Dosen Pembimbing :
Firmansyah. M.Ag
Disusun oleh:
BAB I…………………………………………………………………
PENDAHULUAN……………………………………………………
A. LATAR BELAKANG………………………………………
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………
C. TUJUAN………………………………………….................
BAB II………………………………………………………………….
PEMBAHASAAN……………………………………………………..
BAB III………………………………………………………………....
KESIMPULAN………………………………….………………….….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Syiah merupakan sekelompok pengikut dan pendukung yang setia serta siap
untuk membela yang di ikuti. Istilah ini di dalam islam di khususkan untuk
kelompok pengikut Ali bin Abi Tholib dan ahlul bait1
Syiah muncul ketika terjadi peperangan antara Ali bin Abi Thalib dan
Mu’awiyah bin Abu Sofyan, perang ini dinamakan perang Shiffin.Peperangan ini
merupakan respon atas penerimaan Ali bin Abi Thalib terhadap arbitrase yang
ditawarkan mua’wiyah. Akibatnya kelompok Ali terbagi menjadi dua yakni yang
mendukung Ali bernama Syiah dan yang menentang bernama Khawarij.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah syiah Islamiyah itu ?
2. Bagaimana pokok pokok keyakinan syiah islamiyah ?
3. Apakah syiah Ithna Asyariyah itu ?
4. Bagaimana pokok pokok keyakinan syiah Ithna Asyariyah ?
5. Apa yang dimasksud syiah ekstream ?
6. Bagaimana pokok pokok keyakinannya ?
C. TUJUAN
Diharapkan makalah ini dapat menjadi salah satu acuan dalam belajar dan
memahami tentang syi’ah, dan sebagai pemenuhan tugas makalah mata kuliah
Ilmu Kalam.
BAB II
PEMBAHASAN
1
1 Zulkifli, SEJARAH KEMUNCULAN DAN PERKEMANGAN SYIAH, Jurnal Of Islamic Studies Vol. 03
No. 2 Hal. 143
A. SYI’AH ISMAILYAH
Syiah ismailiyah atau syiah syababiah merupakan sekte syiah yang memiliki
kepercayaan bahwa imam hanya ada tujuh dari Ali bin Abi Tholib dan imam yang
ketujuh tersebut adalah Ismail bin Ja‘far. Syiah ini dinamakan syiah ismailiyah
karena merekaa menjadikan Ismail sebagai imam ke tujuh mereka. Mereka tidak
mengakui keimaman Musa Al-Kadzim.2
Walau nyatanya Ismail wafat kala Imam Shadiq masih hidup. Kematian
Ismail ini memunculkan kekacauan serta perselisihan dalam penentuan imam
sesudah Imam Shadiq. Sebagian orang meyakini jika tradisi peralihan imam tidak
dapat berganti. Oleh sebab itu, mereka berkata Ismail masih hidup serta suatu hari
hendak muncul selaku Al- Qaim. Kelompok ini meyakini imamah berpindah dari
Ismail bin Jafar ke anaknya yang bernama Muhammad bin Ismail serta bukan ke
saudaranya ialah Imam Musa bin Jafar as.
Para pengikut syiah ini percaya bahwa islam di bangun dengan tujuh pilar
yakni iman, thaharah, shalat, zakat, puasa, haji, dan jihad. Berkaitan dengan pilar
atau rukun yang pertama, yaitu iman, Qadhi An-Nu’aman memerincinya sebagai
berikut: iman kepada Allah, tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan
Allah, iman kepada surga, iman kepada neraka, iman kepada hari kebangkitan,
iman kepada hari pengadilan, iman kepada para nabi dan rasul, iman kepada
imam, percaya, mengetahui dan membenarkan imam zaman
Adapun Syarat-syarat seorang imam dalam pandangan Syiah Ismailiyah
sebagai berikut:
a. Imam harus berasal dari keturunan Ali melalui perkawinannya dengan Fatimah
yang kemudian dikenal dengan Ahlu Bait.
b. Imam harus berdasarkan penunjukan atau nas. Berdasarkan hadith yang
diriwayatkan bukhori dan muslim bahwa antara rasul dan Ali ialah seperti Musa
dan Harun.
2
Nunu Burhanuddin, ILMU KALAM DARI TAUHID MENUJU KEADILAN (Jakarta: Kencana, 2016)
hlm. 55
c. Keimaman jatuh pada anak tertua. Syiah Ismailiyah menggariskan bahwa
seorang imam memperoleh keimanan dengan jalan wirathah, jadi, ayahnya yang
menjadi imam menunjuk anaknya yang paling tua
d. Imam harus maksum (terjaga dari kesalahan dan dosa). Sebagaimana sekte syiah
lainnya, syiaah ismailiyah menggariskan bahwa seorang imam harus terjaga dari
salah dan dosa. Bahkan lebih dari itu, mereka berpendapat bahwa sungguhpun
imam berbuat salah, maka perbuatannya itu tidak salah.
e. Imam harus dijabat oleh seorang yang paling baik. Berbeda dengan zaidiyah,
syiah ismailiyah dan syiah imamiyah tidak membolehkan adanya imam mafdlul.
Disamping syarat-syarat diatas, syiah ismailiyah berpendapat bahwa
seorang imam harus mempunyai pengetahuan ilmu. Pengetahuan disini adalah
ilmu lahir (eksotrik) dan ilmu batin (esoterik). Dengan ilmu tersebut, seorang
imam mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui orang biasa. Apa yang salah
dalam pandangan manusia, belum tentu salah dalam pandangan imam.3
3
Makalah Pendidkan Islam “Syi’ah Imamiyah, Zaidiyah, dan Ismailiyah” dalam
http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2013/06/syiah-imamiyah-zaidiyah-dan-
ismailiyah.html
4
Ibid
Imam kelompok Ismailiyah pada mulanya diawali dari Imam Ali bin Abi
Thalib as. Kemudian beralih kepada Imam Hasan as dan Imam Husain as. Dari
Imam Husain as berlanjut secara berurutan kepada Imam Ali Zainal Abidin
as, Imam Muhammad al-Baqir as dan kemudian Imam Ja'far al-Shadiq as. Dari
Imam Shadiq as inilah kemudian muncul tiga cabang, yaitu Ismail, Abdullah
dan Imam Musa al-Kazhim as. Syiah Imamiyah berlanjut dari Imam Musa al-
Kazhim as.
Adapun dari jalur Ismail, keimamahan berlanjut kepada Ali dan Muhammad
Maktum (Maimun). Dari Muhammad Maktum terbagi enam cabang, yaitu
berlanjut kepada Ahmad, Ismail, Abdullah, Ali Laits, Husain dan Ja,far. Dari jalur
Abdullah berlanjut kepada Ibrahim dan Ahmad. Dari jalur Ahmad beralih kepada
Husain dan Muhammad Hakim. Dari jalur Husain berlanjut kepada Abu
Muhammad dan Abdullah Sa'id yang terkenal dengan Abdullah Mahdi. Dari jalur
Muhammad Hakim berlanjut kepada Abul Qasim Muhammad yang masyhur
dengan Al-Qaim bi Amrillah. Silsilah para Imam Ismailiyah atau para khalifah
Fathimiyah berlanjut setelah Al-Qaim bi Amrillah. 5
Pertama kali ajaran Ismailiyah muncul pada tahun 268 H/882 di wilayah
Yaman. Dalam waktu yang relatif singkat, Ismailiyah berhasil membentuk
pemerintahan setelah terpisahnya dari induk Syiah. Ismailiyah berhasil
membentuk Dinasti Fathimiyah di Mesir. Setelah terjadi perpecahan di dalam,
kemudian berdiri pemerintahan Nazariyah di Al-Maut. Mereka melakukan
perlawanan serius terhadap Bani Abasiyah dari timur sampai barat.
5
Ibid
Pada era sekarang, Ismailiyah terbagi pada dua kelompok, yaitu
Aghakhaniyah dan Bahrahiyah. Dua kelompok ini adalah yang tersisa dari
kelompok Nazariyah dan Musta'lawiyah.
Kelompok Aghakhaniyah memililki jumlah sekitar satu juta orang yang tersebar
di wilayah Iran, Asia Tengah, Afrika dan India. Pimpinan mereka adalah
Aghakhan. Sedangkan kelompok Bahrahiyah yang berjumlah kurang lebih lima
ribu orang tersebar di Jazirah Arab, Pesisir Selat Persia dan Suriah.
Dua belas Imam yang dijadikan Imam oleh dan untuk mereka adalah sebagai
berikut:
Dalam Islam, tidak ada masalah yang lebih penting daripada penentuan Imam,
sehingga Nabi Muhammad wafat dan meninggalkan umatnya dengan hati yang
tenang. Kalau memang Nabi Muhammad diutus untuk menghilangkan perbedaan
pendapat dan menciptakan kesamaan pandangan di kalangan umatnya, tentu dia
tidak boleh meninggalkan mereka tanpa pedoman, sehingga setiap orang
menempuh caranya masing-masing dan saling bertentangan. Jadi, menurut
pendapat mereka, Nabi wajib menentukan seseorang yang akan menjadi rujukan,
pedoman, dan pegangan umatnya. ‘Alî adalah orang yang ditentukan Nabi
Muhammad utnuk menjadi imam berdasarkan nash darinya6.
6
Al-Syahrastânî, Al-Milal wa al-Nihl, h. 131.
Adapun pihak yang tidak sependapat dengan mereka, meragukan hadis-hadis itu
berasal dari Nabi Muhammad SAW. Penganut aliran Imamiyah juga mendasarkan
pendapat mereka atas kesimpulan yang mereka tarik dari kenyataan-kenyataan
yang datang dari Nabi Muhammad SAW. Di antara kenyataan itu adalah Nabi
Muhammad tidak pernah mengangkat seorang pun di antara sahabat untuk
menjadi amîr dalam peperangan di mana ‘Alî berada di bawah komandonya.
Ketika terpisah dari Nabi Muhammad dalam peperangan. Baik yang diikuti oleh
Nabi maupun yang tidak diikutinya, dia selalu menjadi amîr. Berbeda dengan Abû
Bakar, ‘Umar, dan sahabat besar lainnya. Mereka pada suatu kesempatan diangkat
menjadi panglima perang, tetapi pada kesempatan yang lain menjadi prajurit di
bawah komando panglima lainnya.
C. SYI’AH EKSTREM
Syiah ekstrem atau biasa disebut syiah Ghulat merupakan pengikut Ali bin
Abi Thalib yang memiliki sikap berlebih lebihan. Mereka menempatkan Ali pada
7
Zulkarnaen, Syia’ah Itsna ‘Asyariyah: Beberapa Prinsiip Ajaran, hal 24-26
derajat ketuhanan dan adapula yang mengangkat pada tingkat kenabian melebihi
nabi Muhammad. Mengenai jumlah sekte Syi’ah Ghulat, para mutakalimin
berbeda pendapat. Syahrastani membagi sekte Ghulat menjadi 11 sekte; Al-
Ghurabi membaginya menjadi 15 sekte. Sekte-sekte yang terkenal antara lain:
Sabahiyah, Kamaliyah, Albaiyah, Mughriyah, Mansuriyah, Khattabiyah,
Kalaliyah, Hisamiyah, Nu’miyah, Yunusiyah,dan Nasyisiyah wa Ishaqiyah8
Konsep imamah kaum syiah ghulat tidak terlepas dari sikap ekstrem.
Terdapat empat sikap ekstrem syiah ghulat yakni tasybih, bada’, raj’ah dan
tanasukh. Bahkan ada pula yang menambahkan hulul dan ghayuba
a. Tasybih
Sikap menyerupakan mahluk dengan tuhannya atau sebaliknya. Dalam hal
ini mereka menyerupakan imam mereka dengan Tuhan.
b. Bada’
Keyakinan bahwa Allah mengubah kehendakNya sesuai dengan perubahan
ilmuNya dan menerapkan sesuatu yang bertentangan dengan
keyakinannya.
c. Raj’ah
Mereka percaya bahwa imam Al-Mahdi Al-Muntadzar akan datang ke
bumi
d. Tanasukh
Merupakan paham bahwa ruh akan diletakkan pada jasad yang lebih
rendah seperti jasad hewan guna menebus kesalahan. Apabila jiwa yang
baik akan berpindah kepada kehidupan yang lebih baik.
e. Hulul
8
Abdul Rozak dan rosikhon Anwar. Ilmu kalam. Bandung: pustaka setia. 2009. Hlm. 106
.
Paham bahwa Tuhan ada disetiap tempat, berbicara dengan semua Bahasa
dan ada pada setiap individu manusia. Hulul dalam Syiah Ghulat berarti
Tuhan ada disetiap diri imam sehingga imam harus disembah.
f. Ghayaba
Adalah menghilangnya imam mahdi, mereka berkeyakinan bahwa imam
mahdi ada di negeri ini dan tidak bisa dilihat dengan mata biasa.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ibid
Abdul Rozak dan rosikhon Anwar. Ilmu kalam. Bandung: pustaka setia.