Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN FILSAFAT ZAMAN


YUNANI KUNO SAMPAI ABAD PERTENGAHAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Orientasi Filsafat

Yang Di Bimbing Oleh Bapak Chafid Wahyudi. M.Fil.l.

Disusun Oleh Kelompok 6:

Ahmad Adib Jiddan Al Qooni 07020121028

Alifya Muhammada Innany Ana 07040121073

PROGRAM STUDI AQIDAH FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILFAT ISLAM


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Sejarah Perkembangan
Pemikiran Filsafat Jaman Yunani Kuno Sampai Abad Pertengahan" dengan tepat
waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Orientasi Filsafat.


Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang sejarah
berkembangnya filsafat sehingga filsafat bisa menjadi salah satu ilmu yang
sampai saat ini menjadi inti dari segala ilmu pengetahuan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Chafid selaku dosen mata


kuliah Orientasi Filsafat. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 11 September 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Filsafat sejatinya adalah induk dari segala ilmu, kita semua setuju
pada hal itu. Namun yang perlu diketahui adalah mengapa perlu ada
filsafat? Darimana tonggak awal filsafat sebenarnya? Apa yang mendasari
sehingga kemudian banyak orang mempopulerkan filsafat bahkan sampai
hari ini. Mempertanyakan hal itu, karena itu kita perlu membaca dan me-
research tentang keberadaan awal filsafat.
Sejatinya, semua hal adalah pasti punya awal, titik awal berdiri.
Filsafat pun begitu. Maka karenanya, Yunani lah tempatnya. Filsafat
pertama berdiri disini. Di Yunani Kuno. Yang siapa sangka kalau
dikarenakan mereka yang kala itu memberanikan diri untuk berpikir bebas,
filsafat ada. Dan bahkan berkembang dan bisa jadi sepopuler sekarang.
Kemajuan filsafat yang bisa kita rsakan sekarang adalah tak lepas
darimana sebenarnya filsafat lahir. Berkenaan dengan itu, Yunani Kuno
adalah awal lahirnya filsafat. Jika bisa dibayangkan, masyarakat Yunani
Kuno hanya terpaku pada mitos, mengaitkan segala fenomena yang terjadi
karena “dewa”, melepas semua akal sehatnya dan seolah-olah semua itu
tidak bisa dan tidak masuk akal. Karena kembali lagi, semuanya adalah
karena dewa.
Yang kemudian muncul tokoh yang “mendobrak” yang seolah
menentang bahwa semuanya tidak mungkin serta merta terjadi bergitu
saja. Semuanya bisa dijelaskan dengan logika. Sejak itulah filsafat lahir.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kehidupan filsafat pada zaman Yunani kuno?
2. Siapa saja tokoh-tokoh yang terlibat dan bagaimana pemikiran
mereka?
3. Bagaimana awal munculnya abad pertengahan?

C. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan tentang proses
pemikiran para ahli filsafat yang kemudian disampaikan kepada
masyarakat sehingga filsafat bisa sangat popular seperti sekarang ini dan
menjadi bacaan dan referensi untuk mengungkap kembali bagaimana
filsafat berkembang dan apa saja yang mengiringi perkembangannya.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Periode Yunani Kuno

Yunani kuno merupakan tempat bersejarah yang mana sebuah bangsa


memiliki peradaban. Yunani kuno tak lain dan tak diragukan lagi menjadi salah
satu awal tonggak peradaban yang kemudian pada akhirnya sangat berpengaruh
bahkan sampai sekarang.

Zaman Yunani kuno merupakan zaman yang paling berarti sepanjang sejarah
peradaban manusia. Zaman ini dimulai sekitar abad ke-6 SM di Miletos. Pada
zaman ini pola pikir manusia yang semula adalah pola pikir mitologi, yang
kemudian berkembang menjadi lebih rasional. Pola pikir mitologi adalah pola
pikir dimana yang bersangkutan selalu mengaitkan mitos untuk menjelaskan
fenomena alam yang sedang terjadi di alam semesta, seperti terjadinya gempa
bumi.1 Ada dua jenis mitos yang berkembang pada kala itu, yakni yang pertama
adalah mitos kosmogonis dan mitos kosmologis. Mitos kosmogonis yakni mitos
yang mencari tentang asal usul alam semesta. Kemudian mitos kosmologis adalah
mitos yang berusaha untuk mencari keterangan mengenai asal usul dan sifat-sifat
kejadian di alam semesta. Meskipun memberikan jawaban bentuk merupakan
pembenaran dan dinyatakan lolos secara rasio, model berpikir seperti ini rupanya
terjadi dan berlangsung sampai abad ke-6 sebelum masehi.2 Namun sejak abad ke-
6 masehi, pola pikir masyarakat Yunani mulai berkembang, mereka meninggalkan
kepercayaan mereka terhadap mitos dan dongeng dan memaksimalkan logika
secara murni untuk mengungkapkan berbagai fenomena kehidupan.

1
Alul D’Bagindas, “Filsafat Ilmu Sejarah Pemikiran Zaman Yunani Kuno Abad
Pertengahan” dalam https://www.scribd.com/presentation/98017787/Filsafat-
Ilmu-Sejarah-Pemikiran-Zaman-Yunani-Kuno-Abad-Pertengahan-1

2
Irana Dewi Sakiaddat, “Outline Filsafat” dalam Sejarah Filsafat, 1.
Kehidupan Bangsa Yunani Kuno

Pada dasarnya, bangsa Yunani Kuno memiliki corak peradaban yang terdiri
dari kekotaan, bonjuris dan duniawi. Kekotaan yakni Polis. Adalah sebuah
Negara-negara kecil yang merdeka dan bukan bagian dari kerajaan besar.3

Ciri-ciri dari polis sendiri yakni diantaranya yang pertama otonom yang berarti
mempunyai kewenangan dan kebebasan memerintah negaranya sendiri, memiliki
sifat swasembada yakni dapat memenuhi kebutuhan negaranya sendiri dalam
bidang ekonomi dan tidak bergantung dengan Negara yang lain, dan memiliki
kemerdekaan dalam bidang politik yang di implementasikan oleh system
demokrasi dan membentuk perwakilan rakyat (eklesia).

Kemudian ciri peradaban yang kedua yakni Borjuis dan duniawi yang artinya
pendukung kebudayaan itu justru dari rakyat itu sediri, bukan dari pihak kerajaan
ataupun orang-orang yang terlibat pada kerajaan.

Dalam bidang sosial politik, masyarakat Yunani membedakan diri mereka dengan
“masyarakat bar-bar”. Yang mereka maksudkan sebagai masyarakat bar-bar
adalah orang-orang asing yang tidak lain sebagai budak.

Dalam urusan Negara, masyarakat Yunani menganggap itu adalah urusan umum
yang tidak boleh sama sekali untuk dirahasiakan. Menurut mereka, seluruh lapisan
masyarakat harus tau tentang segala urusan Negara yang tengah berjalan.

Dalam kehidupan sehari-hari, masyakarat Yunani menganggap bahwa semua


orang adalah sederajat. Tidak ada pembeda kasta, mereka semua sama.

Untuk Aspek Kultural, masyarakat Yunani menghasilkan karya sastra dan


filsafat. Karya-karya sastra dianggap sangat istimewa untuk mereka Karena
mengandung nilai edukatif yang tinggi bagi masyarakat. Menurut mereka, karya
sastra seperti tuntunan untuk bisa menjadikan masyarakat lebih berpikir rasional.

1. Filsafat Pra-Socrates
3
Purwo Husodo, Sejarah Pemikiran Barat (Yogyakarta: AG Publisher,2021), 7 dan 8
Secara historis, filsafat pra-socrates sejatinya berjalan dengan
adanya lima aliran yang terdiri dari aliran lona (Ania Minor),
Aliran Phytagoriean (Pythagoras), aliran Elea (Monois), aliran
phisiologis (Naturalis), shopis (skeptisisme).4

Aliran lona: Thales (air), Anaximander (Api) dan Anaximenes (Udara)

a. Thales (625-545 SM)

Thales adalah filsuf yang mengawali sejarah filsafat barat di Yunani kuno.
Sebelum Thales, pola pikir masyarakat Yunani masih pada pola pikir mitologi
untuk menjelaskan segala sesuatu yang terjadi pada alam semesta, segala sesuatu
seperti tampak lebih masuk akal jika dijelaskan dengan konsep mitologi.

Thales disebut Bapak Filsafat sebab pemikirannya pada kala itu merupakan
pemikiran filsafat pertama. Pemikiran Thales yang begitu popular yakni
menyatakan bahwa air adalah sumber dari segala unsur yang ada di alam semesta
ini. Bahwa alam semesta ini berawal dari air dan berakhir pula dengan air.

b. Anaximander (610-546 SM)

Anaximander adalah murid dari Thales. Namun meski begitu, ia menentang teori
yang diutarakan oleh gurunya mengenai air yang unsur dasar. Menurut
Anaximander jika air memang unsur pokok dari atas segala sesuatu, harusnya air
terdapat didalam segala sesuatu dan tak ada lagi zat yang berlawanan air itu
sendiri.56 Namun pada kenyataannya, api berlawanan dengan air dan air tidak
terdapat pada api. Dari ketidaksetujuan pemikiran ini Anaximander
menyimpulkan bahwa prinsip dasar atas segala sesuatu adalah to apeiron.

To apeiron adalah Bahasa Yunani yang terdiri dari a dan peras yang berarti tak
terbatas. Menurutnya, segala sesuatu selalu dimulai pada sesuatu yang tak terbatas
dan kembali kepada yang tak terbatas pula.
4
Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 21-22.
5
K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 28-31.
6
c. Anaximenes

Anaximenes punya pendapat yang sama dengan Anaximander yakni sesuatu yang
tak terbatas adalah prinsip pokok atas segala aspek kehidupan. Namun
menurutnya, pokok seegala sesuatu sejatinya adalah udara. Udara adalah dasar
dari kehidupan, ia adalah unsur pokok untuk kelangsungan kehidupan manusia. Ia
sangat diperlukan untuk bernafas oleh manusia. Pun, udara selalu meliputi seluruh
bumi, semua makhluk bergantung pada udara.

Aliran Phytagoriean: Phytagoras.

Phytagoras (580-500 SM)

Adalah seorang filsuf sekaligus matematikawan dari daerah Ionia yang terkenal
dengan terorema nya. Phytagoras dikenal juga sebagai Bapak Bilangan yang salah
satu peningalan Phytagoras yaitu teorema Phytagoras.

Menurutnya, segala sesuatu pasti diawali dengan satuan bilangan yang akhirnya
saling menyatu dan membentuk satu kesatuan.

 Herakleitus
Herakleitus adalah filsuf yang muncul sezaman dengan Phytagoras.
Paham relativisme menjadi mempunyai dasar setelah Herakleitus
mengemukakan “You cannot step into the same river, for other waters are
continually flowing on” (Anda tidak dapat melangkah ke sungai yang sama,
karena air lain terus mengalir). Menurutnya, segala sesuatu selalu
mengalami perubahan secara terus menerus.7

Aliran Alea: Xenophanes,Parmenides, Zeno.


a. Xenophanes
Menurutnya, asas pertama dari sesuatu selalu merupakan suatu yang

7
Irana Dewi Sakiaddat, “Outline Filsafat” dalam Sejarah Filsafat, 7.
mantap. Asal mula segala perwujudan yang ia maksud adalah
"Tuhan" Xenophanes berpendapat bahwa Tuhan  adalah "tunggal"
dan merupakan ketunggalan yang mutlak.8
Pandangannya mengenai pengetahuan, bahwa manusia tidak bisa
mendapat pengetahuan secara mutlak. Namun disaat bersamaan,
manusia harus mencari pengetahuan-pengetahuan walaupun hanya
berupa kemungkinan.
b. Zeno

Zeno menentang konsep ketakterhinggaan yang sempat eksis pada


zaman Anaximandros (to apeiron). Kemudian Zeno menyatakan pendapat
yang cukup menentang dengan konsep Anaximandros yang di kenal
dengan Praradoks Zeno: Archilles dan Kura-Kura.

Dalam paradoks tersebut dinyatakan bahwa diumpamakan perlombaan lari


antara Archilles dan Kura-Kura yang keduanya menempuh jarak konstan.
Mungkin anggapan masyarakat saat itu yang menang adalah Archilles,
namun karena Kura-Kura mencuri 1km garis start kenyataannya Kura-
Kura adalah pemenang lomba pada akhirnya meskipun Archilles menyusul
setelahnya.

c. Parmenides

Arti dari nama “Parmenides” sendiri adalah terus stabil. Parmenides


sendiri menentang konsep dari Herakleitus tentang relativitas.
Menurutnya, segala sesuatu itu tidak berubah dan akan tetap sama.9
Mereka akan tetap sama, namun akan menyatu dan membentuk satu
kesatuan.

 Sofis

8
Gudang Ilmu. Filsafat Elea dan Tokohnya serta Filsafatnya. Diakses pada 18 September, dari
https://www.ilmusaudara.com/2016/12/filosof-elea-dan-tokohnya-serta.html
9
Wikipedia. Parmenides. Diakses pada 18 September 2021 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Parmenides
Istilah Sofis sendiri berarti cendikiawan. Mereka adalah filsuf yang
tergolong dalam bidang intelektual yang lahir sezaman dengan Socrates.
Namun meskipun hidup sezaman, mereka pula akan mengakhiri zaman
pra-socrates. Mereka adalah para pengajar yang berkeliling mengajari dan
memberi ilmu kepada masyarakat. Namun sayangnya, citra kaum Sofis
dikenal kurang baik sebab konon, Sofis berkeliling membagikan ilmu-
ilmu kepada masyarakat dengan memungut biaya.

Protagoras
Salah seorang dari aliran Sofis adalah Protagoras. Ia sekaligus filsuf
pertama yang masuk kedalam golongan Sofis.
Ia menyatakan bahwa manusia sejatinya adalah ukuran kebenaran.
Manusia yang dimaksudkan adalah individu, menurutnya pembenaran
atas sesuatu itu bersifat pribadi.

Pandangan masyarakat

2. Filsafat Sokrates

Sumbangan besar pemikiran filsafat ada pada zaman filsuf-filsuf dibawah ini
yakni

a. Socrates (469-399 SM)

Socrates, filsuf pertama asal Athena sebelum Plato dan Aristoteles. Ayah
Socrates adalah seorang pembuat patung dan Ibunya adalah seorang bidan.
Socrates adalah orang yang sangat rasionalis. Ia sangat percaya dengan akal
manusia. Menurutnya, semua orang baik dari anak-anak hingga dewasa mereka
mampu berpikir dan mencapai pengetahuan dengan akal fikiranya. Ia yakin bahwa
didalam diri seseorang ada ilmu yang terdapat didalamnya, hanya saja butuh
bantuan untuk mengeluarkannya. Ibarat seorang Bidan. Socrates selalu
membayangkan dirinya bekerja seperti seorang Bidan, namun yang berusaha ia
keluarkan bukan janin, melainkan pengetahuan.
Socrates adalah sosok yang tidak pernah puas belajar. Ia selalu haus akan
belajar. Dia selalu memposisikan dirinya sebagai orang yang sedikit ilmunya,
untuk itulah ia berkeliling berdialog dan berdiskusi kepada setiap orang yang ia
temui untuk mendapat ilmu dari mereka.

Kefilsafatan Socrates punya coraknya sendiri. Socrates tidak menuliskan


ajarannya berbentuk tulisan, ia menerapkan ajaran-ajaran filosofinya kedalam
kehidupannya. Itulah sebabnya, sedikit susah menemukan jejak filosofi dari
Socrates jika tidak melalui tulisan dari murid-muridnya. Filosofinya adalah
mencari kebenaran. Menurut Socrates mencari kebenaran itu tidak bisa ditemukan
ketika tengah sendirian, melainkan dicari dengan dialog dengan seseorang dan
mengajukan tanya jawab untuk mencari kebenaran. Sebab itu, Socrates punya
kemampuan yang cukup baik dalam berdiskusi. Socrates percaya bahwa, ilmu
bisa didapat dari manusia. Pernah Ia menjelaskan bahwa “Pohon-pohon
dipedesaan tidak pernah mengajarkan apapun kepadaku”10 Pendapatnya mengenai
kebenaran sendiri bertentangan dengan para pengajar Sofis yang memaparkan
bahwa kebenaran adalah relatif dan bersifat subyektif dan harus dihadapi dengan
sikap skeptis, namun bagi Socrates kebenaran itu tetap dan harus dicari. Tujuan
filosofi Socrates sendiri adalah mencari kebenaran yang berlaku selamanya11.

b. Plato (427-347 SM)

Plato adalah salah satu murid Socrates. Ia merupakan filsuf kedua yang
muncul di Athena.

10
Kenapasejarah.id.4Pokok Pemikiran Socrates. Diakses pada 15 September 2021 dari
https://www.kenapasejarah.id/2019/02/pemikiran-socrates.html
11
Scribd. Pemikiran Socrates Plato dan Xenophone. Diakses pada 15 September 2021 dari
https://www.scribd.com/document/130621564/Pemikiran-Socrates
Plato diyakini sebagai seorang filsuf berperan besar dalam perkembangan
filsafat di zaman Yunani kuno. Pandangan Plato terhadap ide dipengaruhi oleh
pemikiran Socrates. Tanggapannya memaknai tentang ide bertentangan jelas
dengan orang-orang modern. Jika orang-orang menganggap ide adalah suatu
tanggapan yang ada di pemikiran mereka saja, namun bagi Plato, ide adalah
sesuatu yang melampaui manusia itu sendiri. Menurutnya, ide tidak bergantung
pada manusia, namun sebaliknya manusialah yang bergantung dengan ide.

c. Aristoteles

Aristoteles adalah filsuf Yunani yang berguru pada Plato di Akademia.

Beberapa pemikiran Aristoteles adalah diantaranya pada bidang ilmu alam,


Aristoteles merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengkategorisasi
spesies biologis secara sistematis. Cara berpikir Aristoteles adalah cara berfikir
deduktif. Aristoteles sangat menekankan empirisme dalam ilmu pengetahuan.
Menurutnya, pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan.
Namun meski begitu, , Aristoteles menyadari pentingnya berpikir secara induktif.

Aristoteles juga dikenal dengan sebutan “Bapak Logika”. Logika yang


sesungguhnya tidak terlepas dari alur berpikir yang teratur dan tersusun secara
tepat dan sistematis. Ia memberi nama ajaran berpikirnya dengan sebutan
“analytica” namun sekarang lebih dikenal dengan sebutan logika. Inti ajaran
logikanya adalah tentang silogisme. Yakni penarikan kesimpulan hal-hal umum
atas sesuatu yang khusus. Ia membagi logika kedalam 3 bagian yakni,
mempertimbangkan, menarik kesimpulan, menerangkan atau menjelaskan.

Dalam bidang politik, Aristoteles percaya bahwa sistem pemerintahan yang


baik adalah sistem pemerintahan yang menggabungkan antara demokrasi dan
monarki.

3. Periode Abad Pertengahan


Abad pertengahan atau yang juga disebut Dark Age. Penamaan
menakutkan ini rupanya disebabkan munculnya 2 interpretasi yang mecuat
pada kala itu. Pertama, zaman ini ditandai dengan runtuhnya Kekaisaran
Romawi Barat, bersatunya monarki-monarki lokal Jerman yang
menempati bekas wilayah Romawi, serta kemenangan Kristiani atas
paganisme pada Zaman Romawi yang juga mengakhiri periode sejarah
Eropa Kuno. Yang kedua, disebut Dark Age adalah kerna tidak terdapat
banyaknya dokumentasi sejarah untuk menjelaskan peristiwa pada masa
itu.12
Abad pertengahan dimulai pada sekitar abad ke-6-14 M, yang
kemudian dibagi lagi menjadi 3 periode yakni Awal Abad Pertengahan,
Puncak Abad Pertengahan dan Akhir Abad Pertengahan.
Periode pertama berlangsung pada abad ke-5 hingga abad ke-10
yang dimulai dengan kemunduran Kekaisaran Romawi.13 Setelah
Kekaisaran Romawi tumbang, majulah Byzantium sebagai takhta tunggal
Kekaisaran Romawi dengan Justianus I sebagai kaisar agung Nova
Romanus Byzantium pada tahun 527 M.
Periode kedua dimulai dengan lahirnya sistem feodalisme dan
munculnya masyarakat tripatit dengan kelas-kelas kaum feodal hingga
masyarakat kalangan bawah petani. Pada periode ini, ilmu filsafat-teologi
mengalami kemajuan (bersinergi dengan pandangan gereja) termasuk
lahirnya pemikiran sintetisme Thomas Quinas (Sintesis Thomisme). Akhir
dari periode ini ditandai dengan munculnya Wabah Hitam ( Black Death).
Semenjak wabah ini muncul, diperkirakan populasi manusia menurun
derastis hingga mencapai 200 juta jiwa dengan presentase terbanyak di
Eropa.

12
Alfi Arifian, Sejarah Lengkap Dunia Abad Pertengahan 500-1400 M dari Runtuhnya Odoacer
hingga Runtuhnya Sintesis Thomisme
13
Wikipedia , “Abad Pertengahan Awal” dalam
https://id.wikipedia.org/wiki/Abad_Pertengahan_Awal (6 Juni 2019)
Periode ketiga, terbilang pendek, bukan karena masalah ekonomi,
wabah hitam namun karena tahun 1400 M adalah masa keruntuhan
kepausan. Tak ada lagi tekanan besar dari gereja yang menyebabkan ide-
ide brilian yang selama berabad-abad mengalami kemacetan.

Masa Abad Pertengahan terbagi menjadi dua masa yakni Masa Patristik
dan Masa Skolastistik.

1. Masa Patristik
Istilah patristik berasal dari kata pater yang berarti bapak, atau dengan
kata lain adalah pemimpin gereja. Mereka dipilih berdasarkan dari
golongan ahli pikir. Mereka ada yang menolak filsafat Yunani Kuno
karena menurut mereka, mereka sudah memiliki sumber kebenaran
jadi tidak dibenarkan bila mereka mencari dasar kebenaran filsafat
Yunani. Sebagian yang lain menyetujui karena menurut mereka tidak
ada salahnya mengambil cara berpikir dari filsafat Yunani Kuno
meskipun sudah memiliki sumber kebenaran (firman Tuhan)
Tokoh-tokoh yang muncul pada masa ini diantara lain yakni Justinus
Martyr, Klemens, dan Augustinus. Yang masing-masing dari mereka
mengemukakan pendapatnya tentang Agama Kristen dan filsafat
Yunani Kuno.
a. Justinus Martyr
Beberapa pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut: Ia
menganggap bahwa agama Kristen bukan agama baru karena
Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap
sebagai awal kedatangan Kristen. Dan , menurutnya filsafat Yunani
ini mengambil dari kitab Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa
Kristus adalah logos. Dalam mengembangkan aspek logosnya ini
orang-orang Yahudi seperti Socrates dan lain-lain disebut kurang
memahami apa yang terkandung dan memancar dari logosnya,
yaitu pencerahan sehingga orang-orang Yunani dapat dikatakan
menyimpang dari ajaran murni. Karena menurutnya orang-orang
Yahudi terpengaruh oleh demon atau setan. Demon atau setan
tersebut dapat mengubah pengetahuan yang benar kemudian
dipalsukan. Jadi, agama Kristen lebih bermutu dibanding dengan
filsafat Yunani.
b. Klemens
Ia juga termaksud pembela Kristen, tetapi ia tidak membenci
filsafat Yunani. Pokok- pokok pikirannya adalah sebagai berikut:
Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk
mempertahankan diri dari otoriter filsafat Yunani; Memerangi
ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat
Yunani; Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela
iman Kristen, dan pemikiran secara mendalam.
c. Agustinus
Setelah mempelajari aliran Skeptisisme, dia tidak menyetujui atau
menyukainya, menurutnya terdapat pertentangan batiniah yakni
seseorang dapat meragukan segalanya, tetapi orang tidak dapat
meragukan bahwa ia ragu-ragu. Seseorang yang ragu-ragu
sebenarnya ia berfikir dan seseorang yang berfikir sesungguhnya ia
berada (eksis). Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia dan
batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan
kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi.
Artinya, akal pikiran manusia dapat berhubungan dengan sesuatu
kekayaan.
2. Masa Skolastik
Berasal dari kata school yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti
aliran tentang sekolah.
a. Masa Skolastik Awal
Tokoh-tokohnya antara lain:
1. Peter Abaelardus
Menurutnya, iman harus mau didahului dengan akal.
Aberlardus memberikan alasan bahwa berfikir itu berada di
luar iman. Karena itu berfikir merupakan sesuatu yang berdiri
sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialektika yang tanpa
ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, bahwa teologi harus
memberikan tempat bagi semua bukti-bukt. Dengan demikian,
dalam teologi itu iman hampir kehilangan tempat.
2. Johanes Scotus Eriugena
Pemikiran filsafatinya berdasarkan keyakinan Kristiani. Oleh
karena itu segala penelitian dimulai dari iman, sedang wahyu
ilahi dipandang sebagai sumber bahan-bahan filsafatnya.
Menurut dia, akal bertugas mengungkapkan arti yang
sebenarnya dari bahanbahan filsafatnya yang digalinya dari
wahyu ilahi itu
3. Anselmus
Di antara karya – karyanya yang penting adalah “Cur deus
homo” (Mengapa Allah menjadi manusia), Monologion,
Proslogion, dll. Pemilam artkiran dialektika, atau pemikiran
dengan akal, diterima sepenuhnya bagi pemikiran teologia.
Akan tetapi bukan dalam arti bahwa hanya akal lah yang dapat
memimpin orang kepada kepercayaan, melainkan bahwa orang
harus percaya dahulu supaya dapat mendapatkan pengertian
yang benar akan kebenaran.
b. Skolastik Puncak
1. Albertus Mangunus
Ia mengantarkan ajaran Aristoteles di Eropa Barat, yang oleh
karenanya telah membuka keterangan yang baru bagi
pemikiran Kristiani terhadap gagasan-gagasan dasar filsafat
Aristoteles. Ia telah memperkenalkan Aristotles kepada dunia
Barat.

2. Thomas Aquinas
Thomas berpendapat bahwa, semua kebenaran berasal dari
Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan yang berbeda-
beda, sedangkan iman berjalan di luar jangkauan pemikiran.
Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua
kebenaran mulai timbul secara utuh walaupun iman
diungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada di luar
kekuatan pikir.

c. Skolastik Akhir
1. William Ockham
Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat
mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian individual.
Konsep – konsep atau kesimpulan – kesimpulan umum tentang
alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan.
Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya lewat intuisi,
bukan lewat logika. Disamping itu, ia membantah anggapan
skolistik bahwa logika dapat mebuktikan doktrin teologis. Hal
ini akan membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu
sebagai penguasanya Paus John XXII.
2. Nicolas Cusasus
Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengena, yaitu
lewat indra, akal, dan instuisi. Dengan indra kita akan
mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjasad, yang
sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan
bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian
atau tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan
pengetahuan yang lebih tinggi. hanya dengan intuisi inilah kita
akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat
dipersatukan.

BAB III
KESIMPULAN
1. Perkembangan filsafat pada masa yunani kuno lebih focus pembahasannya
mengenai kosmosentris artinya yang difikirkan oleh orang-orang terdahulu ialah
alam semesta, entah bumi maupun matahari menjadi pusat edar.

2. Perkembangan filsafat pada masa pertengahan lebih banyak membicarakan


tentang theocentris yaitu di mana yang menjadi topik pembicaraannya pada masa
itu ialah tentang ke Tuhanan.

3. Sedangkan perkembangan filsafat pada masa modern atau bias juga disebut
masa eropa, lebih banyak kajiannya tentang antroposentris yakni membicara pada
diri manusia itu sendiri.

4. Masa perkembangan filsafat pada masa kontemporer atau sekarang, dimana


yang menjadi pokok pembahasannya saat ini ialah logosentris artinya
membicarakan kata/kalimat tapi itu di Eropa, sedangkan di Amerika lebih
pragmatis yakni mereka akan mengambilnya jika menguntungkan diri mereka dan
membuangnya jika tidak berguna bagi mereka walaupun berguna bagi orang lain.

5. Memasuki Abad Pertengahan memunculkan sejumlah tokoh yang masing-


masing dari mereka berargumen tentang filsafat Yunani dan agama Kristen.

DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia. Yunani Kuno. Diakses pada 11 September 2021, dari

https://id.wikipedia.org/wiki/Yunani_Kuno

Wikipedia. Thales. Diakses pada 15 September 2021, dari

https://id.wikipedia.org/wiki/Thales

Wikipedia . Abad Pertengahan Awal. Diakses pada 16 September,


dari

https://id.wikipedia.org/wiki/Abad_Pertengahan_Awal

Gudang Ilmu. Filsafat Elea dan Tokohnya serta Filsafatnya. Diakses


pada 18 September, dari
https://www.ilmusaudara.com/2016/12/filosof-elea-dan-tokohnya-
serta.html

Wikipedia. Parmenides. Diakses pada 18 September 2021 dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Parmenides

Kenapasejarah.id.4Pokok Pemikiran Socrates. Diakses pada 15


September 2021 dari
https://www.kenapasejarah.id/2019/02/pemikiran-socrates.html
Arifian, A. (2020). Sejarah Lengkap Dunia Abad Pertengahan 500-1400 M: Dari
Pemberontakan Odoacer Hingga Runtuhnya Sintesis Thomisme. Anak Hebat Indonesia.

K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 28-31.

Anda mungkin juga menyukai