Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRATIKUM TATANIAGA

(ANALISIS USAHA TERNAK SAPI PTONGO DI KECAMATAN FATUELU-


KABUPATEN KUPANG)

OLEH KELOMPOK 1

1.Agustaf Umbu H.Mbaradita


2.Dewi Susanti Lende
3.Alesandro Lomi
4.Maria Goreti Dahor

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan
petunjuk-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan praktikum yang berjudul “ANALISIS
USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN FATUELU-KABUPATEN KUPANG”
tepat pada waktu yang telah ditentukan. laporan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
TATANIAGA. Penulis menyadari bahwa hasil ini masih banyak terdapat kekurangan,
dikarenakan terbatasnya referensi, serta pengetahuan yang dimiliki sehingga penulis sangat
mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun guna Penyempurnaan laporan ini ke
arah yang lebih baik dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata
penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Kupang, Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................................ⅰ
KATA PENGANTAR..................................................................................................................ⅱ
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ⅲ
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1.Latar Belakang............................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3.Tujuan Penulisan.........................................................................................................2

BAB Ⅱ TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................3


BAB Ⅲ LANDASAN TEORI......................................................................................................4
BAB Ⅳ PEMBAHASAN.............................................................................................................6
BAB Ⅴ PENUTUP........................................................................................................................14
5.1.Kesimpulan.............................................................................................................................14
5.2.Saran........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sub-Sektor peternakan di Indonesia terus berkembang sehingga memiiki prospek yang
baik. Perkembangan ini didukung dengan semakin meningkatnya jumah penduduk dan taraf
hidup masyarakat, sehingga menimbulkan kesadaran pentingnya mengkonsumsi protein
hewani. Hal ini menyebabkan perlunya peningkatan ketersediaan bahan makanan dari
hewani. Pemenuhan kebutuhan ini dapat diproduksi dari sapi potong.
Pemasaran merupakan proses lanjutan dari proses produksi sehingga pemasaran
mempunyai peranan penting bagi usaha peternakan. Pemasaran diperlukan untuk
menyampaikan produk peternakan ke konsumen. Dalam setiap saluran pemasaran sapi
potong akan melibatkan berbagai lembaga pemasaran. Saluran pemasaran sapi potong yang
ditempuh oleh peternak yaitu : 1) Peternak yang langsung menjual ternaknya kepada
konsumen akhir. 2) peternak menjual melalui lembaga pemasaran seperti : pedagang
pengumpul, pengecer, pedagang besar, pedagang antar pulau atau bahkan kepada pengusaha
pemotong seperti penjual daging kiloan.
Seiring dengan perkembangan ternak sapi potong dan meningkatnya permintaan akan
daging sapi, maka sangat diperlukan usaha pemasaran sapi potong untuk menjamin
ketersediaan daging sapi yang mencukupi kebutuhan konsumen. Kebutuhan akan konsumsi
daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan akan kebutuhan selalu
negatif, artinya jumlah permintaan lebih tinggi dari pada peningkatan daging sapi sebagai
konsumsi dimana sapi potong sebagai salah satu usaha perlu terus dikembangkan, terutama
usaha peternakan sapi potong yang bersifat usaha keluarga.
Sapi potong merupakan penyumbang daging terbesar dari kelompok ruminansia terhadap
produksi daging nasional sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai
usaha yang menguntungkan. Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di
Indonesia. Namun, produksi daging sapi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan
karena populasi dan tingkat produktivitas ternak rendah.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan data dari tabel 2, rumusan masalahnya adalah:
1. Hitunglah rata-rata harga jual dan rata-rata biaya tataniaga pada setiap tingkat lembaga
tataniaga.
2. Hitunglah simpangan Baku (SB) dan Koefisien Variasi (KV) setiap harga jual dan biaya
tataniaga pada setiap tingkat lembaga tataniaga.
3. Berdasarkan hasil-hasil perhitungan rata-rata, SB, dan KV tersebut di atas, berikanlah
analisis anda dari sudut harga (fungsi pertukaran) dan biaya tataniaga (fungsi
pembiayaan). Kaitakan analisis anda dengan fungsi-fungsi tataniaga lainnya sesuai
relevansinya.
4. Hitunglah margin tataniaga secara absolut maupun mark-up (persentase margin).
5. Seandainya karena kelebihan penawaran, maka tingkat pedagang antara pulau, harga jual
rata-rata per ekor ternak sapi turun menjadi Rp. 1.050.000,- berapakah besarnya
tataniaga yang sebenarnya (absolut dan mark-up)? Untuk pertanyaan ini maka margin
tataniaga pada pertanyaan no.4 dengan demikian merupakan tataniaga yang
diperhitungkan
6. Temuan dari skripsi tersebut (1998) adalah bahwa dari 45 responden peternak, terdapat
35 orang menjual ternaknya ke pedagang perantara, sedangkan sisanya sebanyak 10
orang langsung menjual ke pedagang antar pulau. Berdasarkan temuan tersebut,
gambarkanlah rantai tataniaga ternak sapi potong di Kecamatan Fatuleu. 4
7. Berdasarkan temuan sesuai soal no.6, mengapa hanya sedikit peternak yang menjual
langsung ke pedagang antar pulau? Jelaskan.

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui nilai rata-rata harga jual dan rata-rata biaya tataniaga pada setiap
tingkat lembaga tataniaga.
2. Untuk mengetahui simpangan Baku (SB) dan Koefisien Variasi (KV) setiap harga jual
dan biaya tataniaga pada setiap tingkat lembaga tataniaga.
3. Untuk mengetahui analisis harga biaya dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi tataniaga: harga
versus fungsi pertukaran dan biaya versus pembiayaan dan fungsi lainnya yang relevan.
4. Untuk mengetahui margin tataniaga secara absolut maupun mark-up (persentase margin).
5. Untuk mengetahui gambar saluran tataniaga berdasarkan informasi yang ada.
6. Menganalisis mengapa hanya sedikit peternak yang menjual langsung ke pedagang antar pulau.

BAB Ⅱ
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Sapi Potong


Sapi potong merupakan salah satu ternak yang produksi pertamanya yaitu daging, tulang,
dan kulit (Suratya 2009 dalam Aiba dkk, 2018). Daging sapi sebagai sumber protein yang berasal
dari ternak hewan sudah dikenal sebagai bahan pangan yang hampir lengkap dan sempurna.
karena didalamnya terkandung berbagai macam zat gizi yang diperlukan tubuh termasuk
didalamnya protein hewani (Suherman, 2014). Usaha sapi potong dianggap usaha yang
menguntungkan, prospek usaha ini masih terbuka lebar dalam waktu yang lama dikarenakan
permintaan konsumen yang terus saja meningkat, permintaan daging sapi dari tahun ketahun
terus menunjukan peningkatan yang sejalan dengan kesadaran akan gizi masyarakat. Semakin
bertambahnya penduduk maka akan bertambah pula konsumsi daging sapi (Astati, dkk 2016).

2.2. Permintaan dan Penawaran Sapi Potong


Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan pendidikan
yang semakin baik, maka meningkat pula permintaan daging sapi di Indonesia. Indonesia dengan
jumlah penduduknya pada tahun 2007 yang mencapai sekitar 220 juta jiwa, total permintaan
daging sapi domestik berarti mencapai 384.810 ton. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian (2005) menyatakan, total produksi daging sapi dalam negeri hanya mencapai 271.840
ton atau 70,64 persen, sehingga masih ada kekurangan sekitar 112.970 ton atau 29,36 persen dari
total kebutuhan dalam negeri. Kekurangan tersebut dipenuhi dengan melakukan impor
(Suherman, dkk 2014).
Meningkatnya permintaan dan daya beli masyarakat terhadap daging sapi seiring
membaiknya kondisi perekonomian maka dapat dimanfaatkan dengan pemberian servis atau
pelayanan kepada konsumen yang baik (Putritamara, dkk 2018). Penawaran peternakan rakyat
dipengaruhi oleh selisih harga daging sapi dengan harga sapi domestik dan penawaran industri
peternakan rakyat. Penawaran peternakan rakyat responsif terhadap perubahan selisih harga
daging sapi dengan harga sapi domestik. Keberadaan industry peternakan berpengaruh negatif
terhadap penawaran usaha peternakan rakyat. Jika tidak ada pengendalian oleh pemerintah
desakan penawaran daging sapi industri peternakan ini akan semakin nyata.

BAB Ⅲ
LANDASAN TEORI

1. Rata-rata harga jual dan rata-rata biaya tataniaga pada setiap tingkat lembaga tataniaga.
Nilai rata-rata adalah nilai tengah atau biasa juga disebut sebagai mean dari suatu
kelompok data yang mewakili seluruh kelompok data.
Rumus nilai rata:
n

X̄= i
∑x
i=1
n

Keterangan:

X̄= merupakan lambang nilai rata-rata

∑x i = menyatakan jumlah semua harga x yang ada dalam kumpulan data


i=1

Di bawah lambang Sigma i=1 menunjukkan bahwa penjumlahan bergerak dari data


pertama, sedangkan di atas lambang Sigma terdapat k yang menunjukkan data terakhir
atau data ke k. Sehingga arti dari notasi ini adalah kita diminta untuk menjumlahkan
seluruh data dari data yang pertama sampai ke data terakhir atau data ke k. Sehingga
formula ini dapat dituliskan menjadi x₁+x₂+x₃+ … +xₖ

n = menunjukkan banyaknya data dari i = 1 sampai k

2. simpangan Baku (SB) dan Koefisien Variasi (KV)


 Pengertian dan Rumus Koefisien Variasi
Koefisiesn Variasi sendiri adalah perbandingan antara simpangan baku dengan rata-rata
suatu data yang dinyatakan dalam bentuk %. Biasanya sistem ini untuk mencari nilai rata-
rata dalam sebuah data, di mana rumusnya adalah sebagai berikut ini:
n
2 1 1
S = ¿i 2 −¿ (∑ x i)2]
n−1 n i=1

Dengan keterangan:
KV: Koefisien Variasi
S: Simpangan Baku
X: Nilai Rata-rata
Koefisien variasi memiliki tujuan sebagai pengamat variasi dalam sebuah data atau sebuah
distribusi data dari rata-rata nilai yang akan dihitung.

 Simpangan baku

Rumus simpangan Baku

S=√ s2
Keterangan :
s2=varian
s=simpangan baku
xi=nilaixke-i
n=ukuransampel

3. Analisis harga (fungsi pertukaran) dan biaya tataniaga (fungsi pembiayaan).


 Fungsi pertukaran
Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi penjualan dan pembelian. Dalam melakukan fungsi
penjualan, produsen harus memperhatikan kualitas, kuantitas, bentuk dan waktu yang
diinginkan konsumen atau partisipan pasar dari rantai pemasaran berikutnya. Selain itu
fungsi pertukaran juga menjadi titik penentuan harga pasar.
 Fungsi pembiayaan
Pembiayaan berarti mencari dan mengurus modal uang yang berkaitan dengan transaksi-
transaksi dalam arus barang dari sektor produksi sampai sektor konsumsi. Pembiayaan
dan menanggung resiko merupakan fungsi umum dan penyerta dari semua kegiatan
pemasaran bahkan mempunyai aplikasi penting dalan pemasaran.

4. Margin tataniaga secara absolut maupun mark-up (persentase margin).


Margin absolut; Margin yang dinyatakan dengan uang disebut margin absolut.
Sedangkan margin absolut dibagi dengan harga penjualan dikalikan 100% disebut Mark-
Up atau persentase margin.
Menghitung margin tataniaga dengan formulasi sebagai berikut :
 Margin absolut = (Harga pedagang antar pulau – Harga Peternak)
 Persentase margin (Mark-up) =[(Harga Pedagang Antar Pulau-Harga Peternak) /
Harga Pedagang Antar Pulau]

BAB Ⅳ
PEMBAHASAN
Tabel 2. Harga Jual dan Biaya Tataniaga per Unit Ternak Sapi Potong di Kecamatan Fatuleu –
Ka bupaten Kupang, 1998
N Harga Jual Tingkat Pedagang Perantara Tingkat Pedagang Antar Pulau
O Di Petani
Harga Jual Biaya TN Harga Jual Biaya TN
1 800.000 825.000 80.250 1.100.000 159.250

2 800.000 875.000 90.750 1.150.000 155.750

3 750.000 950.000 82.500 1.134.000 160.250

4 750.000 900.000 83.250

5 700.000 875.000 88.500

6 650.000

7 700.000

8 750.000

9 700.000

10 700.000

11 650.000

12 650.000

13 700.000

14 700.000

15 650.000

16 700.000

17 750.000

18 800.000

19 800.000

20 800.000
21 700.000
22 670.000
23 670.000
24 850.000
25 720.000
26 750.000
27 700.000
28 700.000
29 650.000
30 750.000
31 800.000
32 650.000
33 750.000
34 800.000
35 700.000
36 700.000
37 650.000
38 700.000
39 750.000
40 800.000
41 700.000
42 750.000
43 750.000
44 720.000
45 670.000
∑ 18.945.000 4.425.000 425.250 3.384.000 475.250

1. Rata-rata harga jual dan rata-rata biaya tataniaga pada setiap lembaga tataniaga
Rumus Rata-rata:
n

∑x
X̄= i=1 i
n

n=45
 Rata-rata harga jual di tingkat petani

X̄=

800.000+800.000+750.000+700.000+700.000+650.000+700.000+750.000+700.000+ … xn
45
18.945.000
X̄=
45

= 421.000

 Rata-rata harga jual tingkat pedagang perantara


825.000+875.000+950.000+ 900.000+ 875.000
X̄= 5

4.425 .000
X̄=
5

= 885.000

 Rata-rata harga jual tingkat pedagang antar pulau


1.100.000+1.150 .000+1.134 .000
X̄= 3
3.384 .000
X̄= 3

= 1.128.000

 Rata-rata biaya tataniaga di tingkat pedagang perantara


80.250+90.750+82.500+ 83.250+88.500
X̄= 5

425.250
X̄= 5

= 85.050
 Rata-rata biaya tataniaga di tingkat pedagang antar pulau

159.250+ 155.750+160.250
X̄= 3
475.250
X̄= 3
= 158.416,66

2. Simpangan baku dan koefisien variasi

Rumus koefisien variasi :


n
2 1 1
S = ¿i 2 −¿ (∑ x i)2]
n−1 n i=1

 Koefisien variasi dan simpangan baku dari harga jual di petani


Koefisien variasi :
45 45
 ∑ x i=18.945 .000, ∑ x 2= 21. 257.600.000.000
i
i=1 i=1

1 1 45
S = 45−1 ¿i −¿ 45 (∑ x i)2]
2 2
i=1

2 1 (18.945 .000)2
S = 44 ¿ – ]
45

1 (358.913 .025 .000.000)


= 44 ¿ – ]
45

1
= 44 ¿ – 7.975 .845 .000 .000]

1
= 44 (13.281 .775.000 .000)

= 948.698.214.258,71

Simpangan baku :
S=√ s2
S=√ 948.698 .214 .258,712
= 974.011,40

 Koefisien variasi dan simpangan baku dari harga jual pedagang tingkat perantara
5 5

∑ xi=4.425 .000 ∑ x i2= 3.924.375.000.000


i=1 i=1

Koefisien varian :

5
2 1 1
S = ¿i 2 −¿ (∑ x i)2]
5−1 n i=1

1 (4.425.000)2
= 4
¿–
5
]

1 19.580.625 .000 .000


¿
4
¿– ( 5
¿]

1
=4 ¿ – 3.916 .125 .000.000 ¿]

8.250.000 .000
= 4

= 2.062.500.000

Simpangan baku :

S=√ s2
S=√ 2.062.500 .000

= 45.414,76

 Koefisien variasi dan simpangan baku dari tingkat pedagang antar pulau
3 3

 ∑ xi=3.384 .000 ∑ xi2= 3.818.456.000.000


i=1 i=1

Koefisien variasi :

2 1 (3.384 .000)2
S = 3−1
¿3.818.456.000.000 –
3
]

1 (11.451 .456 .000 .000)


= ¿
2 3.818.456.000.000

3
]

1
= ¿
2 3.818.456.000.000
– 3.817 .152 .000 .000]

1
= (1.304.000.000)
2

= 625.000.000

Simpangan baku :

S=√ 625.000 .000

= 25.534,29

No Biaya TN tingkat pedagang Biaya TN tingkat pedagang antar pulau


antarp pedagang perantara
Xi Xi2 Xi Xi2
1 80.250 6.440.062.500 159. 250 25.360.562.500
2 90.750 8.235.562.500 155.750 24.258.062.500
3 82.500 6.806.250.000 160.250 25.680.062.500
4 83.250 6.930.562.500
5 88.500 7.832.250.000
∑ 425.250 36.244.687.500 475.250 75.298.75.298.687.500
 Biaya TN tingkat pedagang perantara
Koefisien variasi

n
2 1 1
S = ¿i 2 −¿ (∑ x i)2]
n−1 n i=1

1 1
S2 = 5−1 ¿36.244.687.500 −¿
5(
425.250 )2]

1 (425.250¿ ¿¿ 2)
=4 ¿36.244.687.500 –
5 ]

1 (180.837 .562.500)
=4 ¿36.244.687.500 –
5 ]

1
=4 ¿36.244.687.500 −¿36.167.512.500]

77.175.000
= 4

= 19.293.750
Simpangan baku :

S=√ 19.293.75 0

= 4.392,47

 Biaya TN tingkat pedagang antar pulau


Koefisien variasi :
n
2 1 1
S = ¿ 2 −¿ (∑ x i)2]
n−1 i n i=1

1 1
S2 =
3−1
¿ −¿
3
(475.250)2]

1 (225.862 .562.500)
S2 = ¿– ]
2 3

1
= ¿ – 75.287 .520 .833,33]
2

11.166 .666,67
=
2
= 5.583.333,335

Simpangan baku :

S=√ 5.583.333,335

= 2.362,90

3. Margin tataniaga secara absolut maupun mark-up (presentasi margin)

 Margin absolut = (Harga pedagang antar pulau – harga peternak)

Margin absolut = 3.384.000 – 18.945.000

= - 15.561.000

 Persentase margin (Mark-up) =[(Harga Pedagang Antar Pulau-Harga Peternak) / Harga Pedagang
Antar Pulau] x 100%
3.384 .000−18.945 .000
Mark-up = 3.384 .000 x 100%

−15.561.000
= 3.384 .000 x 100%
= -4.60 x 100%

=- 4,6%

4. Tingkat pedagang antara pulau, harga jual rata-rata per ekor ternak sapi turun menjadi Rp.
1.050.000
3

∑ x 1.050. i = 000+1.050.000+1.050.000
i=1

= 3.150.000.000

 Margin absolut = 3.150.000.000 – 18.945.000


= -15.795.000

Mark-up = 3.150.000−18.945 .000


3.150 .000 x 100%

−15.795.000
= 3.150.000 x 100%

= -5,01 x 100%

= -5,01%

5. Mengapa hanya sedikit peternak yang langsung menjual ke pedagang antar pulau.
 Karena harga jual ternak dan biaya tataniaganya sangat tinggi
 Jika menjual langsung ke pedagang antar pulau maka penetapan harga berdasarkan berat
badan hidup, dimana ternak harus dibawa ke tempat penimbangan ternak yang pada
umumnya di pasar hewan, dan konsekuensi jauhnya tempat penimbangan ternak adalah
jika ternak kecelakaan dan ternak mengalami cedera dan mengalami patah kaki, maka
ternak tersebut diafkir yang menyebabkan harga ternak bisa turun hingga separuh bahkan
lebih rendah lagi dari harga normal.
BAB Ⅴ
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
 Ragam saluran pemasaran sapi potong di Kecamatan Fatuleu – Kabupaten Kupang,
dibagi menjadi tiga, yaitu:
 Saluran 1 yaitu di tingkat petani
 Saluran 2 yaitu di tingkat pedagang perantara
 Saluran 3 yaitu di tingkat pedagang antar pulau
 Rata-rata harga jual pemasaran ternak sapi pada masing-masing saluran pemasaran.
 Rata-rata harga Jual di Petani sekitar Rp. 421.000
 Rata-rata harga jual di tingkat pedagang perantara sekitar Rp. 885.000
 Rata-rata harga jual di tingkat pedagang antar pulau sekitar Rp. 1.128.000
 Hanya sedikit peternak yang langsung menjual ke pedagang antar pulau.

5.2.Saran
Diharapkan para peternak sapi potong pada berbagai skala kepemilikan baik itu skala
kecil, menengah maupun besar agar kiranya bersungguh dalam menjalankan usaha ternak sapi
potong ini sehingga pendapatan ataupun keuntungan yang didapatkan semakin besar dan berlipat
ganda dari investasi yang ditanamkan selain itu juga peternak dapat mensejahtrakan keluarganya
dengan memenuhi kebutuhan hidup keluarga peternak.
DAFTAR PUSTAKA

 Bahan ajar Tataniaga


 Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu Penelitian; Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Kelima,
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
 Assauri. 1999. Pengantar Tata Niaga dan Pemasaran. Penerbit Erlangga, Jakarta.
 Ratniati, N.K. 2007. Analisis sistem pemasaran ternak sapi potong PT Giant Great
Livestock Company Lampung Tengah. Skripsi Institut Pertanian Bogor, Bogor.
 Mariyono, Anggraeni,Y., Rasyid,A., 2010. Rekomendasi Teknologi Peternakan Dan
Veteriner Mendukung Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) Tahun 2014. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010).
 Murwanto, Agustinus. G. 2008. Karakteristik Peternak dan Tingkat Masukan Teknologi
Peternakan Sapi Potong di Lembah Prafi Kabupaten Manokwari (Farmer Characteristic
and Level of Technology Inputs of Beef Husbandry at Prafi Valley, Regency of
Manokwari). Jurnal Ilmu Peternakan, Vol. 3 No.1 hal. 8 – 15.

Anda mungkin juga menyukai