Oleh :
Kelas: B
Kelompok: 6
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
ucapan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan
tugas makalah.
karena itu saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan
Tim penyusun
i
DAFTAR ISI
Bab Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................ ii
DAFTAR ILUSTRASI................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................ v
I PENDAHULUAN
II PEMBAHASAN
III KESIMPULAN............................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 15
LAMPIRAN.................................................................................... 17
ii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Distribusi Tugas 17
iii
DAFTAR ILUSTRASI
Nomor Halaman
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Distribusi Tugas 17
v
I
PENDAHULUAN
Protein merupakan bahan pembentuk makhluk hidup, katalisator organik atau yang
biasa disebut dengan enzim dan bagian penting dari nucleoprotein. Protein adalah sumber-
sumber asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh
lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk
jaringan-jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh dan mempertahankan jaringan yang
telah ada.
Di dalam setiap sel yang hidup protein merupakan bagian yang sangat penting, pada
sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar setelah air. Kekurangan
protein dalam waktu lama dapat mengganggu proses dalam tubuh dan menurunkan daya
tahan tubuh terhadap penyakit. Bila protein dihidrolisa dengan asam, alkali, atau enzim akan
dihasilkan campuran asam amino. Protein yang diserap oleh usus halus dalam bentuk asam
amino.
Sejak 20 tahun lalu, kebutuhan protein pakan untuk ternak ruminansia diekspresikan
dalam bentuk Crude Protein (CP). Protein Kasar (CP) adalah semua ikatan yang
mengandung N. Termasuk didalamnya adalah: Protein sesungguhnya (true protein) dan zat-
zat makanan yang mengandung N tetapi bukan protein (NPN) seperti amida-amida, alkaloid,
Nitrogen merupakan bagian yang sangat penting dari protein. Rata-rata protein
sebenarnya lebih tepat jika dikatakan dengan metabolisme nitrogen. Amonia adalah sumber
nitrogen yang utama dan sangat penting untuk sintesis protein mikroorganisme rumen.
(2) Apa saja jenis protein dan fungsinya bagi ternak ruminansia.
6
(3) Bagaimana proses degradasi protein atau NPN dalam rumen.
(5) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi protein atau NPN dalam rumen.
(6) Bagaimana pemanfaatan produk hasil akhir pencernaan protein oleh mikroba dan atau
inangnya.
(5) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi protein atau NPN dalam
rumen.
(6) Mengetahui pemanfaatan produk hasil akhir pencernaan protein oleh mikroba dan
atau inangnya.
7
II
PEMBAHASAN
Protein adalah senyawa organik yang berada dalam tubuh makhluk hidup yang
menyuplai nutrisi paling tinggi konsentrasinya di dalam jaringan daging ternak (Damry,
2008). Protein digunakan untuk produksi sel serta jaringan pada tubuh hewan. Pada tingkat
jaringan, protein disintesis menggunakan asam amino sebagai bahan baku utamanya, dan
asam amino tersebut diperoleh melalui penyerapan asam amino di dalam usus halus
(Mangan, 1982). Sistem enzim jaringan tubuh ternak tidak mampu menggunakan nitrogen
anorganik (seperti amonia-N) untuk menyediakan saluran pencernaannya, seperti pada hewan
monogastrik sehingga asam amino hanya diperoleh dari pakan. Berbeda dengan ternak
ruminansia yang masih bisa mendapatkan asam amino di usus halus, meskipun pakan yang
Tujuan utama pemberian pakan kepada ternak adalah memaksimalkan jumlah asam
amino yang tersedia di usus halus untuk diserap masuk ke dalam tubuh ternak. Asam amino
ini akan mensintesis protein dalam tubuh ternak. Ternak ruminansia membutuhkan asam
amino dalam jumlah yang bervariasi tergantung pada kelas ternaknya, tetapi kebutuhan asam
amino tertinggi dibutuhkan pada awal pertumbuhan seperti pada pedet sapi potong yang
disapih dini. Sekitar tiga bulan terakhir kebuntingan terjadi perkembangan kritis pada janin
dalam kandungan, dan saat laktasi ketika induk harus memproduksi air susu untuk kebutuhan
anaknya. Secara umum, ternak ruminansia memperoleh asam amino yang dibutuhkan hanya
dari tiga sumber, yaitu protein mikroba di dalam rumen, protein pakan yang lolos fermentasi
di dalam rumen, dan protein endogen dari pengelupasan dinding saluran pencernaan, namun
pada dinding pencernaan tidak terlalu diperhitungkan. Sumber protein ini yang masuk ke
dalam usus untuk dicerna oleh enzim proteolitik ternak di usus halus untuk menghasilkan
asam-asam amino yang kemudian diangkut melewati dinding usus halus, masuk ke dalam
tubuh digunakan untuk pembentukan protein pada jaringan atau air susu.
8
Kelebihan ternak ruminansia ialah mampu menghasilkan protein sendiri dari hijauan
pakan ternak, dengan memanfaatkan mikroba di dalam rumen ternak sapi Anda. Namun
dalam beberapa upaya untuk pembentukan protein seperti program penggemukan maka Anda
tetap memerlukan tambahan sumber protein dari pakan untuk mendorong pertumbahan bobot
badan. Adapun sumber protein di sekitar Anda yang bisa di berikan pada ternak ruminansia
atau ternak sapi Anda ialah: tepung daging, tepung darah, tepung hati, tepung ikan, bungkil
jagung, bungkil sawit, ataupun bisa memberikan pakan komersial polard dan konsentrat
(Pertanian, 2012).
Protein kasar adalah semua zat makanan yang mengandung unsur N yang terkandung di
dalam bahan makanan baik yang berwujud protein maupun bukan protein. Protein murni
adalah zat-zat makanan yang mengandung unsur N yang tersusun atas asam-asam amino.
Semua protein tanaman dan hewan terdiri dari beberapa asam amino yang merupakan satuan
penyusun protein tubuh, ada ratusan asam amino dalam tumbuh-tumbuhan, tetapi hanya 20
macam asam amino yang membentuk protein hewani. Dengan alasan inilah maka kebutuhan
tubuh adalah asam amino dan bukan protein. Bila asam amino yang termakan berlebihan,
maka kelebihannya akan dideaminasi dan sisa non nitrogennya dapat dijadikan cadangan
energi. Grup animo yang ada dibentuk oleh hati menjadi urea (NH2-CO-NH2) yang
1. Protein sederhana
Yaitu protein yang apabila dihidrolisis menghasilkan hanya asam amino dan derivate-
2. Protein gabungan
a. Nukleo protein
Gabungan dari satu atau lebih molekul protein dengan asam nukleat (terdapat di
9
b. Gliko protein
Gabungan dari molekul protein dengan zat yang mengandung gugusan karbohidrat
c. Fosfo protein
Gabungan molekul protein dengan zat yang mengandung fosfor selain asam
d. Haemoglobin
Gabungan dari molekul protein dengan hematin atau zat-zat yang sejenis.
e. Lesito protein
3. Protein asal
Yaitu protein yang berasal dari protein yang bermolekul tinggi yang mengalami
Protein serabut (fibrous protein) yaitu protein yang berbentuk serabut atau
lempengan, terutama disusun oleh polipeptida primer dan sekunder. Contoh protein
serabut adalah kolagen yang terdapat pada tulang rawan. Kolagen merupakan protein
utama jaringan ikat. Kolagen tidak larut dalam air, mudah berubah menjadi gelatin
bila direbus dalam air, asam encer atau alkali. Kolagen tidak mengandung triptofan
10
total manusia adalah kolagen. Miosin pada otot, keratin pada rambut, dan fibrin pada
gumpalan darah. Elastin terdapat dalam urat, otot, arteri (pembuluh darah) dan
jaringan elastis lain. Elastin tidak dapat diubah menjadi gelatin (Budianto, 2009).
Protein bulat (globular protein) yaitu protein yang berbentuk bulat atau
lonjong, perbandingan panjang dengan tebal kurang dari 10, tersusun oleh polipeptida
struktur tersier dan kuartener. Contoh protein globular adalah albumin terdapat dalam
telur, susu, plasma dan hemoglobin; globulin terdapat pada otot, serum, kuning telur;
(Budianto, 2009).
3. Protein konjugasi
non asam amino. Yang termasuk dalam protein globular adalah (Nukleoprotein,
terdapat dalam inti sel dan merupakan bagian penting DNA dan RNA (pembawa gen).
Lipoprotein adalah protein larut air yang berkonjugasi dengan lipida seperti lesitin
dan kolesterol. Lipoprotein terdapat dalam plasma dan berfungsi sebagai pengangkut
lipida dalam tubuh. Fosfoprotein adalah protein yang terikat melalui ikatan ester
dengan asam fosfat seperti pada kasein dalam susu. Metaloprotein adalah protein yang
terikat dengan mineral, seperti feritin dan hemosiderin dimana mineralnya adalah zat
1) Albumin : larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas. Contohnya adalah
ovalbamin (dalam telur), seralbumin (dalam serum), laktalbumin (dalam
susu).
11
2) Skleroprotein : tidak larut dalam pelarut encer, baik larutan garam, asam,
basa, dan alkohol. Contohnya kolagen (pada tulang rawan), miosin (pada
otot), keratin (pada rambut).
3) Globulin: tidak larut dalam air, terkoagulasi oleh panas. Larut dalam larutan
garam encer, dan dapat mengendap dalam larutan garam konsentrasi tinggi
4) Glutelin : tidak larut dalam pelarut netral, tetapi larut dalam asam atau basa
5) Prolamin (gliadin) : larut dalam alkohol 70-80% dan tidak larut dalam air
maupun alkohol absolut. Contohnya adalah prolamin (dalam gandum),
gliadin (dalam jagung), zein (dalam jagung).
7) Histon : larut dalam air dan tidak larut dalam amonia encer, dapat
mengendap dalam pelarut protein lainnya, dan apabila terkoagulasi oleh
12
7
panas dapat larut kembali dalam asam encer. Contohnya adalah globin
(dalam hemoglobin).
4) Protein otot, protein yang mengontrol gerak oleh otot, misalnya miosin
dalam otot, dinein dalam rambut.
13
5) Protein pertahanan tubuh, protein ini dikenal dengan imunoglobulin (Ig),
dimana merupakan suatu protein khusus yang dapat mengenal, mengikat,
dan menghancurkan benda-benda asing yang masuk dalam tubuh seperti
14
8
virus, bakteri, dan sel asing, misalnya berbagai antibodi, fibrinogen (dalam
proses pembentukan darah).
7) Protein Racun, protein yang bersifat racun, misalnya risin dalam beberapa
jenis beras, racun ular.
1) Struktur primer
Struktur primer adalah struktur dasar dari protein. Susunan linier asam
amino dalam protein yang merupakan suatu rangkaian unik dari asam amino yang
menentukan sifat dasar dari berbagai protein, dan secara umum menentukan
bentuk struktur sekunder dan tersier (Martoharsono, 1998).
2) Struktur sekunder
15
3) Struktur tersier
Struktur tersier adalah susunan dari struktur sekunder yang satu dengan
struktur sekunder yang lain. Biasanya bentuk-bentuk sekunder ini dihubungkan
oleh ikatan hidrogen, ikatan garam, ikatan hidrofobik, dan ikatan disulfida. Ikatan
16
9
4) Struktur kuartener
rantai polipeptida, tetapi bila struktur ini melibatkan beberapa polipeptida dalam
membentuk suatu protein, maka disebut dengan struktur kuartener (Martoharsono,
1998).
F. Berdasarkan sumbernya
1) Protein hewani
Protein hewani adalah protein yang berasal dari hewan, dimana hewan yang
2) Protein nabati
jagung, kacang kedelai, kacang hijau, dan jenis kacang-kacangan lainnya yang
mengandung protein tinggi. Kacang kedelai merupakan sumber protein nabati
yang mempunyai mutu atau nilai biologi tertinggi dan sedangkan yang relatif
rendah mutunya dalam sumber protein adalah padi-padian dan hasilnya.
17
Fungsi–fungsi protein dan asam-asam nukleat Protein dan asam nukleat
8. Sumber hormon.
kompleks.
1) Hidrolisis
1
Dalam rumen protein pakan akan mengalami hidrolisa menjadi oligopeptida
selanjutnya akan diubah menghasilkan peptida dan asam amino yang bisa
peptida dan asam amino yang terbentuk dalam rumen, digunakan oleh mikroba,
Pemberian ransum yang berkualitas tinggi pada sapi perah, 30% dari NAN
(non amonia nitrogen) yang masuk ke usus halus adalah dalam bentuk peptida dan
asam amino. Namun Sebagian besar dari peptida dan asam amino akan
2) Deaminasi
menghasilkan produk utama NH3. produk samping dari deaminasi asam amino
adalan VFA rantai cabang (iso valerat, iso butirat dan n metilbutirat), yang sangat
deaminasi asam amino menjadi ammonia lebih cepat dari proteolisis, sehingga
kadar asam amino bebas dalam rumen selalu sedikit. Amonia yang dihasilkan dari
deaminasi asam amino akan digunakan oleh mikroba sebagai sumber nitrogen
2
Tidak seluruh protein yang masuk dalam rumen didegradasi oleh mikroba.
Protein yang lolos dari degradasi dalam rumen bersama dengan protein mikroba
akan mengalir ke abomasum terus ke usus halus, dicerna oleh enzim yang
Pool amonia dalam rumen tidak hanya disuplai oleh proses degradasi
protein pakan saja. Hampir 30 % nitrogen dalam pakan ternak ruminansia juga
terdapat dalam bentuk senyawa organik sederhana seperti asam amino, amida, dan
amina atau senyawa anorganik seperti nitrat, dan pada penggunaan pakan yang
bermutu rendah, urea sering ditambahkan. Semua senyawa tersebut di atas disebut
juga dengan Non Protein Nitrogen (NPN) yang dalam rumen akan mengalami
dengan asam organik alfa keto akan membentuk asam amino baru untuk sintesis
protein mikroba.
tingkat kelarutan, hidrolisis enzim ekstra selluler, deaminasi, dan lamanya pakan
dalam rumen. Jenis pakan juga mempengaruhi degradasi protein dalam rumen.
Pakan yang terdiri dari rumput segar yang tinggi akan protein dan karbohidrat
degradasi dalam rumen 9 kali lebih besar dibandingkan pakan yang rendah
Proses degradasi protein dan deaminasi asam amino dalam rumen akan terus
berlangsung walaupun telah terjadi akumulasi amonia yang cukup tinggi. Untuk
memperkecil degradasi protein pakan dalam rumen dapat dilakukan dengan cara:
3
menggumpal sehingga kelarutannya turun, 3) pembuatan pellet (meningkatkan
rate of passage).
Sumber protein bagi ternak ruminansia berasal dari protein pakan yang lolos
dari degradasi dalam rumen dan dari protein mikroba. Untuk itu usaha memacu
produksi ternak melalui perbaikan nutrisi protein dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan pemberian protein pakan yang tahan degradasi dalam rumen dan
Sumber nitrogen pada ternak ruminansia berasal dari non protein nitrogen
dan protein pakan. Non protein nitrogen dalam rumen akan digunakan untuk
sintesis protein mikroba, sedangkan protein pakan akan didegradasi oleh enzim
proteolitik yang diproduksi oleh mikroba rumen menjadi peptida dan asam amino
(Sutardi, 1979). Sebagian asam amino akan didegradasi lebih lanjut menjadi asam
(ATP) hasil degradasi bahan organik serta kecukupan sumber nitrogen hasil
degradasi NPN dan protein pakan dalam rumen (Karsli dan Russell, 2002).
konsentrasi amonia di dalam rumen. Pada kondisi normal, kelebihan amonia akan
diabsorbsi oleh dinding rumen, masuk ke pembuluh darah dan dibawa ke hati
untuk diubah menjadi urea dan dibuang melalui urin. Namun dalam kondisi kadar
amonia tinggi, kadar amonia yang dibawa ke hati juga menjadi tinggi,
4
sehingga terjadi keracunan (Kamal, 1994; Anggraeny dkk., 2015). Peningkatan
sehingga laju degradasi serat kasar di rumen menjadi lebih cepat dan konsumsi
Ilustrasi 1.
Amonia adalah hasil akhir degradasi protein oleh mikroba rumen. Amonia
merupakan sumber N utama bagi mikroba untuk sintesis protein mikroba rumen.
protein mikroba adalah amonia dan senyawa sumber karbon, semakin tinggi kadar
5
NH3 di dalam rumen maka kemungkinan semakin banyak protein mikroba yang
terbentuk sebagai sumber protein tubuh (Arora, 1995). Konsentrasi amonia yang
tinggi di dalam rumen menunjukkan proses degradasi protein pakan lebih cepat
(McDonald dkk., 2002). Sebagian besar protein yang masuk ke dalam rumen akan
didegradasi menjadi amonia oleh enzim proteolitik yang dihasilkan oleh mikroba
rumen (Orskov, 1992). Mikroba rumen tidak dapat memanfaatkan asam amino
secara langsung. Hal ini dikarenakan mikroba rumen tidak mempunyai sistem
transpor untuk asam amino di dalam tubuhnya, sehingga mikroba rumen terlebih
dahulu merombak asam amino menjadi amonia (NH3 melalui proses deaminasi
(Church dan Pond, 1988). Konsentrasi NH3) dan asam a-keto dalam cairan rumen
antara 3,27 - 7,14 mM, dengan puncak sintesis mikroba pada konsentrasi 3,27 dan
N pada konsentrasi lebih dari 7,14 mM (Sutardi dkk., 1983). Produksi amonia di
dalam rumen dipengaruhi oleh kelarutan bahan pakan, jumlah protein ransum,
sumber nitrogen ransum, pH rumen dan waktu setelah pemberian pakan (produksi
maksimum dicapai pada 2-4 jam setelah pemberian pakan) (Wohlt dkk., 1976).
rumen
1. Tipe Protein
6
Kelompok yang dengan cepat larut di dalam rumen dan dapat tersedia
kecil) dan sebagian besar hilang bersama sekresi urin. Protein N yang hilang
dengan cara ini dapat mencapai 25% dari protein pakan (Nolan, 1975).
pakan sangat lambat, konsumsi akan tertekan, dan jika laju degradasi pakan
3. Populasi Mikroba
Dalam berbagai situasi pakan, asam amino yang tersedia bagi produksi
kontribusi protein mikroba ini mencapai 60-70 persen dari total asam
7
amino/protein yang diserap oleh ternak (Russel dkk., 1992; Sauvant dkk.,
1995). Kontribusi protein mikroba bahkan dapat mencapai 100 persen pada
ternak dengan pakan berbasis hijauan atau limbah pertanian (Given dkk.,
2000).
dan 64% (Orskov, 1982). Komposisi asam amino protein mikroba rumen
relatif konstan dan tidak dipengaruhi oleh jenis pakan. Oleh karena itu,
protein mikroba pada dasarnya bukanlah merupakan protein yang ideal bagi
retikulo-rumen dan saluran pencernaan pasca rumen dimana hasil sintesis protein
mikroba dapat dimanfaatkan atau dicerna di usus halus dan yang tidak dapat
pada saluran pasca rumen. Bahwa pencernaan protein yang lolos dari proses
degradasi mikroba rumen akan menghasilkan asam amino dan peptida rantai
pendek kemudian diabsorbsi oleh vili-vili usus halus masuk ke vena portal dan
protein mikroba dan sebagian lagi lolos ke organ pasca rumen. Protein tidak tahan
8
degradasi rumen akan didegradasi menjadi peptida-peptida, asam-asam amino,
1. Ketika pakan memasuki rumen, pencernaan protein akan terjadi. Perlu diingat
bahwa ada dua sumber yaitu Protein Murni dan NPN. NPN juga didapat dari
protein / Rumen Degradable feed Protein/ RDP). RDP diurai manjadi asam
amino oleh ezim peptidase mikrobia. Asam amino digunakan oleh mikrobia
untuk membentuk badannya atau protein jasad renik. Selain itu dideaminasi
dengan asam organik alfa keto menjadi asam amino baru, untuk
hati untuk dinetralisir menjadi urea. Urea hasil tadi dibawa ke ginjal
Dalam distribusi tadi, urea juga sebagian menembus dinding rumen dan
urease menjadi CO2 dan amonia (yang dapat digunakan kembali pada
proses di atas).
9
Protein murni yang tidak terdegradasi oleh mikrobia rumen (undegradable
protein/ Rumen Undegradable feed Protein/ RUP). Protein ini kan bertahan
didalam rumen hingga melewati rumen yang selanjutnya masuk kedalam saluran
pencernaan belakang. Baru dalam saluran ini, RUP dapat dicerna saluran
Protein microbial (protein sel tunggal) yang dihasilkan : asam amino dari
hasil Rumen Degradable Feed Protein, Senyawa NPN pakan, saliva yang
mengandung NPN.
membutuhkan asam organik banyak. Asam organik didapat dari pati makanan.
Sehingga dalam ransum untuk kualitas baik, selain NPN tinggi juga karbohidrat
10
III
KESIMPULAN
1. Protein digunakan untuk produksi sel serta jaringan pada tubuh hewan. Pada
tingkat jaringan, protein disintesis menggunakan asam amino sebagai bahan
baku utamanya, dan asam amino tersebut diperoleh melalui penyerapan asam
amino di dalam usus halus.
2. Protein yang dikonsumsi oleh ternak terdiri atas Protein sederhana, Protein
gabungan, dan Protein asal.
3. Protein akan mengalami 2 proses penting Ketika didalam rumen yaitu
Hidrolisis ikatan peptida menghasilkan peptida dan asam amino dan
Deaminasi asam amino.
4. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia berasal dari non protein nitrogen dan
protein pakan, Ketersediaan nitrogen yang tidak sejalan dengan ketersediaan
sumber energi dan kerangka karbon untuk sintesis mikroba akan
menyebabkan tingginya konsentrasi amonia di dalam rumen
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi protein atau NPN dalam rumen
dipengaruhi oleh Tipe protein, Interaksi dengan nutrient lainnnya, dan
Populasi Mikroba.
6. Terdapat 2 penceraan fermentatif protein pada poll pencernaan yaitu retikulo-
rumen dan saluran pencernaan pasca rumen.
11
DAFTAR PUSTAKA
Mansyur, Endjang. 2011. Nutrisi dan Makanan Ternak Modul 1: Pengertian Ilmu
Makanan Ternak dan Zat Pakan Ternak. Universitas Terbuka.
RUSSEL, J.B.,J.D. O'CONNORS, D.G. Fox, P.J. VAN SOEST and C.J.
SNIFFEN. 1992. A net carbohydrate and protein system for evaluating
cattle diets : l. Ruminal fermentation. J. Anim. Sci. 70: 3551-3561.
15
SAUVANT, D., J. DIJKTRA and D. MERTENS. 1995. Optimisation of ruminal
digestion: a modeling approach. In: Recent Developments in the Nutrition
of Herbivores. M. JOURNET, E.GRENET, M.H. FRANCE, M. THERIEZ
and C. DERMAQUILLY (Eds.). INRA Editions, Paris, pp. 161-166.
16
LAMPIRAN
17