang namanya “mencintai” harus
diusahakan secara Totalitas; tidak bisa hanya secara Pasif.
Oleh karenanya, jelas sudah bahwa pengertian Filsafat adalah berusaha
mencapai kebijaksanaan yang belum diraih. Jadi Filosof adalah orang yang
masih berusaha untuk menemukan kebijaksanaan dan belum menemukannya.
Filsafat sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, dan telah melewati berbagai
macam periode dan generasi. Mulai dari masa Pra-Sokrates, masa Sokrates,
Plato serta Aristoteles, masa Helenis-Romawi dan seterusnya. Dan pada
makalah ini yang akan diteliti lebih lanjut adalah Filsafat di masa Pra-
Sokrates.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kelahiran Filsafat Pra-Sokrates ?
2. Bagaimana sejarah munculnya para Filosof di masa Pra-Sokrates ?
3. Siapakah yang dimaksud Kaum Sofis ?
4. Apakah yang dimaksud kebenaran Absolut dan kebenaran Relatif ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah kelahiran Filsafat Pra-Sokrates
2. Untuk mengetahui sejarah munculnya para Filosof di masa Pra-Sokrates
3. Untuk memahami Kaum Sofis
4. Untuk memahami antara kebenaran Absolut dan kebenaran Relatif

4
D. Manfaat
Agar bermanfaat dan berguna bagi para pembaca Makalah ini, khususnya
bagi kelompok penulis Makalah sendiri dan seluruh teman teman Program
Studi Bahasa dan Sastra Arab UIN KHAS JEMBER dalam memahami
Filosof-Filosof Yunani masa Pra-Socrates

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kelahiran Filsafat Pra-Sokrates

Filsafat tercipta dikarenakan kemenangan akal menjawab dongeng-dongeng


atau mitos-mitos dari agama tertentu yang menceritakan asal-mula dunia dan
manusia. Mitos-mitos tersebut tidak bisa ditangkap oleh pikiran karena
memang Mitos tersebut tidak bisa dicerna oleh akal dan kebenarannya hanya
bisa diterima dengan Iman atau kepercayaan dan kemenangan akal tersebut
tidak digapai dalam jangka waktu sebentar, melainkan secara perlahan-lahan
hingga berabad-abad.
Pergumulan akal terhadap Mitos-Mitos tersebut terjadi pertama kali sekitar
abad ke-6 SM. Contohnya demikian;
Berdasarkan Mitos pelangi itu merupakan seorang dewa / dewi, namun
menurut Xenophanes berpendapat bahwa pelangi adalah awan, sementara
menurut Anaxagoras pelangi adalah pemantulan matahari pada awan.
Dari pemaparan dua orang diatas dapat difahami bahwa pemikiran mereka
bukan bersumber dari Mitos; melainkan dari penggunaan akal pikiran. Jawaban
Rasional yang demikianlah yang dapat menciptakan suatu pendapat / opini yang
dapat dikontrol, dapat dicerna akal dan bisa dibuktikan kebenarannya. Inilah
yang dinamakan berfilsafat.
Di masa Pra-Sokrates para Filosof memiliki ciri yang menonjol yakni
memperhatikan dan mengamati gejala Kosmik dan Pisik untuk menemukan
suatu asal-mula yang menjadi pemicu munculnya segala gejala.
Para Filosof di masa itu membedakan antara “penampilan” dengan “hakikat”
suatu perwujudan. Mereka beranggapan bahwa “penampilan” bisa berubah
berdasarkan sudut pandang, sedangkan “hakikat” tidak bisa berubah dan tidak
bisa dipengaruhi oleh sudut pandang.
Oleh karena itu, para Filosof masa Pra-Sokrates berusaha untuk memahami
dan menelusuk lebih jauh berbagai gejala Kosmik maupun Pisik. Diantara
Filosof-Filosof tersebut seperti Thales, Anaximandres dan seterusnya.

6
B. Munculnya para Filosof di masa Pra-Sokrates

Para pemikir Filsafat pertama kali muncul sekitar abad ke-6 SM di Miletos
[Nama kota di Yunani]. Ajaran mereka sulit diterka, sebab sebelum periode
Plato hasil karya para Filsuf tidak ada yang sepenuhnya dibukukan.

Mereka semua adalah Filsuf-Filsuf alam yang artinya mereka merupakan


para ahli pikir yang menjadikan alam raya yang luas ini menjadi obyek
pemikiran mereka. Mereka merasa takjub oleh alam yang penuh
keanekaragaman ini dan mereka bertanya-tanya soal apa yang ada dibalik
semua itu.

Obyek pemikirian yang didalami oleh para Filsuf pertama ini lebih luas dan
lebih kompleks daripada para Filsuf di era sekarang. Filsafat mereka
mencakup segala ilmu pengetahuan; ilmu pasti, ilmu alam, ilmu bintang, ilmu
hayat, ilmu kedokteran dan ilmu politik. Jadi kala itu antara Filsafat dan ilmu
pengetahuan tertentu tidak ada pemisah seperti sekarang.

Obyek pertama yang para ahli pikir kala itu targetkan adalah alam, bukan
manusia. Namun, yang perlu diperhatikan, bahwa yang dimaksud “alam”
disini adalah seluruh kenyataan hidup serta kenyataan Badaniah yang dapat
diamati. Diantara para Filsuf itu adalah :

1. Thales [625 - 545 SM]

Dia termasuk kedalam “Tujuh orang bijak” yaitu Thales dari Miletos,
Bias dari Priene, Pittakos dari Mytilene, Soloon dari Athena, Kleoboulos
dari Lindos, Khiloon dari Sparta dan Periandros dari Korinthos.

Kala itu Thales pernah dikabarkan meramal gerhana matahari yang


memang benar-benar terjadi pada tahun 585 SM. Dia juga dikatakan
aktif dalam politik dan menjadi penasehat raja.

Menurutnya, unsur pertama yang menjadi asal-mula segala sesuatu


adalah air. Dia beranggapan demikian karena kenyataannya air dapat
dilihat dan dapat diamati dalam berbagai bentuk, baik dalam bentuk
halus [uap], bentuk cair [air] dan bentuk keras [es]. Air juga terdapat
pada bahan makanan dan bisa ditemukan di batu yang menumbuhkan
tumbuhan. Di pantai Miletos airpun terlihat sebagai lautan yang luas
membentang, sehingga dirasa masuk akal bahwa bumi keluar dari air
[laut] itu, lalu terapung-apung diatasnya.

7
2. Naximandros [610 - 540 SM]

Naximandros berbeda dengan Thales, dia tidak menyelidiki asas


pertama segala sesuatu pada gejala alam. Menurutnya, asas pertama
segala sesuatu tidak mungkin berupa salah satu dari unsur-unsur yang
menyusun alam itu [air], karena jika memang benar air merupakan asas
pertama segala sesuatu, maka seharusnya air juga terdapat pada segala
hal-hal yang kering dan lainnya. Padahal kenyataanya tidak demikian, air
merupakan hal yang terbatas dan ada lawannya yaitu api.

Baginya asas pertama segala sesuatu adalah to apeiron [yang tak


terbatas], disebut demikian karena tidak mengandung sifat-sifat
kebendaan yang dikenal manusia. Dia juga yang berpendapat bahwa
bumi itu berbenutk Silinder yang terletak di pusat jagar raya, bukan di
atas air seperti yang dikatakan oleh Thales.

3. Naximenes [538 - 480 SM]

Pandangan Naximenes berbeda lagi dengan Naximandros yang


menyatakan bahwa asas pertama segala sesuatu adalah to apeiron, dia
beranggapan bahwa hawa atau udara. Karena udara meliputi seluruh
dunia, udaralah yang menjadikan manusia bisa bernafas dan bertahan
hidup dan manusia akan mati andaikala tidak ada udara.

Hal demikian mungkin dikarenakan adanya proses pemadatan dan


pengenceran udara. Udara memadat secara berurutan muncullah angin,
air, tanah dan batu, udara mengencer maka timbullah api. Begitulah
proses terbentuknya alam raya dan segala isinya.

4. Pythagoras [580 - 500 SM]

Dilahirkan di Samos [daerah Ioni], namun menetap di Kroton [Italia


selatan]. Pythagoras sebenarnya masih seperiode dengan Naximenes,
hanya saja lebih muda.

20 tahun dia menetap di Kroton dan mendirikan suatu aliran agama.


Ajarannya disampaikan secara lisan dan rahasia dan tidak secara tertulis.
Ajaran Pythagoras ini mulai tersiar sekitar pertengahan abad ke-5 SM.
Dua hal dari ajaran ini yang sangat berpengaruh yaitu bahwa jiwa tidak
dapat mati dan usaha mempelajari illmu pasti.

8
Pythagoras berasumsi bahwa jiwa merupakan sesuatu yang berdiri
sendiri, tidak berjasad serta tidak bisa mati, jiwa yang dijatuhi hukuman
akan terbelenggu di dalam tubuh. Untuk membebaskan jiwa dari
belenggu tubuhnya seseorang harus melakukan proses penyucian
[Katharsis], sehingga setelah mati jiwanya akan mendapatkan
kebahagiaan.

Dan bagi yang tidak melakukan penyucian atau penyuciannya kurang,


maka jiwanya akan berpindah ke kehidupan lain sesuai dengan
keadaannya, baik berpindah ke binatang, tumbuhan ataupun ke manusia
lain. Penyucian tersebut dilakukan dengan cara melakukan pantangan
terhadap makanan tertentu semisal daging, kacang dan lain-lain.

Ajaran Pythagoras ini sangat mementingkan bilangan dalam bentuknya


yang asali atau bisa dibilang baginya bilangan merupakan batu sendi
seluruh pandangan hidup Pyhtagoras sendiri. Jadi baginya bilangan
adalah asas pertama segala sesuatu yang menciptakan satu kesatuan.

Termasuk ajarannya adalah bahwa terdapat 10 asas yang Kontradiktif


[berlawanan]; yaitu terbatas-tidak terbatas, ganjil-genap, tunggal-banyak,
kanan-kiri, pria-wanita, diam-gerak, lurus-bengkok, terang-gelap, baik-
jahat, persegi-bulat. Jagat raya juga terdiri dari 10 badan langit yaitu :
Konta bumi, bumi, bulan, matahari, merkurius, venus, mars, yupiter,
saturnas dan langit beserta bintang-bintangnya, oleh karena itu bagi
Pythagoras angka 10 adalah bilangan suci.

5. Parmenides [540 - 475 SM]

Dilahirkan di Elea dan semasa dengan Herakleitos. Pemikiran dari


Parmenides adalah bahwa kenyataan itu bukanlah gerakan dan
perubahan; melainkan suatu keseluruhan yang menyatu, tidak bergerak
dan tidak berubah.

Gagasan Parmenides ini merupakan gagasan yang Genial [cemerlang]


dan dikupas tuntas secara Konsekuen, baginya kenyataan adalah satu
kesatuan tanpa membedakan segi Rohani dan Jasmani. Oleh karena
demikian tidak ada yang namanya ruang kosong, sebab andaikan ruang
kosong itu ada, sudah barang tentu di luar yang ada masih ada sesuatu
yang lain lagi.

9
6. Empedocles [492 - 432 SM]

Lahir di Akragas, Sisilia. Ia sependapat dengan Parmenides yang


mengatakan bahwa tidak ada yang namanya ruang kosong, namun dia
menyangkal pendapat Parmenides yang menyatakan bahwa kesaksian
indera adalah palsu. Pengamatan dengan indra memang menunjukkan hal
yang jamak dan berubah-ubah, tetapi perubahan tersebut hanya dipicu
oleh penggabungan dan pemisahan keempat unsure [Rizomata] yang
menyusun segala kenyataan; yaitu air, udara, api dan tanah.

Keempat unsur tersebut memiliki kesamaan yakni tidak berubah;


contohnya unsur tanah tidak mungkin berubah menjadi unsur air. Segala
sesuatu yang ada di dunia adalah tersusun dari keempat unsur tersebut.

Perbedaan-perbedaan yang ada di antara benda-benda disebabkan


campuran atau perpaduan keempat unsur tadi berbeda-beda. Umpamanya
tulang terdiri dari 2 bagian unsur tanah 2 bagian unsur air dan 4 bagian
unsur api. Dan begitulah seterusnya.

Perpaduan keempat unsur tadi diatur oleh 2 kekuatan yang saling


berlawanan, yaitu cinta [Filotes] dan benci [Neikos]. Cinta bersifat
menggabungkan, sementara benci bersifat memecah-belah. Keduanya
[cinta dan benci] dipandang sebagai cairan halus yang menempel pada
seluruh benda.

7. Demokritos [460 - 370 SM]

Demokritos mengajarkan bahwa kenyataan bukan hanya satu, namun


bisa terdiri dari banyak unsur. Menurutnya ada bagian-bagian terkecil
dari segala sesuatu yang disebut dengan atom [Atomos] yang artinya
tidak terbagi.

Semua atom itu sama, tidak ada yang dibedakan dengan atom lain
berdasarkan kualitas. Yang berbeda hanya bentuk, urutan penempatan
serta posisinya. Dan jumlahnya tidak terbilang, tidak tampak, tidak bisa
dimusnahkan dan tidak berubah-ubah.

Demokritas memiliki anggapan bahwa jiwa manusia juga terdiri dari


atom juga; yaitu atom paling halus dan bundar yang tidak dapat mengait
atom lain.

10
Di masa Pra-Socrates, orang pertama yang memperkenalkan etika
adalah Demokritos, namun belum tersusun secara sistematis.

C. Kaum Sofis

Sofisme adalah suatu aliran atau gerakan yang berkecimpung di bidang


intelek dikarenakan beberapa faktor kala itu.

Sebelum abad ke-5, istilah “Sofis” mengandung arti : sarjana, cendekiawan.


Sepertihalnya Plato, 7 orang bijak dan lain-lainnya. Dan di abad ke-4 sebutan
“Sofis” mengalami perubahan dan diganti dengan istilah “Filosofos”.
Sedangkan sematan “Sofis” lebih diperuntukkan para guru yang berkeliling
dari kota ke kota yang lain untuk mengajar.

Diantara dari sekian kaum Sofis tersebut seperti Protagoras [480 - 411 SM],
Gorgias [480 - 380 SM], Sokrates [469 - 399 SM], Plato [427 - 347 SM]

Seiring berjalannya waktu, istilah “Sofis” tidak harum lagi, sebab saat itu
istilah “Sofis” disematkan kepada orang orang yang menipu orang lain dengan
berkedok mengajarkan ajarannya. Mereka dituduh sebagai orang orang yang
meminta-minta bayaran atas ajaran-ajaran yang telah mereka ajarkan.

D. Antara kebenaran Absolut dan kebenaran Relatif

Absolutisme adalah suatu paham yang menjelaskan suatu kemutlakan tanpa


ada batasan-batasan tertentu dan sebagai kebenaran tidak bisa dirubah.
Absolutisme muncul adakalanya untuk membenarkan apa yang hakikatnya
memang benar atau menyalahkan apa yang memang salah.

Sedangkan Relativisme merupakan suatu doktrin bahwa ilmu pengetahuan,


kebenaran dan Moralitas hidup berhubungan dan berkaitan dengan budaya
suatu lingkungan, masyarakat sekitar dan sejarah. Benar atau salah, baik atau
buruknya tidak bersifat mutlak dan bisa berubah-ubah sesuai kondisi sekitar.

Relativisme dibagi menjadi 3 klasifikasi :

1. Relativisme Etika

Relativisme Etika adalah suatu pemikiran yang menolak doktrin yang


menyatakan bahwa norma etika tertentu berlaku untuk semua individu di
mana saja. Contoh sederhananya seperti “membunuh”. Perihal benar
ataupun salahnya “membunuh” itu tergantung tujuan dari pelaku
pembunuhan tersebut sendiri.

11
Jadi, dapat difahami bahwa suatu perilaku yang standarnya dinilai
tidak beretika di wilayah tertentu, belum tentu bisa dianggap beretika di
wilayah yang lain. Dan alasan yang melatarbelakangi hal tersebut adalah
perbedaan suku, budaya dan bahasanya.

2. Relativisme Budaya

Relativisme budaya berbeda dengan relativisme etika. Relativisme


budaya lebih ditekankan pada suatu pegangan yang teguh pada prinsip
tertentu, pengembangan prinsip tersebut dan tanggung jawab penuh
dalam kehidupan.

Apabila perkembangan budaya antara satu wilayah dengan wilayah


yang lain berbeda, maka standar kebenaran di masing-masing golongan
akan berbeda pula.

Sisi positif dari relativisme ini adalah mudah mengondisikan dirinya


dengan budaya di lingkungan sekitarnya dan tidak pernah merasa
budayanya yang paling benar. Namun, ada juga sisi negatifnya; umpama
ada seorang imigran yang baru dating ke Indonesia yang sudah memiliki
Relativisme yang sangat kuat, maka pemerintah akan sangat sulit untuk
memberikan arahan kepada imigran tersebut.

3. Relativisme Agama

Relativisme yang satu ini bisa dibilang sangat sensitif. Paham inilah
yang menjadi awal-mulanya Pluralisme. Relativisme agama
mengajarkan kepada keraguan kepada seseorang terhadap agamanya
sendiri.

Para penganut paham ini beranggapan bahwa agama sudah tidak bisa
menetapkan kebenaran Absolut [Mutlak]. Dan dampak dari pemikiran
ini adalah kitab-kitab Tafsir karangan para ulama dinilai relatif, karena
relatif dan tidak absolut, maka para ulama dianggap tidak memiliki hak
dan tidak layak untuk berfatwa.

Tidak heran bila kita melihat para pelajar Muslim yang berpaham
Liberal dan Relativisme sangat anti terhadap fatwa Majelis Ulama dan
semacamnya.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat tercipta dikarenakan kemenangan akal menjawab dongeng-dongeng atau


mitos-mitos dari agama tertentu yang menceritakan asal-mula dunia dan manusia..

Para pemikir Filsafat pertama kali muncul sekitar abad ke-6 SM di Miletos [Nama
kota di Yunani]. Diantaranya Thales [625 - 545 SM], Naximandros [610 - 540 SM],
Naximenes [538 - 480 SM], Pythagoras [580 - 500 SM], Parmenides [540 - 475
SM], Empedocles [492 - 432 SM], Demokritos [460 - 370 SM].

Sofisme adalah suatu aliran atau gerakan yang berkecimpung di bidang intelek
dikarenakan beberapa faktor kala itu. Seperti Protagoras [480 - 411 SM], Gorgias
[480 - 380 SM], Sokrates [469 - 399 SM], Plato [427 - 347 SM].

Absolutisme adalah suatu paham yang menjelaskan suatu kemutlakan tanpa ada
batasan-batasan tertentu dan sebagai kebenaran tidak bisa dirubah

Sedangkan Relativisme merupakan suatu doktrin bahwa ilmu pengetahuan,


kebenaran dan Moralitas hidup berhubungan dan berkaitan dengan budaya suatu
lingkungan, masyarakat sekitar dan sejarah. Relativisme dibagi menjadi 3 yaitu
Relativisme Etika Relativisme Budaya dan Relativisme Agama

13
DAFTAR PUSTAKA

- Hassan, Fuad. 1996. Pengantar Filsafat Barat. Jakarta : Pustaka Jaya

- Shomali, A. Mohammad. 2005. Relativisme Etika. Jakarta : Serambi

- Hadiwijono, Harun. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta :


Kanisius

14
15
16
17

Anda mungkin juga menyukai