Anda di halaman 1dari 14

REVIEW

MATA KULIAH IBADAH DAN AKHLAK

“Sholat”

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ibadah dan Akhlak


Dosen Pengampu: Dra. Marissa, MA

Disusun Oleh:
Teddy Hardiansyah
NPM. 71200517003
Program Studi Pendidikan Kimia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
A. Pengertian Sholat

Pengertian sholat secara bahasa merupakan bentuk dasar dari shalla-Yushalli-Shalatan


wa tasliyan yang mempunyai makna berdoa. Sedangkan secara istilah sholat merupakan
Ibadah spesial yang memiliki suatu perkataan serta perbuatan yang dibuka dengan takbir serta
akhiri dengan salam. Ibadah sholat ialah perihal yang sangat penting guna kebahagiaan
manusia di dunia ataupun akhirat, hingga sholat mempunyai peran sebagai berikut:
1) Sholat merupakan ibadah yang pertama kali dihisab pada hari kiamat. Sabda Nabi
Muhammad SAW:
“Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Nabi SAW bersabda:Sesungguhnya amal
seorang yang Hamba yang dihisab pertama kali pada hari kiamat adalah sholat.
Maka jika sholatnya didapati dalam keadaan sempurna dicatat dengan sempurna,
dan jika ada sesuatu yang kurang dari sholatnya, maka ia bersabda, lihatlah apakah
kalian mendapatinya dari sholat tathawwu (sunat) yang dapat menyempurnakan
sesuatu yang ia sia-siakan dari sholat wajibnya?. Kemudian seluruhnya amal-
amalnya berlaku berdasarkan hal tersebut”. (HR. An-Nasa’i).
2) Sholat merupakan ibadah yang langsung diterima Rasulullah SAW pada malam
isra’ mi’raj, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Isra’ ayat 1, yang
berbunyi:

“Maha Suci (Allah) yang telah menjalankan hamba-Nya (Muhammad) padamalam


hari dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha yang telah Kami Berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tandatanda (Kebesasaran)
Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
3) Sholat merupakan tiang agama, sehingga seorang yang mendirikan shalat berarti
sudah membangun pondasi agamanya. Kebalikannya, seorang yang meninggalkan
shalat berarti meruntuhkan dasar- dasar bangunan agama, agama tidak bakal tegak
melainkan dengan shalat. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
“Dari Mu’adz bin Jabal...kemudian beliau bersabda: “Maukah aku kabarkan
kepada-mu pokok dari segala sesuatu, tiang dan puncak kejayaannya?”. Aku
menjawab: Ya ya Rasulullah, beliau bersabda: “pokok dari suatu perkara adalah
Islam, tiangnya sholat, dan puncak kejayaannya adalah jihad”. (HR. Al-Tirmidzi).
Bersumber pada ajaran Islam, shalat menempati peran paling tinggi dibanding dengan
ibadah- ibadah yang lain, terlebih lagi kedudukan shalat dalam Islam sangat besar sekali
sampai tidak terdapat ibadah lain yang sanggup menandinginya, di mana hukum
melaksanakannya merupakan wajib untuk setiap Muslim. Shalat ialah instrumen dalam
berbicara antara manusia( hamba) dengan Allah SWT. Di samping itu, rukun Islam yang
kedua ini juga merupakan amaliah ibadah seorang hamba kepada Khaliqnya selaku alat guna
mendekatkan diri. Ada pula pendapat para Ahli Fiqih, shalat merupakan ucapan- ucapan serta
gerakan badan yang diawali dengan takbir, ditutup dengan salam, yang dimaksudkan selaku
peribadatan kepada Allah SWT, berdasakan syarat- syarat yang ditetapkan.
B. Dasar Hukum Sholat.

Hukum sholat dipecah ke dalam 2 bagian yakni wajib dan sunnah. Sholat yang
diwajibkan Allah merupakan sholat 5 waktu yaitu dzuhur, ashar, maghrib, isya dan subuh
kecuali sholat tathawwu’ ataupun sunnah. Sholat( sholat wajib) diwajibkan Allah SWT
bersumber pada al- Qur’ an, sunnah serta Ijma’ ulama. Allah SWT berfirman dalam surah Al-
Baqarah ayat 43, yang berbunyi:

Artinya: “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang
yang rukuk”.
Selain itu, kewajiban sholat lima waktu disebutkan dalam Hadis Nabi SAW sebagai berikut:

“Dari Ibnu Abbas ra, Sesungguhnya Nabi SAW mengutus Muadz ke Negeri Yaman, lalu
bersabda: Ajaklah mereka untuk bersyahadat yakni aku besaksi tiada Tuhan selain Allah dan
sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Maka jika mereka taat kepada hal tersebut,
beritahukanlah kepada mereka bahwasanya Allah telah mewajibkan sholat lima waktu
sehari semalam. Jika mereka taat akan hal itu, maka beritahukanlah kepada mereka
bahwasanya Allah telah mewajibkan shadaqah harta mereka yang diambil dari orang-orang
kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan di antara mereka”.
(HR. Al-Bukhari).
C. Syarat dan Rukun Sholat

1) Syarat-Syarat Sholat
Para ulama membagi syarat-syarat sholat menjadi dua macam. Pertama syarat wajib,
dan yang kedua syarat sah. Syarat wajib adalah syarat yang menyebabkan seseorang wajib
melakukan sholat. Sedangkan syarat sah adalah syarat yang menjadikan sholat seseorang
diterima secara syara’ disamping adanya kriteria lain seperti rukun. Secara lebih terperinci
dikemukakan syarat-syarat tersebut sebagai berikut:
a) Syarat Wajib Sholat
Adapun syarat-syarat wajib sholat adalah, sebagai berikut:
1. Islam: sholat diwajibkan terhadap orang muslim, baik laki-laki maupun
perempuan, dan tidak diwajibkan bagi kaum kafir atau non muslim. Orang
kafir tidak dituntut melaksanakan sholat, namun mereka tetap menerima
hukuman di akhirat. Walaupun demikian orang kafir apabila masuk Islam
tidak diwajibkan membayar sholat yang ditinggalkannya selama kafir.
2. Baligh. Anak-anak kecil tidak dikenakan kewajiban sholat. Pada dasarnya
anak-anak tidak diwajibkan Sholat, namun mereka tetap disuruh dalam rangka
untuk membiasakan apabila dia sudah baligh. Semenjak umur tujuh tahun
anak-anak sudah disuruh sholat, dan boleh dipukul dengan tidak
membahayakan, apabila usianya sudah sepuluh tahun masih enggan
melaksanakannya.
3. Berakal. Orang gila, orang kurang akal (ma‟tuh) dan sejenisnya seperti
penyakit Sawan (ayan) yang sedang kambuh tidak diwajibkan sholat, karena
akal merupakan prinsip dalam menetapkan kewajiban (taklif), demikian
menurut pendapat jumhur ulama. Menurut Syafi’iyah, terhadap orang gila
yang tidak berperan akalnya ini, mereka disunatkan meng-qadha-nya apabila
sudah sembuh. Akan tetapi golongn Hanabilah berpendapat, bagi orang yang
tertutup akalnya karena sakit atau Sawan (ayan) wajib mengqaḑa sholat. Hal
ini diqiyaskan kepada puasa, karena puasa tidak gugur disebabkan penyakit
tersebut.
b) Syarat Sah Sholat.
Adapun syarat-syarat wajib sholat adalah, sebagai berikut:
1. Mengetahui masuknya waktu. sholat tidak sah apabila seseorang yang
melaksanakannya tidak mengetahui secara pasti atau dengan persangkaan yang
berat bahwa waktu telah masuk, sekalipun ternyata dia sholat dalam waktunya.
Demikian juga yang ragu, sholatnya tidak sah.
2. Suci dari hadas kecil dan hadas besar. Pensucian hadas kecil dengan wudhu’
dan pensucian hadas besar dengan mandi.
3. Suci badan, pakaian dan tempat dari najis hakiki. Untuk keabsahan sholat
disyaratkan suci badan, pakaian dan tempat dari najis yang tidak dimaafkan,
demikian menurut pendapat yang masyhur dari golongan Malikiyah adalah sunat
muakkad.
4. Menutup aurat. Seseorang yang sholat disyaratkan menutup aurat, baik sendiri
dalam keadaan terang, maupun sendiri dalam gelap.
5. Menghadap kiblat. Ulama sepakat bahwa menghadap kiblat merupakan syarat
sah sholat. Menghadap kiblat dikecualikan kepada orang yang sholat al-khaufdan
sholat sunat di atas kendaraan bagi orang musafir dalam perjalanan. Golongan
Malikiyah mengaitkan dengan situasi aman dari musuh, binatang buas dan ada
kesanggupan. Oleh karena itu tidak wajib menghadap kiblat apabila ketakutan
atau tidak sanggup (lemah) seperti orang sakit. Ulama sepakat, bagi orang yang
menyaksikan Ka’bah wajib menghadapkan ke Ka’bah itu sendiri secara tepat.
Akan tetapi bagi orang yang tidak menyaksikannya, karena jauh di luar kota
Mekah, hanya wajib menghadapkan muka ke arah Ka’bah, demikian pendapat
Jumhur Ulama. Sedangkan Imam Syafi’i berpendapat mesti menghadapkan muka
ke Ka’bah itu sendiri sebagaimana halnya orang yang berada di kota Mekah.
Caranya mesti diniatkan dalam hati bahwa menghadap itu tepat pada Ka’bah.
6. Niat. Golongan Hanafiyah dan Hanabilah memandang niat sebagai syarat sholat,
demikian juga lebih kuat dari kalangan Malikiyah.
2) Rukun Sholat
Rukun sholat adala sebagai berikut:
1. Niat
Niat dalam semua amal ibadah termasuk shalat diungkapkan dalam niat. Niat shalat
berarti bermaksud mengerjakan shalat dengan menentukan macam shalat yang akan
dilakukan, misalnya ashar dan shubuh. Begitu pula, apakah shalat yang dilakukan itu
wajib atau sunat.
2. Berdiri bagi orang yang mampu
Bagi orang yang mampu berdiri, majka diwajibkan untuknya berdiri dalam sholat
fardhu, aoabila ia tidak sanggup berdiri , sholat boleh dilakukan dengan duduk, kalau
tidak sanggup juga, boleh berbaring, dan kalau tidak mampu juga , boleh dilakukan
menurut kesanggupannya, misalnya dengan isyarat.
3. Takbiratul Ihram
Takbirat al-Ihram, yaitu membaca Allȃhhu Akbar. Takbir ini dinamakan dengan
takbir al Ihrȃm, karena setelah mengucapkannya diharamkan bagi orang yang sholat
perbuatanperbuatan yang biasa dilakukan diluar sholat, seperti makan dan minum.
Mengucapkan takbirat al-Ihram mesti dengan bahasa Arab, tidak boleh dengan
bahasa lain. Menurut golongan Malikiyah dan Hanabilah tidak boleh membatasi
antara kedua kalimat tersebut, yaitu antara Allah dan Akbar, dengan suatu kalimat
apapun atau dengan diam yang lama, karena yang disebut takbir adalah rangkaian
kalimat Allah dan Akbar.
4. Membaca Al-Fatihah
5. Ruku dengan thuma’ninah (diam sebentar)
Menurut bahasa ruku’ adalah condong atau bungkuk, dan menurut syara’ adalah
membungkukkan punggung dan kepala secara bersamaan sehingga kedua tangan
sampai ke lutut, sedangkan kaki berdiri denagn tegak dan mata memandang kearah
tepat susud sehingga leher dan punggung benar-benar lururs (90 derajat).
6. I’tidal (bangkit dari ruku’ dan berdiri tegak dengan thuma’ninah.
7. Sujud dengan thuma’ninah
8. Duduk diantara dua sujud (iftirasy) sambil membaca tasyahudsecara
thuma’ninah
9. Duduk tawaruk sambil membaca tasyahud
10. Membaca Shalawat pada Nabi Muhammad
11. Memberi salam.
12. Tertib
D. Pembagian Sholat dari Berbagai Segi

1. Dari segi hukumnya


Sholat dibagi menjadi dua, yaitu sholat wajib dan sholat sunnah. Adapun sholat wajib
adalah sholat lima waktuyakni dzuhur, ashar, magrib, isya dan subuh yang dilaksanakan pada
waktunya. Serta sholat jum’at, sholat janazah. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

“Dari Aisyah istri Nabi SAW, beliau berkata: Pertama yang diwajibkan sholat kepada
Rasulullah SAW adalah dua rakaat dua rakaat kecuali Maghrib tiga rakaat. Kemudian Allah
sempurnakan (jumla rakaat) Dzhuhur, Ashar, dan Isya’ akhir empat rakaat dalam kondisi
hadir (tidak safar) dan ditetapkan sholat sebagaimana kewajibannya yang awal pada waktu
safar atau perjalanan”.(HR. Ahmad).
Sholat sunat. Sholat sunat dapat dibagi kepada beberapa macam, yaitu: Sholat sunat
Muakkad, yaitu sholat sunat yang dianjurkan seperti sunat fajar (sholat dua raka’at sebelum
sholat subuh), dua raka’at sebelum sholat zuhur atau Jum’at, dua raka’at setelah sholat zuhur,
dua rakaat setelah magrib, dua raka’at sesudah isya (disebut juga dengan salat rawatib), dan
sholat Tarawih pada malam bulan Ramadhan. Sholat sunat Gairu muakkad, yaitu sholat
sunat yang anjurannya tidak sekuat sunat muakkad, seperti sholat sunat empat raka’at
sebelum asar, empat raka’at sebelum isya, sholat sunat awwȃbin (sholat enam raka’at sesudah
magrib dengan satu, dua atau tiga kali salam), sholat ḑuha, sholat sunat wuḑu’, sholat
tahiyyat al-masjid, sholat tahajjud, sholat istikhȃrah, sholat tasbih, dan sholat hajat, demikian
menurut golongan Hanafiyah.
Adapun dalil sholat sunat sebagai berikut:

“Dari bapak (Malik bin ‘Amr bin al-Harits) bahwasanya ia mendengar Thalhah bin
‘Ubaidillah berkata, telah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW, lalu tiba-tiba ia
bertanya kepadanya tentang Islam, maka Rasulullah SAW bersabda: “sholat lima waktu
sehari semalam, lalu laki-laki tersebut bertanya, apakah ada kewajiban atas-ku selainnya?.
Beliau menjawab, tidak ada kecuali engkau mengerjakan sholat sunnah”. (HR. Al-Bukhari).
Hadis tersebut menjelaskansholat sunnah yang dituntunkanRasulullah bagi umat
Islam setelah menunaikan sholat wajib (sholat lima waktu). Sholatsunnah tersebut adalah
sholat sunnah rawatib qabliyah dan ba’diyah, sholat tahajud, sholat witir, sholat dhuha, sholat
istikharah, sholat pada dua hari raya (idul fitri dan idul adha), dan sholat pada dua gerhana
(matahari dan bulan) atau kusuf dan khusuf.
2. Dari Segi Cara Pelaksanaanya.
a. Sholat jama’ah, yaitu sholat yang dilakukan scara bersamasama yang terdiri dari
imam dan makmum. Sholat yang dilakukan secara berjama’ah ini adakalanya sholat
wajib seperti sholat lima waktu dan adakalanya seperti sholat sunat seperti sholat
Tarawih. Disamping itu adakalanya juga diwajibkan berjamaa’ah seperti sholat
Jum‟at dan ada pula disunatkan seperti sholat lima waktu.
b. Sholat Munfarid, yaitu sholat yang dilakukan secara sendirian. Sholat ini adakalanya
memang tidak disunatkan berjam’ah seperti sholat sunat Rawatib (sholat sunat yang
mengiringi sholat wajib) seperti: 2 raka’at sebelum Fajar, 2 raka’at sebelum Zuhur, 2
raka’at setelah Zuhur, 2 raka’at setelah Magrib, 2 raka’at setelah Isya’; dan
adakalanya disunatkan berjama’ah tetapi dilakukan sendirian seperti sholat lima
waktu.
3. Dari Segi Waktu atau Penyebab Dilaksanakannya.
a. Sholat Jum’at, yaitu sholat yang wajib dilakukan pada hari jum’at yang balig, berakal,
serta tidak dalam perjalanan sebagai pengganti sholat zuhur.
b. Sholat Safar, yaitu sholat yang dilakukan oleh orang yang sedang dalam perjalanan
(Musafir). Sholat safar dapat dilakukan dengan meringkaskannya yang disebut sholat
Qashar dan dapat dilakukan dengan menggabungkan antara dua sholat yang disebut
sholat Jama’, atau dapat pula dilakukan sekaligus meringkas, dan menggabungkan
yang disebut dengan Sholat Jama’ serta Qashar.
c. Sholat dua hari raya. Yang pertama ‘Ied al-Fitri pada tanggal 1 Syawal sesudah
melaksanakan puasa ramaḑan dan yang kedua ‘Ied al-Adha pada tanggal 10 Zulhijjah.
d. Sholat kusyuf dan Khusyuf. Sholat Kusyuf adalah sholat yang dilakukan karena adanya
gerhana matahari sedangkan sholat Khusyuf karena adanya gerhana bulan.
e. Sholat Istisqa’, yaitu sholat yang dilakukan untuk meminta hujan dari Allah Swt.
f. Sholat Khauf, yaitu sholat yang dilakukan ketika menghadapi musuh dalam
peperangan.
g. Sholat Janazah, yaitu sholat yang dilakukan pada orang mukmin yang meninggal
dunia.
E. Sholat Jamak dan Qhasar

Jamak Sholat dalam perjalanan adalah rukhsha ‘arldhah, yang apabila kita sudah
dalam prjalanan dan berangkat dari tempat tinggal sbelum tergelincir matahari, kita
menthakhirkan dzuhur kepada ashar, atau pun kta berangkat sesudah dzuhur, kita
mentaqdimkan ashar kepada dzuhur. Seseorang dapat menjamak sholat dengan cara jamak
tqdim (mengerjakan dua sholat dalam waktu yang pertama) dan jamak ta’khir (mengerjakan
sholat dalam waktu yang kedua) antara Dzuhur dan ashar, Maghrib dan isya’ taqdim dan
takhir apabila:
1) Berada di arafah dan Muzdalifah ketika haji atau umrah
2) Berada dalam perjalanan
3) Karena hujan
4) Karena sakit dan uzur
5) Jamak karena hajat (keperluan).
Qhasar sholat merupakan sholat yang dipendekkan (diringkaskan). Seorang mushafir
diperbolehkan menqhasarkan shalat fardhu yang empat rakaat mrnjadi dua. Adpun sholat
maghrib dan shubuh tidak boleh di qhasar. Orang yang dapat menqhasar sholatnya apabila:
1) Jarak perjalanan sekurang-kurangnya daua hari perjalanan kaki, atau dua marhalah
(sma dengan 16 farsakh)
2) Berpergian bukan untuk maksiat.
3) Shalat yang dapat dqhasrkan hanya sholat 4 rakaat saja dan bukan shalat qadha
4) Niat menqhasar sholat pada saat takbiratul ihram.
5) Tidak makmum kepaa orang sholat yang bukan mushafir.
F. Shalat yang diterima Allah SWT

Dalam sebuah hadist qudsi disbutkan ada lima tanda orang yang diterima sholatnya:
1. Orang yang merendahkan diri dengan shalatnya karena kebesaran Allah SWT.
2. Orang yang tidak menyombongkan didiri kepada makhluk Allah SWT.
3. Orang yang tidak mengulangi maksiat kepada Allah SWT.
4. Orang yang mengisi sebagian siangnya dengan berzikir kepada Allah SWT.
5. Orang yang menyanyangi orang miskin, orang dalam perjalan dan mengasihi orang
yang ditimpah mushibah.
G. Yang Membatalkan Sholat

Perbuatan atau hal-hal yang tergolong dapat membatalkan sholat adalah:


1. Berbicara. Sekurang-kurang berbicara yang membatalkan sholat adalah dua huruf,
sekalipun tidak dipahami, baik disengaja atau lupa.
2. Makan dan minum, baik disengaja atau lupa, sedikit atau banyak, sebab makan dan
minum bukan perbuatan yang disyari’atkan dalam pelaksanaan sholat dan puasa.
Olehkarena itu semua yang membatalkan puasa juga membatalkan sholat.
3. Banyak bergerak secara berturut-turut selain gerakan yang biasa dilakukan dalam
sholat, karena perbuatan yang dipandang banyak dilakukan secara berturut-turut
memberikan kesan terputusnya sholat.
4. Membelakangi Kiblat tanpa ada halangan, karena ulama telah sepakat menetapkan
bahwa salah satu syarat sah sholat adalah menghadap kiblat, sesuai dengan perintah
Allah untuk meghadap Masjidil Haram (Q.S. 2 al-Baqarah:150).
5. Terbuka Aurat dalam keadaan sengaja atau tidak seperti dibuka oleh angin.
6. Datang Hadaś kecil atau besar, karena dengan datangnya hadas berarti wuḑu’ batal,
dengan demikian sholatpun batal sebab dilaksanakan tanpa wuḑu’.
7. Terkena najis yang tidak dimaafkan pada badan, pakaian dan tempat, karena
keharusan bersih badan, pakaian dan tempat tidak terpenuhi.
8. Tertawa terbahak-bahak.
9. Murtad, gila, pingsan karena satu syarat wajib sholat adalah berakal.
10. Berubah niat untuk membatalkan atau keluar dari sholat,
11. Salah dalam membaca Al-Qur’an kerena akan mengubah arti dalam maksud Al-
Qur’an, sehingga merusak rukun sholat.
12. Meninggalkan rukun atau syarat, karena adanya hukum tergantung pada
kesempurnaan rukun dan syarat.
13. Mendahului imam bagi orang yang sholat berjama’ah.
14. Melihat air bagi orang yang sholat dengan tayamum, sepanjang air itu dimungkinkan
untuk digapai, karena tayamum dibolehkan ketika tidak ada air.
15. Mengucapkan salam dengan sengaja sebelum selesai sholat, karena salam dalam
sholat berfungsi sebagai penutup sholat.
H. Hikmah Sholat

Sholat adalah kewajiban umat Islam paling utama sesudah mengucapkan dua kalimat
syahadat. Sholat merupakan pembeda antara orang muslim dan non-muslim. Disyari’atkan
dalam rangka mnsyukuri nikmat Allah Swt yang sangat banyak dan mempunyai manfaat
yang bersifat religius (keagamaan) serta mengandung unsur pendidikan terhadap individu dan
masyarakat Bila disimak dari sudut religious, sholat merupakan hubungan langsung antara
hamba dengan Khaliqnya yang didalamnya terkandung kenikmatan munajat, pernyataan
ubudiyah, penyerahan segala urusan kepada Allah, keamanan dan ketentraman serta
perolehan keuntungan. Disamping itu dia merupakan suatu cara untuk memperoleh
kemenangan serta menahan seseorang dari berbuat kejahatan dan kesalahan. Allah Swt
berfirman, QS. al-Mukminŭn (23): 1 -2

Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang


khusyu' dalam Sholatnya,

Artinya: Sesungguhnya manusia itu diciptakan dalam keadaan keluh kesah. Apabila ditimpa
kejahatan dia mengeluh dan apabila mendapat keberuntungan dia kikir, kecuali orang-orang
yang melakukan Sholat. (Q.S. 70 al-Ma’ȃrij: 19).
Rasulullah dalam sabdanya menyatakan:

Artinya: Dari Abu Harairiah bahwa Nabi Saw bersabda: şalat yang lima, (Sholat) jum‟at
sampai (Sholat) jumat (berikutnya) dapat menahan dosa-dosa yang diperbuat diantaranya,
selama tidak mengerjakan dosa-dosa besar. (HR Muslim).
Secara individual şalat merupakan pendekatan diri (taqarrub) kepada Allah Swt,
menguatkan jiwa dan keinginan, semata-mata mengagungkan Allah Swt, bukan berlomba-
lomba untuk memperturutkan hawa nafsu dalam mencapai kemegahan dan mengumpulkan
harta. Disamping itu şalat merupakan peristirahatan diri dan ketenangan jiwa sesudah
melakukan kesibukan dalam menghadapi aktivitas dunia. Allah Swt berfirman:
Artinya: Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia kecuali untukmenyembah (beribadat)
kepada-Ku. (QS. Aż-Źariyat (51): 56).

Artinya: Dan minta pertolonganlah dengan kesabaran dan şalat. Sesungguhnya şalat itu
sangat berat kecuali bagi orang yang khusyu‟. (Q.S. 2 al-Baqarah: 45).
Nabi Saw bersabda:

Artinya: Dari Anas bin Malik bahwa Nabi Saw bersabda: Diantara duniamu yang aku cintai
adalah wanita dan kebaikan, namun aku menjadikan Sholat sebagai buah hatiku. (HR
Ahmad dan an-Nasȃ’i).
Sholat mengajar seseorang untuk berdisiplin dan menta’ati berbagai peraturan dan
etika dalam kehidupan dunia. Hal ini terlihat dari penetapan waktu Sholat yang mesti
dipelihara oleh setiap muslim, dan tata tertib yang terkandung didalamnya. Dengan demikian
orang yang melakukan Sholat akan memahami peraturan, nilai-nilai sopan santun,
ketentraman dan mengkonsentrasikan pikiran kepada hal-hal yang bermanfaat, karena Sholat
penuh dengan pengertian ayat-ayat AlQur’an yang mengandung nilai-nilai tersebut.
Dipandang dari segi sosial kemasyarakatan, Sholat merupakan pengakuan aqidah setiap
anggota masyarakat dan kekuatan jiwa mereka yang berimplikasi terhadap persatuan dan
kesatuan umat. Persatuan dan kesatuan ini menumbuhkan hubungan sosial yang harmonis
dan kesamaan pemikiran dalam menghadapi segala problema kehidupan sosial
kemasyarakatan.
Daftar Refrensi

Dr. H. Khoirul Abror, M. ( 2019). FIQH IBADAH. Yogyakarta: PHOENIX PUBLISHER.


Dr. M. Nasri Hamang Najed, S. M. (2018). FIKIH ISLAM dan METODE
PEMBELAJARANNYA. Parepare: Universitas Muhammadiyah Parepare Press (Umpar
Press).
Hafsah, (2013). Pembelajaran Fiqh. Bandung : CitaPustaka Media Perintis.
Lembaga Pengembangan Pendidikan Agama Islam (LEPPAI) UISU. (2016). Pendidikan
Agama Islam (Ibadah/Akhlak) Untuk Semeester III. Medan: CV. Manhaji.
Rohmansyah. (2017) Fiqh Ibadah dan Mu’amalah, Yogyakarta: LP3M Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Zainal Abidin, M. (2020). FIQH IBADAH. Yogyakarta: Penerbit DEEPUBLISH.

Anda mungkin juga menyukai