PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bukan saja hanya sekedar usaha sambilan, akan tetapi mengarah kepada cabang
usaha atau usaha pokok dengan orientasi komersial. Hal ini tidak terlepas dari
kenyataan bahwa usaha peternakan itik adalah cukup menguntungkan dan dapat
cukup bagus.
dan sistem pemeliharaan yang memadai bagi para peternak agar dapat
itik terhadap bibit yang berkualitas. Yang ada saat ini adalah hanya para penetas
telur itik yang memperoleh telur tetasnya dari para peternak itik di sekitarnya,
dimana belum ada pembedaan yang jelas antara telur konsumsi dan telur tetas
untuk menghasilkan bibit, sehingga mereka tidak bisa mengetahui secara pasti
kualitas itik beserta produksi telurnya dengan pasti. Suatu usaha pembibitan
selayaknya bisa mengetahui kualitas bibit itik yang dihasilkan untuk dijual kepada
para peternak budidaya. Oleh karena itu, saat ini kebutuhan akan adanya
1
pengembangan usaha pembibitan itik yang layak di daerah-daerah produksi itik
karena memang usaha tersebut memerlukan modal yang relatif besar pada
menguntungkan dalam jangka panjang. Disamping itu, hal ini juga disebabkan
oleh masih rendahnya kesadaran terhadap kualitas bibit yang baik serta harga bibit
yang relatif rendah, karena para peternak itik masih menggunakan sistem
tradisional dan bagi sebagian besar dari mereka usahanya hanya dilaksanakan
beberapa bulan dalam setahun sebagai pengisi waktu di antara musim tanam, dan
baru sebagian kecil peternak yang melakukan kegiatan beternak itik secara penuh
sepanjang tahun.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam usaha pembibitan itik manila diperlukan itik yang baik. Untuk
memperoleh itik yang baik dilakukan melalui pemilihan betina (indukan) dan
yang dihasilkan, dengan kriteria seperti yang diharapkan oleh para pengguna bibit
untuk memperoleh suatu populasi induk dengan spesifikasi tertentu yang akan
melalui pemeriksaan dan atau pengujian berdasarkan kriteria dan tujuan tertentu
produksi diturunkan dari generasi ke generasi sesuai dengan kaidah genetika dan
dengan daya pewarisan yang berbeda-beda dari satu sifat ke sifat yang lain . Oleh
karena itu, pemilihan sifat yang akan dijadikan kriteria seleksi adalah sangat
penting agar seleksi yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas bibit tersebut
dapat berlangsung efektif. Seleksi dilakukan pada satu (atau lebih) sifat untuk
kemajuan (respon) seleksi yang dapat dicapai pada satu sifat akan mempengaruhi
3
pula ekspresi (kemajuan atau kemunduran) dari sifat yang lain . Untuk ini perlu
pada keragaman yang terdapat dalam populasi tersebut dan daya pewarisan dari
sifat yang dipakai sebagai kriteria seleksi. Dari pengalaman seleksi terhadap
berbagai jenis ternak unggas telah tersedia bermacam-macam metode seleksi yang
dapat dipakai untuk memperbaiki kualitas bibit . Metode yang dipakai sangat
menentukan kriteria dan tujuan seleksi pada itik petelur adalah umur pertama
bertelur, efisiensi penggunaan pakan, bobot dan ukuran telur, serta tingkat
produksi telur setahun, sedangkan untuk itik pedaging kriteria penting adalah
Kriteria seleksi apapun yang digunakan dalam suatu proses seleksi dapat
sangat berbeda-beda bagi setiap pemulia tergantung sifat yang ingin diubah.
Perbedaan ini dapat menghasilkan berbagai strain komersial yang beredar di pasar
pencatatan produksi atau pengamatan lain yang diperlukan secara akurat . Salah
keragaman ini pada umumnya menjadi semakin kecil . Untuk itik-itik petelur
4
lokal diperkirakan perlu minimal 6 generasi seleksi untuk mencapai respon yang
cukup nyata dan kestabilan produksi . Seleksi dapat dilakukan baik terhadap
kerugiannya. Apapun metode yang dipilih, seleksi harus diterapkan secara ketat
dan konsisten dan di bawah pengawasan oleh ahli pemuliaan ternak unggas .
persyaratan:
B. Pemberian Pakan
Bahan pakan diutamakan bersumber dari bahan pakan lokal. Pakan dapat
diberikan dalam bentuk halus (mash), butiran (crumble) atau pellet, dengan
kandungan nutrisi sesuai SNI/ PTM. Pakan ternak yang digunakan harus sesuai
SNI yaitu SNI 01- 3908-2006 (untuk pakan meri), SNI 01-3909-2006 (untuk
pakan itik dara) dan SNI 01-3910-2006 (untuk pakan itik petelur). Pakan yang
C. Sistem Produksi
5
Suatu usaha pembibitan hendaknya terkait dengan sistem produksi para
peternak itik budidaya sebagai konsumen bibit yang utama, dan ini berlaku bagi
Kelompok harus sudah ada sistem produksi yang berjalan dengan baik, terutama
kalau dalam bentuk kelompok peternak itik. Usaha pembibitan merupakan unit
Inti-Plasma, usaha koperasi, atau hanya sekedar usaha bersama dengan pengurus
dari antara para anggota. Manfaat utama adanya mekanisme kelompok adalah
Faktor lain yang perlu mendapat perhatian dan berkaitan dengan sistem
produksi adalah skala usaha, baik dalam tingkat perorangan peternak maupun
sebagai usaha bersama. Usaha peternakan itik secara intensif dan sepenuhnya
terkurung memerlukan biaya produksi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
yang bisa lebih tinggi. Oleh karena itu, skala usaha minimum harus dipenuhi agar
6
Usaha Pembibitan Kelompok pada awalnya memerlukan minimal 1500-
2000 ekor induk untuk menghasilkan bibit bagi keperluan anggotanya, dan demi
efektifnya program seleksi induk yang dilakukan. Lambat laun jumlah induk
usaha pembibitan Komersial diperlukan minimal 10.000 ekor induk bagi usahanya
demi efisisensi usaha serta tingkat pengembalian modal awal yang cukup tinggi.
Berkaitan dengan sistem produksi bibit pada ternak unggas, secara umum
dikenal adanya stratifikasi bibit yang terdiri dari bibit galur murni (pure line),
bibit nenek (grand-parent stock), bibit induk (parent stock), dan bibit niaga atau
bibit sebar (final stock). Jumlah tingkatan strata dari pembibitan suatu jenis ternak
tergantung dari materi genetik yang ada, tujuan program pemuliaan yang ingin
dicapai, dan strategi dagang perusahaan pembibit yang bersangkutan. Untuk itik
lokal petelur yang ada di Indonesia kiranya dianggap cukup jika terdiri dari bibit
galur murni, bibit induk dan bibit niaga. Pembibitan galur murni diperlukan untuk
sistem produksi bibit induk diperlukan sebagai alat mekanisme kontrol kualitas
bibit niaga yang beredar, dan sistem produksi bibit niaga diharapkan mampu
D. Sistem Perkawinan
7
individu dari dua kelompok populasi yang berbeda (persilangan). Bagi sistem
perkawinan antar individu dalam satu kelompok populasi yang perlu dihindari
tertentu yang merugikan . Namun demikian, sejauh ini proses pemuliaan ternak
unggas tidak perlu terlalu khawatir terhadap pengaruh negatif silang dalam,
bahkan silang dalam sering dimanfaatkan untuk membentuk galur tertentu yang
unggul dan sangat seragam dalam waktu yang relatif singkat . Dalam perkawinan,
perbedaan di antara kelompok dapat berdasarkan rumpun yang berbeda atau dari
rumpun yang sama tapi dari galur yang berbeda dengan spesifikasi yang berbeda
pula .
Perkawinan itik dapat dilakukan dengan cara kawin alam dan Inseminasi
Buatan (IB).
D. Pola Pemeliharaan
Pola pemeliharaan itik manila dilakukan dengan cara intensif dan semi
intensif.
1. Intensif
2. Semi Intensif
8
Pola pemeliharaan semi intensif dilakukan dengan cara mengelola
sebagian kebutuhan hidup dan kesehatan itik di dalam kandang dan dalam
tetas berdasarkan bobot, bentuk dan warna sesuai dengan rumpun; dan
c. telur tetas sebaiknya dibersihkan secara basah dengan
liter Chlorin dalam 400 liter air pada suhu 38 40 oC selama 7 menit,
2. Penetasan
kebutuhan.
3. Penanganan DOD
F. Pencatatan
9
Dalam usaha pembibitan itik lokal perlu dilakukan pencatatan yang
meliputi:
1) bobot DOD
2) bobot badan dan umur pertama bertelur;
3) produksi telur;produksi telur tetas;
4) fertilitas dan daya tetas;
5) produksi DOD yang layak didistribusi;
6) persentase kematian anak itik sampai dewasa;
7) program vaksinasi;
8) jenis penyakit dan penanggulangannya; dan
9) pemasukan bibit (tanggal, asal, jumlah, jenis kelamin dan kondisi).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
upaya peningkatan kualitas bibit yang hanya bisa dicapai melalui pengembangan
Manila oleh para peternak itik atau pihak swasta dalam bentuk pedoman
10
Pembibitan ternak itik Manila dapat dikembangkan dalam bentuk Usaha
pembibitan itik Manila yaitu antara lain: sistem produksi, sistem seleksi induk,
B. Saran
dapat dilaksanakan dalam bentuk praktikum bukan hanya dalam bentuk makalah
saja.
DAFTAR PUSTAKA
............Panduan budidaya dan usaha ternak itik. Balai penelitian ternak; Bogor
Direktorat Pembibitan Ternak, 2014. Pedoman pembibitan itik lokal yang baik.
Kementrian Pertanian ; Jakarta
11
Koreksi dari dosen
Sebaiknya dilengkapi dengan gambar itik agar lebih mudah untuk dimengerti.
Asal usul itik manila
Karakter itik manila
12