Anda di halaman 1dari 21

Tugas Makalah:

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT YUNANI KLASIK

NAMA : NURLAILA HAMID

NPM : 03291911043

MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN

PRODI KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan

salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta

sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama

Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam

yang berilmu pengetahuan.

Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Filsafat Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan KIMIA dengan ini penulis mengangkat judul “Aliran-

Aliran Filsafat Yunani Klasik”.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh

dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.

Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang

dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Ternate, 09 September 2019

NURLAILA HAMID

i
DAFTAR ISI

halaman

Halaman judul ................................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................ ii

Daftar Isi ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Filsafat Yunani Klasik ........................................................ 3

2.2 Masa Pra-Socrates..................................................................................... 4

2.3 Masa Socrates ........................................................................................... 9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filsafat yunani klasik merupakan awal dari permulaan pemikiran filsafat

atau pembahasan masalah filsafat secara spekulatif rasional, dan tidak irrasional

dogmatis. Filsafat yunani klasik juga merupakan ilustrasi pemikiran dan

pembahasan masalah filsafat secara sistematis dan lengkap dan juga berlaku

samapai sekarang.

Sejarah filsafat dipelajari dengan tujuan agar diperoleh apa yang menjadi

masalah pokok filsafat dan sejarah perkembangan pemikiran filsafat.

Mempelajari sejarah filsafat juga menyadarkan kita bahwa ajaran yang baik

belum tentu diterapkan dengan baik oleh sebab itu waktu dan tempat belum

cukup masak memberikan dan berlaku sampai sekarang.

Sejarah filsafat menyadarkan kita bahwa setiap teori ada kelemahannya dan

ada kebaikannya, karena itu menuntut adanya kerja sama antara sesama

pengusaha filsafat, saling memberi dan menerima (take and give), dalam rangka

kepentingan bersama, demi kesejahteraan hidup manusia.

Filsafat Yunani Klasik berlangsung pada abad 5 SM-2 SM. Pada masa ini

filsafat bercorak “antroposentris” artinya menjadikan manusia (antropos)

sebagai objek pemikiran filsafat mereka. Mereka berupaya mencari jawaban

tentang masalah etika dan hakikat manusia. Tokoh-tokoh dari filsafat Yunani

1
klasik ini, diantaranya ada Socrates, Plato dan Aristoteles. Mereka dijuluki filsuf

klasik karena mereka memiliki ide-ide yang masih tetap aktual (Mustansyir,

2001: 12).

Periode Yunani Klasik ini dipandang sebagai zaman keemasan Filsafat,

karena pada periode inilah dimana orang-orang memiliki kebebasan untuk

mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Pada periode Yunani Klasik ini

perkembangan filsafat menunjukkan kepesatan, yaitu ditandainya dengan

semakin besarnya minat orang terhadap filsafat. Aliran yang mengawali periode

Yunani Klasik ini adalah Sofisme. Penamaan aliran Sofisme ini berasal dari

kata Sophos yang artinya cerdik pandai. Keberadaan Sofisme ini dengan

keahliannya dalam bidang-bidang bahasa, politik, retorika, dan terutama tentang

kosmos dan kehidupan manusia di masyarakat sehingga keberadaan Sofisme ini

dapat membawa perubahan budaya dan peradaban Athena.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik filsafat yunani klasik?

2. Bagaimana filsafat masa pra-sokrates?

3. Bagaimana filsafat masa sokrates?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui karakteristik filsafat yunani klasik

2. Untuk mengetahui filsafat masa pra-sokrates

3. Untuk mengetahui filsafat masa sokrates.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Filsafat Yunani Klasik

Keberadaan filsafat Yunani pada masa kelahirannya (abad ke 600-300 SM),

menggambarkan adanya pengaruh yang kuat antara mythos dan logos. Mitologi

merupakan suatu factor yang mendahului filsafat dan mempersiapkan ke arah

timbulnya pemikiran filosofis. Mitologi Yunani mencoba menjawab pertanyaan-

pertanyaan tentang alam semesta, tetapi jawaban-jawaban yang diberikan justru

dalam bentuk mitos yang tidak bisa diterima oleh akal sehat.

Adapun latar belakang penentuan dijatuhkan pada Filsafat Yunani Klasik,

adalah sebagai berikut:

1. Bahwa filsafat Yunani Klasik merupakan awal dari permulaan pemikiran

filsafat atau pembahasan masalah filsafat secara spekluatif rasional, dan tidak

irrasional dogmatis.

2. Bahwa Filsafat Yunani klasik merupakan contoh ilustrasi pemikiran dan

pembahasan maslah filsafat secara sitematis dan lengkap dan berlaku sampai

sekarang.

3. Bahwa sesuai dengan butir pada dasarnya pemikir-pemikir filsafat saat ini

merupakan komentator filsafat Yunani klasik dan menyesuaian dasar-dasar

pemikiran tokoh Klasik dengan tuntutan zaman da perkembangan

kebudayaan.

3
4. Bahwa Filsafat Yunani Klasik dan para tokohnya merupakan bukti yang

jelas, bahwa apabila kebebasan pemikiran manusia dijamin akan

menghasilkan sesuatu, termasuk ajaran filsafat, yang benar, baik dan

bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia yang manusiawi.

5. Bahwa filsafat Yunani Klasik yang agung itu menyadarkan kita yang lama

tidak selamanya itu salah dan jelek, bahkan menuntut kita untuk lebih cermat

dan giat menciptakan sesuatu lebih dari yang dilakukan mereka.

6. Bahwa berpikir dan pemikiran filsafat tidak berada dalam kekosongan sosial,

artinya berpikiran dan pikiran filsafat kita diilhami, bersumber dan

bermodalkan informasi-informasi hasil pemikiran para ahli filsafat sebelum

kita.

Butir (6) diatas dapat diartikan pula bahwa mustahil pemikiran filsafat timbul

dan berkembang di dalam tata susunan sosiokultural yang tidak mendukung ke

arah itu. Maka dari itu, pengajuan beberapa pendapat tentang dasar-dasar

sosiokultural masyarakat, bangsa atau negara Yunani mungkin akan diperoleh

manfaat daripadanya.

2.2 Masa Pra-Sokrates

Filsafat di masa Pra-Sokrates merupakan tahap pertama dalam filsafat

Yunani. Meskipun bukan merupakan filsafat murni, tetapi ia merupakan filsafat

yang sesungguhnya. Sebaliknya, filsafat Pra-Sokrates bukannya merupakan unit

4
tertutup yang tidak berhubungan dengan pemikiran filosofis sesudahnya, tapi

merupakan persiapan bagi periode sesudahnya.

Meskipun Plato dan Aristoteles mengemukakan filsafat yang brilian,

keduanya tidak terlepas dari pengaruh filsafat pra-Sokrates. Plato misalnya,

sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Heracleitos, para filsuf Elea dan

Pythagoreanisme. Adapun filsuf-filsuf yang hidup sebelum masa Sokrates

adalah:

1. Thales (625-545 SM)

Dalam sejarah filsafat Thales dijuluki sebagai filsuf Yunani pertama. Dia

dalah satu dari tujuh orang bijak di zamannya (bersama Bias dari Priene, Pittakos

dari Mytilene, Soloon dari Athena, Kleouboulous dari Lindos, Khilon dari

Sparta, dan Priandros dari Korinthos). Thales dalah filsuf dan ilmuwan praktis.

Sebagai filsuf Thales dan Miletus berusaha menjawab pertanyaan: apa sala

usul segala sesuatu? Menurut Thales, bahan dasar dari segala sesuatu adalah air.

Itu merupakan kesimpulan setelah ia mengamati dominasi peran air di alam dan

kehidupan manusia. Seperti dikatakan Aristoteles, Thales dari hari ke hari

mengamati bahwa kabut member kehidupan bagi segala sesuatu. Bahkan panas

itu sendiri berasal dari kelembaban.

Dia juga mengamati bahwa segala macam benih mempunyai kodrat

kelembaban, dan air merupakan asal dari hakekat benda-benda yang lembab.

5
Thales mungkin juga dipengaruhi oleh teologi-teologi kuno, di mana air

merupakan obyek komando di kalangan dewa-dewi.

2. Anaximandros (611-545 SM)

Anaximander juga seorang ilmuwan. Konon, menurut Theophrastus, dia

membuat sebuah peta, yang mungkin digunakan oleh para pelaut Milesia ke laut

hitam. Menurut Theophrastus, Anaximander adalah rekan sejawat Thales, dan

nampaknya lebih muda. Di samping kegiatan ilmiahnya, dia juga mencari

jawaban atas pertanyaan sama yang menggugah Thales. Tapi menurut dia,

prinsip pertama dan utama itu tidak mungkin air seperti yang dikatakan Thales.

Kalau perubahan, kelahiran dan kematian, pertumbuhan dan kehancuran

disebabkan oleh konflik, maka tak dapat dijelaskan mengapa ada benda-benda

lain yang tidak dapat melebur menjadi air. Maka menurut dia, prinsip pertama

dari segala benda adalah to apeiron (yang berarti substansi yang tak terbatas). To

apeiron itu kekal dan tak dimakan usia, itulah yang merangkum seluruh jagad.

Anaximander mengajarkan bahwa bumi bukan berbentuk piringan (disc) tapi

silinder pendek. Kehidupan berasal dari laut, dan melalui adaptasi dengan

lingkunagn bentuk-bentk hewan yang sekarang berevolusi.

Tentang asal usul manusia Anaximander mengatakan bahwa pada mulanya

manusia dilahirkan dari hewan-hewan spesies lain. Hewan-hewan lain, katanya,

cepat menemukan makanan bagi diri mereka sendiri, tapi manusia sendiri

membutuhkan waktu yang panjang untuk menjadi dewasa. Tapi dia tak dapat

6
menjelaskan bagaimana manusia bias hidup dalam tahap transisi. Jadi, doktrin

Anaximander merupakan suatu langkah maju dibandingkan Thales. Dia tidak

menunjuk unsure tertentu, tapi konsep to apeiron, yakni substansi tak terbatas.

3. Anaximenes (588-524 SM)

Menurut Anaximenes, prinsip dasar segala sesuatu adalah udara. Kesimpulan

ini mungkin sekali didasarkan pada fakta bahwa manusia hanya bisa hidup kalau

bernafas. Jadi, udara adalah prinsip kehidupan. “Sebagaimana halnya dengan

jiwa kita, yakni udara, mempersatukan kita, demikian juga nafas dan udara

merangkul seluruh dunia,” kata Anaximenes. Jadi udara dalah prinsip dasar

(urstoff) dari dunia.

Udara tak dapat dibagi, tapi dapat kelihatan dalam proses kondensasi dan

perengangan. Ketika udara menjadi renggang (rarefaction), ia menjadi lebih

panas, dan denderung terbakar menjadi api. Sebaliknya, kalau terjadi kondensasi,

ia menjadi lebih dingin dan menjadi keras. Maka udara berada di antara cincin

nyala dan kedinginan, dengan massa kelembaban di dalamnya.

4. Pythagoras (580-500 SM)

Tentang Pythagoras tidak banyak diketahui. Yang pasti adalah bahwa

Pythagoras mendirikan sebuah tarekat keagamaan di Kroton, Italia selatan, pada

paruh kedua abad 6 SM. Pythagoras sendiri dilahirkan di Samos, masih daerah

Ionia. Iamblicus, salah satu sumber untuk mengetahui Pythagoras, menyebut

Pythagoras antara lain sebagai “pemimpin dan bapak filsafat Ilahi”. Tapi kisah

7
kehidupan Pythagoras seperti yang ditulis Iamblicus, porphyries, dan Diogenes

Laertius dinilai sebagai roman dan bukan catata sejarah.

Ajaran tentang bilangan merupaka ajaran Pythagoras yang penting. Tapi, di

pihak lain filsafat methematico-metafisik ini sngat sulit dipahami. Yang penting,

Pythagoras dan para pengikutnya sangat terobsesi dengan matematika. Sampai-

sampai dikatakan bahwa Tuhan itu seorang ahli matematika.

Menurut Pythagoras, prinsip dari segala-galanya adalah matematika. Semua

benda dapat dihitung dengan angka, dan kita dapat mengekspresikan banyak hal

dengan angka-angka. Mereka terpesona oleh kenyataan bahwa interval-interval

music antara dua not pada lyra dapat dinyatakan secara numerik. Seperti halnya

harmoni musik bergantung pada angka, maka harmoni jagad raya juga

bergantung pada angka. Bahkan menurut Pythagoras, benda-benda adalah angka-

angka (things are numbers).

Menurut Pythagoreanisme, pusat jagad raya adalah api (Hestia). Di sekeliling

api itu beredar kontra bumi (antikhton), bumi, bulan, matahari dan planet lainnya

dan akhirnya langit dengan bintang-bintang tetap. Pythagoreanisme

berpandangan bahwa seluruh langit merupakan suatu tangga nada musik serta

bilangan. Ketika mengelilingi api sentral tiap benda langit mengeluarkan bunyi

yang sesuai dengan tangga nada. Telinga kita sudah terbiasa dengan musik itu,

sehinga kita tak mendengarnya lagi. Dikisahkan bahwa Pythagoras sendiri telah

8
mendengar music jagad raya itu. Filosof-filosof lain yang hidup sebelum masa

Sokrates, di antaranya:

a. Xenophanes (570-480 SM)

b. Heracleitos

c. Parmenides dan Melissus

d. Zeno

e. Empedocles

f. Leocippus

g. Para filsuf Atomisme

2.3 Masa Sokrates

Perhatian masa Pra-Sokrates adalah alam atau kosmos. Pada masa

sesudahnya, yakni sokrates, perhatian bergeser pada manusia itu sendiri, faktor-

faktor penyebabnya anatara lain:

a. Timbulnya sikap skeptic terhadap filsafat Yunani yang tidak dapat

menjelaskan pertanyaan tentang asala usul alam semesta. Filsafat Pra-

Sokrates juga tidak mampu menjelaskan fenomena kesatuan (unity) dan

kejamakan (diversity)

b. Semakin besar minat terhadap fenomena kebudayaan dan peradaban. Ini

disebabkan pergaulan yang makin gencar antara orang Yunani dan peradaban

asing seperti Persia, Babylonia dan Mesir. Menhadapi kenyataan ini, para

pemikr Yunani mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah

9
beragam kebudayaan nasional dan local, norma agama dan etis, hanyalah

konvensi atau tidak?

1. Kaum Sofis

Ada perbedaan antara filsafat Pra-Sokrates dengan filsafat sesudahnya,

perbedaan itu ialah:

a. Pusat perhatian filsafat masa sokrates adalah manusia, peradaban dan

kebiasaab manusia. Sofisme menaruh perhatian pada mikrokosmos, bukan

makrokosmos. Manusia mencapai kesadaran diri. Seperti kata Sophocles:

“Ada banyak mikjizat di dunia, tapi tak ada mukjizat yang lebih besar dari

manusia”.

b. Sofisme dan filsafat Yunani sebelumnya juga berbeda dalam hal metode.

Filsafat Yunani Pra-Sokrates memiliki metode deduktif, sedangkan kaum

sofis menggunakan metode empirico-induktif.

Pada masa Pra-Sokrates, filsuf menetpkan prinsip umum, kemudian

menjelaskan fenomena fenomena khusus berdasarkan prinsip tersebut.

Sebaliknya, kaum sofis adalah ensiklopedis karena mereka menghimpun

banyak observasi dan fakta, lalu menarik kesimpulan-kesimpulan, baik teoritis

maupun praktis. Kesimpulan-kesimpulan itu sangat banyak dan berbeda

sehingga orang bias jadi bingung. Atau, setelah banyak tahu tentang berbagi

negara dan kebudayaan, mereka membuat teori tentang asal-usul peradaban

atau asal bahasa.

10
c. Perbedaan juga terletak pada tujuan. Filsafat Pra-Sokrates ingin mencari

kebenaran obyektif tentang dunia. Kaum sofis mencari kebenaran praktis,

bukan kebenaran spekulatif. Tujuan utama filsafat Pra-Sokrates adalah

menemukan kebenaran ,sedangkan kaum sofis justru pada mengajar. Itulah

sebabnya kaum sofis mempunyai massa murid. Mereka memberikan

kursus-kursus, dan latihan. Mereka adalah professor yang mengembara dari

kota ke kota, mengumpulkan pengetahuan lalu mengajarkan pada orang

lain (umpama tentang tata bahasa, interpretasi penyair, filsafat mitologi,

agam dll).

Kaum sofis sangat menonjol dalam berpidato, yang merupakan factor

sangat penting dalam kehidupan politik di Yunani kala itu. Di Yunani, agar

bias berkecimpung dala politik, orang harus pintar berpidato. Adapun tokoh-

tokoh kaum filsuf sofis ialah Protagoras (481-411 SM), Prodicus, Hippias,

Gorgias (480-380 atau 483-375 SM), Thrasymachus, Chalderon, dan

Anthipon.

2. Socrates

Menurut Plato, ketika dijatuhi hukuman mati, yakni tahun 399 SM, usia

Socrates sekitar 70 tahun, berdasarkan itu diduga Sokrates lahir sekitar tahun 470

SM. Ayahnya bernama Sophroniscus seorang pemahat, dan ibunya bernama

Phaenarete seorang dukun bersalin.

11
Sosok Socrates sebagai filsuf moral berawal dari peristiwa yang disebut

pertobatan Socrates menyusul Orakel Delphic. Diceritakan bahwa Chaerephon,

sobat Socrates, suatu ketika bertanya kepada ahli nujum apakah ada orang lain

yang lebih bijaksana dari Socrates.. jawaban yang diberikan adalah “tidak”. Ini

membuat Socrates merenung-renung. Dia akhirnya sampai pada kesimpulan

bahwa yang dimaksudkan dewa dengan menyebutnya orang paling bijak adalah

karena dia tahu bahwa dia tidak tahu apa-apa. Socrates kemudian melihat misinya

yakni untuk mencari kebenaran sejati dan membantu orang yang membutuhkan

bimbingannya.

Adapun ajaran-ajaran Socrates adalah sebagai berikut:

a. Socrates mengajarkan tentang definisi atau hal-hal yang umum (universals)

yng bersifat tetap. Menurut Socrates konsep universal tetap sama. Hanya hal-

hal partikular dapat beragam, tapi defenisi tetap sama.

b. Socrates mengajarkan tentang argumen-argumen induktif. Argumen induktif

yang dikembangkan Socrates bukan diperoleh melalui logika, melainkan

melalui wawancara atau dialektik. Untuk membuat definisi tentang sesuatu,

Socrates bertanya pada orang lain, sementara ia sendiri memperlihatkan

ketaktahuan. Dialektik Socrates dimulai dari defenisi-definisi kurang lengkap

sampai akhrnya mencapai definisi yang lebih lengkap.

c. Tujuan dialektik bukan untuk mempermalukan orang, tapi untuk memperoleh

kebenaran. Kebenaran itu bukan sekedar spekulasi murni, melainkan dalam

12
kehidupan yang baik. Menurut Socrates, agar bertindak dengan benar, orang

harus tahu apakah kehidupan yang baik itu. Socrates percaya akan jiwa yang

hanya dapat dipelihara semestinya lewat pengetahuan, yakni kebijaksanaan

yang benar. Pengetahuan yang jelas akan kebenaran sangat penting bagi

kehidupan yang benar. Untuk ini adalah tugasnya untuk membidani lahirnya

ide-ide yang benar dalam bentuk definisi yang jelas. Metode ini dinamakan

mayetika.

d. Socrates menaruh perhatian besar pada etika. Dia menganggap misi yang

ditetapkan dewa padanya adalah menyadarkan orang-orang agar memelihara

harta paling agung yakni jiwa lewat upaya memperoleh kebijaksanaan dan

kabajikan. Kehidupan politikpun tak dapat dilepaskan dari etika.

e. Etika Socrates memilki ciri pengetahuan dan kebajikan. Menurut dia,

pengetahuan dan kebajikan adalah satu, dalam arti bahwa seorang bijaksana,

yakni orang yang tahu apa yang baik, juga akan melakukan apa yang benar.

f. Socrates mengajarkan bahwa hanya ada satu kebajikan, yakni pengetahuan

akan apa yang betul-betuk baik bagi manusia, apa yang betul-betul dapat

menghasilkan kesehatan dan harmoni jiwa.

g. Dalam ajaran tentang agama, Socrates mengakui adanya allah-allah,

pengetahuan akan allah-allah tidak terbatas. Terkadang Socrates memang

percaya akan adanya Allah yang tunggal, tapi nampaknya Socrates tidak

memberi perhatian besar untuk masalah monoteisme dan polyteisme. Menurut

13
Socrates sebagaimana tubuh manusia berasal dari bahan-bahan yang

dikumpulkan dari dunia materi, akal budinya juga merupakan bagian dari akal

budi universal.

Pada tahun 400 atau 399 Socrates diadili oleh para pemimpin demokrasi

baru. Tuduhan yang dibacakan di depan pengadilan raja Archon adalah

bahwa:

a. Socrates tidak menyembah allah-allah yang disembah negara, tapi

memperkenalkan praktik-praktik agama yang baru, dan

b. Socrates merusak kaum muda. Atas kesalahan-kesalahan tersebut Socrates

dituntut hukuman mati.

Adapun para pengikut Socrates:

a. Sekolah Megara yang didirikan oleh Euclid pengikut setia Socrates

b. Sekolah Elea-Eretria yang didirikan oleh Phaedo dari Elis dan

Menedemus dari Eretria.

c. Sekolah Cyrene Awal didirikan oleh Antisthenes.

d. Sekolah Cyrene didirikan oleh Arisrippus di Cyrene.

3. Plato

Plato adalah salah satu filsuf terbesar di dunia. Lahir di Athena dari keluarga

terpandang, ayahnya Arston dan ibunya Perictione. Menurut sejumlah sumber,

nama aslinya adalah Aristocles. Nama Plato baru diberikan sesudahnya karena ia

memiliki sosok fisik yang kokoh kuat.

14
Plato menjadi murid Socrates ketika ia berusia 20 tahun. Tapi perkenalan

Socrates pasti lebih awal. Plato pernah mengunjungi Italia dan Sisilia ketika

berusia 40 tahun. Konon ia juga pernah mengunjungi Mesir, tapi cerita ini belum

bias diterima oleh sebagian pengamat. Plato pernah dijual sebagai budak kepada

Aegina atas perintah Dionysius I, Tiran dari Syracuse.

Adapun ajaran-ajaran terpenting dari Plato adalah:

a. Dua Dunia

Plato mengajarkan tentang dua dunia, yakni dunia idea dan dunia materi.

Dunia idea bersifat tunggal, permanen/tidak berubah, kekal. Dunia jasmani

bersifat jamak, berubah-ubah dan tidak kekal.

b. Jiwa

Jiwa adalah suatu adikodrati, berasal dari dunia idea, tidak dapat mati, kekal.

Jiwa terdiri dari tiga bagian (fungsi), yakni rasional (dihubungkan dengan

kebijaksaan), kehendak (dihubungkan denag keberanian), dan bagian keinginan

atau nafsu (dihubungkan dengan bagian pengendalian diri.

c. Negara

Ajaran tentang negara merupakan puncak filsafat Plato. Menurut Plato tujuan

hidup manusia adalah eudaemonia(hidup yang baik). Agar supaya hidup baik,

orang harus mendapatkan pendidikan. Pendidikan itu bukan soal akal semata-

mata, tapi seluruh diri manusia. Akal harus mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri

tidak berdaya dan harus didukung perasaan-perasaan yang lebih tinggi. Jalan kea

15
rah sini adalah kesenian, sajak, music dan sebagainya. Tujuan pendidikan tercapai

kalau ada negara yang baik. Sebab manusia adalah makhluk social yang

memerlukan negara.

4. Aristoteles

Aristoteles lahir di Stageira, Yunani Utara. Ayahnya seorang dokter pribadi

raja Mcedonia. Ketika berusia 18 tahun ia belejar filsafat p-ada Plato di Athena.

Setelah Plato meninggal, ia mendirikan sekolah Assos. Ia kemudian kembali ke

Macedonia dan menjadi pendidik pangeran Alexander Agung. Ketika Alexander

Agung meninggal pada thun 323, timbullah huru hara. Aristoteles dituduh sebagai

penghianat. Dia lari ke Khalkes dan meninggal dunia di situ pada tahun 322.

Adapun ajaran-ajaran Aristoteles ialah logika, filsafat alam, psikologi, biologi,

metafisika, etika, politik dan ekonomi. Tentang logika, ia mengajarkan proses

pengambilan kesimpulan yang disebut silogisme, yang terdiri dari pernyataan

dalam bagian mayor (dalil umum), minor (dalil khusus), kesimpulan.

Aristoteles menyebut jiwa dengan psykhe. Menuru Aristoteles, bukan hanya

manusia yang mempunyai jiwa, tapi semua yang hidup mempunyai jiwa.

Aristoteles menolak dualism Plato. Karena menurut dia, jiwa dan tubuh adalah

dua aspek berbeda dari substansi yang sama yakni manusia. Pada manusia tidak

ada dua substansi seperti pada ajaran Plato.

Menurut Aristoteles, jiwa akan binasa pada saat kematian badan. Jiwa

manuia, seperti jiwa tumbuhan dan hewan, tidak bersifat kekal.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keberadaan filsafat Yunani pada masa kelahirannya (abad ke 600-300 SM),

menggambarkan adanya pengaruh yang kuat antara mythos dan logos. Mitologi

merupakan suatu factor yang mendahului filsafat dan mempersiapkan ke arah

timbulnya pemikiran filosofis. Filsafat di masa Pra-Sokrates merupakan tahap

pertama dalam filsafat Yunani. Meskipun bukan merupakan filsafat murni,

tetapi ia merupakan filsafat yang sesungguhnya.

Perhatian masa Pra-Sokrates adalah alam atau kosmos. Pada masa

sesudahnya, yakni sokrates, perhatian bergeser pada manusia itu sendiri, faktor-

faktor penyebabnya anatara lain:

a. Timbulnya sikap skeptic terhadap filsafat Yunani yang tidak dapat

menjelaskan pertanyaan tentang asala usul alam semesta. Filsafat Pra-

Sokrates juga tidak mampu menjelaskan fenomena kesatuan (unity) dan

kejamakan (diversity)

b. Semakin besar minat terhadap fenomena kebudayaan dan peradaban. Ini

disebabkan pergaulan yang makin gencar antara orang Yunani dan peradaban

asing seperti Persia, Babylonia dan Mesir.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ali Saipullah H.A, Drs, “Antara Filsafat dan Pendidikan”,(Usaha


Nasional,Surabaya,1980)

Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat-I, (Kanisius, Yogyakarta, 1980)

Sudarsono, Ilmu Filsafat: Suatu Pengantar,(Rineka Cipta, Jakarta, 1993)

Ahmad Tafsir. Filsafat Umum (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010).

Asmoro Hadi. Filsafat Umum (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2011).

Anda mungkin juga menyukai