Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH FILSAFAT UMUM

“YUNANI KLASIK, SOCRATES, PLATO, DAN ARISTOTELES”

DOSEN :
Dr. ROOSYE M. LOLOWANG, M. PD

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4 :

1. MICHELLE GLADYS MIRACLE MOKALU


2. JENIFA PUTRI AMARIA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga kami boleh
dapat menyusun makalah mengenai “Yunani Klasik, Socrates, Plato Dan Aristoteles”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan
serta menambah wawasan kepada mahasiswa psikologi terkait dengan mata kuliah Filsafat
Umum.

Kami mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah, memberi masukan dan
mendukung penulis makalah ini sehingga selesai tepat pada waktunya, Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa memberkati.

Meski kami telah menyusun makalah ini dengan maksimal tidak menutup kemungkinan
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca sekalian.

Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat menambah referensi bagi para pembaca.

Manado, 15 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman..........................................................................................................v

Daftar isi........................................................................................................vi

Kata pengantar..............................................................................................vii

BAB I Pendahuluan........................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................1

BAB II Pembahasan.......................................................................................2

A. Pengertian Yunani Klasik...................................................................2


B. Sejarah Yunani Klasik........................................................................2
C. Socrates...............................................................................................7
D. Plato..................................................................................................11
E. Aristoteles.........................................................................................14

BAB III Penutup...........................................................................................17

A. Kesimpulan ......................................................................................17

Daftar Pustaka……………………………………………………………...18
BAB I
A. Latar Belakang
Filsafat Yunani Klasik merupakan awalan dari permulaan pemikiran filsafat atau
pembahasan masalah filsafat secara spekulatif rasional, dan tidak irrasional dogmatis.
Fissafat Yunani Klasik juga merupakan ilustrasi pemikiran dan pembahasan masalah
filsafat secara sistematis dan lengkap dan juga berlaku sampai sekarang.
Sejarah filsafat dipelajari dengan tujuan agar diperoleh apa yang menjadi masalah
pokok filsafat dan sejarah perkembangan pemikiran filsafat. Mempelajari sejarah
filsafat juga meyadarkan kita bahwa ajaran yang baik belum tentu diterapkan dengan
baik oleh sebab itu waktu dan tempat belum cukup masak memberikan dan berlaku
sampai sekarang.
Sejarah filsafat menyadarkan kira bahwa setiap teori ada kelemahannya ada
kebaikannya, karena itu menurut adanya kerja sama antara sesame penguasa filsafat,
saling memberi dan menerima, dalam rangka kepentingan bersama, dan demi
kesejahteraan hidup manusia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa itu masa yunani klasik?
2. Bagaimana sejarah yunani klasik?
3. Siapakah Socrates?
4. Siapakah Plato?
5. Siapakah Aristoteles?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat diuraikan tujuan penulisan makalah
sebagai berikut:
1. Memahami tentang sejarah Yunani Klasik
2. Memahami tentang siapa itu Socrates, Plato dan Aristoteles
3. Memberikan informasi tentang bagaimana peradaban dimasa Yunani Klasik
BAB II
A. Pengertian Yunani Klasik
Beberapa tentang kelahiran dan perkembangan Filsafat pada awal kelahiranya
tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya
pada masa peradaban kuno (masa yunani) makna kata Filsafat sendiri adalah cinta
kebijaksanaan, arti kata tersebut belum memperhatikan makna yang sebenarnya dari
kata Filasafat, sebab pengertian “mencintai” belum memperlihatkan keaktifan seorang
Filosof untuk memperoleh kebijaksanaan.
Aliran yang mengawali periode yunani klasik adalah Sofisme, kata Sofis berarti
Bijak atau Pandai, yaitu gelar bagi mereka yang memiliki kebijakan dalam menjalanin
kehidupan. Namun pada zaman ini, kata Sofis bekaitan dengan orang yang pandai
bicara, mempengaruhi orang dengan kepandaian berdebat. Sofis dalam gambaran
yang diberikan para tokoh aliran ini terlihat jahat dan tidak memiliki moral. Namun
mereka sebenarnya memiliki jasa yang lumayan besar dalam perkembangan Filsafat.
Dan ada beberapa pendapat yang menganggap bahwa aliran sofisme sebagai aliran
yang merusak dunia filsafat.

B. Sejarah Yunani Klasik


Yunani Klasik adalah periode yang berlangsung sekitar 200 tahun (abad ke-5 dan
ke-4 SM) dalam sejarah Yunani. Selama periode ini, banyak wilayah Yunani yang
jatuh ke tangan Persia, tetapi kemudian wilayah-wilayah Yunani ini kembali merdeka.
Yunani Klasik sangat berpengaruh terhadap Romawidan juga menjadi landasan
peradaban Barat. Sebagian besar pemikiran politik, seni, arsitektur, pahatan, filsafat,
teater, dan sastra berakar dari zaman ini. Periode Klasik kemudian digantikan oleh
Periode Helenistik.

1. Sekitar Filsafat Yunani Klasik


Filsafat Yunani Klasik lahir bukan membahas kosmosentris ( alam semesta)
melainkan mengkaji manusia (antroposentris). Menurut aliran antroposentris manusia
sebagai makhluk yang memiliki banyak potensi seperti pikiran, pergaulan, dan
sebagainya, sehingga manusia layak menjadi bagian dari filsafat dalam hidupnya,
(Bertens, 1999).
Aliran yang mengawali periode Yunani klasik adalah sofisme, kata sophos berarti
arif atau pandai, yaitu gelar bagi meraka yang memiliki kearifan dalam menjalani
kehidupan. Periode Yunani klasik perkembangan filsafat menunjukan kepastian, yaitu
ditandainya semakin besar minat orang terhadap filsafat. Zaman klasik bermula
dengan Socrates, tetapi Socrates belum sampai kepada sesuatu sistem filosofi, yang
memberikan nama klasik kepada filosofi itu. Sistem ajaran filosofi klasik baru
dibangun oleh Plato dan Aristoteles, berdasaran ajaran Socrates tentang pengetahuan
dan etik beserta Folosofi alam yang berkembang sebelum Socrates.

2. Letak Perbedaan Pemikiran Filosof Yunani Kuno dan Yunani Klasik


a. Yunani Kuno
Filsafat Yunani kuno pada akhirnya memunculkan sebuah peradaban
mesopotamia. Filsafat ini lahir di Irak. Kemudian lambat laun filsafat ini
menyebar lebih luas lagi didaerah Alexandria. Orang pada zaman Yunani
kuno sangat menyukai mitos dan dongeng-dongeng, sehingga masyarakat
dunia menganggap filsafat lahir dari Yunani. Namun lambat laun
perkembangan dunia filsafat mengalami pergeseran. Tak ada lagi percaya
pada mitos sehingga mereka memaksimalkan akal murni untuk menguak
misteri kehidupan. Filsafat Yunani kuno lahir dengan ide yang diusungnya
tentang alam. Bahwa alam berasal dari air dan akan kembali menjadi
air(Mustansyir, 2009).
Tokoh-tokoh yang terkenal diantaranya Demokrates,Pythagoras, dan
Thales. Kosmosentris menjadi minat mereka untuk diteliti menggunakan
akal Thales bahkan dijuluki sebagai bapaknya filsafat. Sedangkan
Pythagoras beranggapan lain tentang kosmosentris. Dia menilai bahwa
alam ada karena factor misteri bilangan. Ada kekuatan dan ada makna yang
mendalam disetiap bilangan (Mustansyir, 2009).
b. Yunani Klasik
Berbeda dengan filsafat Yunani kuno, tokoh-tokoh filsafat Yunani kalsik
lebih senang menggunakan akal mereka untuk meneliti tentang manusia
(Antrophosentris). Salah satu tokohnya yang terkenal adalah Socrates.
Sayangnya, Socrates tidak meninggalkan jejak tulisan satu pun, sehingga yang
mendokumentasikan riwayat hidupnya adalah Plato, muridnya.Mengenai ide
Socrates itu bagus dengan mengajak kawula muda memahami hidup sebagai
manusia yang beretika dan bermoral. Plato sendiri lebih sepakat bahwa hidup
itu alam dan pengalaman. Tetapi ide tersebut ditentang oleh Aritoteles,
muridnya, yang mengatakan bahwa realitas sesungguhnya bukan alam ide,
tetapi kenyataan yang konkret. Pada zaman Aritoteles inilah, filsafat Yunani
klasik mengalami masa keemasan dengan metode berfikir sistematis yang
ditemukannya.
Setelah itu, filsafat Yunani kuno mengalami kemunduran dan baru
berkembang lagi meski dalam kondisi yang sangat dibatasi oleh gereja setelah
lima abad. Kemudian masa kegelapan terjadi meski pemikiran tokoh-tokoh
filsafat bermunculan. Jika ketahuan ide filsafat mereka membawa agama maka
gereja langsung melarangnya. Kebebasan berfikir pada masa ini begitu terikat
dengan maunya gereja (Mustansyir, 2009).

Pada masa klasik ini dibagi dua, yakni klasik pada zaman Socrates, Plato dan
Aristoteles dan klasik pada zaman Helenisme. Masa klasik pada zaman Socrates (470-
399 SM.) kemudian dilanjutkan kepada muridnya Plato (428-348 SM.) dan diakhiri
pada masa murid Plato, Aristoteles (384-322 SM.). Secara umum pada masa ini
filsafat berkonsentrasi pada pemikiran mengenai makna manusia, kebenaran dan
kebaikan.
Pada masa Helenisme (323 SM – 31 M) munculah beberapa mazhab filsafat yang
banyak mengembangkan etika. Di antara mereka yang terkenal adalah Stoisisme,
Epikurisme dan Neo-Platonisme. Lebih detailnya akan kita bahas bersama pada
pembahasan selanjutnya.
1. Zaman Socrates, Plato dan Aristoteles
Puncak kejayaan filsafat Yunani sebenarnya terjadi pada periode zaman klasik.
Pada zaman ini muncul para filosof-filosof besar seperti halnya Socrates, Plato dan
Aristoteles. Pada zaman ini ditandai dengan kemunculan kelompok kaum sophis
yang mengajarkan kepada pemuda Athena mengenai keunggulan retorika dan
kebenaran subjektif. Menurut kaum ini manusia merupakan ukuran bagi segala
sesuatu (homo mensura). Akibat dari ajaran ini, kemudian ukuran kebenaran
menjadi relatif dan subjektif.
Dalam kondisi seperti ini kemudian munculah filosof terkemuka yakni Socrates
(kurang lebih 470-399 SM.) yang mengungkapkan bahwasannya akal budi harus
menjadi norma terpenting untuk seluruh tindakan kita. Socrates dengan berbagai
pemikirannya selalu berusaha untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan,
yakni dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah, di mana keduanya
tidak dapat dipisahkan dikarenakan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai
yang dihasilkan.
Setelah Socrates, muncullah muridnya Plato (428-348 SM.). Seluruh filsafat
Plato ini bertumpu pada ajaran mengenai “Dunia Ide”. Plato mengajarkan bahwa
dunia yang sungguh-sungguh, yakni dunia dengan ide-ide yang abadi. Jiwa di
dunia terkurung di dalam tubuh. Keadaan ini berarti keterasingan. Jiwa kita
merindukan kembali “surga ide-ide”. Jiwa pernah berdiam dalam kebenaran ide-
ide, maka dari itu pengetahuan mungkin sebagai hasil “mengingat”.Selanjutnya
adalah Aristoteles (384-322 SM.), dia adalah murid dari Plato. Meskipun demikian,
dalam banyak hal dia tidak setuju dengan Plato. Berbeda dengan Plato mengenai
persoalan kontradiktif antara tetap dan menjadi, Aristoteles menerima yang
berubah dan menjadi, dengan bermacam-macam bentuknya, yang kesemuanya itu
berada dalam dunia pengalaman sebagai realitas yang sesungguhnya. Itulahnya
sebabnya filsafat Aristoteles disebut dengan realisme.
2. Zaman Helenisme
Helenisme diambil dari kata Yunani, Hellas. Helenisme adalah gerakan atau
corak kebudayaan Yunani yang berkembang pada saat itu, yakni semasa setelah
meninggalnya Kaisar Iskandar Agung (323 SM) sampai munculnya kekaisaran
Romawi (31 SM). Kebudayaan Helenisme berpusat di tiga kota besar yakni
Athena, Alexandria (di Mesir) dan Antiochia (di Syria). Di temapat-tempat
tersebut pengaruh Helenisme sangat signifikan sehingga melahirkan beberapa
corak pemikiran filsafat yang menonjol pada masa tersebut.
Pada masa itu lahirlah Stoisisme, Epikurisme dan Neo-Platonisme. Stoisisme
dengan tokohnya Zeno dari Kition (333-262 SM) sangat dikenal dengan pemikiran
etikanya. Etika Stoisisme ini pada dasarnya mengajarkan bahwa manusia dapat
mencapai kebahagiaan apabila dia bertindak sesuai dengan akal budinya.
Sementara itu, Epikurisme yang dipelopori oleh Epikuros (341-270 SM)
mengajarkan bahwa manusia harus mencari kesenangan sedapat
mungkin.Menurutnya kesenangan itu baik, asalkan tidak berlebihan. Sedangkan
Neo-Platonisme yang dipelopori oleh filosof Mesir, Plotinos (205-270 M),
mengajarkan bahwa seluruh kenyataan ini pada dasarnya terselenggara melalui
proses “emanasi” yang berasal dari Yang Esa dan akan kembali ke Yang Esa lagi,
berkat tarikan “eros” yakni kerinduan untuk kembali ke asal ilahi dari segala
sesuatu.

Zaman Klasik adalah kurun waktu abad ke-8 Pra-Masehi sampai abad ke-4
Tarikh Masehi dalam sejarah peradaban kawasan Laut Tengah,[note 1] teristimewa
peradaban Yunani Kuno dan peradaban Romawi Kuno, dua serangkai yang lazim
disebut Dunia Yunani-Romawi. Pada kurun waktu inilah masyarakat Yunani-
Romawi berkembang dan meluaskan pengaruhnya ke seluruh Eropa, Afrika Utara,
dan Asia Barat.
Zaman Klasik sudah jamak dianggap bermula pada masa penulisan naskah tertua
yang memuat syair-syair gubahan Homeros dalam bahasa Yunani langgam
wiracarita (abad ke-8 sampai abad ke-7 SM), masih berlangsung sewaktu agama
Kristen naik marak dan Wilayah Barat Kekaisaran Romawi jatuh terpuruk (abad ke-
5 M), lantas berakhir manakala kebudayaan Yunani-Romawi meluntur pada
penghujung Akhir Abad Kuno (tahun 300–600 M). Rentang sejarah dan bentang
wilayah yang sedemikian luas merangkum banyak sekali peradaban dan kurun
waktu yang istimewa tiada bandingnya. Istilah "Zaman Klasik" juga mengacu
kepada visi muluk orang-orang zaman kemudian tentang apa yang disebut Edgar
Allan Poe sebagai "kegemilangan nan dahulu Gerika, dan kemegahan nan dahulu
Roma". Istilah lain untuk Zaman Klasik adalah Era Klasik, Abad Klasik, dan Abad
Kuno Klasik.
Kebudayaan bangsa Yunani Kuno serta beberapa unsur kebudayaan masyarakat
Timur Dekat Kuno mendasari tolok-tolok ukur kesempurnaan di bidang seni rupa,
filsafat, tata kemasyarakatan, dan pendidikan Dunia Yunani-Romawi sampai dengan
Zaman Kekaisaran Romawi. Bangsa Romawi melestarikan, meniru, dan
menyebarluaskan tolok-tolok ukur kesempurnaan ini ke seluruh Eropa sampai
mereka mampu bersaing dengan kebudayaan Yunani, yakni ketika penggunaan
bahasa Latin sudah meluas ke mana-mana, dan Dunia Yunani-Romawi sudah
terbiasa bertutur dalam bahasa Yunani sekaligus bahasa Latin. Asas kebudayaan
Yunani-Romawi ini sangat besar pengaruhnya terhadap bahasa, politik, hukum,
sistem pendidikan, filsafat, ilmu pengetahuan, hal ihwal berperang, seni puisi,
historiografi, etika, retorika, seni rupa, dan arsitektur Zaman Modern. Semenjak
abad ke-14, suatu gerakan kebangunan kembali berangsur tumbuh di atas sisa-sisa
warisan peninggalan Zaman Klasik, yakni gerakan yang kelak disebut Renaisans di
Eropa. Gerakan ini kembali mencuat ketika gerakan-gerakan neoklasik marak
bermunculan pada abad ke-18 dan ke-19.
C. SOCRATES

Sokrates (Yunani: Σωκράτης, Sǒkratēs) (sekitar 470 SM–399 SM) adalah salah
seorang filsuf dari Yunani. Ia merupakan salah satu pemikir antroposentrisme yang
hidup pada masa Yunani Klasik. Pemikiran filsafat Sokrates bertujuan untuk mengenal
manusia dengan memahami alam semesta melalui teori. Perhatian utama dalam
pemikiran filsafat Sokrates adalah mengenai hakikat dari kehidupan manusia. Ia
mengubah perhatian filsafat dari filsafat alam menjadi filsafat manusia. Pendekatan
yang digunakannya ialah rasionalisme. Ia mengkaji seluruh bidang pemikiran selama
kajiannya dapat mempergunakan akal.
Sokrates memulai setiap pemikiran filsafat dengan keingintahuan. Ia kemudian
menjadikan rasa ingin tahu ini sebagai awal dari kebijaksanaan. Pada masanya, ia
menjadi salah satu tokoh Yunani yang tidak lagi mempercayai mitos.Sokrates hidup
pada masa perkembangan pemikiran sofisme. Kemampuannya dalam menggunakan
metode dialog membuatnya memperoleh simpati dari para pemuda. Sementara itu,
Sokrates dimusuhi oleh para penganut kepercayaan Dewa dan Tuhan karena dianggap
merusak moral para pemuda dan menolak keberadaan dewa atau Tuhan yang diakui
oleh negaranya.

Socrates merupakan salah satu tokoh yang mulai memperkenalkan istilah "filsafat" di
lembaga pendidikan. Sokrates menggunakan metode filsafat yang dikenal sebagai
metode kebidanan yang menjadi awal pengembangan metode induktif secara de facto.
Pemikiran Sokrates mempengaruhi muridnya yaitu Plato dan kemudian ke Aristoteles
yang merupakan murid dari Plato. Pengaruh pemikiran Sokrates menyebar dari
negaranya yaitu Athena hingga ke dunia Barat. Pemikirannya yang utama adalah
mengenai filsafat moral atau etika.

"Aku tahu bahwa aku tidak mengetahui apa pun" adalah sebuah perkataan dari
tulisan Plato tentang filsuf Yunani kuno Socrates yang juga merupakan gurunya. Frasa
ini terkadang disebut juga sebagai Paradoks Sokratik. Namun tidak ada bukti atau
catatan bahwa Socrates benar-benar pernah mengatakannya.

 PENGAJARAN FILSAFAT

Sokrates memberikan pengajaran filsafat melalui pemberian pengetahuan terhadap


sesuatu yang telah dipahami oleh seseorang. Pengajaran filsafat Sokrates disebut
sebagai metode kebidanan. Ia mengumpamakan proses berfilsafat seperti seorang
bidan yang membantu persalinan seorang wanita untuk melahirkan anaknya.
Dalam berfilsafat, ia melakukan dialog. Perhatian utamanya dalam filsafat ialah
mengenai hal yang dimiliki oleh pribadi manusia.
Sokrates mengalihkan pusat perhatian filsafat dari filsafat alam ke filsafat manusia.
Ia menggunakan metode kritis dalam berfilsafat khususnya mengenai etika.
Sokrates meyakini bahwa banyak pengetahuan dan pendapat dari manusia yang
bersifat semu, tetapi manusia menggunakannya dalam menyelesaikan
permasalahan kehidupan. Ia menganggap bahwa pengetahuan manusia tentang
persoalan hidup bersifat belum jelas dan hanya menduga-duga. Sokrates kemudian
mengkaji dua pengetahuan yang menjadi persoalan kehidupan, yaitu tentang
kebahagiaan dan kebajikan.

Sokrates memulai kajian filsafat dengan dialog yang mempersyaratkan


kesepakatan terhadap rumusan topik yang diperbincangkan. Pengajuan terhadap
uraian atau contoh nyata dilakukan pada setiap rumusan. Setelah rumusan
ditetapkan, Sokrates mengadakan proses pembantahan yang meliputi kegiatan
pembandingan atau pengajuan pertanyaan. Jawaban yang diberikan berbentuk
pernyataan yang sifatnya bertentangan atau berbeda dengan rumusan dan contoh
nyata. Pertentangan ini kemudian diselesaikan dengan proses induksi yang
menguraikan pernyataan dan memberikan definisi terhadap setiap istilah di dalam
pernyataan. Pada kasus tertentu, analogi dipergunakan. Kemudian, dari hasil
induksi ini diperoleh pengertian umum yang mencakup seluruh pengetahuan yang
berguna dan menghilangkan pengetahuan yang tidak diperlukan.

 PEMIKIRAN PRAKTIS

1. Pendidikan
Pemikiran filsafat dari Sokrates berpengaruh terhadap praktik dan teori
pendidikan di dunia Barat khususnya di bidang pengajaran. Sokrates
mengembangkan pengajaran dengan metode dialektika. Fungsi dari
pengajarannya adalah untuk melatih kecermatan individu dalam berpikir dan
menguji dirinya sendiri, serta memperbaiki pengetahuan yang telah
diketahuinya sebelumnya. Metode Sokrates dimanfaatkan dalam pendidikan
untuk mengembangkan pengetahuan peserta didik secara mandiri dan tidak
sepenuhnya dipengaruhi oleh pemikiran dari pendidiknya.

2. Hukum
Pada abad ke-4 SM, Sokrates merupakan salah satu filsuf Yunani yang
menuntut penegak hukum untuk mengutamakan keadilan dibandingkan
penilaian manusia sebagai hukum. Sokrates memandang bahwa hukum
merupakan bagian dari tatanan kebijakan yang dapat mencapai keadilan umum
secara objektif. Inti hukum yang ditetapkan oleh Sokrates merupakan salah
satu pemikiran yang tidak lagi didasarkan kepada kehendak para Dewa.
Hukum telah ditetapkan berdasarkan kekuasaan manusia dengan panduan
kehidupan berkeadilan secara umum. Pendapat Sokrates ini mirip dengan
pandangan sofisme yang meyakini bahwa keadilan dan moral merupakan inti
hukum yang kemudian menjadi pedoman hidup. Pandangan Sokrates
mengenai hukum kemudian mempengaruhi Plato dalam memikirkan tentang
hukum. Plato juga menganggap hukum sebagai sarana untuk mencapai
keadilan.

3. Masyarakat
Sokrates merupakan salah satu tokoh pemikir yang menganggap masyarakat
terbentuk secara alami. Suatu masyarakat terbentuk oleh manusia dengan sifat
yang dapat mengalami kemajuan maupun kemunduran. Perkembangan dari
suatu masyarakat terjadi tanpa dapat dicegah sama sekali.

 PENGARUH PEMIKIRAN

Semasa hidupnya, Sokrates memiliki murid bernama Plato yang menjadi perintis
pemikiran idealisme. Pemikiran Socrates mempengaruhi pemikiran Plato mengenai
filsafat moral atau etika. Pengaruh ini khususnya berkaitan dengan paham bahwa
manusia memerlukan tujuan hidup di dunia. Adanya pengaruh diketahui dari
pemikiran Plato mengenai gagasan tentang "sesuatu yang baik". Keberadaaan
"sesuatu yang baik" ini menjadi dasar bagi keberadaan gagasan lainnya.

Selain Plato, Sokrates juga memiliki beberapa pengikut yang kemudian membentuk
mazhab tersendiri. Masing-masing yaitu Eukleides dari Megara, Phaidon dari Elis,
Antisthenes, dan Aristippos. Eukleides dari Megara berusaha menggabungkan antara
pandangan Sokrates mengenai "yang baik" dengan pandangan mazhab Elea. Hasil
penggabungannya dikenal dengan nama mazhab Megara. Phaidon dari Elis
membentuk mazhab Elis memiliki ajaran yang berkaitan dengan permasalahan
dialektika. Pemikiran Phaidon diteruskan oleh muridnya yang bernama Menedemos
dari Eretria yang kemudian membentuk mazhab Eretria yang juga membahas tentang
dialektika. Antisthenes mendirikan mazhab Sinis yang menolak nilai etika dari adat
tradisional dan meyakini bahwa manusia memiliki keutamaan tertentu. Sementara itu,
Aristippos merupakan pendiri mazhab Hedonis. Ajarannya ialah tentang kesenangan
sebagai sesuatu yang baik. Kesenangan ini diperoleh secara maksimum dan harus
disertai dengan kesusahan minimum. Akal berperan dalam memberikan penilaian atas
tingkat kesenangan dan kesusahan.
D. PLATO

Plato (bahasa Yunani: Πλάτων) (lahir sekitar 427 SM - meninggal sekitar 347 SM)
adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani, secara spesifik dari Athena. Dilihat
dari perspektif sejarah filsafat, Plato digolongkan sebagai filsuf Yunani Kuno. Ia adalah
penulis philosophical dialogues dan pendiri dari Akademi Platonik di Athena, sekolah
tingkat tinggi pertama di dunia barat.
Plato diyakini sebagai seorang filsuf yang berperan besar dalam perkembangan filsafat
Yunani Kuno dan filsafat barat secara umum. Sumbangsih yang besar juga diberikan
oleh guru Plato, yakni Sokrates , dan murid Plato, yakni Aristoteles. Selain sebagai
filsuf, Plato juga dikenal sebagai salah satu peletak dasar, agama-agama barat dan
spiritualitas.Pemikiran Plato dikembangkan menjadi Neoplatonisme oleh para pemikir
seperti Plotinus dan Porphyry. Neoplantonisme memberi pengaruh besar bagi
perkembangan Kristianitas, terutama memengaruhi pemikiran para Bapa Gereja seperti
Agustinus. Filsuf Alfred North Whitehead bahkan mengapreasiasi Plato dengan
mengatakan, "Karakterisasi umum yang paling aman dari tradisi filosofis Eropa adalah
bahwa tradisi ini terdiri dari serangkaian catatan kaki untuk Plato".

Plato mengatakan pada orang dewasa, intelektual dapat membedakan jiwa dan badan,
sedangkan pada anak-anak belum. Menurut plato jiwa berisi ide-ide yang disebut
dengan psyche. Psyche dibagi menjadi 3 yaitu berfikir, berkehendak dan berkeinginan.
TRIKOMI berfikir berusat di kepala, COGISTICON berkehendak berpusat di dada,
TUMETIKON berkeinginan berpusat pada abdomen (perut).

Pemikiran Plato banyak dipengaruhi oleh Sokrates. Karyanya yang paling terkenal ialah
Republik (dalam bahasa Yunani Πολιτεία atau Politeia, "negeri") yang di dalamnya
berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan "ideal". Dia juga menulis 'Hukum'
dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama. Salah satu perumpamaan
Plato yang termasyhur adalah perumpaan tentang orang di gua. Cicero mengatakan
Plato scribend est mortuus (Plato meninggal ketika sedang menulis).

 Ciri-ciri karya Plato

• Bersifat Sokratik
Dalam Karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu menampilkan
kepribadian dan karangan Sokrates sebagai topik utama karangannya.

• Berbentuk dialog
Hampir semua karya Plato ditulis dalam nada dialog. Dalam Surat VII, Plato
berpendapat bahwa pena dan tinta membekukan pemikiran sejati yang ditulis
dalam huruf-huruf yang membisu. Oleh karena itu, menurutnya, jika pemikiran itu
perlu dituliskan, maka yang paling cocok adalah tulisan yang berbentuk dialog.

 Pandangan Plato tentang ide, dunia ide dan dunia indrawi


1. Ide-ide
Pemberian Plato yang terpenting adalah pandangannya mengenai ide.
Pandangan Plato terhadap ide-ide dipengaruhi oleh pandangan Sokrates
tentang definisi. Ide yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud
oleh orang modern. Orang-orang modern berpendapat ide adalah gagasan atau
tanggapan yang ada di dalam pemikiran saja. Menurut Plato ide tidak
diciptakan oleh pemikiran manusia. Ide adalah dunia yang melampaui manusia
maka ide tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran
manusia yang tergantung pada dunia ide. Ide adalah citra pokok dan perdana
dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Ide sudah ada dan berdiri
sendiri di luar pemikiran kita. Ide-ide ini saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Misalnya, ide tentang dua buah lukisan tidak dapat terlepas dari ide
dua, ide dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan ide genap. Namun, pada
akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan ide-ide
tersebut. Puncak inilah yang disebut ide yang “indah”. Ide ini melampaui
segala ide yang ada.
2. Dunia ide
Dunia ide adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dalam dunia ini
tidak ada perubahan, semua ide bersifat abadi dan tidak dapat diubah. Hanya
ada satu ide “yang bagus”, “yang indah”. Di dunia ide semuanya sangat
sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa
dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah
intelektual. Misalkan saja konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".
3. Dunia indrawi
Dunia indrawi adalah dunia nyata yang mencakup benda-benda jasmani yang
konkret, yang dapat dirasakan oleh pancaindra kita. Dunia indrawi ini tiada
lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Selalu terjadi
perubahan dalam dunia indrawi ini. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia
jasmani ini fana, dapat rusak, dan dapat mati.

 Pandangan Plato tentang karya seni dan keindahan


 Pandangan Plato tentang karya seni
Pandangan Plato tentang karya seni dipengaruhi oleh pandangannya tentang
ide. Terhadap karya seni sangat jelas dalam bukunya Politeia (Republik). Plato
memandang negatif karya seni. Ia menilai karya seni sebagai mimesis
mimesos. Menurut Plato, karya seni hanyalah tiruan dari realita yang ada.
Realita yang ada adalah tiruan (mimesis) dari yang asli. Yang asli itu adalah
yang terdapat dalam ide. Ide jauh lebih unggul, lebih baik, dan lebih indah
daripada yang nyata ini.
 Pandangan Plato tentang Keindahan
Pemahaman Plato tentang keindahan yang dipengaruhi pemahamannya tentang
dunia indrawi, yang terdapat dalam Philebus. Plato berpendapat bahwa
keindahan yang sesungguhnya terletak pada dunia ide. Ia berpendapat bahwa
Kesederhanaan adalah ciri khas dari keindahan, baik dalam alam semesta
maupun dalam karya seni. Namun, tetap saja, keindahan yang ada di dalam
alam semesta ini hanyalah keindahan semu dan merupakan keindahan pada
tingkatan yang lebih rendah.
E. ARISTOTELES
Aristoteles (bahasa Yunani: ‘Aριστοτέλης Aristotélēs), (384 SM – 322 SM) adalah
seorang filsuf Yunani yang menjadi guru dari Iskandar Agung. Ia menjadi murid
dari Plato ketika berada di Athena. Aristoteles belajar dari Plato selama 20 tahun.
Semasa hidupnya, ia menulis tentang filsafat dan ilmu lainnya yaitu fisika, politik,
etika, biologi dan psikologi. Aristoteles membagi filsafat menjadi empat persoalan
yaitu logika, fisika, metafisika dan pengetahuan praktis. Analisis mengenai filsafat
dilakukannya menggunakan silogisme. Pemikiran Aristoteles mengenai logika yang
memanfaatkan metode deduktif dijadikan sebagai dasar dalam logika formal.
Aristoteles juga meyakini bahwa keberadaan ilmu ditujukan untuk mendukung
kehidupan manusia.
Pada awalnya, Aristoteles merupakan murid dari Plato. Namun ia kemudian
menolak beberapa pemikiran Plato dan memulai pemikiran filsafatnya sendiri.
Aristoteles mendirikan sebuah pusat pendidikan dan penelitian bernama Lyceum.
Melalui tempat ini, ia menyampaikan pemikiran-pemikirannya yang kemudian
memengaruhi pemikiran dari para filsuf, teolog atau ilmuwan lain.
Aristoteles hidup di lingkungan yang mendukung kreativitas kebudayaan dan
intelektual. Pada masa hidupnya, negara-negara kota di Yunani mengalami
perpecahan akibat kekalahan Athena dari Sparta dalam Perang Peloponesian pada
tahun 404 SM. Konflik berkepanjangan antara negara-negara kota di Yunani
berakhir setelah Filipus II dari Makedonia menaklukkan negara-negara tersebut dan
mendirikan Kekaisaran Makedonia. Aristoteles hidup dalam pemerintahan putra dari
Filipus II dari Makedonia, Alexander Agung. Pada masa ini, ia menjadi murid dari
Plato yang banyak menulis dialog. Aristoteles mengembangkan sistem filsafatnya
sendiri pada masa tersebut.

Aristoteles mengembangkan masalah perilaku, ada 3 tingkat perilaku pada makhluk


hidup
1. Anima Vegetative yaitu taraf hidup terendah yang terdapat pada tumbuh-
tumbuhan. Pada taraf ini kemampuannya hanya mempertahankan hidup dan
tumbuh.
2. Anima sensitive yaitu taraf hidup yang terdapat pada hewan, dan telah
memiliki kemampuan selektif langsung, mana yang boleh dan mana yang
tidak boleh.
3. Anima intellective yaitu tafar hidup tertinggi yang terdapat pada manusia.
Kemampuan ini tidak hanya terbatas dalam hal selective, tapi dapat
mengubah situasi sesuai kehendak
Sehingga menurut Aritoteles anima intellective memiliki kapasitas point 1 dan 2,
begitu juga dengan anima senvitive memiliki point 1 akan tetapi tidak memiliki
point 3.
 Pemikiran Aristotelesc
Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih
belajar di Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut,
kemudian ketika dia mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum
mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap
sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang
Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan karya seni.
a) Di bidang ilmu alam ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan
mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini
menggambarkan kecenderungannya akan analisis kritis, dan pencarian
terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam.
Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia
ada (eksis), hal tersebut berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori
tentang bentuk-bentuk ideal benda. Pemikiran lainnya adalah tentang gerak
dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah
pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat
bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu
harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama
yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam
pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive
reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari
setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian
ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir
induktif (inductive thinking).

Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting


Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik
kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada.
Misalkan ada dua pernyataan (premis):
1. Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).
2. Sokrates adalah manusia (premis minor)
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati.

b) Di bidang politik
Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari
bentuk demokrasi dan monarki.
Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia
dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya
melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika,
Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-
prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika,
politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.
c) Di bidang seni
Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike.
Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.
Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan
penglihatan. Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan
ukuran yakni ukuran material. Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah
sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil chatarsis disertai dengan
estetika. Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang
dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif.
Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi
wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud itu ditiru dari apa yang ada di
dalam kenyataan. Aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah yaitu
Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan
tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga
Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan,
rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.

BAB III
A. Kesimpulan
Keberadaan filsafat Yunani pada masa kelahirannya (abad ke 600-300 SM).
Menggambarkan adanya pengaruh yang kuat antara mythos dan logos. Mitologi
merupakan suatu factor yang mendahului filsafat dan mempersiapkan kea rah
timbulnya pemikiran filosofis. Mitologo Yunani mencoba menjawab pertanyaan-
pertanyaan tentang alam semesta, tetapi jawaban-jawaban yang diberikan justru
dalam bentuk mituos yang tidak bias diterima oleh akal sehat.
Socrates lahir pada tahun 470 SM. Anak dari Phainarete adalah seorang bidan.
Sokrates adalah murid dari Arkhelos, filsut yang mengganti Anaxagoras di
Athena. Ajaran-ajaran Socrates diantaranya etika dan pemikiran tentang politik.
Plato tidak membatasi perhatiannya pada persoalan-persoalan etis saja, seperti
dilakukan oleh Socrates, melainkan ia mencurahkan minatnya kepada suatu
lapangan luas sekali yang mencakup seluruh ilmu pengetahuan.
Pokok pemikiran Aristoteles dari sudut epistimologi menyangkut logika, filsafat
pengetahuan, filsafat manusia, metafisika dan etika serta filsafat Negara.
DAFTAR PUSTAKA

https://misekta.id/news/sejarah-sosial-yunani-klasik

https://www.fikriamiruddin.com/2020/04/filsafat-masa-klasik.html?m=1

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Zaman_Klasik

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjfv-G-
yuH6AhWDRXwKHT2xDjIQFnoECAcQAw&url=https%3A%2F%2Fosf.io%2Fadtkx
%2Fdownload&usg=AOvVaw1d_PoxePU3gdosXqxLavzC

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjfv-G-
yuH6AhWDRXwKHT2xDjIQFnoECBgQAQ&url=http%3A%2F%2Fstaffnew.uny.ac.id%2Fupload
%2F131862252%2Fpendidikan%2FPEMIKIRAN%2BFILOSOF%2BYUNANI
%2BKLASIK.pdf&usg=AOvVaw14DIy8a35c-J16_oyrDhXq

http://adipustakawan01.blogspot.com/2013/06/makalah-yunani-klasik.html?m=1

https://id.wikipedia.org/wiki/Sokrates

http://kelaskaryawan.untara.ac.id/id3/2-2770-2657/Socrates_26113_kelaskaryawan-untara.html

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjW--
uG2uP6AhWwCLcAHbURAtYQFnoECCEQAQ&url=http%3A%2F%2Fdinus.ac.id%2Frepository%2Fdocs
%2Fajar%2FSOCRATES%2C_plato%2C_dan_aristoteles.docx&usg=AOvVaw38Sk6mifcJf0ziuM4kfbMi

https://id.wikipedia.org/wiki/Aristoteles

https://id.wikipedia.org/wiki/Plato

https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2014/04/biografi-aristoteles-filsuf-dari-yunani.html

http://aklamasi.id/2019/03/07/aristoteles-dan-pemikiran-pemikirannya-kepada-semesta

https://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3073-2962/Aristotle_21904_p2k-unkris.html

https://id.m.wikibooks.org/wiki/Yunani_Kuno/Filsafat/Aristoteles

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Aristotelianisme - :~:text=Berhubungan%20dengan%20kehendak
%2C%20Aristoteles%20mengajarkan,kontemplasi%20(perenungan)%20tentang%20kebenaran

Anda mungkin juga menyukai