Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Ahmad ADIB JIDDAN AL QOONI

NIM : 07020121028
KELAS : A1
PRODI : AQIDAH FILSAFAT ISLAM

1- Jelaskan pengertian ibadah, ibadah mahdlah dan ghayru mahdlah!


ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah
ditetapkan Allah baik tata cara dan perincian-perinciannya (sifat, waktu, tempat
dan lain sebagainya). Dengan prinsip ibadah itu harus berdasarkan adanya dalil
perintah, baik dari Al-Quran maupun Hadits. Tata caranya harus berpola kepada
apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW bersifat supra rasional (di atas
jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini ukurannya bukan logika.

Contoh-contoh ibadah mahdhah antara lain : Masalah-masalah ushul, seperti


syahadat, shalat lima waktu, Zakat, puasa, haji dll.
Menambah atau mengurangi, termasuk berimprovisasi dalam perkara pokok ini,
berarti bid’ah. Mengimani, mematuhi, dan melaksanakan perkara pokok agama,
pada prinsipnya, bersifat ta’abbudi. Tidak perlu bertanya kenapa shalat dhuhur
empat rakaat, shalat subuh dua rakaat. Kenapa haji harus di kota Mekkah. Tidak
perlu kritis kenapa puasa mulai fajar sampai maghrib. Improvisasi dalam
perkara ushul terlarang, karena sifatnya ibadah mahdhah.

Ibadah ghairu mahdhah ialah segala amalan yang diizinkan oleh Allah yang tata
cara dan perincian-perinciannya tidak ditetapkan dengan jelas. Dengan prinsip :
Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang, selama Allah
dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh dilakukan. Tata
laksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasulullah sehingga perkara baru
(bid’ah) dalam ibadah ghairu mahdhah diperbolehkan. Bersifat rasional, ibadah
bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau mudharatnya,
dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, itu
buruk, merugikan dan mudharat, maka tidak boleh dilaksanakan.

Pada dasarnyasegala sesuatu itu hukumnya diperbolehkan sepanjang tidak ada


dalil yang menunjukkan keharamannyasegala sesuatu itu hukumnya
diperbolehkan sepanjang tidak ada dalil yang menunjukkan keharamannya
Contoh-contoh ibadah ghairu mahdhah antara lain : Masalah-masalah furu’,
seperti shalat subuh dengan qunut atau tidak, dzikir, dakwah, tolong menolong
dll.

Ibadah ghairu mahdhah adalah seluruh amal manusia yang dinilai ibadah karena
niat dan sebab (illat) nya.

2- Dalam salat berjamaah, posisi makmum seharusnya di belakang imam.


Dalam keadaan tertentu, posisi makmum bisa berhadap-hadapan dengan
imam dan salatnya sah. Sebutkan dan jelaskan kondisi tersebut!
Mahmud Muhammad Khattab As-Subuki mengatakan bahwa HR. Muslim no.
709 di atas tidak bertentangan dengan hadis lain yang menyatakan bahwa
Rasulullah ‫ ﷺ‬menghadap ke arah para makmum. Hadis tersebut adalah:
َ‫صلَّى إِذَا وسلم عليه هللا صلى النَّبِي َكان‬ َ ‫علَ ْينَا أ َ ْقبَ َل‬
َ ‫صالَة‬ َ ‫بِ َوجْ ِه ِه‬
Nabi ‫ ﷺ‬apabila (selesai) shalat, maka beliau menghadap ke arah kami dengan
wajah beliau (HR. Bukhari no. 845).
Hadis ini mengandung kemungkinan bahwa perbuatan tersebut dilakukan oleh
Rasulullah ‫ ﷺ‬beberapa kali saja, beliau ‫ ﷺ‬tidak selalu melakukannya. Bisa pula
bermakna bahwa Beliau ‫ ﷺ‬hanya menghadap ke arah sebagian dari makmum,
bukan ke seluruhannya.
Ibnu Hajar Al-Asqalani dan Badruddin Mahmud Al-Aini mengatakan bahwa
hikmah menghadapnya Rasulullah ‫ ﷺ‬ke arah para makmum adalah karena
Beliau ‫ ﷺ‬ingin mengajarkan kepada sahabat/jamaah apa (ilmu) yang menjadi
kebutuhan mereka.
Oleh karena itu, bagi imam yang keadaannya seperti Rasulullah ‫ﷺ‬, yang
bermaksud ingin mengajar atau memberi nasihat jamaahnya, maka sebaiknya
menghadap ke arah makmum.
Adapun hikmah lainnya adalah agar orang yang baru masuk masjid mengetahui
bahwa shalat telah selesai, karena jika imam tetap berada di dalam posisinya,
maka bisa disangka bahwa ia masih dalam tasyahhud akhir (tahiyat akhir).

3- Jika anda sebagai makmum dalam shalat berjamaah, kapan anda


melakukan tasyahhud dalam setiap rakaatnya? Jelaskan!
Makmum masbuk adalah mereka yang tertinggal beberapa raka'at sholat atau
semua raka'atnya. Bisa juga disederhanakan dengan makmum yang bergabung
sholat berjamaah, akan tetapi imam sudah memulai sholat.
Menurut An Nawani, Minhaj at Tahlibin hal 42 vol. 1 disebutkan bahwa,
"Seorang masbuk hendaknya tidak menyibukan diri dengan melakukan sunnah
dalam sholat setelah dia bertakbiratul ihram. Akan tetapi cukup membaca surat
Al-Fatihah saja. Kecuali jika dia yakin mampu mengejarnya."

Jika makmum terlambat datang ke masjid dan imam sudah dalam posisi rukuk,
sujud, atau julus (duduk tasyahud), maka ia harus melakukan takbiratul ihram
(dengan berdiri) untuk mulai salat, lalu mengucapkan takbir (Allahu Akbar) lagi
untuk kemudian mengikuti posisi imam.
Jika imam masih membaca surat Al-Fatihah atau surat pendek, maka hanya
takbiratul ihram saja.
2. Setelah imam selesai melakukan salam dan mengakhiri salat, ia tidak boleh
melakukan salam, tetapi langsung berdiri untuk menambah rakaat yang telah
terlewat.
3. Bila makmum bergabung salat jemaah ketika posisi rukuk, maka ia dianggap
telah mengikuti rakaat tersebut. Jika ia bergabung ketika imam sudah berdiri
dari rukuk atau ketika sujud, ia dianggap telah terlambat mengikuti rakaat
tersebut dan harus melakukannya lagi.

Anda mungkin juga menyukai