NIM : 07020121028
KELAS : A1
PRODI : AQIDAH FILSAFAT ISLAM
Ibadah ghairu mahdhah ialah segala amalan yang diizinkan oleh Allah yang tata
cara dan perincian-perinciannya tidak ditetapkan dengan jelas. Dengan prinsip :
Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang, selama Allah
dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh dilakukan. Tata
laksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasulullah sehingga perkara baru
(bid’ah) dalam ibadah ghairu mahdhah diperbolehkan. Bersifat rasional, ibadah
bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau mudharatnya,
dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, itu
buruk, merugikan dan mudharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
Ibadah ghairu mahdhah adalah seluruh amal manusia yang dinilai ibadah karena
niat dan sebab (illat) nya.
Jika makmum terlambat datang ke masjid dan imam sudah dalam posisi rukuk,
sujud, atau julus (duduk tasyahud), maka ia harus melakukan takbiratul ihram
(dengan berdiri) untuk mulai salat, lalu mengucapkan takbir (Allahu Akbar) lagi
untuk kemudian mengikuti posisi imam.
Jika imam masih membaca surat Al-Fatihah atau surat pendek, maka hanya
takbiratul ihram saja.
2. Setelah imam selesai melakukan salam dan mengakhiri salat, ia tidak boleh
melakukan salam, tetapi langsung berdiri untuk menambah rakaat yang telah
terlewat.
3. Bila makmum bergabung salat jemaah ketika posisi rukuk, maka ia dianggap
telah mengikuti rakaat tersebut. Jika ia bergabung ketika imam sudah berdiri
dari rukuk atau ketika sujud, ia dianggap telah terlambat mengikuti rakaat
tersebut dan harus melakukannya lagi.