PENDAHULUAN
dibedakan menjadi unggas darat dan unggas air. Dari berbagai macam jenis
unggas air yang ada di Indonesia, itik merupakan ternak yang paling populer. Itik
lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan
berkembang, hal ini karena semakin banyaknya usaha peternakan itik baik sebagai
Populasi itik di Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 46.875.310 ekor atau
nasional sebanyak 34.840 ton meningkat 5,02% dibandingkan dengan tahun 2013
dan telur sebanyak 282.600 ton meningkat 3,49% dibandingkan dengan tahun
Indonesia antara lain; Itik Cihateup dari Tasikmalaya, Itik Turi dari Bantul
Jogyakarta, Itik Alabio dari Kalimantan, Itik Pegagan dari Sumatra Selatan, Itik
Magelang, Itik Cirebon, Itik Tegal, Itik Lombok, Itik Bali dan Itik Damiaking.
2
Itik Damiaking merupakan itik khas yang telah dibudidayakan dan berkembang di
Provinsi Banten. Warna bulunya yang khas seperti warna jerami kering,
melakukan persilangan itik Damiaking dengan itik lokal seperti itik Tegal di
pertumbuhan dan berat badan). Oleh karena itu pelestarian dan penangkaran itik
kepemilikan rata - rata 100 ekor (kisaran 10-150 ekor). Sistem pemeliharaan
sangat tergantung pada musim tanam padi. Pada saat musim panen padi, ternak
dipelihara dalam kandang pada malam hari, sedangkan pada pagi sampai sore
ternak diangon di sawah atau digembalakan di sekitar kandang dekat kolam atau
dengan kondisi ekonomi peternak dan persediaan pakan yang ada di area tempat
pemeliharaan.
oleh karena itu peningkatan populasi dalam rangka pelestarian dan pemuliaan itik
populasi itik Damiaking. Telur tetas adalah telur yang berasal dari induk yang
telah dibuahi oleh pejantan, sehingga dapat ditetaskan karena telur tersebut
bertunas (fertil).
Kualitas telur dapat digolongkan menjadi dua, yaitu kualitas eksterior dan
kualitas interior. Karakteristik eksterior telur tetas yang penting diamati antara
lain bobot telur, shape indeks, dan specific gravity. Pengukuran karakteristik telur
tetas penting dilakukan untuk mengetahui kualitas telur yang baik, karakteristik
dan specific gravity) telur tetas itik Damiaking yang dipelihara secara ekstensif.
(bobot telur, shape index, dan specific gravity) telur tetas itik Damiaking yang
mengenai karakteristik eksterior telur tetas itik Damiaking yang dipelihara secara
Ternak itik merupakan salah satu jenis unggas yang sangat potensial untuk
seluruh wilayah tanah air (Suharno dan Amri, 2000). Itik Damiaking merupakan
jenis itik lokal Indonesia, yang telah dibudidayakan dan berkembang di daerah
Serang- Banten.
Itik Damiaking adalah jenis itik petelur lokal yang memiliki ciri selain
warna bulunya seperti jerami kering juga warna kaki dan paruh hitam, serta bobot
badan betina dewasa berkisar 1,5-2,2 kilogram (Mayunar, 2011). Itik Damiaking
pada umumnya dipelihara secara tradisional atau ekstensif, yaitu dengan cara
ketempat yang lainnya untuk mencari makan. Itik ini biasa dipelihara pada daerah
dekat pesisir pantai, pakannya berupa limbah rumah tangga dan pakan alami yang
tersedia di tempat penggembalaan seperti sawah dan kolam, selain itu itik
Damiaking ini juga diberi pakan tambahan seperti kepala udang, kerang, keong
ketersediaan bibit yang berkualitas dan sistem pemeliharaan yang memadai bagi
kepemilikan 100 ekor (kisaran 50-150 ekor), itik yang digunakan adalah yang
sudah siap telur. Produktivitas bulanan berkisar antara 41,5% - 76,1% (rataan
54,6% ) atau setara dengan 160 - 165 butir/ekor/tahun dengan daya tetas 32%
(Mayunar, 2011). Itik Damiaking memiliki warna kerabang telur hijau kebiru-
biruan, namun diantara individu dari populasi itik tersebut menghasilkan telur
(Mayunar, 2011).
Penetasan telur merupakan salah satu usaha yang cukup penting dalam
tetas terutama dalam usaha pembibitan ternak. Kualitas telur tetas yang
digunakan dalam penetasan akan mempengaruhi daya tetas (Ayu, dkk. 2012).
Kualitas telur adalah istilah umum yang mengacu pada beberapa standar yang
menghasilkan hasil tetas yang seragam pula. Telur tetas yang akan ditetaskan
harus mempunyai bobot telur, shape index dan spacific gravity serta umur yang
hampir seragam agar didapatkan hasil tetas DOD yang seragam pula, baik kualitas
maupun kuantitas. Fertilitas dapat dipengaruhi oleh umur telur tetas dan faktor
mengukur bobot telur, shape index (bentuk telur), dan specific gravity. Bobot
6
telur diperoleh dari penimbangan telur (gram), pengukuran bobot telur tetas perlu
dilakukan karena akan mempengaruhi bobot DOD yang akan dihasilkan. Bobot
telur dipengaruhi oleh faktor keturunan, umur induk, bobot badan induk, pakan,
air, suhu lingkungan, bahan-bahan kimia, obat-obatan dan penyakit. Bobot telur
yang dilakukan pada itik tegal, bobot telur rata-rata itik yang di gembalakan 67,9
bobot telur tetas itik Cihateup adalah 69,83 gram (Lestari, dkk. 2014). Telur yang
terlalu kecil ataupun terlalu besar mempunyai daya tetas yang rendah, disamping
itu bobot telur mempunyai korelasi positif dengan bobot tetas, sehingga telur yang
kecil akan menghasilkan bobot tetas yang kecil, demikian pula sebaliknya.
Shape Index diperoleh dari pembagian antara lebar dengan panjang telur
dan dikalikan dengan 100. Bentuk telur yang baik untuk ditetaskan adalah tidak
terlalu bulat juga tidak terlalu lonjong (Kelly, 2006). Bentuk telur merupakan
salah satu sifat mutu telur yang dipengaruhi oleh keturunan, bentuk telur yang
baik adalah proporsional berbentuk ovoid. Bentuk telur terlalu lonjong atau
terlalu bulat, maka mengakibatkan daya tetas rendah (Sudaryani, 1996). Cara
mengetahui bentuk telur yaitu dengan cara menghitung indeks telur (shape
indeks), indeks telur yang ideal adalah 74% (Sujana, dkk. 2013). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan pada itik Cihateup memiliki Shape index telur 81,4%
Specific gravity merupakan nilai menunjukkan berat jenis telur, telur segar
memiliki nilai specific gravity yang lebih tinggi dibandingkan telur yang sudah
mungkin. Specific gravity juga merupakan salah satu cara untuk menentukan
7
positif, kerabang telur yang retak tidak baik untuk ditetaskan karena akan
tentang kemungkinan telur yang retak selama penanganan (Butcher dan Miles,
2004). Pengamatan spacific gravity hanya dapat dilakukan pada telur-telur segar
atau telur dengan kantung udara kecil, ada hubungan yang erat antara nilai
spacific gravity dengan daya tetas dari telur. Kualitas kerabang telur yang baik
diperoleh dari telur yang memiliki nilai spacific gravity di atas 1,080, rata-rata
nilai spacific gravity telur itik yaitu 1,083 (Romanoff dan Romanoff, 1963).
terkurung basah adalah 1,171 ± 0,168 dan rataan specific gravity pada sistem
pemeliharaan kering 1,099 ± 0,039 dan analisis variasi spesific gravity telur itik
yang dipelihara secara terkurung basah berbeda nyata lebih tinggi (P < 0,05)
Universitas Padjadjaran. Telur tetas berasal dari satu peternak itik Damiaking di
Serang-Banten.