LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM BIOKIMIA
OLEH:
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH :
EN RAYMON BANCIN
NIM. (191501106)
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
- Sinonim : Albuminum
- Nama lain : Larutan albumin
- Rumus Molekul :-
- Massa molekul :-
- Pemerian : Cairan jernih warna coklat merah sampai coklat jingga
Tua tergantung kadar protein
- Kelarutan :-
- Keasamaan : 6,7 – 7,3
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
- Kegunaan : Protein dalam penyangga volume darah
etanol 95 % P
2.1.6 Etanol
- Sinonim : Aethanolum
- Nama lain : Etil Alkohol
- Rumus Molekul : C2H6O
- Massa molekul : 46,07
- Pemerian : Cairan tidak berwarna ,jernih , mudah menguap dan mu-
dah bergerak, bauk khas rasa panas, mudah terbakar dan
dan memberikan nyala biru yang tidak berasap
- Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p
Protein memiliki struktur yaitu primer, sekunder, tersier dan kuartener. Struktur
primer protein dibentuk oleh asam amino yang tergabung dalam ikatan polipeptida,
seperti yang terlihat pada gambar 1. Pada struktur sekunder, rangkaian polipeptida
bersifat reguler dan memiliki pola lipatan berulang dari rangka protein. Dua tipe umum
struktur protein sekunder yaitu a-heliks dan ß-sheet. Struktur polipeptida yang terjadi dari
lipatan disebut struktur tersier. Struktur kuartener protein adalah asosiasi yang terjadi
antara dua atau lebih rangkaian polipeptida menjadi protein multisubunit (Marfira, dkk.,
2018).
Berikut adalah klasifikasi protein yang lebih komprehensif dan populer.
Klasifikasi didasarkan pada komposisi asam amino, struktur, bentuk dan sifat kelarutan.
Protein secara luas diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama 1. Protein Sederhana:
Protein yang hanya terdiri dari residu asam amino. 2. Protein Terkonjugasi: Selain asam
amino, protein ini mengandung bagian non-protein yang dikenal sebagai gugus prostetik
atau gugus konjugasi. 3. Protein Turunan: Ini adalah produk yang didenaturasi atau
terdegradasi dari protein sederhana dan terkonjugasi (Satyanarayana & Chakrapani,
2013).
Salah satu contoh dari protein sederhana yaitu protein Globular: Bentuknya bulat
atau lonjong, larut dalam air atau pelarut lain dan mudah dicerna. Protein globular
memiliki banyak jenis salah satunya albumin. Albumin adalah protein larut dalam air dan
larutan garam encer dan digumpalkan dengan panas. misalnya serum albumin, ovalbumin
(telur), laktalbumin (susu) (Satyanarayana & Chakrapani, 2013)
Albumin adalah protein yang dapat larut air serta dapat terkoagulasi oleh panas
dimana terdapat dalam serum darah dan bagian putih telur (Poedjiadi 1994 dalam Yuniarti
2013). Peranan albumin dalam tubuh sangat besar, oleh karena itu diperlukan cara untuk
memenuhi kebutuhan albumin dalam tubuh terutama untuk pasien pasca operasi (Aqua
2002). Albumin merupakan protein yang rentan terhadap panas, sehingga suhu dan
mekanisme proses harus diperhatikan dengan baik dan benar (Wiranata, Baehaki, &
Lestari, 2015)
Albumen telur digunakan dalam industri pangan karena sifat albumen telur yang
sangat baik dalam me ningkatkan daya busa dan kekenyalan suatu produk. Sifat
fungsional albumen telur dalam produk pangan haruslah yang optimal sehingga bisa
menghasilkan produk dengan kualitas optimal. Protein albumen telur yang memiliki
peranan penting dalam pemben tukan busa diantaranya ovalbumin, ovo mucin, globulin,
ovotransferin, lysozime dan ovomucoid. protein albumen telur terkoagulasi pada suhu
mulai dari 61,5 Celcius hingga 73 Celcius terkoagulasi secara lengkap. Protein ovalbumin
berperan dalam pebentukan gel ketika albumen telur dipanaskan. Koagulasi oleh asam
dan basa berhubungan dengan proses penetralan molekul protein sehingga daya tarik
antar molekul protein meningkat dan kela rutannya menurun. Koagulasi oleh asam dan
basa dapat juga terjadi karena denaturasi protein akibat penurunan pH (Thohari, dkk.,
2020)
Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur protein antara lain a) Suhu. Kenaikan
suhu dapat menyebabkan rusaknya struktur protein sehingga protein terdenaturasi. b) pH.
Struktur ion protein tergantung pada pH lingkungannya. Struktur protein terdiri dari
beberapa asam amino, dimana asam amino ini dapat bertindak sebagai ion positif, ion
negatif atau berdwikutub (zwitterion). pH yang rendah dan tinggi dapat menyebabkan
terjadinya denaturasi dan merubah strukktur dari protein.c) Radiasi. Radiasi dapat
merusak struktur protein jika terkena sinar radiasi terus menerus. d) Pelarut organik.
Protein terdiri atas asam amino yang memiliki struktur yang berbeda. Ikatan-ikatan yang
terbentuk pada protein mempengaruhi perubahan struktur protein bila dilarutkan dalam
pelarut organik (Marfira, dkk., 2018).
Suhu dan pH yang ekstrim mempunyai efek yang besar pada konformasi protein
yaitu menyebabkan molekul protein kehilangan karakteristik bentuk tiga dimensinya.
Perubahan ini menyebabkan fungsi protein menurun atau hilang sama sekali. Denaturasi
terjadi ketika organisasi struktur protein globular seperti a-helix, ß-sheet dan pelipatan
tersier protein menjadi kacau sempurna. Bagaimanapun juga, denaturasi tidak mengubah
struktur primer protein. Denaturasi protein yang mempunyai struktur a-helix. Denaturasi,
dan koagulasi protein dapat terjadi karena pengaruh suhu, pH, pelarut organik, detergen,
logam berat dan tekanan mekanik (Azhar, 2016).
Pengaruh suhu pada struktur tiga dimensi protein dapat digambarkan sebagai
berikut. Kenaikan suhu secara sederhana menaikan kecepatan pergerakan molekul. Jika
suhu terus dinaikkan ikatan di dalam molekul protein mulai bervibrasi. Interaksi lemah
seperti ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik yang memelihara struktur protein rusak.
Dengan kata lain, protein terdenaturasi. Molekul protein yang terdenaturasi akan
kehilangan karakteristik konformasi tiga dimensinya. Koagulasi terjadi ketika molekul
10
protein tidak melipat dan menjadi terjerat. Pada keadaan ini protein tidak dapat larut,
protein menggumpal dan menjadi padat. Hal ini dapat kita amati efek kenaikan suhu pada
putih telur. Putih telur merupakan larutan viscous dari albumin telur. Ketika putih telur
dimasak, protein mengalami denaturasi dan selanjutnya koagulasi dan kita melihatnya
sebagai padatan. Banyak protein pada sel kita. Sebagai contoh enzim, enzim dalam
sitoplasma sebagai larutan kental (viscous) (Azhar, 2016).
Ketika pH larutan protein di atas titik isoelektriknya, maka semua molekul protein
akan mempunyai muatan permukaan total negatif. Sebaliknya, ketika pH larutan protein
di bawah titik isoelektrik protein akan mempunyai muatan total positip. Pada titik
isoelektrik molekul protein tidak mempunyai muatan total permukaan. Sebagai
akibatnya, protein tidak kuat menolak satu sama lainnya dan protein paling sedikit larut.
Pengaruh pH dapat kita amati pada susu yang diletakkan di kulkas untuk waktu yang
lama. Bakteri pada susu mulai tumbuh. Bakteri menggunakan gula susu (laktosa) sebagai
sumber energi dalam proses fermentasi dan menghasilkan asam laktat sebagai produknya.
Bakteri berlanjut tumbuh dan berkembang yang mengakibatkan konsentrasi asam laktat
naik. Kenaikan konsentrasi asam laktat mengakibatkan protonasi dari gugus karboksilat
pada permukaan protein susu. Protein menjadi isoelektrik dan mengkoagulasi selanjutnya
menjadi padat seperti ‘dadih’ (Azhar, 2016).
Analisis Protein Secara Kuantitatif Analisis protein secara kuantitatif terdiri dari
metode Kjeldahl, metode titrasi formol, metode spektrofotometri visible (Biuret), metode
Lowry, metode BCA assay, metode Bradford, dan metode spektrofotometri UV. Pada
topik ini, akan dibahas beberapa metode analisis protein tersebut di atas. Secara
kolorimetri, protein dapat ditetapkan kadarnya dengan metode biuret. Prinsipnya adalah
bahwa ikatan peptida dapat membentuk senyawa kompleks berwarna ungu dengan
penambahan garam kupri dalam suasana basa (Carprette, 2005). Pereaksi biuret terdiri
dari campuran protein dengan sodium hidroksida (berupa larutan) dan tembaga sulfat.
Warna violet adalah hasil dari reaksi ini. Reaksi ini positif untuk 2 atau lebih ikatan
peptida (Nurhayati & Darmawati, 2017).
Protein secara umum tidak larut pada pH isoelektrik (pI). Protein tertentu
(misalnya kasein) mudah diendapkan ketika pH diatur ke pI (4,6 untuk kasein).
Pembentukan dadih dari susu adalah contoh yang luar biasa dari pengendapan lambat
11
protein susu, kasein di pI. Ini terjadi karena asam laktat yang dihasilkan oleh fermentasi
bakteri yang menurunkan pH ke pI kasein. (Satyanarayana & Chakrapani, 2013)
Proses pengendapan protein dengan penambahan garam netral seperti amonium
sulfat atau natrium sulfat dikenal sebagai penggaraman. Fenomena ini dijelaskan atas
dasar dehidrasi molekul protein oleh garam. Hal ini menyebabkan interaksi protein
protein meningkat, menghasilkan agregasi dan presipitasi molekuler. Jumlah garam yang
dibutuhkan untuk pengendapan protein tergantung pada ukuran (berat molekul) molekul
protein. Secara umum, semakin tinggi berat molekul protein, semakin rendah garam yang
dibutuhkan untuk pengendapan. Jadi, globulin serum diendapkan dengan setengah
saturasi dengan amonium sulfat sedangkan albumin diendapkan dengan saturasi penuh.
Prosedur penggaraman mudah digunakan untuk memisahkan albumin serum dari
globulin. Penambahan garam netral dalam jumlah kecil meningkatkan kelarutan protein.
Proses ini disebut sebagai penggaraman karena interaksi protein-protein yang berkurang
pada konsentrasi garam rendah (Satyanarayana & Chakrapani, 2013)
Pengendapan oleh garam dari logam berat: Ion logam berat seperti Pb2 +, Hg2 +,
Fe2 +, Zn2 +, Cd2 + menyebabkan pengendapan protein. Logam ini Logam-logam ini
bermuatan positif, ketika ditambahkan ke larutan protein (bermuatan negatif) dalam
medium basa menghasilkan pembentukan endapan. Berdasarkan prinsip pengendapan,
putih telur mentah (protein-albumin) terkadang digunakan untuk mengatasi toksisitas
merkuri. (Satyanarayana & Chakrapani, 2013)
Pengendapan dengan pelarut organik: Pelarut organik seperti alkohol adalah agen
pengendap protein yang baik. Pelarut ini mengeringkan molekul protein dengan
melepaskan selubung air dan menyebabkan pengendapan. Penggunaan semangat bedah
(sekitar 20% alkohol) sebagai desinfektan didasarkan pada pengendapan protein dan
kematian bakteri. (Satyanarayana & Chakrapani, 2013)
Reaksi warna protein: Protein memberikan beberapa reaksi warna yang seringkali
berguna untuk mengidentifikasi sifat asam amino yang ada di dalamnya. Ketika biuret
diolah dengan tembaga sulfat encer dalam media alkali, warna ungu diperoleh. Inilah
dasar uji biuret yang banyak digunakan untuk identifikasi protein dan peptida. Histidin
adalah satu-satunya asam amino yang menjawab uji biuret. Prinsip uji biuret mudah
digunakan untuk mendeteksi keberadaan protein dalam cairan biologis. Mekanisme uji
biuret belum diketahui dengan jelas (Satyanarayana & Chakrapani, 2013).
12
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat
- Aluminium Foil
- Batang Pengaduk
- Beaker Glass
- Corong
- Erlenmeyer
- Gelas Ukur
- Kertas Saring
- Penangas Air
- Penjepit Tabung
- Penggaris
- Pipet Tetes
- Plat Tetes
- Rak Tabung Reaksi
- Serbet
- Spatula
- Tabung Reaksi
- Tisu
3.2 Bahan
- Akuades
- Ammonium Sulfat
- Buffer Asetat
- CuSO4 1%
- Etanol 96%
- HCl 0.1 M
- NaOH 0.1 M
- Telur ayam eropa
13
14
15
3.4 Flowsheet
Endapan
16
3 ml Larutan Protein
- Dimasukkan kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan 2 tetes asam asetat
- Disiapkanpenjepit tabung lalu diletakkan
tabung reaksi diatas penangas air
- Dipanaskantabung reaksi yang berisi
sampel dan asam asetat sekitas 2-5 menit
dengan catatan telur jangan sampai matang
Endapan
- Diambil endapan dari tabung reaksi dan
dimasukkan ke dalam plat tetes
- Diambil endapan dari tabung reaksi
petama dan diuji dengan 2-3 tetes aquadest
lalu diaduk dan diperhatikan kelarutannya .
- Kemudian diambil endapan dari tabung
reaksi keduadan diuji dengan pereaksi
biuret ( 1 ml NaOH dan 3 tetes CuSO4 ),
diaduk lalu diperhatikan kelarutannya
Hasil
17
3 Tabung Reaksi
Endapan
Hasil
18
3 Tabung Reaksi
Endapan
Diamati pada tabung mana yang paling
banyak terbentukendapan dengan
membandingkan ketiga tabung tersebut.
Lanjutkan percobaan diatas terhadap tabung I
dan II dengan menambahkan10 ml buffer
asetat
Hasil
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Perhitungan
- Pembuatan NaOH 0,1N
G = 0,2 g
- Pembuatan CH3COOH 1N
G = 0.15 g
- Pembuatan HCl 0,1N
G = 0,1875 g
20
4.3 Pembahasan
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama
lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen dan terkadang juga sulfur serta fosfor (Marfira, dkk., 2018).
Pada percobaan Uji Protein, telah dilakukan empat pengujian, yaitu uji
pengendapan dengan garam anorganik, uji koagulasi, uji pengendapan dengan alkohol
dan denaturasi protein. Pengujian lain dilakukan dengan melihat kelarutannya dalam
akuades dan reaksi uji warna dengan pereaksi biuret.
Pada percobaan uji koagulasi diperoleh endapan protein (Albumin telur ayam
eropa) tidak larut dalam air, sedangkan reaksi antara warna endapan dengan reagen biuret
menghasilkan warna biru kehijauan. Pada percobaan uji koagulasi , ada dua faktor yang
mempengaruhi yaitu faktor pemanasan dan penambahan asam. Koagulasi adalah
perubahan struktur protein telur yang mengakibatkan peningkatan ketebalan dan
penurunan kelarutan, atau cairan menjadi padat atau setengah padat. Koagulasi asam basa
berkaitan dengan netralisasi molekul protein, sehingga tarikan antar molekul protein
meningkat dan kelarutannya menurun. Akibat penurunan pH, denaturasi protein,
koagulasi asam dan alkali juga akan terjadi (Thohari, dkk., 2020).
21
di setiap tabung reaksi yaitu 1,5 cm pada tabung reaksi pertama, 0,5 cm pada tabung
kedua, 0,6 pada tabung ketiga. Didapatkan endapan terbanyak ada pada tabung reaksi
pertama, yaitu tabung yang diberi HCl. Ini dikarenakan gugus positif pada protein
bergabung dengan gugus Cl dan gugus negatif dalam larutan membentuk endapan dalam
suasana asam. Pada tabung kedua, endapan paling sedikit diperoleh., protein tidak
terendapkan oleh alkohol dalam kondisi basa karena pH terlalu jauh dari titik isoelektrik
protein. Pada tabung ketiga, ditambahkan buffer asetat, diperoleh endapan 0,6 cm. Pada
tabung ketiga seharusnya menghasilkan lebih banyak endapan daripada tabung pertama
karena pH buffer asetat adalah 4,7 dan albumin (4,55-4,90) adalah sama. Perbedaan ini
mungkin karena karena konsentrasi albumin yang rendah, sehingga hampir tidak ada
reaksi, atau karena pengotor, dan pH buffer asetat. (Marfira, dkk, 2018).
Pada percobaan denaturasi protein, didapatkan hasil bahwa tabung pertama yang
ditambahkan HCl diperoleh pengendapan sebesar 2 cm, tabung reaksi kedua
ditambahkan NaOH diperoleh pengendapan 2,1 cm, dan tabung ketiga ditambahkan
buffer asetat diperoleh pengendapan 1,8 cm. Penyebab terjadinya denaturasi protein
adalah perubahan suhu dan pH. Faktor lain yang menyebabkan denaturasi yaitu adanya
surfaktan,radiasi, zat oksidator atau zat pereduksi, dan jenis pelarut yang digunakan
Pembentukan endapan dapat disebabkan oleh suhu tinggi yang merusak ikatan hidrogen
dan interaksi hidrofobik non-polar pada protein. Temperatur yang tinggi akan
meningkatkan energi kinetik, dan menyebabkan molekul pembangun protein bergerak
cepat dan memutus ikatan kimia dalam protein (Marfira, dkk., 2018)
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
- Pada percobaan pengendapan protein dengan garam anorganik yaitu ammonium
sulfat menyebabkan peristiwa salting out. Diperoleh hasil uji kelarutan endapan
dengan penambahan aquadest adalah larut. Dilakukan uji reaksi warna filtrat dengan
pereaksi biuret menghasilkan warna biru keunguan serta hasil uji reaksi warna
endapan dengan pereaksi biuret menghasilkan warna ungu.
- Pada percobaan uji koagulasi yang dilakukan dengan cara pemanasan dan
penambahan asam asetat diperoleh hasil uji kelarutan endapan dengan air tidak larut
dan hasil uji reaksi warna endapan dengan pereaksi biuret menghasilkan warna biru
kehijauan.
- Pada percobaan pengendapan protein dengan alkohol yaitu, pada tabung pertama
ditambahkan 1 ml HCl dan 6 ml etanol, pada tabung kedua ditambahkan 1 ml NaOH
dan 6 ml etanol, pada tabung ketiga ditambahkan 1 ml Buffer asetat dan 6 ml etanol.
Didapatkan hasil endapan pada masing-masing tabung, yaitu 1.5 cm ; 0.5 cm ; 0.6
cm. Dengan pengujian kelarutan pada penambahan aquadest menunjukkan endapan
dari ketiga tabung reaksi tidak larut karena pelarut organik (alkohol) mengurangi
konstanta dielektrika air sehingga kelarutan protein berkurang dan tidak larut dalam
air.
- Pada percobaan denaturasi protein yaitu, pada tabung pertama ditambahkan 1 ml
HCl, pada tabung kedua ditambahkan 1 ml NaOH, pada tabung ketiga ditambahkan
1 ml buffer asetat. Diperoleh hasil endapan pada masing-masing tabung, yaitu 2 cm
; 2.1 cm ; 1.8 cm. Dengan pengujian kelarutan pada penambahan akuades
menunjukkan bahwa endapan dari ketiga tabung reaksi tidak larut karena pemanasan
mendenaturasi sebagian besar protein dan menghasilkan endapan yang tidak larut
karena struktur sekunder, tersier, dan kuarter nya rusak.
23
5.2 Saran
- Sebaiknya pada praktikum selanjutnya dilakukan uji reaksi protein yang lain seperti
uji xantoprotein , ninhydrin, atau millon.
- Sebaiknya pada percobaan selanjutnya, dapat digunakan garam anorgnaik lainnya
seperti magnesium sulfat.
- Sebaiknya pada praktikum selanjutnya digunakan sumber protein yang lain seperti
tahu, tempe, atau susu.
24
DAFTAR PUSTAKA
Azhar, M. (2016). Biomolekul Sel : Karbohidrat, Protein dan Enzim. Padang: UNP Press.
Marfira, N., Genggam, G., & Julistia, P. (2018). PENGENDAPAN, KOAGULASI DAN
DENATURASI PADA PROTEIN. Departemen Biokimia IPB, 1-9.
Nurhayati, B., & Darmawati, S. (2017). Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medis :
BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER. JAKARTA: KEMENKES RI.
Satyanarayana, U., & Chakrapani, U. (2013). Biochemistry (With Clinical Concepts &
Case Studies) (Ed 4.). New Delhi: Elsevier.
Thohari, I., Jaya, F., & Ajeng, N. (2020). PENGARUH PENAMBAHAN ASAM
ASETAT TERHADAP SIFAT. Jurnal Teknologi Hasil Peternakan, 1(1), 25-33.
Wiranata, N., Baehaki, A., & Lestari, S. (2015). Pengaruh Rasio Etanol dan Air Cucian
Surimi Ikan Gabus. Jurnal Teknologi Hasil Perikanan, 4(1), 1-8.
25
LAMPIRAN
Hasil Gambar
Larutan berwarna
Endapan + Biuret
biru keunguan
Larutan berwarna
Filtrat + Biuret
ungu
26
Hasil
Gambar
Endapan Tidak
Endapan + Air
Larut
Larutan berwarna
Endapan + Biuret
biru kehijauan
27
4. Denaturasi Protein
Sampel
Hasil Gambar
28
29