Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PEMBIBITAN TERNAK BABI

OLEH
NAMA : PETRUS JEFRIANUS BANA
NPM : 13170050

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIMOR
TAHUN AJARAN
2019/2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. 3
BAB I ..................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 4
1.4 Manfaat ......................................................................................................................................... 4
BAB III ................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5
3.1 Ternak Babi ................................................................................................................................... 5
3.2 TIPE BABI ................................................................................................................................... 6
A. Lard Type (babi tipe lemak) ..................................................................................................... 6
3.3.PEMILIHAN BIBIT BABI ............................................................................................................ 7
3.4 Penanganan Induk dan Kelahiran......................................................................................... 10
3.5 Menejemen Ternak babi yang baru lahir ....................................................................................... 11
Tatalaksana Induk Beranak ............................................................................................................ 11
Tatalaksana Anak Babi yang Baru Lahir ........................................................................................ 12
Penitipan Anak Babi dan Makanan Buatan........................................................................................ 14
Pembuatan Tanda dan Nomor ........................................................................................................ 15
Kastrasi atau Kebiri ....................................................................................................................... 15
KATA PENGANTAR

Segala puji dan terima kasih kepada Tuhan yang Maha yang Esa, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya yang diberikan saya dapat menyusun makalah ini. Dan semoga hasil dari
makalah ini bisa bermanfaat dan menjadi tambahan ilmu bagi kita semua.

makalahini yang saya buat ini secara umum memang cukup menarik untuk diketahui.
Dari berbagai sumber yang ada, saya mencari pokok pembahasan yang bermutu dan saya muat
dengan tema “PEMBIBITAN TERNAK BABI”

Selamat membaca dan semoga karya ilmiah ini dapat menambah wawasan masyarakat
dalam melakukan pembibitan dalam peternakan babi anda..

Namun saya juga mohon maaf bila dalam penulisan ini terdapat tulisan yang tidak
berkenan atau terdapat pernyatan yang tidak sesuai dengan berbagai pendapat dari berbagai
pihak,karna hakekatnya manusia tidak terlepas dari kekeliruan dan kesalahan.

Terimakasi dan selamat membaca semoga karia ilmia ini bermanfaat

Kefamenanu,5 April,2020

Penulis
BAB

IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan peternakan merupakan bagian pembangunan nasional yang penting, karena
salah satu tujuan pembangunan peternakan nasional adalah peningkatan sumber daya manusia
secara berkelanjuta melalui perbaikan gizi untuk mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi,
sebagai dasar pembentukan manusia Indonesia di masa depan.
Selain untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, tujuan pembanguan
peternakan adalah untuk meningkatkan lapangan kerja, pendapatan dan kesejahteraan peternak,
pelestarian lingkungan hidup dan menambah devisa Negara. Permintaan akan daging dan produk
ternak lainnya terus meningkat, berkaitan dengan peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan
masyarakat serta kesadaran gizi.
Ternak babi merupakan salah satu komoditi ternak penghasil protein hewani yang
mempunyai peranan penting dalam hal pemenuhan konsumsi daging, Babi memiliki keunggulan
dari pada ternak lain seperti sifat produksi dan reproduksinya. Babi merupakan salah satu ternak
yang perkembangbiakannya mengagumkan dan memiliki keunggulan daripada ternak yang lain.
Ternak babi merupakan ternak profilik dimana satu kali kelahiran mampu menghasilkan lebih
kurang 10 ekor, serta jarak kelahiran satu dan dua relatif pendek yaknisetahun dua kali kelahiran.
Usaha ternak babi memiliki kelenturan bisnis yang tinggi, artinya hasil usaha ternak
babi berupa anak babi, babi muda, babi dewasa, induk dan pejantan afkir yang pada setiap umur
dapat dijual peternak dan pasar untuk itupun ada setiap tahun, usaha ternak babi perlu
dikembangkan karena dapat dijadikan usaha pokok atau usaha sampingan sehingga telah
menompang kehidupan bagi banyak keluarga petani/peternak.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa jenis bibit Babi yang cocok untuk dibudidayakan?
2. Bagaimana pemilihan bibit Babi yang baik untuk budidaya serta faktor apa saja yang
mempengaruhi keberhasilan pemilihan bibit Babi?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan jenis babi yang cocok di budidayakan.
2. Menerangkan cara – cara pemilihan bibit babi serta faktor yang mempengaruhi.
1.4 Manfaat
1. Untuk mengetahui jenis - jenis babi yang cocok di budidayakan sesuai kebutuhan
2. Agar dapat melaksanakan seleksi pemilihan bibit yang baik serta mempertimbangkan faktor
yang mempengaruhi
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Ternak Babi


Babi adalah ternak non ruminansia dengan alat pencernaan yang sederhana. Kondisi
stomach atau perut besar asam sehingga tidak sesuai untuk kehidupan mikroba. Ransum babi
tidak boleh mengandung serat kasar yang tinggi. Ransum pokok ternak babi adalah ransum
penguat (konsentrat), misal bekatul, dedak, ampas tahu, tepung ikan, dan lain - lain.Menurut
Sihombing (1997), klasifikasi zoologis ternak babi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum :Chordata
Klass : Mamalia (menyusui)
Ordo : Artiodactyla (berkuku genap)
Famili : Suidae (non ruminansi)
Genus : Sus
Spesies : Sus scrofa

Pertumbuhan babi yang cepat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor
genetik meliputi bangsa, umur dan jenis kelamin sedangkan faktor lingkungan seperti iklim,
nutrisi, kesehatan, dan manajemen.Kecepatan pertumbuhan tidak saja dipengaruhi oleh ransum
yang digunakan tetapi yang penting adalah kelengkapan zat gizi yang diperoleh. Pertambahan
bobot badan pada ternak babi antara 0,5 – 0,7 kg per hari. Konsumsi ransum akan berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan ternak babi. Semakin tinggi jumlah ransum yang dikonsumsi maka
pertumbuhan akan semakin baik. G.Williamson dan Payne (1993),mengatakan bahwa banyaknya
ransum yang dikonsumsi akan menyebabkan babi tumbuh dengan cara.
Usaha peternakan babi dapat memberikan manfaat yang besar dilihat dari peranya
sebagai penyedia protein hewani, Disamping dari segi ekonomi yang menguntungkan usaha
ternak babi tidak terlepas dari segi yang kirang menguntungkan antara lain: (1) Sosial budaya
masyarakat yang tidak semua mengonsumsi daging babi, (2) Alat pencernaan yang terbatas
sehingga ternak babi hanya bias memakan konsentra dan hujauan dalam jumlah sedikit, (3)
ternak babi sangat peka terhadap infeksi dari berbagai jenis penyakit dan parasite.
3.2 TIPE BABI
Bangsa-bangsa babi di dunia telah dikelompok-kelompokkan menjadi beberapa tipe,
antara lain:
A.Lard Type (babi tipe lemak)
Yang termasuk kelompok tipe babi lemak dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Ukuran tubuh berlebihan
2. Cepat dan mudah menjadi gemuk, kemampuan dalam pembentukan lemak tinggi
3. Ukuran kaki pendek
Contoh: bangsa-bangsa babi di Indonesia (cenderung ke arah tipe lemak)Babi Lokal
B. Meat Type (babi tipe pedaging)
Yang termasuk kelompok tipe babi pedaging dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Ukuran tubuh panjang, dalam dan halus
2. Bagian sisi tubuh panjang, dalam dan halus
3. Punggung berbentuk busur, kuat dan lebar
4. susunan badan padat, lemak sedikit
5. Kepala dan leher ringan dan halus
6. Ukuran kaki panjangnya sedang, tumit pendek kuat
7. Ham berkembang sukup bagus dan dalam Kelompok babi tipe ini banyak diternakkan di
AS.
Contoh: Hampshire, Poland China, Spotted Poland China, Berkshire, Chester White and
Duroc.
Babi Humpshire
Babi Poland China
Babi Berkshire
Babi Chester White
Babi Duroc
Yang termasuk kelompok tipe babi sedang dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Ukuran tubuh panjang dan dalamnya tubuh sedang, halus
2. Ukuran lebar tubuh sedang dan timbunan lemak sedang, halus
Kelompok babi bacon ini banyak diternakkan di Inggris, Belanda, Canada dan Polandia.
Contoh: Yorkshire, Landrace dan Tamworth.
Babi Yorkshire
Babi Landrace
Tamwort
Walaupun babi tipe lemak (lard type) ini merupakan tipe yang tertua namun tipe babi ini
lama-kelamaan menghilang sedikit demi sedikit karena permintaan pasar. Para konsumen beralih
perhatian ke tipe pedaging sehingga para peternak pun mengikuti kehendak konsumen.
Bagi bangsa-bangsa babi Indonesia, belum bisa dikelompokkan dalam salah satu tipe-tipe
yang kini dikehendaki oleh para konsumen seperti meat type dan bacon type. Jadi tipe-tipe babi
di Indonesia sifatnya masih campuran tetapi ada tendensi mengarah pada tipe lemak. Belakangan
ini banyak babi dari luar yang dikawinkan dengan babi lokal dengan maksud untuk
mengupgrade.

Ada beberapa jenis babi yang cocok digunakan untuk bibit antara lain: Berksive, Chester
White, T amworth, Yorkshire, Sadleback, Hampshire, babi liar/celeng dan ciri fisik Babi yang
baik dapat dilihat dari: Letak puting simetris,Tubuh padat dan berisiKaki
kokoh dan tegapsedangkan cara pemilihan bibit babi yang baik dapat dilihat dari spesifikasi
yang dikemukakan (Abu Bakar, 2012)
1. Bibit diutamakan hasil produksi dari pembibit;
2. Babi bebas dari penyakit menular;
3. Memenuhi persyaratan teknis minimal bibit babi sesuai galur yang digunakan;
4. Babi betina induk siap berproduksi dan pejantan siap kawin. Untuk mengatasi kesulitan
penyediaan babi induk, dipertimbangkan pengadaan bibit dengan memperhitungkan pakan
sampai dengan babi siap produksi
Dalam usaha pembibitan babi haruslah berkesimbungan dari awal hingga akhir seperti yang
dikemukakan (Abu Bakar, 2012) Tata laksana pembibitan dimulai dari :
1. Seleksi Bibit
2. Kandang dan Perlengkapan
3. Pakan dan Obat
4. Kesehatan Hewan
5. Biosekuriti
6. Tata Laksana Pembiakan
7. Replacement (Peremajaan)
3.3.PEMILIHAN BIBIT BABI
Seleksi babi-babi yang hendak dijadikan bibit dilakukan dengan berbagai cara. Berbagai
cara tersebut umunya didasarkan pada kriteria :
1. Pemilihan individu
2. Pemilihan atas hasi produksi
3. Pemilihan berdasarkan silsilah
A. Pemilihan Individu (performance)
Pemilihan individu ini berdasar pada:
a.Kesehatan
Babi yang hendak dijadikan bibit harus betul-betul kuat dan sehat. Tanda-tanda babi yang
sehat antara lain:
1. Nafsu makan baik, normal
2. Pertumbuhan baik, cepat menjadi besar
3. Lincah, gesit
4. Kotoran tidak terlalu keras atau encer
5. Air kencing keluar terputus-putus(pejantan)
6. Ekor melingkar
b.Kesuburan dan sifat keibuan
1.Babi induk yang subur Induk yang subur ialah induk yang pada setiap kali birahi
mampu memproduksi ata mengovulasikan sel telur dalam jumlah besar, 14 – 18 buah. Dan
sejumlah besar di antaranya bias ditunasi, sehingga pada saat induk itu melahirkan jumlah
anaknya pun cukup banyak. Dan induk yang subur ini pada umumnya memiliki intensitas
beranak yang cukup baik, minimal dua kali beranak dalam waktu 1 tahun.
2. Sifat keibuan Adalah induk-induk yang pandai merawat anak-anaknya da produksi air
susu pun banyak, sehingga mereka selalu siap menyusui anaknya dengan rajin. Hal ini sama
sekali berbeda dengan induk-induk yang memiliki sifat buas, mereka pasti akan selalu memusuhi
anak-anaknya dan bahkan kurang mengerti terhadap anak-anaknya yang tertindih. Jadi induk-
induk yang baik bukan saja mereka yang bias menghasilkan anak banyak, melainkan juga induk-
induk yang mampu memproduksi air susu yang cukup tinggi dan bias merawat anak-anaknya
dengan baik. Sebab induk yang produksi susunya sedikit, anak-anaknya pasti banyak yang mati
kelaparan. Demikian pula bagi induk yang tak memiliki sifat keibuan, maka anak-anak
asuhannya pun pasti akan banyak yang mati akibat tertindih atau terlantar. Demikian kedua
faktor ini betul-betul sangat penting di dalam seleksi. Walaupun jumlah anak yang dilahirkan itu
bias dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti umur induk, kondisi induk waktu kawin serta
pejantan yang dipakai, namun setiap individu secara alamiah memiliki tingkat kesuburan dan
sifat keibuan yang berbeda-beda.
c.Temperamen Induk-induk yang temperanmenya jelek harus diafkir, misalnya buas, nervous.
d.Bentuk luar yang baik
1.Babi induk yang baik
 Kepala : Besarnya sedang, rahang ringan.
 Tubuh : Panjang, pada punggun agak berbentuk busur dan kuat
 Bahu : Lebar dan rata dengan punggung
 Perut : Bila dipegang lunak, halus
 Jumlah putting : Cukup banyak, 12-14 buah dan letaknya simetris, genap.
 Kaki : Kaki kuat, lurus, tumit kuat, kuku rapat, simetris dan kuat
 Ham (paha) : tebal, lebar - Ekor : melingkar (menunjukkan babi yang sehat)
2. Babi jantan
 Kepala : Ringan.
 Pandangan : Tajam.
 Tubuh : Panjang, pada punggung agak melengkung dan kuat.
 Bahu : Lebar, dalam dan rata dengan punggung.
 Kaki : Kuat, lebih-lebih kaki belakang, dengan tumit yang kuat.
 Kuku : Rapat, simetris, bersih.
 Testes : Besarnya sama, simetris.
 Jumlah putting : cukup banyak, 12-14 buah dan genap.
 Perut : Bagian bawah rata.
 Temperamen : Agresif, bersemangat.
B.Pemilihan atas Hasil Produksi
Seleksi yang didasarkan atas hasil produksi ini sangat erat hubungannya dengan
kesuburan dan sifat eibuan induk. Sebab pemilihan bibit ini ditujukan terhadap hasil produksi
keturunan. Adapun hasil keturunan yang dimaksud antara lain ialah :
1. Jumlah dan berat anak pada setiap kelahiran hendaknya merata, tidak ada ynag terlalu
kecil ataupun terlalu besar. Sedangkan berat anak babi waktu lahir yang akan dijadikan
bibit rata-rata 1,5 kg dengan jumlah anak yang dilahirkan rata-rata 12-14 ekor.
2. Angka kematian sampai pada penyapihan rendah. Jumlah anak yang bias dipelihara
sampai umur 3 minggu : 10-12 ekor, sedangkan sampai dengan disapih pada umru 6-8
minggu : 9-5 ekor.
3. Pertumbuhan berat badan cukup bagus, Misalnya : 1. Umur 3 minggu mencapai berat 6
kg 2. Umur 6 minggu: 13 kg. 3. Umur 8-10 bulan mencapai 100 kg (dipotong).
4. Persentase kerkas tinggi : 70-75%. Lebih jelasnya perhatikan tabel

Keterangan Baik Sedang Kurang


Berat babi umur 8 minggu 16 kg 14 kg 12 kg
Jumlah anak 12 ekor 10 ekor 8 ekor
Yang bisa dipelihara/ disapih 10 ekor 8 ekor 6 ekor

Tabel 1. Data babi sesuai beratnya


C.Pemilihan Berdasarkan Silsilah (pedigree)
Babi-babi yang hendak dipakai sebagai bibit harus diketahui jenis atau bangsa serta
tipenya. Pemilihan terhadap suatu bangsa babi atau strain yang hendak diternakkan tentu saja
tergantung pada kesenangan peternak dan lingkungan di mana bangsa tersebut sudah banyak
diternakkan. Dan selanjutnya untuk mengetahui bangsa babi tersebut termasuk tipe pedaging
atau spek, bias diamati pada bentuk luarnya. Adapun perbandingan sifat-sifat terpenting kedua
tipe tersebut ialah pada tabel 2:

Bentuk Luar Tipe Spek Pedaging

Bentuk badan Pendek, lebar dan dalam Panjang

Kepala Agak pendek dan Agak panjang dengan rahang


rahang berat ringan
Bagian tubuh Bahu lebar dalam Ringan, dada dangkal

Bagian tengah Pendek, lebar Lebar, panjang

Bagian Lebar, pendek, bulat Lebar, panjang dan silang segi


belakang berlemak empat dengan ham yang dalam

Bagian kaki Pendek, lebar Agak ringan

Tabel 2. sifat-sifat bangsa babi

3.4. Penanganan Induk dan Kelahiran


A. Penanganan Induk

Penanganan induk memerlukan perhatian khusus terutama induk bunting, induk yang

akan melahirkan, dan induk sehabis melahirkan (Dimas, 2012). Penanganan induk secara khusus

dilakukan untuk menjaga induk agar tidak mudah terserang penyakit yang dapat menyebabkan

kematian.

Kegiatan ini diawali dari perkawinan sampai melahirkan. Salah satu hal penting yang
diperhatikan dalam penanganan induk ini adalah pakan yang diberikan harus berkualitas dan
dalam jumlah 2,5 kg/ekor/hari.
B.Penanganan Induk Bunting

Penanganan induk bunting yang dilakukan yaitu memindahkan induk bunting dari kandang

individu kekandang melahirkan. Salah satu hal yang sangat diperhatikan dalam penanganan

induk bunting adalah pemenuhan kebutuhan pakan.Pemberian pakan yang cukup dalam

penanganan induk bunting adalah untuk menjamin kondisi tubuh induk tetap bagus pada saat

melahirkan anak dan dihasilkannya jumlah anak lahir seperindukan (litter size) yang tinggi.

Pemindahan induk bunting ke kandang melahirkan dilakukan 10 hari menjelang


melahirkan. Perlakuan ini dilakukan terhadap semua induk, baik induk yang sudah pernah
beranak maupun babi dara yang belum pernah beranak. (Dimas, 2012),menyatakan bahwa
pemindahan induk yang pernah beranak dilakukan 2-3 hari sebelum melahirkan, sedangkan babi
dara yang belum pernah melahirkan lebih awal yaitu 4-5 hari.

3.5 Menejemen Ternak babi yang baru lahir

Dalam peternakan babi perlu adanya manajemen yang baik meliputi keadaan kandang,
pakan serta sistem pemeliharaannya, karena babi mudah terserang penyakit dan mikroorganisme.
Selain itu juga, untuk meningkatkan produktivitasnya, perlu diketahui mengenai tatacara
pemeliharaan sesuai dengan tahapan umurnya. Terlebih untuk babi yang baru lahir, karena sejak
lahir hingga berumur 10 hari, anak babi sangat sensitif dalam menghadapi lingkungan yang berat
sehingga angka kematiannya cukup tinggi, terutama jika pemeliharaannya kurang baik.

A.Tatalaksana Induk Beranak

Tatalaksana yang paling kritis adalah pada waktu induk akan beranak. Pada waktu
beranak, induk dapat berbaring, membentangkan tubuh, dan menendang kebelakang dengan kaki
ke atas atau dapat berguling-guling ke sisi lain. Setiap bergerak, cairan dipaksa keluar dari alat
kelamin, hingga fetus keluar dengan usaha induk mengeluarkannya perlu diperhatikan. Induk
gemetar dan menekan dadanya pada selang waktu tertentu. Seekor induk atau babi dara biasanya
beranak dengan merebahkan diri pada suatu sisi dan meletakkan bagian punggungnya pada
dinding atau bagian lain yang mendukung atau menopanng. Tetapi dalam keadaan terisolasi,
induk dapat melahirkan sebagian anaknya paa keadaan terbaring dengan perut dibagian bawah,
bahkan dapat juga elahirkan dengan posisi kaki ke atas satu.

Biasanya anak babi dilahirkan dengan jarak waktu kurang dari satu menit hingga 20
menit. Bantuan harus diberikan apabila terjadi suatu penundaan atau ketika terjadi ketegangan
tanpa seekorpun anak babi dilahirkan. Induk yang sedikit terlambat beranak harus disuntik
dengan 2 ml ekstrak pituitary pada bagian paha. Apabila penundaan kelahiran disebabkan
kekurangan hormonal, maka perlu diinjeksi untuk mempengaruhi ternak dengan oxytocin atau
jenis obat lain dengan aktivitas oksitoksik. Bahan ini hanya merangsang kontraksi otot licin dari
dinding uterus dan kemudian mempercepat pengeluaran fetus.

Beberapa induk terutama babi yang baru beranak pertama kali cenderung memakan
anaknya (kanibalisme) selama atau segera setelah beranak. Apabila diganggu dengan anak babi
yang sedang menjerit atau diganggu dengan suara lain, induk babi segera menyentak anak babi
yang baru lahir; pada kondisi demikian anak babi harus dijauhkan dari induk dan dikembalikan
ke induk hanya setelah induk mengembangkan naluri keibuannya. Apabila induk tidak tenang
dan tetap jahat, dapat disuntik dengan obat penenang. Setiap induk yang tetap bersifat ganas
terhadap anak-anaknya pada setiap kali melahirkan, induk tersebut harus diafkir.

Meskipun ternak babi secara alami merupakan ternak yang ramai dan gaduh terutama
pada waktu mau makan, seekor induk memerlukan lingkungan yang tenang pada waktu beranak.
Pengaruh kebisingan cenderung menyebabkan perpanjangan waktu atau lam melahirkan atau
reaksi akan beranak. Dengan demikian, disarankan supaya tidak mengganggu induk pada saat
beranak kecuali terjadi kesulitan dalam melahirkan anak.Kandang harus dijaga tetap bersih dan
kering setelah beranak. Kandang beranak yang selalu kering dapat menolong untuk mencegah
anak babi mencret dan menjaga agar bagian ambing tidak tertutup oleh makanan yang berair
(seperti adonan) yang menyebabkan air susu induk babi yang baru beranak menjadi hilang. Jika
kondisi lingkungan tidak menyenangkan, air susu hanya kadang-kadang keluar atau tidak sama
sekali sehingga anak-anak babi menjadi lemah dan dapat mati secara tiba-tiba. Kematian anak
babi sangat menonjol apabila tatalaksana dan pemeliharaan induk dan anak kurang baik.
Penyebab kematian anak babi adalah: mati lahir, akibat kelemahan dan kelaparan, tertindih atau
terjepit induk, penyakit yang timbul, dll.

B.Tatalaksana Anak Babi yang Baru Lahir

Segera setelah anak babi dilahirkan, lepaskan lapisan tipis yang membungkus tubuhnya
dengan sehelai kain kering. Dengan demikian anak babi menjadi kering dan mencegahnya dari
kedinginan. Lepaskan sesegera mungkin setiap cairan yang mengganggu lobang hidung dan
mulut. Apabila anak babi tidak dapat bernafas secara bebas, pegang kedua kaki belakang dengan
kepala ke bawah dan ayunkan perlahan untuk mempercepat pelepasan cairan dari lobang hidung.
Juga, dengan mengurut pelan-pelan pada bagian dadanya dan mengisap keluar cairan dari lobang
hidung dapat merangsang pernafasan.Kadang-kadang, satu atau lebih anak babi yang lahir dari
seperindukan ada yang lemah dan kelihatannya tidak hidup. Periksa bagian tali pusar dan apabila
ada gerakan atau denyutan pada bagian pangkal pusar, masih ada kemungkinan untuk
menghidupkan anak babi kembali dengan pernafasan buatan. Prosedur berikutnya yang umum
dilakukan dalam 24 jam setelah lahir, dan sering segera setelah beranak telah ditentukan. Seluruh
prosedur umunya dilakukan pada waktu yang sama.

 Memotong Tali Pusar

Tali pusar adalah organ yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus
selama kebuntingan tetapi menjadi suatu bagian yang tidak diperlukan dan merupakan daerah
yang berbahaya untuk masuknya infeksi setelah anak babi lahir. Dengan demikian, tali pusar
harus dipotong dengan cara sederhana seperti berikut:

a. Ikat tali pusar kira-kira 2 cm dari pangkal dengan seutas benang steril untuk meyakinkan tidak
ada bahaya karena pendarahan melalui arteri tali pusar

b. Potong tali pusar dengan gunting atau pisau di bawah ikatan

c. Oleskan ditempat pemotongan tali pusar dengan yodium tincture keras untuk mencegah
infeksi atau sakit pada tali pusar.

 Memotong Gigi

Anak babi lahir dengan empat pasang gigi atau delapan gigi tajam, dua pasang pada tiap
rahang disebut gigi “hitam”, gigi “jarum” atau gigi “serigala”. Meskipun gigi tersebut cukup
penting pada anak babi, namun gigi tersebut harus dipotong karena lebih banyak menimbulkan
kerugian daripada keuntungannya bagi peternak. Alasan mengapa dilakukan pemotongan gigi
adalah sebagai berikut:
a. Gigi sangat efektif menyebabkan luka pada ambing induk dan mengakibatkan induk menolak
untuk menyusui anak-anaknya

b. Apabila anak babi berkelahi untuk merebut satu puting susu atau bermain sesamanya, gigi
dapat menyebabkan luka pada muka dimana luka tersebut dapat merupakan jalan masuknya
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

Salah satu tujuan dari peternakan babi adalah memaksimumkan anak babi dapat hidup.
Pemotongan gigi harus tidak menghasilkan gigi yang hancur dibawah garis gusi dan harus
dilakukan secara higienis. Pemotongan gigi biasanya dilakukan oleh satu orang seperti berikut:

1. Pegang kuat anak babi dengan satu tangan dimana tiga jari menahan rahang dan ibu jari
menekan dari belakang leher dengan arah berlawanan
2. Masukkan jari telunjuk pada satu sisi dari mulut persis dibelakang gigi “jarum”
mendekati ujung lidah
3. Dengan alat pemotong gigi atau alat pemotong kuku biasa, potong gigi diatas gusi.
Penting unuk menghindari pemotongan gigi sampai dasarnya, jangan membuat sudut
yang tajam atau berberigi yang dapat menyababkan luka pada gusi dan lidah.

 Memotong Ekor

Menggigit ekor adalah suatu masalah yang sering terjadi dihampir semua peternakan babi,
maka secara rutin dilakukan pemotongan ekor anak babi baru lahir. Panjang ekor yang dipotong
dapat dari ujung hingga pangkal ekor. Tetapi biasanya cukup untuk memotong dua pertiga
hingga tiga perempat dari ekor. Pendarahan yang semakin sedikit terjadi apabila beberapa alat
yang digunakan tumpul. Pada umumnya, perhatian khusus harus diberikan terhadap kesehatan
dan kebersihan selama melakukan pemotongan ekor di usaha peternakan.

 Mendapatkan Kolostrum

Segera setelah pemotongan gigi, letakkan kembali anak babi bersama induknya agar anak
babi dapat menusu atau memperoleh air susu pertama (kolostrum) yang mengandung daya tahan
tubuh yang tinggi. Penyerapan kolostrum adalah kritis untuk kehidupan anak babi yang baru
lahir sebagimana fungsinya yang merupakan sumber utama kekebalan melawan penyakit pada
masa awal kehidupan. Hal yang perlu dicatat bahwa secara bertahap terjadi perubahan kolostrum
menjadi air susu pada dua ke tiga hari periode transisi. Apabila ada anak babi yang lemah, harus
diberikan kesempatan yang baik untuk menyusu dengan mengarahkan anak-anak babi ke ambing
induk.

 Penyuntikan Zat Besi

Anemia pada anak babi menyusu merupakan masalah yang telah lama diketahui secara baik
oleh para peternak maju. Hal ini terjadi disebabkan oleh kekurangan zat besi dimana plasenta
dan ambing tidak efisien memindahkan mineral tersebut. Penambahan zat besi untuk mengatasi
kekurangan zat besi pada anak babi yang tidak bersentuhan dengan tanah dapat diberikan baik
melalui mulut maupun disuntikkan.
Dalam air susu induk kandungan zat besinya sangat rendah dan anak babi yang lahir menyimpan
zat besi dalam jumlah yang terbatas dimana biasanya hanya mencukupi kebutuhan dari satu
minggu setelah lahir. Pada waktu lahir, dalam tubuh anak babi mengandung kira-kira 40 – 50 mg
zat besi, disimpan terutama dalam hati, dimana anak babi mulai mengguankannya segera setelah
lahir. Secara rata-rata anak babi membutuhkan 7 mg zat besi setiap hari pada minggu pertama
setelah lahir, sedangkan air susu induknya hanya dapat memberikan 1-2 mg per hari kepada tiap
ekor anaknya. Dengan demikian, anak babi akan kehabisan simpanan zat besi dan anemia akan
timbul setelah satu minggu. Apabila tidak teramati, perkembangan anemia dan resiko kematian
akibat mencret, radang paru-paru dan penyakit menular lainnya akan meningkat.

Anemia bukanlah masalah yang serius apabila ternak babi dipelihara di luar kandang atau
dilepas. Anak-anak babi selalu kontak dengan tanah, yang secara alami kaya akan sumber zat
besi yang diperlukan. Akan tetapi, anak babi yang dipelihara selamanya dalam kandang dapat
mengalami kekurangan zat besi kecuali diberi tambahan sebelum cadangan atau simpanan zat
besi habis dipergunakan. Penyuntikan zat besi (dan ikatan lain) biasanya dianjurkan diberikan
ketika babi berumur tiga hari, tetapi hasil yang memuaskan dapat diperoleh jika anak babi
disuntik sewaktu-waktu pada minggu pertama setelah lahir. Penyuntikan cairan zat besi secara
menyakinkan dapat mempertahankan hemoglobin pada taraf yang sangat tinggi, tetapi dapat
menyebabkan luka pada tempat penyuntikan.

C.Penitipan Anak Babi dan Makanan Buatan

Anak babi yang kehilangan induknya dapat terjadi oleh karena beberapa faktor seperti induk
mati setelah beranak, ambing yang luka, tidak dapat menyusui atau jumlah anak yang terlalu
banyak. Anak babi dari induk demikian hanya dapat dipelihara dengan berhasil apabila anak-
anak babi tersebut memperoleh sejumlah kolostrum yang cukup. Untuk memelihara anak babi
yang kehilangan induk, dapat dilakukan dengan menitipkannya pada induk yang tidak ada air
susu dan induk yang mempunyai beberapa anak saja. Penitipan adalah memindahkan anak babi
dari satu induk ke induk lain dalam suatu kelompok bibit.

Penitipan dapat berhasil apabila induk ditangani dalam kandang yang mempunyai tempat
beranak dan mulai dititipkan dalam waktu 48 jam setelah lahir. Pemindahan baik dilakukan lebih
dini dalam kehidupannya sebelum pemilikan puting sudah tetap, dan anak babi yang kuat dan
lebih mengerti akan lebih berhasil dalam penitipan. Umur atau waktu penitipan merupakan hal
yang penting karena puting susu yang tidak digunakan akan menjadi kering. Meskipun
dipindahkan pada umur dini, peternak masih akan menjumpai masalah karena induk dapat
dengan mudah mengenal anak-anaknya melaui isyarat penciuman dan kemampuannya itu akan
semakin meningkat dengan mengingkatnya umur babi. Banyak cara efektif yang telah dilakukan
oleh para peternak untuk menghalangi induk dalam mengenal anak-anak babi yang bukan
anaknya.

Salah satu cara untuk dapat menerima anak babi yang baru dengan pasti adalah menyatukan
anak-anak babi dari induk dengan anak babi titipan dalam satu kotak selama satu sampai dua jam
setiap anak babi tersebut tidak menyusu hingga mereka mempunyai bau yang sama. Mengolesi
anak babi dengan air kencing induk adalah suatu cara yang lain. Menyiram anak-anak babi
termasuk induk dengan bau-bauan, obat pembasmi hama penyakit atau bau-bauan yang lain
untuk menyamakan baunya sangat disenangi oleh peternak dibanding cara lain.

Pemeliharaan anak babi yang kehilangan induk dapat juga menggunakan beberapa pengganti
susu. Para ahli dari Universitas Dakota Selatan menyarankan menggunakan air susu campuran
dengan komposisi (1) satu liter air susu sapi yang sudah dipasteurisasi; (2) 0,3 liter air susu
dengan ½ kepala susu dan ½ air susu; dan (3) telur mentah. Bahan-bahan tersebut dicampur dan
disimpan pada temperature 3oC. Campuran dikocok dan sebagian dipanaskan sampai 29 oC
sebelum diberikan kepada ternak. Pemberian makan dilakukan dengan menggunakan selang
karet yang sesuai dengan menyambungkan ke alat penyemprot. Ujung selang dimasukkan
kedalam mulut babi dan langsung dipompakan ke kerongkongan kira-kira 7,5 cm mengarah ke
daerah jantung. Setiap ekor babi menerima dosis 15 cc campuran pada lima jam hari pertama
setelah lahir dan 20 cc pada hari kedua

D.Pembuatan Tanda dan Nomor

Tiap ekor anak babi dalam seperindukan harus diberi tanda atau nomor dalam waktu 24 jam
setelah lahir guna mengukur penampilan dari kelompok, kebijaksanaan dalam mengafkir, dan
ketegasan dalam menyeleksi bibit pengganti. Para peternak kecil biasanya memberi tanda pada
babi dengan membuat titik-titik pada kulit atau tanda-tanda tertentu pada bulu. Dipihak lain, para
peternak komersial dimana terdapat ratusan bahkan ribuan anak babi dari berbagai umur dalam
kelompok, pembuatan tanda atau nomor dapat dilakukan dengan cara pemotongan daun telinga
dan tattoo. Selain itu bisa juga dengan menggunakan eartag, cap bakar, phylox, dan sebagainya
tetapi cara ini kurang umum digunakan oleh para peternak babi.

E.Kastrasi atau Kebiri

Kastrasi adalah suatu pengambilan bagian kelamin utama dari pejantan, dan yang terbaik
dilakukan pada waktu anak babi berumur dua minggu. Pada umur ini, anak babi dengan mudah
ditangani; shok dan gangguan pertumbuhan sangat minim; dan kesempatan luka terkena infeksi
sangat kurang karena tempat atau kandang menyusu lebih bersih daripada kandang ternak babi
sapihan. Kastrasi anak babi dilakukan terutama untuk mencegah individu yang tidak diinginkan
dari gambaran dirinya sendiri, fasilitas pemberian makan secara bersama, dan juga untuk
tatalaksana praktis lainnya. Tujuan dari pengebirian adalah untuk memperbaiki karkas, akan
tetapi kenyataan secara keseluruhan memperlihatkan bahwa pertumbuhan babi jantan hampir
sama bila tidak lebih cepat daripada babi kebiri pada umur pasar yang sama, dan dengan efisiensi
penggunaan makanan dan kualitas karkas yang lebih baik.

Apabila seekor babi akan dikastrasi, kita tidak hanya harus mempertimbangkan umurnya,
tetapi juga kesehatan dan kemampuan dari ternak terhadap kondisi cekaman (stress). Melakukan
kastrasi adalah suatu operasi yang sederhana tetapi hal ini dapat menimbulkan bahaya apabila
seseorang tidak mempertimbangkan kondisi ternak dan ligkungannya. Kastrasi dapat berhasil
pada setiap musim, akan tetapi paling baik melakukannya apabila keadaan cuaca menyenangkan,
dipilih hari yang cerah, sejuk, hindarkan cuaca dingin, basah atau beruap.
Anak babi yang baru lahir tidak mampu mengatur suhu tubuhnya sebelum umur 2-3 hari,
tambahan panas diberikan selama keaadaan dingin atau cuaca buruk. Salah satu cara umum yang
dilakukan untuk menanggulanginya adalah menggunakan lampu (250watt) yang digantung. Hal
ini berguna untuk memberi kehangatan dan menarik perhatian anak babi agar menjauhi induk
apabila tidak sedang menyusu. Bola lampu digantung kira-kira 70-76 cm dari lantai, disesuaikan
dengan pertumbuhan anak babi.

Anak babi tumbuh dengan cepat dari sejak lahir. Kebutuhan makanannya akan meningkat
dengan bertambahnya umur. Air susu dari induk akan menurun setelah puncak produksi yang
dicapai kurang lebih tiga minggu setelah beranak, sehingga pemberian zat makanan dan ransom
anak babi yang lezat dan disukai anak babi sangat diperlukan. Memberi makanan ke anak babi
pada waktu menyusu baik dimulai pada umur kira-kira satu minggu. Hal ini memberi jaminan
bahwa anak babi mengkonsumsi makanan penguat yang cukup sebelum produksi air susu dari
induk mulai menurun. Anak babi yang dibiasakan untuk memakan ransom kering sebelum
disapih adalah menguntungkan baik untuk proses pencernaan dan tingkah laku makannya.
Pembentukkan lebih awal kemampuan bakteri dari pencernaan makanan yang bukan susu akan
memperkecil cekaman penyapihan dan dari segi tingkah laku hal tersebut sangat baik karena
telah mengetahui bahwa makanan kering adalah untuk dikonsumsi.

Kebanyakan peternakan intensif diluar negeri menyapih anak seperindukan pada rataan
umur empat sampai enam minggu. Biasanya anak babi yang disapih pada umur dua bulan, induk
akan mengalami kondisi yang menurun dimana pada banyak kejadian tidak mau untuk segera
dikawinkan kembali setelah penyapihan anak-anaknya. Apabila penyapihan dilakukan lebih awal
dari 56 hari, seekor induk dapat beranak kira-kira empat sampai lima kali dalam dua tahun,
diman induk biasanya birahi pada hari ketiga sampai hari ketujuh setelah penyapihan. Suatu
keuntungan dari penyapihan dini adalah menghasilkan jumlah kali beranak atau frekuensi
beranak yang lebih banyak per induk per tahun, sehingga sangat menguntungkan bagi peternakan
babi.
BAB IV
KESIMPULAN

Terdapat beberapa jenis babi yang dapt dijadikan bibit antara lain: Berksive, Chester
White, T amworth, Yorkshire, Sadleback, Hampshire, babi liar/celeng. Sedangkan ciri fisik Babi
yang baik dapat dilihat dari
1) Letak puting simetris
2) Tubuh padat dan berisi
3) Kaki kokoh dan tegap
Tata laksana usaha pembibitan babi harus memperhatikan hal-hal seperti ini:
1. Seleksi Bibit
2. Kandang dan Perlengkapan
3. Pakan dan Obat
4. Kesehatan Hewan
5. Biosekuriti
6. Tata Laksana Pembiakan
7. Replacement (Peremajaan)
DAFTAR PUSTAKA

Bakar, Abu. 2012. Pedoman Teknis Pembibitan Babi. Direktorat Jendral Peternakan Dan
Kesehatan Hewan. Kementrian Pertanian
Sution. 2010.Beternak Babi.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat
Subagyo,Sunarto. 2012. Performan Anak Babi Silangan Berdasarkan Parietas
Induknya. Sains Peternakan Vol 10 Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Partodiharjo, S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara.Jakarta
Anonim. 2012. Budidaya Ternak Babi. http://budidayaternak.comxa.com/single.php?
conten=Halaman-Kategori-Budidaya&idbudidaya=3&halaman=1. Diakses pada tanggal 23
Februari 2012.
Mangisah, Istna. 2003. Diktat Kuliah Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak babi. Jurusan Nutrisi dan
Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang.

Anda mungkin juga menyukai