Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH NUTRISI TERNAK RUMINANSIA

“Pencernaan dan Metabolisme Protein Pada Ruminansia”

Oleh :

Kelas: B
Kelompok: 6

Dhiyaa Apriliani 200110170012


Muhamad Ibnu Afrian 200110170194
Mira Khaerunnisa N 200110170200
Guntur Ibnu Dyatmiko 200110170209
Faradina Serida Putri 200110170263

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penyusun dapat

menyelesaikan makalah tentang “Pencernaan dan Metabolisme Protein Pada

Ruminansia” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Serta

ucapan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan

tugas makalah.

Penyusun berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan

serta pengetahuan mengenai Pencernaan dan Metabolisme Protein Pada

Ruminansia. Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh

karena itu saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan

untuk penyempurnaan makalah ini. Penyusun berharap agar makalah ini

bermanfaat bagi semua.

Jakarta, April 2020

Tim penyusun

i
DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................ ii

DAFTAR TABEL........................................................................ iii

DAFTAR ILUSTRASI................................................................ iv

DAFTAR LAMPIRAN................................................................ v

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................... 1


1.2 Identifikasi Masalah........................................................... 2
1.3 Maksud dan Tujuan........................................................... 2

II PEMBAHASAN

2.1 Manfaat Protein Bagi Ternak Ruminansia......................... 3


2.2 Jenis Protein dan Fungsinya Bagi Ternak Ruminansia..... 4
2.3 Proses Degradasi Protein atau NPN di Dalam Rumen ..... 6
2.4 Recycling Ammonia........................................................... 8
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Degradasi Protein atau
NPN di Dalam Rumen....................................................... 10
2.6 Pemanfaatan Produk Hasil Akhir Pencernaan Protein oleh
Mikroba dan atau Inangnya............................................... 12

III KESIMPULAN............................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 15

LAMPIRAN.................................................................................... 17

ii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Distribusi Tugas 17

iii
DAFTAR ILUSTRASI

Nomor Halaman

1 Metabolisme Nitrogen pada Ruminansia 9

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Distribusi Tugas 17

v
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Protein merupakan bahan pembentuk makhluk hidup, katalisator organik atau yang

biasa disebut dengan enzim dan bagian penting dari nucleoprotein. Protein adalah sumber-

sumber asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh

lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk

jaringan-jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh dan mempertahankan jaringan yang

telah ada.

Di dalam setiap sel yang hidup protein merupakan bagian yang sangat penting, pada

sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar setelah air. Kekurangan

protein dalam waktu lama dapat mengganggu proses dalam tubuh dan menurunkan daya

tahan tubuh terhadap penyakit. Bila protein dihidrolisa dengan asam, alkali, atau enzim akan

dihasilkan campuran asam amino. Protein yang diserap oleh usus halus dalam bentuk asam

amino.

Sejak 20 tahun lalu, kebutuhan protein pakan untuk ternak ruminansia diekspresikan

dalam bentuk Crude Protein (CP). Protein Kasar (CP) adalah semua ikatan yang
mengandung N. Termasuk didalamnya adalah: Protein sesungguhnya (true protein) dan zat-

zat makanan yang mengandung N tetapi bukan protein (NPN) seperti amida-amida, alkaloid,

garam-garam ammonium, urea dan lain-lain.

Nitrogen merupakan bagian yang sangat penting dari protein. Rata-rata protein

mengandung 16% nitrogen. Membicarakan metabolisme protein pada nutrisi ruminansia

sebenarnya lebih tepat jika dikatakan dengan metabolisme nitrogen. Amonia adalah sumber

nitrogen yang utama dan sangat penting untuk sintesis protein mikroorganisme rumen.

1.2 Identifikasi Masalah

(1) Apa manfaat protein bagi ternak ruminansia.

(2) Apa saja jenis protein dan fungsinya bagi ternak ruminansia.

6
(3) Bagaimana proses degradasi protein atau NPN dalam rumen.

(4) Bagaimana proses recycling ammonia.

(5) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi protein atau NPN dalam rumen.

(6) Bagaimana pemanfaatan produk hasil akhir pencernaan protein oleh mikroba dan atau

inangnya.

1.3 Maksud dan Tujuan

(1) Mengetahui manfaat protein bagi ternak ruminansia.

(2) Mengetahui jenis protein dan fungsinya bagi ternak ruminansia.

(3) Mengetahui proses degradasi protein atau NPN dalam rumen.

(4) Mengetahui proses recycling ammonia.

(5) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi protein atau NPN dalam

rumen.

(6) Mengetahui pemanfaatan produk hasil akhir pencernaan protein oleh mikroba dan

atau inangnya.

7
II

PEMBAHASAN

2.1 Manfaat Protein Bagi Ternak Ruminansia

Protein adalah senyawa organik yang berada dalam tubuh makhluk hidup yang

menyuplai nutrisi paling tinggi konsentrasinya di dalam jaringan daging ternak (Damry,

2008). Protein digunakan untuk produksi sel serta jaringan pada tubuh hewan. Pada tingkat

jaringan, protein disintesis menggunakan asam amino sebagai bahan baku utamanya, dan

asam amino tersebut diperoleh melalui penyerapan asam amino di dalam usus halus

(Mangan, 1982). Sistem enzim jaringan tubuh ternak tidak mampu menggunakan nitrogen

anorganik (seperti amonia-N) untuk menyediakan saluran pencernaannya, seperti pada hewan

monogastrik sehingga asam amino hanya diperoleh dari pakan. Berbeda dengan ternak

ruminansia yang masih bisa mendapatkan asam amino di usus halus, meskipun pakan yang

dikonsumsinya tidak mengandung protein murni dikarenakan mikroba rumen mampu

mensintesis protein selnya dengan menggunakan amonia-N (NRC, 1985).

Tujuan utama pemberian pakan kepada ternak adalah memaksimalkan jumlah asam

amino yang tersedia di usus halus untuk diserap masuk ke dalam tubuh ternak. Asam amino

ini akan mensintesis protein dalam tubuh ternak. Ternak ruminansia membutuhkan asam
amino dalam jumlah yang bervariasi tergantung pada kelas ternaknya, tetapi kebutuhan asam

amino tertinggi dibutuhkan pada awal pertumbuhan seperti pada pedet sapi potong yang

disapih dini. Sekitar tiga bulan terakhir kebuntingan terjadi perkembangan kritis pada janin

dalam kandungan, dan saat laktasi ketika induk harus memproduksi air susu untuk kebutuhan

anaknya. Secara umum, ternak ruminansia memperoleh asam amino yang dibutuhkan hanya

dari tiga sumber, yaitu protein mikroba di dalam rumen, protein pakan yang lolos fermentasi

di dalam rumen, dan protein endogen dari pengelupasan dinding saluran pencernaan, namun

pada dinding pencernaan tidak terlalu diperhitungkan. Sumber protein ini yang masuk ke

dalam usus untuk dicerna oleh enzim proteolitik ternak di usus halus untuk menghasilkan

asam-asam amino yang kemudian diangkut melewati dinding usus halus, masuk ke dalam

tubuh digunakan untuk pembentukan protein pada jaringan atau air susu.

8
Kelebihan ternak ruminansia ialah mampu menghasilkan protein sendiri dari hijauan

pakan ternak, dengan memanfaatkan mikroba di dalam rumen ternak sapi Anda. Namun

dalam beberapa upaya untuk pembentukan protein seperti program penggemukan maka Anda

tetap memerlukan tambahan sumber protein dari pakan untuk mendorong pertumbahan bobot

badan. Adapun sumber protein di sekitar Anda yang bisa di berikan pada ternak ruminansia

atau ternak sapi Anda ialah: tepung daging, tepung darah, tepung hati, tepung ikan, bungkil

jagung, bungkil sawit, ataupun bisa memberikan pakan komersial polard dan konsentrat

(Pertanian, 2012).

2.2 Jenis Protein dan Fungsinya Bagi Ternak Ruminansia

Protein kasar adalah semua zat makanan yang mengandung unsur N yang terkandung di

dalam bahan makanan baik yang berwujud protein maupun bukan protein. Protein murni

adalah zat-zat makanan yang mengandung unsur N yang tersusun atas asam-asam amino.

Semua protein tanaman dan hewan terdiri dari beberapa asam amino yang merupakan satuan

penyusun protein tubuh, ada ratusan asam amino dalam tumbuh-tumbuhan, tetapi hanya 20

macam asam amino yang membentuk protein hewani. Dengan alasan inilah maka kebutuhan

tubuh adalah asam amino dan bukan protein. Bila asam amino yang termakan berlebihan,

maka kelebihannya akan dideaminasi dan sisa non nitrogennya dapat dijadikan cadangan
energi. Grup animo yang ada dibentuk oleh hati menjadi urea (NH2-CO-NH2) yang

dikeluarkan melalui ginjal bersama-sama kemih.

Penggolongan protein terdiri atas:

1. Protein sederhana

Yaitu protein yang apabila dihidrolisis menghasilkan hanya asam amino dan derivate-

derivatnya. Seperti albumin, globulin, dan glutelin.

2. Protein gabungan

Yaitu protein sederhana bergabung dengan radikal non protein:

a. Nukleo protein

Gabungan dari satu atau lebih molekul protein dengan asam nukleat (terdapat di

dalam lembaga biji-bijian dan dalam jaringan kelenjar).

9
b. Gliko protein

Gabungan dari molekul protein dengan zat yang mengandung gugusan karbohidrat

selain asam nukleat, misalnya musin.

c. Fosfo protein

Gabungan molekul protein dengan zat yang mengandung fosfor selain asam

nukleat atau lesitin, misalnya kasein.

d. Haemoglobin

Gabungan dari molekul protein dengan hematin atau zat-zat yang sejenis.

e. Lesito protein

Gabungan dari molekul protein dengan lesitin, contoh: jaringan fibrinogen.

3. Protein asal

Yaitu protein yang berasal dari protein yang bermolekul tinggi yang mengalami

degradasi karena pengaruh panas, enzim atau zat kimia.

a. Protein primer: protean.

b. Protein sekunder: proteosa, peptone, dan peptida.

Berdasarkan keanekaragaman penyusun struktur protein, maka penggolongan protein

dilakukan dengan berbagai kriteria sebagai berikut:

A. Berdasarkan bentuk morfologisnya

Protein digolongkan atas tiga golongan, yaitu:

1. Protein serabut (fibrous protein)

Protein serabut (fibrous protein) yaitu protein yang berbentuk serabut atau

lempengan, terutama disusun oleh polipeptida primer dan sekunder. Contoh protein

serabut adalah kolagen yang terdapat pada tulang rawan. Kolagen merupakan protein

utama jaringan ikat. Kolagen tidak larut dalam air, mudah berubah menjadi gelatin

bila direbus dalam air, asam encer atau alkali. Kolagen tidak mengandung triptofan

tapi banyak mengandung hidroksiprolin dan hidroksilisin. Sebanyak 30 % protein

10
total manusia adalah kolagen. Miosin pada otot, keratin pada rambut, dan fibrin pada

gumpalan darah. Elastin terdapat dalam urat, otot, arteri (pembuluh darah) dan

jaringan elastis lain. Elastin tidak dapat diubah menjadi gelatin (Budianto, 2009).

2. Protein bulat (globular protein)

Protein bulat (globular protein) yaitu protein yang berbentuk bulat atau

lonjong, perbandingan panjang dengan tebal kurang dari 10, tersusun oleh polipeptida

struktur tersier dan kuartener. Contoh protein globular adalah albumin terdapat dalam

telur, susu, plasma dan hemoglobin; globulin terdapat pada otot, serum, kuning telur;

histon terdapat dalam jaringan-jaringan kelenjar timus, pankreas, dan protamine

(Budianto, 2009).

3. Protein konjugasi

Protein konjugasi adalah protein sederhana yang terikat dengan bahan-bahan

non asam amino. Yang termasuk dalam protein globular adalah (Nukleoprotein,

Lipoprotein, Fosfoprotein dan Metaloprotein). Nukleoprotein adalah kombinasi

protein dengan asam nukleat dan mengandung 9 – 10 %f osfat. Nukleoprotein

terdapat dalam inti sel dan merupakan bagian penting DNA dan RNA (pembawa gen).

Lipoprotein adalah protein larut air yang berkonjugasi dengan lipida seperti lesitin

dan kolesterol. Lipoprotein terdapat dalam plasma dan berfungsi sebagai pengangkut
lipida dalam tubuh. Fosfoprotein adalah protein yang terikat melalui ikatan ester

dengan asam fosfat seperti pada kasein dalam susu. Metaloprotein adalah protein yang

terikat dengan mineral, seperti feritin dan hemosiderin dimana mineralnya adalah zat

besi, tembaga dan seng.

B. Berdasarkan kelarutannya dalam air atau pelarut lain

Protein digolongkan atas beberapa golongan (Winarno, 1991), yaitu:

1) Albumin : larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas. Contohnya adalah
ovalbamin (dalam telur), seralbumin (dalam serum), laktalbumin (dalam
susu).

11
2) Skleroprotein : tidak larut dalam pelarut encer, baik larutan garam, asam,
basa, dan alkohol. Contohnya kolagen (pada tulang rawan), miosin (pada
otot), keratin (pada rambut).

3) Globulin: tidak larut dalam air, terkoagulasi oleh panas. Larut dalam larutan

garam encer, dan dapat mengendap dalam larutan garam konsentrasi tinggi

(salting out). Contohnya adalah miosinogen (dalam otot), ovoglobulin (dalam

kuning telur), legumin (dalam kacang-kacangan).

4) Glutelin : tidak larut dalam pelarut netral, tetapi larut dalam asam atau basa

encer. Contonya adalah glutelin (dalam gandum), orizenin (dalam beras).

5) Prolamin (gliadin) : larut dalam alkohol 70-80% dan tidak larut dalam air
maupun alkohol absolut. Contohnya adalah prolamin (dalam gandum),
gliadin (dalam jagung), zein (dalam jagung).

6) Protamin : larut dalam air dan tidak terkoagulasi dalam panas.

7) Histon : larut dalam air dan tidak larut dalam amonia encer, dapat
mengendap dalam pelarut protein lainnya, dan apabila terkoagulasi oleh

12
7

panas dapat larut kembali dalam asam encer. Contohnya adalah globin
(dalam hemoglobin).

C. Berdasarkan hasil hidrolisanya

Protein dibagi atas dua golongan (Budianto, 1991), yaitu:

1) Protein tunggal (protein sederhana) : hasil hidrolisa dari asam-asam amino.

Contohnya: albumin, globulin, keratin dan hemoglobin.

2) Protein jamak (protein konyugasi atau protein kompleks) : adalah protein


yang mengandung senyawa lain yang non protein, hasil hidrolisanya asam
amino dan bukan asam amino. Contohnya glikoprotein terdapat pada hati,
lipoprotein terdapat pada susu, dan kasein terdapat pada kuning telur.

D. Berdasarkan fungsi protein

1) Penyusun Enzim, protein merupakan bagian terbesar pada enzim.

2) Protein Pengangkut, mampu mengikat, membawa, dan melepaskan


molekul protein tertentu, misalnya hemoglobin mengangkut O2 dalam
darah, lipoprotein mengangkut lipida dalam darah dan mioglobin
mengangkut O2 dalam otot.

3) Protein pembangun, sebagai protein pembangun dan pengganti protein


yang rusak pada organel atau jaringan. Contohnya glikoprotein, keratin,
kolagen dan elastin.

4) Protein otot, protein yang mengontrol gerak oleh otot, misalnya miosin
dalam otot, dinein dalam rambut.

13
5) Protein pertahanan tubuh, protein ini dikenal dengan imunoglobulin (Ig),
dimana merupakan suatu protein khusus yang dapat mengenal, mengikat,
dan menghancurkan benda-benda asing yang masuk dalam tubuh seperti

14
8

virus, bakteri, dan sel asing, misalnya berbagai antibodi, fibrinogen (dalam
proses pembentukan darah).

6) Protein hormon, sebagai pembentuk hormon, contohnya insulin.

7) Protein Racun, protein yang bersifat racun, misalnya risin dalam beberapa
jenis beras, racun ular.

8) Protein Makanan, protein yang dijadikan sebagai cadangan energi,


misalnya albumin, orizenin, dan sebagainya.

E. Berdasarkan strukturnya, protein digolongkan atas tiga golongan yaitu:

1) Struktur primer

Struktur primer adalah struktur dasar dari protein. Susunan linier asam

amino dalam protein yang merupakan suatu rangkaian unik dari asam amino yang
menentukan sifat dasar dari berbagai protein, dan secara umum menentukan
bentuk struktur sekunder dan tersier (Martoharsono, 1998).

2) Struktur sekunder

Struktur sekunder adalah rantai polipeptida yang berlipat-lipat dan

merupakan bentuk tiga dimensi dengan cabang-cabang rantai polipeptidanya


tersusun saling berdekatan. Protein terbentuk oleh adanya ikatan hidrogen antar
asam amino dalam rantai sehingga strukturnya tidak lurus, melainkan bentuk zig
zag dengan gugus R mencuat keatas dan kebawah. Contoh struktur ini adalah
bentuk α-heliks pada wol, serta bentuk heliks pada kolagen (Martoharsono, 1998).

15
3) Struktur tersier

Struktur tersier adalah susunan dari struktur sekunder yang satu dengan
struktur sekunder yang lain. Biasanya bentuk-bentuk sekunder ini dihubungkan
oleh ikatan hidrogen, ikatan garam, ikatan hidrofobik, dan ikatan disulfida. Ikatan

16
9

disulfida merupakan ikatan yang terkuat dalam mempertahankan struktur tersier


protein (Gaman, 1992).

4) Struktur kuartener

Struktur primer, sekunder, dan tersier umumnya hanya melibatkan satu

rantai polipeptida, tetapi bila struktur ini melibatkan beberapa polipeptida dalam
membentuk suatu protein, maka disebut dengan struktur kuartener (Martoharsono,
1998).

F. Berdasarkan sumbernya

Protein digolongkan atas dua (Budianto, 2009) yaitu:

1) Protein hewani

Protein hewani adalah protein yang berasal dari hewan, dimana hewan yang

memakan tumbuhan mengubah protein nabati menjadi protein hewani. Contoh


daging sapi, daging ayam, susu, udang, telur, belut, ikan gabus dan lain-lain.

2) Protein nabati

Protein nabati adalah protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Contoh

jagung, kacang kedelai, kacang hijau, dan jenis kacang-kacangan lainnya yang
mengandung protein tinggi. Kacang kedelai merupakan sumber protein nabati
yang mempunyai mutu atau nilai biologi tertinggi dan sedangkan yang relatif
rendah mutunya dalam sumber protein adalah padi-padian dan hasilnya.

17
Fungsi–fungsi protein dan asam-asam nukleat Protein dan asam nukleat

dalam tubuh hewan ternak ruminansia mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Membangun dan menjaga/memelihara protein jaringan dan organ tubuh.

2. Menyediakan asam-asam amino makanan.

3. Menyediakan energi dalam tubuh.

4. Menyediakan sumber lemak badan.

5. Menyediakan sumber gula darah.

6. Sumber glikogen darah.

7. Sumber enzim tubuh.

8. Sumber hormon.

9. Menyediakan bangunan dasar untuk setidak-tidaknya satu vitamin B

kompleks.

10. Menyediakan komponen tertentu dan DNA.

11. Menyediakan komponen tertentu dari RNA.

12. Menyediakan komponen tertentu dari ATP.

13. Sumber bulu, wol, tanduk, dan kuku

2.3 Proses Degradasi Protein atau NPN Dalam Rumen

Protein yang dikonsumsi oleh ternak ruminansia dalam rumen akan

mengalami 2 proses penting yaitu:

1. Hidrolisis ikatan peptida menghasilkan peptida dan asam amino

2. Deaminasi asam amino

1) Hidrolisis

1
Dalam rumen protein pakan akan mengalami hidrolisa menjadi oligopeptida

oleh enzim proteolitik yang dihasilkan oleh mikroba rumen. Oligopeptida

selanjutnya akan diubah menghasilkan peptida dan asam amino yang bisa

digunakan oleh sebagian mikroba rumen untuk pertumbuhannya, terutama oleh

Bacteroides ruminocola dimana bakteri ini mempunyai sistem transpor untuk

mengangkut asam amino ke dalam tubuhnya. Bacteroides ruminocola bisa

menggunakan 40 % peptida dalam rumen sedangkan Butyrivibrio fibrosolvent

menggunakan kurang dari 10 % untuk pertumbuhannya. Karena tidak semua

peptida dan asam amino yang terbentuk dalam rumen, digunakan oleh mikroba,

dimana sebagian akan mengalir ke usus halus.

Pemberian ransum yang berkualitas tinggi pada sapi perah, 30% dari NAN

(non amonia nitrogen) yang masuk ke usus halus adalah dalam bentuk peptida dan

asam amino. Namun Sebagian besar dari peptida dan asam amino akan

mengalami deaminasi didalam rumen.

2) Deaminasi

Metabolisme asam amino selanjutnya adalah dari degradasi protein oleh

mikroba rumen. Asam amino akan mengalami katabolisame (deaminasi)

menghasilkan produk utama NH3. produk samping dari deaminasi asam amino

adalan VFA rantai cabang (iso valerat, iso butirat dan n metilbutirat), yang sangat

dibutuhkan oleh mikroba selulolitik rumen untuk pertumbuhannya. Proses

deaminasi asam amino menjadi ammonia lebih cepat dari proteolisis, sehingga

kadar asam amino bebas dalam rumen selalu sedikit. Amonia yang dihasilkan dari

deaminasi asam amino akan digunakan oleh mikroba sebagai sumber nitrogen

untuk pembentukan protein tubuhnya. Sebagain besar mikroba rumen (82 %)

menggunakan ammonia untuk membentuk protein tubuhnya.

2
Tidak seluruh protein yang masuk dalam rumen didegradasi oleh mikroba.

Protein yang lolos dari degradasi dalam rumen bersama dengan protein mikroba

akan mengalir ke abomasum terus ke usus halus, dicerna oleh enzim yang

dihasilkan oleh usus dan pankreas dan diserap di usus halus.

Pool amonia dalam rumen tidak hanya disuplai oleh proses degradasi

protein pakan saja. Hampir 30 % nitrogen dalam pakan ternak ruminansia juga

terdapat dalam bentuk senyawa organik sederhana seperti asam amino, amida, dan

amina atau senyawa anorganik seperti nitrat, dan pada penggunaan pakan yang

bermutu rendah, urea sering ditambahkan. Semua senyawa tersebut di atas disebut

juga dengan Non Protein Nitrogen (NPN) yang dalam rumen akan mengalami

degradasi dengan cepat menghasilkan amonia. Amonia yang terbentuk bersama

dengan asam organik alfa keto akan membentuk asam amino baru untuk sintesis

protein mikroba.

Degradasi protein dalam rumen merupakan multi proses yang meliputi

tingkat kelarutan, hidrolisis enzim ekstra selluler, deaminasi, dan lamanya pakan

dalam rumen. Jenis pakan juga mempengaruhi degradasi protein dalam rumen.

Pakan yang terdiri dari rumput segar yang tinggi akan protein dan karbohidrat

mudah larut, meningkatkan pertumbuhan mikroba proteolitik sehingga aktivitas

degradasi dalam rumen 9 kali lebih besar dibandingkan pakan yang rendah

proteinnya seperti hay.

Proses degradasi protein dan deaminasi asam amino dalam rumen akan terus

berlangsung walaupun telah terjadi akumulasi amonia yang cukup tinggi. Untuk

memperkecil degradasi protein pakan dalam rumen dapat dilakukan dengan cara:

1) penambahan bahan kimia (formaldehyd, asam tannin), 2) pemasakan (protein

3
menggumpal sehingga kelarutannya turun, 3) pembuatan pellet (meningkatkan

rate of passage).

Sumber protein bagi ternak ruminansia berasal dari protein pakan yang lolos

dari degradasi dalam rumen dan dari protein mikroba. Untuk itu usaha memacu

produksi ternak melalui perbaikan nutrisi protein dapat dilakukan dengan cara

meningkatkan pemberian protein pakan yang tahan degradasi dalam rumen dan

memaksimalkan sintesis protein mikroba, sehingga pasokan asam-asam amino

untuk diserap di usus halus menjadi lebih banyak.

2.4 Recycling Amonia

Sumber nitrogen pada ternak ruminansia berasal dari non protein nitrogen

dan protein pakan. Non protein nitrogen dalam rumen akan digunakan untuk

sintesis protein mikroba, sedangkan protein pakan akan didegradasi oleh enzim

proteolitik yang diproduksi oleh mikroba rumen menjadi peptida dan asam amino

(Sutardi, 1979). Sebagian asam amino akan didegradasi lebih lanjut menjadi asam

organik, amonia dan karbondioksida (Kamal, 1994). Sintesis protein mikroba

sangat bergantung pada kecukupan sumber energi berupa Adenosin Triposfat

(ATP) hasil degradasi bahan organik serta kecukupan sumber nitrogen hasil

degradasi NPN dan protein pakan dalam rumen (Karsli dan Russell, 2002).

Ketersediaan nitrogen yang tidak sejalan dengan ketersediaan sumber energi

dan kerangka karbon untuk sintesis mikroba akan menyebabkan tingginya

konsentrasi amonia di dalam rumen. Pada kondisi normal, kelebihan amonia akan

diabsorbsi oleh dinding rumen, masuk ke pembuluh darah dan dibawa ke hati

untuk diubah menjadi urea dan dibuang melalui urin. Namun dalam kondisi kadar

amonia tinggi, kadar amonia yang dibawa ke hati juga menjadi tinggi,

mengakibatkan kadar amonia dalam pembuluh darah perifer menjadi naik

4
sehingga terjadi keracunan (Kamal, 1994; Anggraeny dkk., 2015). Peningkatan

efisiensi sintesis protein mikroba dapat dilakukan dengan sinkronisasi waktu

ketersediaan sumber nitrogen dan karbon dengan aktivitas mikroba rumen,

sehingga laju degradasi serat kasar di rumen menjadi lebih cepat dan konsumsi

pakan meningkat Widyobroto dkk., 2007). Proses metabolisme nitrogen pada

ruminansia disajikan pada Ilustrasi 1.

Ilustrasi 1.

Metabolisme Nitrogen pada Ruminansia (McDonald dkk., 2002)

Amonia adalah hasil akhir degradasi protein oleh mikroba rumen. Amonia

merupakan sumber N utama bagi mikroba untuk sintesis protein mikroba rumen.

Sumbangan N bagi ternak ruminansia sangat penting mengingat bahwa prekusor

protein mikroba adalah amonia dan senyawa sumber karbon, semakin tinggi kadar

5
NH3 di dalam rumen maka kemungkinan semakin banyak protein mikroba yang

terbentuk sebagai sumber protein tubuh (Arora, 1995). Konsentrasi amonia yang

tinggi di dalam rumen menunjukkan proses degradasi protein pakan lebih cepat

daripada proses pembentukan protein mikroba sehingga terjadi akumulasi NH3

(McDonald dkk., 2002). Sebagian besar protein yang masuk ke dalam rumen akan

didegradasi menjadi amonia oleh enzim proteolitik yang dihasilkan oleh mikroba

rumen (Orskov, 1992). Mikroba rumen tidak dapat memanfaatkan asam amino

secara langsung. Hal ini dikarenakan mikroba rumen tidak mempunyai sistem

transpor untuk asam amino di dalam tubuhnya, sehingga mikroba rumen terlebih

dahulu merombak asam amino menjadi amonia (NH3 melalui proses deaminasi

(Church dan Pond, 1988). Konsentrasi NH3) dan asam a-keto dalam cairan rumen

yang dapat menunjang pertumbuhan mikroba rumen secara optimal berkisar

antara 3,27 - 7,14 mM, dengan puncak sintesis mikroba pada konsentrasi 3,27 dan

akan berpengaruh buruk terhadap penampilan produksi dan efisiensi penggunaan

N pada konsentrasi lebih dari 7,14 mM (Sutardi dkk., 1983). Produksi amonia di

dalam rumen dipengaruhi oleh kelarutan bahan pakan, jumlah protein ransum,

sumber nitrogen ransum, pH rumen dan waktu setelah pemberian pakan (produksi

maksimum dicapai pada 2-4 jam setelah pemberian pakan) (Wohlt dkk., 1976).

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi protein atau NPN dalam

rumen

Faktor yang sangat berpengaruh terhadap degradasi protein adalah tipe

protein, interaksi dengan nutrien lainnya (terutama dengan karbohidrat), dan

populasi mikroba (Bach dkk. 2005).

1. Tipe Protein

6
Kelompok yang dengan cepat larut di dalam rumen dan dapat tersedia

langsung bagi mikroba terutama adalah senyawa N bukan protein yaitu

nitrat, amonia, amina, asam amino dan asam nukleat.

2. Interaksi dengan nutrien lainnya (terutama dengan karbohidrat)

Laju degradasi karbohidrat dan protein pakan di dalam rumen dapat

memberikan pengaruh yang besar terhadap produk akhir fermentasi dan

performan ternak (Russel dkk., 1992). Konsekuensi yang diakibatkan oleh

perbedaan laju degradasi tersebut bervariasi, dan tergantung kepada tingkat

sinkronisasi dan komparatif degradasi protein dan rumen. Apabila substansi

N terdegradasi lebih cepat dibandingkan dengan sumber energi

(karbohidrat), maka amonia hasil degradasi senyawa N akan ditransfer ke

organ hati, dan selanjutnya didaur ulang ke saluran pencernaan (sebagian

kecil) dan sebagian besar hilang bersama sekresi urin. Protein N yang hilang

dengan cara ini dapat mencapai 25% dari protein pakan (Nolan, 1975).

Sebaliknya, apabila jumlah energi tersedia melampaui ketersediaan N,maka

pertumbuhan mikroba dan efisiensi fermentasi rumen menurun. Hal ini

antara lain diakibatkan oleh terjadinya fermentasi yang tidak

padu(uncoupling)yaitu energi (ATP) digunakan bukan untuk sintesis

protein, melainkan untuk akumulasi karbohidrat set mikroba. Jika degradasi

pakan sangat lambat, konsumsi akan tertekan, dan jika laju degradasi pakan

lambat, maka sejumlah nutrien dapat menghindari fermentasi dalam rumen.

3. Populasi Mikroba

Dalam berbagai situasi pakan, asam amino yang tersedia bagi produksi

ternak sebagian besar berasal dari protein mikroba rumen. Diperkirakan

kontribusi protein mikroba ini mencapai 60-70 persen dari total asam

7
amino/protein yang diserap oleh ternak (Russel dkk., 1992; Sauvant dkk.,

1995). Kontribusi protein mikroba bahkan dapat mencapai 100 persen pada

ternak dengan pakan berbasis hijauan atau limbah pertanian (Given dkk.,

2000).

Kandungan N bakteri dan protozoa rumen berturut-turut adalah 78%

dan 64% (Orskov, 1982). Komposisi asam amino protein mikroba rumen

relatif konstan dan tidak dipengaruhi oleh jenis pakan. Oleh karena itu,

transformasi protein pakan yang memiliki nilai biologis lebih rendah

menjadi protein mikroba dapat meningkatkan produksi ternak. Namun,

protein mikroba pada dasarnya bukanlah merupakan protein yang ideal bagi

kebutuhan ternak. Kualitas protein mikroba tergolong tinggi dengan nilai

biologis berkisar antara 66-87% (Owen dan Bergen, 1983).

2.6 Pemanfaatan Produk Hasil Akhir Pencernaan Protein oleh Mikroba

dan atau Inangnya

Pencernaan fermentatif protein terjadi pada 2 pool pencernaan, yaitu :

retikulo-rumen dan saluran pencernaan pasca rumen dimana hasil sintesis protein

mikroba dapat dimanfaatkan atau dicerna di usus halus dan yang tidak dapat

dicerna akan diekskresikan melalui feses bersama-sama dengan hasil fermentasi

pada saluran pasca rumen. Bahwa pencernaan protein yang lolos dari proses

degradasi mikroba rumen akan menghasilkan asam amino dan peptida rantai

pendek kemudian diabsorbsi oleh vili-vili usus halus masuk ke vena portal dan

masuk pada bagian pool asam amino dalam hati Anonim ( 2010).

Metabolisme nitrogen (protein) pada ruminansia banyak melibatkan peran

mikroorganisme rumen. Protein yang dikonsumsi sebagian akan diubah menjadi

protein mikroba dan sebagian lagi lolos ke organ pasca rumen. Protein tidak tahan

8
degradasi rumen akan didegradasi menjadi peptida-peptida, asam-asam amino,

amonia (NH3) dan akhirnya menjadi protein mikroba. Khoerunnisa (2006).

 Berikut mekanisme atau proses pencernaa protein pada ruminansia sesuai


urutan berikut :

1. Ketika pakan memasuki rumen, pencernaan protein akan terjadi. Perlu diingat

bahwa ada dua sumber yaitu Protein Murni dan NPN. NPN juga didapat dari

saliva (air liur) hewan ruminansia.

2. Protein murni yang dapat terdegradasi oleh mikrobia rumen (degradable

protein / Rumen Degradable feed Protein/ RDP). RDP diurai manjadi asam

amino oleh ezim peptidase mikrobia. Asam amino digunakan oleh mikrobia

untuk membentuk badannya atau protein jasad renik. Selain itu dideaminasi

juga untuk membentuk asam organik,amonia, dan CO2 kemudian :

 Amonia tadi bergabung dengan senyawa NPN lainnya dikombinasi

dengan asam organik alfa keto menjadi asam amino baru, untuk

membentuk badan mikrobia lagi.

 Amonia karena beracun diabsorbsi oleh dinding rumen dan dibawa ke

hati untuk dinetralisir menjadi urea. Urea hasil tadi dibawa ke ginjal

untuk dikeluarkan bersama urin. Namun sebagian lainnya dibawa darah

kedalam kelenjar saliva ruminansia, sehingga saliva ruminansia

mengandung NPN yang selanjutnya menjadi sumber NPN kembali.

 Dalam distribusi tadi, urea juga sebagian menembus dinding rumen dan

masuk kedalam rumen. Urea tadi dirubah oleh mikrobia menggunakan

urease menjadi CO2 dan amonia (yang dapat digunakan kembali pada

proses di atas).

9
Protein murni yang tidak terdegradasi oleh mikrobia rumen (undegradable

protein/ Rumen Undegradable feed Protein/ RUP). Protein ini kan bertahan

didalam rumen hingga melewati rumen yang selanjutnya masuk kedalam saluran

pencernaan belakang. Baru dalam saluran ini, RUP dapat dicerna saluran

pencernaan. Sehingga disimpulkan bahwa, protein ruminansia diperoleh dan

masuk kedalam abomasum yaitu :

 Rumen Undegradabke Feed Protein (RUP)

 Protein microbial (protein sel tunggal) yang dihasilkan : asam amino dari

hasil Rumen Degradable Feed Protein, Senyawa NPN pakan, saliva yang

mengandung NPN.

Namun perlu diperhatikan bahwa untuk mensintesa NPN, mikroba

membutuhkan asam organik banyak. Asam organik didapat dari pati makanan.

Sehingga dalam ransum untuk kualitas baik, selain NPN tinggi juga karbohidrat

harus tinggi untuk menyeimbangkan sintesa tersebut.

10
III

KESIMPULAN

1. Protein digunakan untuk produksi sel serta jaringan pada tubuh hewan. Pada
tingkat jaringan, protein disintesis menggunakan asam amino sebagai bahan
baku utamanya, dan asam amino tersebut diperoleh melalui penyerapan asam
amino di dalam usus halus.
2. Protein yang dikonsumsi oleh ternak terdiri atas Protein sederhana, Protein
gabungan, dan Protein asal.
3. Protein akan mengalami 2 proses penting Ketika didalam rumen yaitu
Hidrolisis ikatan peptida menghasilkan peptida dan asam amino dan
Deaminasi asam amino.
4. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia berasal dari non protein nitrogen dan
protein pakan, Ketersediaan nitrogen yang tidak sejalan dengan ketersediaan
sumber energi dan kerangka karbon untuk sintesis mikroba akan
menyebabkan tingginya konsentrasi amonia di dalam rumen
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi protein atau NPN dalam rumen
dipengaruhi oleh Tipe protein, Interaksi dengan nutrient lainnnya, dan
Populasi Mikroba.
6. Terdapat 2 penceraan fermentatif protein pada poll pencernaan yaitu retikulo-
rumen dan saluran pencernaan pasca rumen.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Proses Pencernaan pada Ruminansia.


http://usupress.usu.ac.id/files/Pengantar%20Ruminologi%20%20Final_bab
%201.pdf. Diakses pada tanggal 20 april 2020.

Bach A, Calsamiglia S, Stern MD. 2005. Nitrogen metabolism in the rumen. J


Dairy Sci. 88:E9-E21.

Damry. 2008. Landasan Biologis Upaya Pemenuhan Kebutuhan Protein Ternak


Ruminansia. Prosiding Seminar Nasional Sapi Potong, 226-227.

GIVENS, D.I., E. OWEN and A.T. ADESOGAN. 2000. Current procedures,


future requirements and the need for standardization. In: Forage
Evaluation in Ruminant Nutrition. D.I. GIVENS, E.OWEN, R.F.E.
AXFORD and H.M. OMED (Eds.). CABI Publishing. pp. 449-474.

Khoerunnisa. 2006. Studi Komparatif Metabolisme Nitrogen Antara Domba Dan


Kambing Lokal. Skripsi IPB : 1-52

Mangan, J. L. 1982. The nitrogenous constituents of fresh forages. British Society


of Animal Production, 227-230.

Mansyur, Endjang. 2011. Nutrisi dan Makanan Ternak Modul 1: Pengertian Ilmu
Makanan Ternak dan Zat Pakan Ternak. Universitas Terbuka.

NOLAN, J.V. 1975. Quantitative models of nitrogen metabolism. In: Digestion


and Metabolism in the Ruminant. MACDONALD, I.W. -and A.C.I.
WARNER (Eds.). Univ. of New England Publishing Unit, Armidale,
Australia. pp. 416-431.

NRC, N. R. 1985. Ruminant Nitrogen Usage. National Academy of Science.

ORSKOV, E.R. 1982. Protein Nutrition in Ruminants. Academic Press.

OWENS, F.N. and W.G. BERGEN. 1983. Nitrogen metabolism of ruminant


animals: historical perspective, current understanding and future
implications . J. Anim. Sci. Suppl. 57: 498-518.

Pertanian, B. L. 2012. Teknologi Pakan Protein Rendah untuk Sapi Potong. Sinar


Tani, 11-12.

RUSSEL, J.B.,J.D. O'CONNORS, D.G. Fox, P.J. VAN SOEST and C.J.
SNIFFEN. 1992. A net carbohydrate and protein system for evaluating
cattle diets : l. Ruminal fermentation. J. Anim. Sci. 70: 3551-3561.

15
SAUVANT, D., J. DIJKTRA and D. MERTENS. 1995. Optimisation of ruminal
digestion: a modeling approach. In: Recent Developments in the Nutrition
of Herbivores. M. JOURNET, E.GRENET, M.H. FRANCE, M. THERIEZ
and C. DERMAQUILLY (Eds.). INRA Editions, Paris, pp. 161-166.

16
LAMPIRAN

Lampiran 1. Distribusi Tugas


Nama NPM Tugas
Bab 2.3 dan 2.5, Cover,
Dhiyaa Apriliani 200110700012 Kata Pengantar, Daftar
Isi
Muhamad Ibnu Afrian 200110170194 Bab 2.4, PPT
Bab 2.1, Daftar Pustaka,
Daftar Tabel, Daftar
Mira Khaerunnisa N 200110170200 Gambar, Daftar
Lampiran, Lampiran,
Editing
Guntur Ibnu Dyatmiko 200110170209 Bab 2.6, Kesimpulan
Faradina Serida Putri 200110170263 Bab 1, Bab 2.2
Tabel 1. Distribusi Tugas

17

Anda mungkin juga menyukai