Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

……………..
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Sejarah
Dosen pengampu : ………………..
Semester :5

Disusun Oleh:

Kelompok 1

BACHTIAR 2010111110003 (A1)


M. RIDUAN 2010111110001 (A1)
RAHMATULLAH 2010111110006 (A1)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul “…………..”, ini dapat selesai dan
tersusun tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Filsafat Sejarah . Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hj.
Rochgiyanti, M.Si & Sriwati, M.Pd., selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Manajemen dan Administrasi Sekolah. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Bagi kami
sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelahiran dan perkembangan filsafat pada awalkelahirannya tidak dapat
dipisahkan denganperkembangan ilmu pengetahuan yang munculnya pada masa
Yunani kuno. Makna kata filsafat sendiri adalahcinta kearifan, arti kata tersebut
belum memperhatikanmakna kata yang sebenarnya dari kata filsafat. Sebab
pengertian mencintai belum memperlihatkan keaktifan seseorang filiosof untuk
memperoleh kearifan. Aliran yang mengawali periode pada Yunani kuno adalah
sofisme, gambaran yang diberikan para tokoh aliran ini terlihat jahat dan tidak
memiliki moral namun, sebenarnya mereka memiliki jasa yang lumayan besar
dalam perkembangan filsafat dan ada yang menganggap bahwa aliran sofisme
merusak dunia filsafat.Sejarah filsafat merupakan potret pergumulan para ahli
pikir dalam mencari kebenaran. Sedangkan filsafat sendiri memiliki pengertian
usaha manusia dengan akalnya untuk memperoleh suatu pandangan dunia dan
hidup yang memuaskan hati,Namun sesungguhnya definisi filsafat sangat
beragam sesuai dengan karakter filsafat rasional, yang berarti logis, sistematis,
dan kritis Sebagai sebuah kajian, filsafat merupakan sesuatu yang menarik
sekaligus cukup membuat orang yang mempelajarinya frustasi. Salah satu cara
mempelajari filsafat adalah membaca sejarah pemikiran filsuf terdahulu,Karena
itu, mempelajarinya sejarah filsafat memiliki tuntutan agar bisa mempelajari
sejarah filsafat sebagai sebuah kebutuhan sehingga melalui sejarah filsafat tadi
kita bisa mempelajarinya apa saja bagian-bagian dari sejarah filsafat serta
bagaimana filsafat timur barst serta islam dalam memperdalam pembelajaran
sejarah filsafat
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah
dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana definisi dari pengertian sejarah filsafat?
2. Bagaimana ruang lingkup periode zaman Filsafat Barat ?
3. Bagaimana konsep sejarah filsafat Timur ?
4. Tentang islam ( belum di temukan rumusan masalah?
1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui definisi dari sejarah Filsafat
2. Agar mengetahui ruang lingkup periode zaman Filsafat Barat
3. Agar mengetahui konsep filsafat Timur
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sejarah Filsafat
Kelahiran dan perkembangan filsafat di awal kelahirannya tidak dapat
dipisahkan dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan yang munculnya
pada masa Yunani kuno. Makna kata filsafat sendiri adalah cinta kearifan, arti
kata tersebut belum memperhatikan makna kata yang sebenarnya dari kata filsafat.
Sebab pengertian mencintai belum memperlihatkan keaktifan seseorang filiosof
untuk memperoleh kearifan. Aliran yang mengawali periode pada Yunani kuno
adalah sofisme, gambaran yang diberikan para tokoh aliran ini terlihat jahat dan
tidak memiliki moral namun, sebenarnya mereka juga memiliki jasa yang
lumayan besardalam perkembangan filsafat dan ada yang menganggap bahwa
aliran sofisme merusak dunia filsafat.
Filsafat dikenal dengan sebutan philosophy (Inggris), philosophie (bahasa
Prancis), filosofie,wijsbegeerte (Belanda), philosophia (Latin), kata filsafat
diambil dari bahasa arab yaitu falsafah. Secara etimologis, filsafat berasal dari
bahasa Yunani filosofia,merupakan bentukan dari philos atau filo dan sophia atau
sofia. Filsafat merupakan pemikiran secara sistematis.Kegiatan kefilsafatan ialah
merenung. Tetapi merenungbukanlah melamun. Juga bukan berpikir secara
kebetulan yang bersifat untung-untungan. Perenungan kefilsafatan ialah
percobaan untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional, yang
memadai untuk memahami dunia tempat kita hidup, maupun untuk memahami
diri kita sendiri ( Muchsin, 2004:3 )
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah
peradaban manusia karena saat itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari
mitosentris menjadi logo-sentris. Pola pikir mitosentris adalah pola pikir
masyarakat yang sangat mengenal mitos untuk menjelaskan fenomena alam,
seperti gempa bumi dan pelangi. Namun, ketika filsafat di perkenalkan, fenomena
alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam
yang terjadi secara kausalitas. Penelusuran filsafat Yunani dijelaskan dari asal
kata filsafat. Sekitar abad IX SM atau paling tidak tahun 700 SM, di Yunani,
Softhia diberi arti kebijaksanaan; Sophia berarti juga kecakapan. Kata philoshopos
mula-mula dikemukakan dan dipergunakan oleh Heraklitos (480−540 SM).
Sementara pada abad 500−580 SM, kata-kata tersebut digunakan oleh Pithagoras.(
Suaedi, 2016:1)
Sehingga dapat dikatakan Sejarah filsafat merupakan suatu tinjauan
sejarah terhadap filsafat, atau merupakan suatu usaha untuk menjelaskan filsafat
menurut kaidah-kaidah sejarah. Tinjauan tersebut dilakukan secara kronologis,
yaitu dimulai sejak Sebelum Masehi, awal Masehi, masa Romawi, zaman Islam
dan Abad Pertengahan, Aufklarung, dan Renaissance. Hal ini disebabkan karena
filsafat itu ada (muncul) sejak manusia berpikir secara kesemestaan (menyeluruh)
( Rochgiyanti & Sriwati, 2022: 25 )
Sehingga Sejarah filsafat tadi mencoba menjelaskan kaidah-kaidah yang di
di lihat dari sejarah nya dengan berdasarkan kaidah-kaidah sejarah serta
berlangsung sistematis yakni melalui tahapan-tahapan kaidah keilmuan dengan
secara kronologis mengenai sejarah filsafat di mana urutan waktu atau masa
sejarah filsafat itu berlangsung kronologis dan sistematis di mana di mulainya
filsafat maka disitulah dimulainya sejarah filsfat dan sejarah filsfat memandang
filsafat dari segi kelaziman sejarah serta dalam sejarah filsafat dan bagaimana
kehidupan filsuf serta pemikiran yang di hasilkan dalam filsafatnya.
Kemudian dalam Sejarah filsafat membicarakan sejumlah konsepsi yang
mendasar dari pandangan manusia terhadap alam semesta dan kehidupan manusia.
Konsepsi-konsepsi tersebut telah mencapai bentuk sebagai buah hasil dari
pemikiran manusia sedalam-dalamnya. Dengan mempelajari sejarah filsafat
diharapkan supaya orang dapat mengetahui bagaimanakah konsepsi-konsepsi dan
bentuk-bentuk pemikiran manusia dihargai dan dipergunakan dalam kehidupan
ini,baik dalam dunia ilmu, dalam proses dan cara berpikir, maupun
dalammenghadapi kenyataan yang kita alami.( Rochgiyanti & Sriwati, 2022: 25 )
Sehingga Sejarah Filsafat ini berii tentang bagaimana cara pandang
manusia akan penomena yang terjadi di alam semesta yang berhbungan dengan
kehidupan manusianpada masa nya di mana tadi merupakan hasil-hasil pemikiran
manusia dimana pemikiran nya sedalam-dalamnya sehingga hasil pemikiran
manusia tadi digunakan dalam menghadapi permasalhan yang ada di dunia
dengan ilmu pemikiran para filsuf yang memikirkan ya dengan sedalam-dalam
pemikiran serta memikirkan dengan cara ilmu dan dan proses berfikir.
Sejarah Filsafat juga mengalami masa filsafat dimana filsafat Masa Yunani
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah
peradaban manusia karena saat itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari
mitosentris menjadi logo-sentris. Pola pikir mitosentris adalah pola pikir
masyarakat yang sangat mengenal mitos untuk menjelaskan fenomena alam,
seperti gempa bumi dan pelangi. Namun, ketika filsafat di perkenalkan, fenomena
alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam
yang terjadi secara kausalitas.( Suaedi, 2016:1)
Kemudian masa filsafat Pertengahan di mana pada Masa ini diawali
dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani yang
dipengaruhi oleh kepercayaan maka filsafat atau pemikiran pada abad pertengahan
pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat abad
pertengahan didominasi oleh agama. Pemecahan semua prsoalan selalu didasarkan
atas agama sehingga corak pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris.Baru pada
abad ke-6 Masehi, setelah mendapatkan dukungan dari Karel Agung, didirikanlah
sekolah-sekolah yang memberi pelajaran gramatika, dialektika, geometri,
aritmatika, astronomi, dan musik. Keadaan tersebut akan mendorong
perkembangan pemikiran filsafat pada abad ke-13 yang ditandai berdirinya
universitas-universitas dan ordo-ordo.( Suaedi, 2016:3)
Pada masa abad modern ini pemikiran filsafat berhasil menempatkan
manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan sehingga corak
pemikirannnya antroposentris, yaitu pemikiran filsafat mendasarkan pada akal
pikir dan pengalaman sehingga membuat pikiran untuk memahami dan menerima
sesuatu yang ada dari sisi mana keadaan itu ada. serta merasakan bahwa berpikir
dan memikir sesuatu itu sebagai suatu nikmat yang luar biasa sehingga filsafat
diberi predikat sebagai keinginan yang maha berharga.
Dalam sejarah filsafat diusahakan memahami dan membangun
dengantepat sumber-sumber yang ada, seperti latar belakang kehidupan
parafilsuf,kemajuan mental intelektual, dan pandangan dari setiap filsuf. Dari
sumber-sumber yang ada direkonstruksi pemikiran filsafat, yang di dalamnya
akan diketahui bahwa ada sebagian dari pemikiran seorang filsuf itu dipengaruhi
oleh pemikiran filsuf yang mendahuluinya. Juga dibicarakan apa saja yangbisa
dihasilkan oleh sejarah filsafat sebagai sumbangan pada kemajuan manusia.
( Rochgiyanti & Sriwati, 2022: 25-26 )
Sehingga dalam Sejarah Filsafat dimminta untuk bagaimana memahami
serta membangun pola fikir yang tepat dengan sumber-sumber yang sudah ada
dan berhubungan dengan para kehidupan filsuf terdahulu sehingga sejarah filsafat
tadi bisa terbangun dengan berbagai unsur daru filsuf terdahulu sehingga tinjauan
sejarah terhadap filsafat tadi bisa masuk akal dan resional serta mampu
menjelaskan sejarah filsafat secara kronologis dan sejarah filsafat bisa
memandang filsafat dari segi kelaziman sejarah sehingga sejarah filafat tadi dapat
menjelaskan filsafat menurut kaidah-kaidah sejarah
B. Sejarah Filsafat Barat

Sejarah filsafat sendiri mirip suatu museum yang memuat koleksi raksasa dari
pendapat-pendapat para pemikir besar mengenai misteri hidup. Koleksi ini terus-
menerus bertambah dari zaman ke zaman. Secara garis besarnya koleksi tersebut
dibedakan dalam tiga tradisi besar, yaitu: Filsafat Barat, Filsafat India, dan Filsafat Cina
(Hamersma, 1983:IX).Menurut Adib (2011:19) & Tamburaka (1999:266-273), dalam
sejarah filsafat Barat terdapat 4 (empat) zaman yang menonjol atau periode keemasan,
yaitu:

a. Zaman Kuno (Filsafat Kosmosentris)


Filsafat Barat Zaman Kuno (600-400 SM), terdiri dari Filsafat pra Socrates di
Yunani, Zaman keemas an Yunani: Socrates, Plato, Aristoteles, dan Zaman
Hellenisme.

1. Filsafat Yunani kuno ialah meliputi zaman filsafat pra Socrates di Yunani.
Tokoh-tokohnya dikenal dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam.
Mereka mencari unsur induk (arche) yang dianggap asal dari segala sesuatu.
Menurut Thales arche itu air, Anaximandros berpendapat arche itu sesuatu
yang tak terbatas fto apeiron). Salah satu kesulitan untuk menerima filsafat
Anaximandros tentang to apeircn yang metafisik adalah bagaimana
menjelaskan hubungan saling memenganrhi antara yang metafisik dengan
yang fisih karena itulah, Anaximenes tidak lagi melihat sesuatu yang
metafisik sebagai prinsip dasar segala sesuatu, melainkan kembali
padazatyang bersifat fisik yakni udara.
2. Zaman Keemasan Filsafat Yunani yakni Pada zaman ini yang menjadi objek
penyelidikan bukan lagi alam, tetapi manusia, sebagaimana dikatakan oleh
Pythagoras bahwa manusia adalah ukuran segala-galanya. Hal ini ditentang
oleh Socrates dengan mengatakan bahwa yang benar dan yang baik harus
dipandang sebagai nilai-nilai objektif yang dijuniung tinggi oleh semua
orang. Akibat ucapannya tersebut Socrates dihukum mati. Plato Hasil
pemikiran Socrates dapat diketemukan pada muridnya Plato. Dalam
filsafatnya Plato mengatakan: realitas seluruhnya terbagi otas dua dunia
yang hanya terbuka bagi panca indra dan dunia yong hanya terbuka bagi
rasio klta. Dunia yang pertame adalah dunia jasmani dan yang kedua dunia
ide. Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang materi dan bentuk.
Keduanya ini merupakan prinsip-prinsip metafisis, materi adalah prinsip
yang tidak ditentukan, sedangkan bentuk adalah prinsip yang menentukan.
Teori ini dikenal d engans eb utan Hylemorfisme
3. Masa Helenistis dan Masa Romawi yakni Pada zaman Alexander Agung
telah berkembang kebudayaan trans-nasional yang disebut kebudayaan
Helenistis, karena kebudayaan Yunani tidak terbatas lagi pada kotakota
Yunani saja, tetapi mencakup juga seluruh wilayah yang ditaklukkan oleh
Alexander Agung. Dalam bidang filsafat, Athena tetap merupakan suatu
pusat yang penting, tetapi W berkembang pula pusat-pusat intelektual lain,
terutama kota Alexandria. Jika akhirnya ekspansi Romawi meluas sampai ke
wilayah Yunani, itu tidak berarti berakhirnya kebudayaan dan filsafat
Yunani, karena kekaisaran Romawi membuka pintu lebar-lebar untuk
menerima warisan kultural Yunani. Dalam bidang filsafat yang terus
berkembang, namun pada saat itu tidak ada filsuf besar, kecuali Plotinus.

b. Zaman Patristik dan Skolastik (Filsafat Teosentris)


Filsafat Barat Zaman Patristik dan Skolastik (400-1500), terdiri dari
pemikiran Bapa Gereja, dan puncak filsafat abad pertengahan dalam Skolastik.
Periode Abad Pertengahan mempunyai perbedaan yang menyolok dengan abad
sebelumnya. Perbedaan itu terutarna terletak pada dominasi agama. Timbulnya
agama Kristen yang diajarkan oleh nabi Isa pada permulaan abad masehi
membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan Filsafat pada
zaman abad pertengahan ini terdiri dari dua periode yaitu periode patristik dan
periode skolastik.

1. Periode Patristik yakni Patristik berasal dari kata Latin patres yang berarti
bapa-bapa gereja, yaitu ahli agama Kristen pada abad permulaan agama
Kristen. Periode ini mengalami dua tahap yaitu: a. Permulaan agama
Kristen. Setelah mengalami berbagai kesulitan, terutama berkaitan dengan
filsafat Yunani, agama Kristen memantapkan diri dengan cara memperkuat
gereja dan menetapkan dogma-dogma. b. FilsafatAgustinus. Agustinus
merupakan ahli filsafatyang terkenal pada masa patristik. Agustinus melihat
dogma-dogma tersebut sebagai suatu keseluruhan.
2. Periade Skolastik yakni Periode Skolastik berlangsung dari tahun 800 - 1500
M. Periode ini terbagi kedalam tiga tahap yaitu: a. Periode skolastik awal
(tahun 900 - 1200 M) Ditandai oleh pembentukan metode yang lahir karena
hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Pada masa awal ini yang
terlihat adalah persoalan universalia. b. Periode puncak perkembangan
skolastik (tahun 1300 M) Ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh
Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan Yahudi. Puncak
perkembangan terjadi pada masa Thomas Aquinas. c. Periode skolastik
akhir (tahun 1400 - 1500 M) Ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang
berkembang ke arah nominalisme, yaitu aliran yang berpcndapat bahwa
universalisme tidali memberi petuniuk tentang aspek yang sama dan yang
umum mengenai adanya sesuatu hal. Pengertian umum hanya momen yang
tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran yang objektif.
c. Zaman Modern (Filsafat Antroposentris)
Zaman modern dimulai dengan masa renaissance yang berarti kelahiran
kembali, yaitu usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik [Yunani-
Romawi). Pembauran terpenting yang kelihatan dalam filsafat renaissance itu
antroposentrismenya. Pusat perhatian pemikiran itu tidak lagi kosmos, seperti
zaman kuno, atau Tuhan seperti abad pertengahan, melainkan manusia. Mulai
zaman modern inilah manusia yang dianggap sebagai titik fokus dari kenyataan.
Latar belakang dan implikasi dari renaissance itu adalah sebagai berikut:
a. Pudarnya kekuasaan politik dan kekuasaan spiritual yang mengakibatkan
Iahirnlra cita-cita semangat pembaruan dan pembebasan
b. Berkembangnya jiwa dan semangat individualism
c. Pertentangan antara universalisme dan individualisme berakhir dengan
kemenangan individualisme. Hal ini akan menimbulkan akibat-akibat sebagai
berikut: 1. warga masyarakat tidak lagi menerima dogma agama yang
digambarkan ada di tangan masing-masing manusia 2. pandangan yang
bercorak substansialistis dan metode pendekatan ilmiah secara deduktif,
dikalahkan oleh metode-metode induktif dan empiris untuk menemukan
kebenaran-kebenaran individual.
d. Timbulnya rasa kebanggaan terhadap harta dan derajat manusia. Gejala ini
menunjukkan manifestasinya kepercayaan diri bahwa manusia dengan
kebebasan, nilai individualis yang optimal, dan kemampuan ilmiahnya merasa
Inampu untuk menguasai alam semesta ini.
Zaman modern ini ditandai dengan munculnya rasionalisme Rene Descartes
(1596-1650), B.Spinoza (L632-1,677), dan G. Leibniz (1646-1716). Mereka
menekankan pentingnya rasio atau akalbudi manusia. Pada abad ke 18 terkenal
dengan zaman pencerahan (enlightment atau aufklarung)dengan munculnya
tokoh-tokoh empirisme. Istilah empirisme berasal dari kata Yunani empeiria
yang berarti pengalaman indrawi. Empirisme memilih pengalaman sebagai
sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia
maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia saja.
Tokoh-tokoh empirisme antara lain adalah sebagai berikut: a. di Inggris :
fohn Locke (1632-7704), George Berkeley (L584-1753), dan David Hume
t1,711-1776) b. di Perancis : Jean facques Rousseau (7772-1778) c. di Jerman :
Immanuel Kant (1724-1.804) Selain itu, zaman modern ini ditandai pula
dengan munculnya aliran idealisme dengan tokoh-tokohnya: f. Fichte (1,762-
1814), F.schelling (1775-1BS4J, dan G.W. Hegel (7770-1831).
Filsafat Barat Zaman Modern (1500-1800), terdiri dari Zaman Modern
(renaissance), Zaman Barak, Zaman Fajarbudi, dan Zaman Romantik.
d. Zamab Kontenforer
Filsafat Barat Zaman Sekarang (setelah ± 1800) yaitu filsafat abad ke-19
dan ke-20, meliputi aliran pragmatisme, Eksistensialismedan Fenomenologi
1. Pragmatisme Pragmatisme merupakan aliran filsafatyang lahir di Amerika
Serikat sekitar tahun 1900. Tokoh-tokoh terpenting dari pragmatisme adalah W.
James (1.842-1,920) dan f. Dewey (1859-1914). Pragmatisme mengajarkan
bahwa ide-ide tidak benar atau salah, melainkan bahwa ide-ide dijadikan benar
oleh suatu tindakan tertentu. Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengaiarkan
bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan
perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Pegangan
pragmatisme adalah Iogika pengamatan. Aliran ini bersedia menerima segala
sesuatu, asal saja membawa akibat yang praktis. Pengalaman pribadi
diterimanya, asal bermanfaat, bahkan kebenaran mistis dipandang sebagai
berlaku juga, asal kebenaran mistis itu membawa akibat praktis yang
bermanfaat.
2. Eksistensialisme adalah filsafat yang memandang segala gejala dengan
berpangkal kepada eksistensi. Pada umumnya kata eksistensi berarti keberadaan,
tetapi di dalam filsafat eksistensialisme, ungkapan eksistensi mempunyai arti
yang khusus: Eksistensi adalah cara manusia berada di dalam dunia. Cara
manusia berada di dalam dunia berbeda dengan cara berada benda-benda.
Benda-benda tidak sadar akan keberadaannya, juga berada disamping yang lain
tanpa melihat hubungannya sama sekali. Tidak dernikian dengan cara
keberadaan manusia. Manusia berada bersama-sama dengan benda-benda itu.
Benda-benda itu menjadi berarti karena manusia.
3. Fenomenologi berasal dari E. Husserl (1859-1938), dan kemudian
dikembangkan oleh M. Scheler (1874-7928), kemudian oleh M. Merleau Ponty.
Fenomenologi mengatakan bahwa kita harus memperkenalkan gejala-gejala
dengan menggunakan intuisi. Kata fenomenologi berasal dari kata Yunani
fenomenon, yaitu sesuatu yang tampak, yang terlihat karena bercahaya, yang
dalam Bahasa Indonesia berarti gejala. Jadi, fenomenologi adalah suatu aliran
yang membicarakan fenomena, atau gejala sesuatu yang menampakkan diri.
Kata fenomenon atau gejala dapat dipakai dalam berbagai arti. Kata fenomenon
dapat dipertentangkan dengan kata kenyataan. Fenomenon bukanlah hai yang
nyata, tetapi sesuatu yang semu. Di dalam filsafat fenomenologi, suatu
fenonrenon tidak perlu harus dapat diamati dengan indra, sebab fenomenon
dapat juga dilihat secara rohani. Fenomenon juga tidak perlu dalam bentuk suatu
peristiwa, sehingga ienomenon bisa diartikan sebagai apa yang menampakkan
diri dalam dirinya sendiri.
C. Sejarah Filsafat Timur
1. Sejarah Filsafat India
a. Ciri Khas Filsafat India
Menurut Rabindranath Tagor (1861,-1941) filsafat India berpangkal pada
keyakinan bahwa ada kesatuan fundamental antara manusia dan alam, harmoni
antara individu dan kosmos. Harmoni ini harus disadari supaya dunia tidak dialami
sebagai tempat keterasingan ataupun penjara. orang India bukan belajar untuk
menguasai dunia, tetapi untuk berteman dengan dunia. Semua filsafat muncul dari
pemikiran-pemikiran yang semula bersifat keagamaan, baik itu filsafat Yunani,
maupun filsafat Cina dan filsafat India. Karena kurang puas akan keterangan-
keterangan yang diberikan agama, atau karena sebab-sebab lainnya akal manusia
mulai dipakai untuk memberi jawaban atas segala persoalan yang dihadapinya.

b. Periodisasi Filsafat India

Filsafat india bercorak religius dan etis. Sejarah filsafat India dibagi menjadi empat
periode, yaitu periode Weda (1500-600 SM), periode Wiracarita (600 SM - 200 M),
periode Sutra-Sutra (200 M - sekarang), periode skolastik (200 M - sekarang).
1. Periode Weda
yakni ditandai dengankedatangan bangsa Arya dan penyebarannya di India.
Bangsa Arya mulai menanamkan kekuasaannya di India, demikian juga
kebudayaan Aya :rulai berkembang dan berpengaruh. Pada periode Weda ini
tercatat berdirinya perguruan-perguruan di hutan-hutan dimana idealisme yang
tinggi dari Inrlia mulai berkembang. Pada saat itu, India dihadapkan pada aliran-
aliran pikiran yang susul menyusul dan mudah dikenal karena adanya mantra-
mantra, brahmana-brahmana, serta upanisadupanisad. Asas-asas filsafat sudah
terdapat pada brahmana dan upanisad walaupun sistematis -Zamanini belum
dapat disebutzarnan filsafat dalam arti yang sebenarnya atau dalam arti teknis.
Periode iniadalah suatu periode dimana orang masih meraba-raba dan mencari-
cari di mana pikiran dan tahyul susul menyusul. Konsep-konsep religi masih
boleh dikatakan bersifat mitologis. Pertama-tama terkumpullah bagian Weda
yang disebut Weda samhita, kemudian bagian Weda yang disebut Brahmana dan
akhirnya bagian Weda yang disebut Upanisad.
Weda samhita adalah suatu pengumpulan mantra-mantra, yang berbentuk
syair, yang dipergunakan untuk mengundang dewa, yang untuknya akan
dipersembahkan korban, agar ia berkenan menghadiri upacara korban itu, juga
untuk menyambut dewa yang diundang tadi, setelah dianggapnya sebagai telah
hadir, dan untuk mengubah ffil&w korban yang dipersembahkan hingga menjadi
makanan dewa yang sebenarnya. Selain dari bagian Weda samhita yang
berkaitan dengan persembahan korban kepada dewadewa ini, ada bagian yang
dihubungkan dengan tenung dan sihir dan segala hal yang berhubungan ilmu
hitam.
Kitab brahmana, yaitu bagian kedua kitab Weda, berbentuk prosa yang
pewahyuannya teriadi setelah zaman mantra-mantra diwahyukan.Bagian ini
berisi peraturan dan kewajiban keagamaan, terlebih-lebih keterangan yang
mengenai korban.
Kitab Upanisad berbentuk prosa, dan diwahyukan setelah zaman
Brahmana. Bagian ini berisi keterangan-keterangan yang mendalam mengenai
asai mula alam semesta serta segala isinya, terlebih mengenai manusia dan
keselamatannya. ladi yang menonjol untuk filsafat India adalah dalam upanisad,
yakni ajaran tentang hubungan antara Atman dan Brahman. Atman adalah segi
subjektif dari kenyataan diri manusia. Brahman adalah segi objektif
makrokosmos, alam semesta. Upanisad mengajarkan bahwa Atman dan
Brahman memang sama dan bahwa manusia mencapai keseiamatan (moksa,
mukti) kalau ia menyadari identitas Atman dan Brahman.
2. Periode Wiracarita yakni pada Periode ini sering disebut periode epic atau
periode hikayat cerita-cerita kepahlawanan. Periode ini meliputi berkembangnya
upanisad-upanisad yang tertua dan sistem-sistem filsafat (Darsyana).
3. Periode Sutra-Sutra
Pada periode ini bahan yang berupa konsep-konsep pemikiran menjadi
banyak, sehingga sukar sekali untuk disederhanakan serta perlu untuk membuat
semacam rangkuman, skema kefilsafatan yang pendek dan ringkas. Ikhtisar ini
dibuat dalam bentuk sutra-sutra.
4. Periode Skolastik
Sukar sekali dipisahkan dengan periode sutra-sutra, tetapi di sini muncul
tokohtokoh besar seperti Kumarila, Sankara, Syidhara, Ramanuja, Madhwa,
Wacaspati, Udayana, Bhaskara, dan f ayanta. Guru-guru filsafat itu dijumpai
berselisih paham karena masing-masing mempunyai teori-teori sendiri dengan
alasan yang tersusun rapi. Mereka saling mengajukan argumentasi dengan
menetapkan sifat-sifat umum atas dasar logika.
2. Sejarah Filsafat Cina
Filsafat Cina erat hubungannya dengan keadaan alam dan masyarakat.
Filsafat Cina mempunyai ciri khusus, yaitu yang menjadi tema dari filsafat dan
kebudayaannya adalah perikemanusiaan atauien, yang menurut Confusius
mempunyai dua segi yaitu: Segi positif: Chung dan Segi negatif: Shu
A. Periodisasi Filsafat Cina
Filsafat Cina dibagi kedalam empat periode, yaitu zaman kuno (600-200
SM), zaman pembauran (200SM - 1000M), zaman neo-konfusianisme (1000-
1900 M), dan zaman modern (1900 M - sekarang).
1. Zaman Kuno (600-200 SM)
Zaman ini ditandai dengan munculnya aliran-aliran filsafat klasik antara lain :
a. Konfusianisme - lu Chia yaitu suatu aliran yang terdiri atas orang-orang
terpelajar yang mempunyai keahlian di bidang kitab-kitab klasik Titik
berat ajaran aliran ini di bidang etika. Etika Konfusianisme didasarkan
pada kebutuhan manusia. yaitu kebutuhan akan kebahagiaan hidup.
b. Taoisme: Tao te Chia yaitu suatu mazhab yang terdiri atas orang-orang
terpelajar dan mengalami kekecewaan karena keadaan negara pada waktu
itu mengalami kemunduran. Tokoh yang terbesar dari aliran ini adalah Lao
Tzu dan Chuang Tzu. Pokok-pokok ajaran dari Tao te Chia terutama
mengenai metafisika dan filsafat sosial. Mazhab Taoisme mengajarkan
bahwa untuk mencapai kebahagiaan manusia harus hidup dengan wu wei,
artinya tidak berbuat apa-apa yang bertentangan dengan alam. Sesuai
dengan ajaran ini maka manusia yang berbahagia menurut aliran Taoisme
adalah mereka yang hidup dekat dengan alam. Mereka itu ialah para
petani, nelayan, darr para biarawan.
c. Mazhab Yin Yang yaitu suatu mazhab yang dipelajari oleh orang-orang
yang pad mulanya mempunyai kedudukan penting dalam istana. Mereka
itu ahli nujum dan ilmu perbintangan, kemudian mereka menawarkan
keahliannya kepada masyarakat. Menurut pandangan orang Cina, Yin dan
Yang merupakan dua prinsip pokok di alam semesta. yin merupakan
prinsip betina seperti bumi, bulan, air, hitam, kepasifan, dan sebagainya.
Yang merupakan prinsip jantan seperti surga, matahari, api, putih,
keaktifan, dan scbagainya. Antara Yin dan Yang jika digabungkan akarr
rnemberikan pengaruh yang timbal balik dan akan terjadilah semua
peristiwa yang terdapat di alam semesta. Dalam hubungan dengan
makrokosmos maka aliran ini mengajarkan bahwa di alam semesta itu ada
lima unsur asali, yaifu tanah, logam, air, kayu, dan api. Kelima unsur asali
tersebut mempunyai sifat produktif dan destruktif dalam keadaan tertutup.
f adi, kelima unsur asali itu merupakan suatu kekuatan yang dinamis.
d. Mohisme atau Mo Chia yaitu suatu aliran yang terdiri atas kelompok
ksatria yang telah kehilangan kedudukannya, mereka menawarkan
keahliannya di bidang peperangan kepada penguasa baru. Tokohnya Mo
Tzu (479 - 381 SM).
e. Dialektisisme: Ming Chia aliran dialektisisme dikenal juga dengan sebutan
mazhab nama-nama. Aliran ini dipelopori oleh orang-orang yang ahli
dalam bidang debat dan pidato. Mereka menyalurkan kepandaiannya
kepada ralryat. Ajarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi pandangan
agar orang dapat dengan mudah untuk memberikan nama pada suatu
objek.
f. Legalisme: Fa Chia yaitu suatu aliran yang dipelopori oleh orang-orang
yang ahli di dalam bidang pemerintahan, mereka menaurarkan
kepandaiannya kepada para penguasa di berbagai daerah. Fa Chia
mengajarkan bahwa pemerintahan yang baik harus didasarkan pada kitab
undang-undang yang tetap dan tidak didasarkan pada pendapat orang-
orang berilmu, baik dalam bidang pemerintahan maupun bidang moral.
Menurut pandangannya bahwa setiap manusia itu jahat, oleh karena itu
harus diperlakukan dengan kekerasan dan hukum yang ketat agar tidak
melakukan pelanggaran. Tokoh yang terkenai adalah Han Fei rzu dan Li
rse.
2. Zaman Pembauran (200SM - 1000M)
Zaman ini ditandai dengan masuknya Budhisme dari India, yang
kemudian berkembang pesat di Cina dan memberikan warna baru bagi
pemikiran kefilsafatan di Cina. Budhisme sendiri banyak berbaur dengan
alam pemikiran filsafat Cina kemudian melahirkan aliran baru dalam
Budhisme Cina yang diberi nama Ch'an Budhisme atau Ch'anisme. Selain
budhisme muncul juga aliran Neo Taoisme yang memberikan arti baru Tao
sebagai Nirwana. Puncak dari zaman Pembauran yang terjadi pada waktu
pemerintan Dinasti Han, dengan munculnya seorang tokoh Tung Chung Shu.
3. Zaman Neo-Konfusianisme (1000-1900 M)
Zaman ini ditandai dengan adanya gerakan untuk kembali kepada ajaran-
ajaran Konfusius yang asli.
4. Zaman Modern (1900 M - sekarang).
Pada zaman modern pemikiran kefilsafatan sangat banyak dipengaruhi
oleh pemikiran-pemikiran yang berasal dari Barat, hal ini karena banyaknya
paderi-paderi yang masuk ke daratan Cina. Aliran yang paling berpengaruh
adalah pragmatisme yang berasal dari Amerika Serikat. Pada tahun1950
daratan Cina dikuasai oleh pemikiran Marx, Lenin, dan tokoh terkenal Mao
Ze Dong.
D. Sejarah Filsafat Islam
Pemikiran dalam filsafat Islam dimulai kira-kira pada tahun 700 M, dan periode
ini sering dinarnakan periode skolastik sampai pada tahun 1450. Filsafat skolastik adalah
filsafat yang berusaha memecahkan secara rasional persoalan-persoalan logika, sifat ada,
kebendaan, kerohanian, dan akhlak dengan tetap menyesuaikan pada kitab suci. Istilah
filsafat skolastik Islam tidak begitu banyak dipakai di kalangan orang Islarn. Mereka
cenderung memakai istilah ilmu kalam atau filsafat Islam. Filsafat skolastik islam dibagi
menjadi dua periode yaitu sebagai berikut:
1. Periode Filsafat Islam
Dalam periode ini para filsuf berusaha untuk menyelidiki hakikat sesuatu termasuk
ketuhanan dan alam. Tokoh-tokoh yang termasuk di dalam periode ini antara lain Al
Kindi, Al Farabi,lbnu Sina, AI Ghazali, Ibnu Bajah, Ibnu Thufail, dan Ibnu Rusyd.
Dengan teriadinya pertukaran kebudayaan di antara bangsa dari seluruh pelosok dunia,
maka pemikiran filsafat Islam juga ikut masuk ke negara lain terutama ke dunia Barat,
baik melalui aktifitas kerajaan, terjemahan buku dan perpustakaan, pengirirnan
mahasiswa dan pengaruh dari pemikiran bangsa-bangsa lain terutama dari modernisasi
Barat

2. Filsafat Islam, Muslim atau Arab?


Di abad kedua puluh hingga sekarang ini, para ahli ketimuran dan keislaman
masih belum sepakat mengenai istilah yang tepat dan seharusnya digunakan apabila
kita bicara tentang filsafat yang digeluti golongan ahli pikir dari umat Islam. Sebagian
sarjana orien-talis lebih suka menyebutnya ‘Filsafat Arab‘ (Arabic Philosophy).
Ernest Renan, Dimitri Gutas, dan Peter Adamson yang mewakili kelompok ini
beralasan bahwa filsafat yang tumbuh berkembang di dunia Islam adalah hasil sebuah
proses intelektual yang panjang dan rumit, di mana para sarjana Muslim maupun non-
Muslim (terutama Yahudi dan Nasrani) turut aktif mengambil bagian. Namun,
mereka yang berbeda-beda bangsa dan agama itu mengambil bahasa Arab sebagai
medium untuk menyatakan pikiran-pikirannya. Bahasa Arab telah menjadi ‘lingua
franca‘ bagi para ilmuwan dan cendekiawan yang berasal dari berbagai negeri yang
berjauhan seperti Andalusia (kini Spanyol) dan Khurasan (Iran) itu.

Alasan kedua, para penekun filsafat pada periode awal seperti al-Kindi dan al-
Farabi lebih banyak bergelut dengan karya-karya filsuf Yunani semisal Plotinus dan
Aristoteles ketimbang merintis filsafat Islam tersendiri. Namun, bukan mustahil di
balik semua alasan itu tersembunyi rasisme intelektual bahwa yang namanya filsafat
itu mesti produk pemikiran Yunani dan karenanya apa yang dikerjakan kaum Muslim
sekadar menerima dan memeliharanya untuk diwariskan kepada generasi sesudah
mereka. Pun bisa jadi terselip alasan ideologis untuk pilihan istilah tersebut. Menurut
Seyyed Hossein Nasr, mereka yang suka memakai istilah “Arabic Philosophy”
biasanya mengkaji filsafat Islam sebagai barang purbakala atau artifak museum,
sehingga pendekatannya melulu historis dan filologis. Maka, filsafat Islam di mata
para orientalis semisal Van den Bergh hingga Gutas ibarat sosok mumi dari mahluk
yang lahir di abad ke-9 dan mati di abad ke-12 Masehi. Mereka ini, kata Nasr,
biasanya tidak peduli dan tidak mengerti bahwa filsafat Islam adalah kegiatan pikiran
yang senantiasa hidup dari dahulu sampai sekarang.

3. Sumber-Sumber Filsafat Islam


Terdapat beberapa pandangan berbeda mengenai matriks filsafat Islam.
Pandangan pertama menyatakan bahwa filsafat Islam adalah kelanjutan dari filsafat
Yunani kuno: “It is Greek philosophy in Arabic garb”, kata Renan, De Boer, Gutas,
dan lain-lain. Artinya, menurut mereka tidak ada yang baru, istimewa atau hebat sama
sekali dari filsafat Islam karena seluruhnya berasal dari Yunani mulai sistem ontologi,
epistemologi, psikologi, hingga kosmologinya. Pendapat ini juga dianut oleh sebagian
sarjana Muslim semisal ’Ali Sami al-Nasysyar yang menganggap filsafat al-Kindi, al-
Farabi, Ibnu Sina dan semisalnya itu tidak layak disebut filsafat Islam karena elemen-
elemennya yang universal maupun yang partikular semua berasal dari Yunani,
campuran dari Aristotelianisme dan Neoplatonisme.

Pandangan kedua mengatakan filsafat Islam memang lahir dari dalam, hasil
ijtihad intelektual Muslim sendiri. Akan tetapi pemicunya datang dari luar, sehingga
filsafat Islam itu dikatakan muncul berbagai reaksi terhadap doktrin-doktrin agama
lain yang telah berkembang pada waktu itu. Menurut pendukung pandangan ini, kaum
Muslim banyak mengambil dari dan dipengaruhi oleh tradisi pemikiran Yahudi-
Kristen. Pandangan ini disuarakan oleh Maimonides, seorang padri Yahudi asal
Andalusia: “Ketahuilah olehmu bahwa semua yang dilontarkan oleh orang Islam
pemikir Mutazilah maupun Asyariyah mengenai masalah-masalah [teologi] ini adalah
pandangan-pandangan yang didasari pada sejumlah proposisi, yaitu proposisi-
proposisi yang sumbernya buku-buku orang Yunani dan Syria yang berusaha
menyanggah pendapat-pendapat para filsuf dan berusaha mematahkan pernyataan-
pernyataan mereka.” Dikatakan bahwa tidak hanya topik-topiknya, bahkan teknik
pembahasan dan pola argumentasi mereka pun konon dipungut dari ilmu retorika dan
dialektika Yunani, yang kemudian diwarisi dan dilestarikan oleh para tokoh-tokoh
gereja, seperti Justin Martyr, John Philoponus, dan John Damascenus. Juga diklaim
konon istilah ’kalâm’ adalah terjemah dari dialexis, diálektos, dan dialektika dalam
bahasa Yunani kuno.

Ketiga adalah pandangan revisionis yang melihat filsafat Islam sebagai hasil
kegiatan intelektual yang wujud sejak kurun pertama Islam. Perbincangan tentang
kemahakuasaan dan keadilan Tuhan serta kaitannya dengan kebebasan dan tanggung
jawab manusia merupakan cikal bakal tumbuhnya filsafat Islam yang ketika itu masih
disebut kalâm. Munculnya kelompok-kelompok Khawârij, Syîah, dan Mu’tazilah yang
melontarkan argumen-argumen rasional untuk menopang pendapat masing-masing,
selain merujuk ayat-ayat suci al-Qur’an, berperan besar dalam mendorong
perkembangan pemikiran filsafat Islam. Ahli sejarah merekam misalnya sepucuk surat
yang ditulis al-Hasan al-Basri sebagai jawaban kepada Khalifah perihal kada dan
kadar, di mana beliau menangkis argumen kaum fatalis maupun kelompok rasionalis
sekular. Perdebatan seru menyusul di abad-abad selanjutnya antara berbagai aliran
pemikiran, berkisar kedudukan logika, masalah atom, ruang hampa, masa, dan yang
tak terhingga dalam hubungannya dengan kewujudan Tuhan, serta keazalian dan
keabadian alam semesta. Pandangan revisionis ini diwakili antara lain oleh M.M.
Sharif dan Alparslan Acikgenc. Menurut mereka, filsafat Islam tidak bermula dengan
al-Kindi dan berhenti dengan kematian Ibnu Rusyd. Sebagai produk dialektika unsur-
unsur internal umat Islam itu sendiri, bangunan filsafat Islam dapat ditemukan
fondasinya dalam kitab suci al-Qur’an yang menduduki posisi sentral dalam
kehidupan spiritual-intelektual kaum muslim.

4. Sumber Rasionalitas Islam

Pemikian rasional-filosofis Islam lahir bukan dari pihak luar melainkan dari kitab
suci mereka sendiri, dari al-Qur‘an, khususnya dalam kaitannya dengan upaya-upaya
untuk menyesuaikan antara ajaran teks dengan realitas kehidupan sehari-hari. Pada
awal perkembangan Islam, ketika Rasul SAW masih hidup, semua persoalan bisa
diselesaikan dengan cara ditanyakan langsung kepada beliau, atau diatasi lewat jalan
kesepakatakan diantara para cerdik. Akan tetapi, hal itu tidak bisa lagi dilakukan
setelah Rasul SAW wafat dan persoalan-persoalan semakin banyak dan rumit seiring
dengan perkembangan Islam yang demikian cepat. Jalan satu-satunya adalah kembali
kepada ajaran teks suci, Al-Qur‘an, lewat berbagai pemahaman.

Dalam upaya untuk memahami ajaran al-Qur’an tersebut, minimal ada tiga model
kajian resmi yang nyatanya mempunyai relevansi filosofis. Antara lain, (1)
penggunaan takwîl. Makna takwil diperlukan untuk mengungkap atau menjelaskan
masalah-masalah yang sedang dibahas. Meski model ini diawasi secara ketat dan ter-
batas, tapi pelaksanaannya jelas membutuhkan pemikiran dan pere-nungan mendalam,
karena ia berusaha ‘keluar’ dari makna lahiriah (zahir) teks. (2) Pembedaan antara
istilah-istilah atau pengertian yang mengandung lebih dari satu makna (musytarak)
dengan istilah-istilah yang hanya mengandung satu arti. Di sini justru lebih mendekati
model pemecahan filosofis dibanding yang pertama. (3) Penggunaan qiyâs (analogi)
atas persoalan-persoalan yang tidak ada penyelesaian-nya secara langsung dalam teks.
Misalnya, apakah larangan me-nimbun emas dan perak (QS. al-Taubah: 34) itu hanya
berlaku pada emas dan perak atau juga meliputi batu permata dan batu berharga?
Apakah kata ‘mukmin’ dan ‘muslim’ dalam al-Qur`an (yang secara bahasa Arab
menunjuk makna laki-laki) juga mencakup wanita dan budak?
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Sejarah filsafat merupakan suatu tinjauan sejarah terhadap filsafat, atau merupakan suatu usaha
untuk menjelaskan filsafat menurut kaidah-kaidah sejarah. Tinjauan tersebut dilakukan secara
kronologis, yaitu dimulai sejak Sebelum Masehi, awal Masehi, masa Romawi, zaman Islam dan
Abad Pertengahan, Aufklarung, dan Renaissance. Hal ini disebabkan karena filsafat itu ada
(muncul) sejak manusia berpikir secara kesemestaan (menyeluruh),serta Sejarah filsafat sendiri
mirip suatu museum yang memuat koleksi raksasa dari pendapat-pendapat para pemikir besar
dan dalam sejarah filsafat barat memuat berapa periode Zaman yakni zaman kuno, Zaman
Patristik dan Skolastik, Zaman Modern serta zaman Kontenforer dan Serta filsafat Timur terbagi
menjadi dua periode yakni filsafat zaman india dan filsafat cina Serta Pemikiran dalam filsafat
Islam dimulai kira-kira pada tahun 700 M, dan periode ini sering dinarnakan periode skolastik
sampai pada tahun 1450
DAFTAR PUSTAKA

AFR Syafei, (2018). Sejarah Pemikiran Modern. Sumatra Barat : Berkah Prima

Arif, S. (2014). Filsafat Islam antara Tradisi dan Kontroversi. TSAQAFAH, 10(1), 1-22.

Wahyuningsih, S. (2021). Sejarah Perkembangan Filsafat Islam. Jurnal Mubtadiin, 7(01), 82-99.

Muchsin, Ikhtisar Materi Pokok Filsafat Hukum, cet ke-1( Surabaya: STIH”IBLAM, 2004)

Rochgiyanti, R., & Sriwati, S. (2022). Filsafat Sejarah. Banjarmasin: Program Studi Pendidikan
Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat

Anda mungkin juga menyukai