PENDAHULUAN
Budidaya ayam petelur adalah salah satu usaha yang banyak diminati
masyarakat Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia,
populasi ayam petelur di Provinsi Maluku mencapai 37.000 ekor di tahun
2018, tahun 2019 mencapai 43.883 ekor, tahun 2020 mencapai 70.377 ekor,
tahun 2021 mencapai 96.421 dan mengalami peningkatan pada tahun 2022
mencapai 115.020 Ekor. Populasi ayam ras petelur semakin meningkat dari
tahun ke tahun dikarenakan semakin meningkatnya pemintaan masyarakat akan
telur konsumsi. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan, dalam kurun waktu 2017-2021 populasi ayam ras di Indonesia
mengalami rata-rata peningkatan sebesar 2,58 persen.
Peningkatan populasi ayam ras petelur saai ini belum diiringi dengan
peningkatan produktivitasnya. Oleh karena itu, untuk memperoleh performa yang
optimal, secara teknis hal yang harus diperhatikan adalah lingkungan farm,
sistem perkandangan, sistem pemeliharaan, lama pemeliharaan, manajemen
pemeliharaan, serta ketersediaan tenaga kerja yang baik. Selanjutnya hal-hal
yang harus dilakukan oleh pelaku usaha agar performa ayam yang dipelihara
tercapai adalah kesehatan ternak (sistem biosekuriti, program vaksinasi &
medikasi), berat badan (sesuai standard), penimbangan: keseragaman/uniformity
minimal 90%, kualitas pakan (kandungan asam amino, agar berat telur
standard), serta kebutuhan pakan berdasarkan produksi.
Usaha peternakan ayam petelur dapat dikatakan berhasil saat hasil
produktivitas ayam telah tercapai dan keuntungan diperoleh (Sahiman, 2011).
Masalah yang sering dihadapi peternak ketika menjalankan budidaya ayam ras
petelur adalah tidak tercapainya target produksi telur. Puncak produksi
adalah masa produksi telur ayam layer yang paling tinggi dalam satu periode
pemeliharaan. Masa tersebut diharapkan dapat dioptimalkan untuk memperoleh
keuntungan yang maksimal. Parameter keberhasilan usaha ayam layer adalah
tercapainya standar produktivitas meliputi Hen Day Production (HDP)
mencapai ≥ 90%, Feed Conversion Ratio (FCR) dengan nilai 2,0 – 2,1 , berat
telur rata-rata 60gr/butir ketika puncak produksi (Sahiman, 2011).
3
Manfaat dari praktek kerja lapangan ini ialah agar mahasiswa mendapat
pengetahuan dan pengalaman lebih tentang bagaimana performa ayam ras
petelur pada fase layer, sehingga mahasiswa mendapatkan keterampilan dan
kealihan sebagai bekal dalam berwirausaha ataupun bekerja di dunia peternakan
setelah lulus nanti.