Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AYAM BURAS NUNUKAN

Dosen Pengampu :

DR. Ir. Muharlien, MP

Disusun oleh :

1. Desy Sandra Rhomadona (175050101111073)


2. Noni Asri Magfiroh

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta

hidayahnya sehingga penulisan makalah tentang “Ayam Nunukan”.ini dapat terselesaikan

sebagaimana mestinya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata

kuliah Produksi Ternak Unggas yang telah di berikan oleh dosen kepada kami.

Tidak dipungkiri bahwa makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak,

dan kami menyadari sepenuhnya tanpa adanya bantuan dan dukungan tersebut makalah ini

mungkin tidak akan dapat diselesaikan tepat waktu. Terkait dengan semua itu pada kesempatan

yang sangat berbahagia ini kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada dosen yang telah mendidik kami, semoga jerih payah dosen akan tercatat

sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT Amin.

Malang,
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Ayam di Indonesia di kelompokan menjadi dua kelompok yaitu ayam ras dan ayam
buras. Ayam ras maupun ayam bukan ras mempunyai arti yang sangat besar di masyarakat, baik
itu sebagai sumber protein hewani maupun sebagai sumber pekerjaan dan mendapatkan
tambahan penghasilan.

Ayam buras atau bukan ras sering juga disebut sebagai ayam local Indonesia. Sedangkan
ayam ras yakni ayam yang mempunyai perkembangan paling cepat karena hasil dari seleksi
breeding untuk tujuan tertentu, misalnya ayam layer dan boiler. Ayam buras meliputi : ayam
kampung, ayam kedu, ayam merawang dll, salah satunya yakni ayam nunukan. Secara umum
nama – nama ayam buras di tentukan berdasarkan daerah asalnya, pemanfaatannya ataupun hal
lain. Namun pada umumnya masing – masing daerah mempunyai ayam local yang khas, baik
yang sudah dikenal maupun belum yang dikenal oleh masyarakat.

Sampai saat ini ayam buras atau ayam local masih merupakan salah satu komoditas
peternakan andalan karena memiliki potensi yang sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan
protein hewani (penghasil daging dan telur) bagi masyarakat dan mendukung peningkatan
pendapatan masyarakat terutama di daerah pedesaan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Dimana asal ayam nunukan ?
b. Seperti apa karakteristik ayam nunukan ?
c. Apa saja potensi ayam nunukan untuk dikembangkan ?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui asal ayam nunukan
b. Untuk mengetahui karakteristik ayam nunukan
c. Untuk mengetahui potensi ayam nunukan untuk dikembangkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu ayam lokal Indonesia adalah ayam Nunukan yang merupakan plasma nutfah
khas Kalimantan Timur. Menurut sejarahnya ayam ini dibawa oleh para imigran dari Cina yang
bekerja di daerah Nunukan dan Tarakan. Walaupun ayam ini telah populer dengan nama Ayam
Nunukan namun di pulau Nunukan ayam tersebut tidak berkembang karena para imigran Cina
lebih banyak menetap di pulau Tarakan dan akhirnya di pulau inilah ayam Nunukan lebih banyak
berkembang (Wafiatiningsih, dkk 2012). Ayam Nunukan merupakan ayam local yang berpotensi
untuk dikembangkan. Ayam nunukan termasuk ayam asli Indonesia hasil domestikasi yang
berada dalam satu clade dengan ayam hutan merah (Gallus gallus gallus) yang termasuk ayam
hutan Indonesia, sehingga dapat dikatakan berdekatan secara geneologis dengan ayam hutan
merah. Ayam domestikasi (ayam lokal) Indonesia berasal dari satu moyang (monofiletik), yaitu
spesies ayam hutan merah (Alwi, dkk 2014).
Ciri khusus dari ayam ini adalah baik jantan maupun betina mempunyai bulu berwarna
coklat sebagai warna dasar, pola warna bulu polos, kerlip bulu keemasan dan corak bulu polos.
Ciri khas lain dari ayam jantan Nunukan adalah lambatnya pertumbuhan bulu di sayap dan bulu
ekor sangat sedikit/sangat pendek atau bahkan tidak tumbuh sama sekali (WAFIATININGSIH,
et al., 2005). Ayam Nunukan mempunyai ukuran panjang kaki yang lebih pendek (panjang paha
9,93 ± 0,69 cm untuk betina dan 10,33 ± 0,81 cm untuk jantan) dibanding ayam buras jenis lain.
(Wafiatiningsih, dkk 2012)
Murtidjo (2000), menyatakan bahwa produksi pertama ayam Nunukan pada umur 153
hari, sedangkan ayam ras petelur umur 150 hari. Produksi telur ayam Nunukan sebanyak 182
butir sedangkan ayam ras sebanyak 259 butir. Walaupun produksi telur lebih sedikit tapi
konsumsinya juga lebih sedikit yaitu sebanyak 85 gr/ekor/hari sedangkan ayam ras sebanyak 118
gr/ekor/hari, tetapi konversi pakan ayam Nunukan lebih besar yaitu sebesar 3,6 sedangkan ayam
ras sebesar 2,7. Dan menurut Alwi, dkk (2014) Ayam nunukan merupakan ayam tipe dwiguna,
yaitu sebagai penghasil daging dan telur, dengan bobot badan dewasa berkisar 1,5-3,0 kg pada
jantan, dan betinanya berkisar 1,1-2,8 kg.
BAB III
PEMBAHASAN

Ayam nunukan lebih banyak berkembang di Pulau Tarakan di Kalimantan Timur, hal ini
disebabkan para imigran dari Cina beralih profesi menjadi pedagang sambil emelihara ayam
nunukan dan enetap di pulau Tarakan setelah perusahaan – perusahaan tersebut tutup. ayam ini
pernah dikembangkan di pulau Nunukan sehingga disebut juga ayam nunukan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Wafiatiningsih, dkk (2012) bahwa Salah satu ayam lokal Indonesia adalah
ayam Nunukan yang merupakan plasma nutfah khas Kalimantan Timur. Menurut sejarahnya
ayam ini dibawa oleh para imigran dari Cina yang bekerja di daerah Nunukan dan Tarakan.
Alwi, dkk (2014) juga menyatakan bahwa ayam Nunukan merupakan ayam local yang
berpotensi untuk dikembangkan.
Ayam nunukan termasuk ayam asli Indonesia hasil domestikasi yang berada dalam satu clade
dengan ayam hutan merah (Gallus gallus gallus) yang termasuk ayam hutan Indonesia, sehingga
dapat dikatakan berdekatan secara geneologis dengan ayam hutan merah. Ayam domestikasi
(ayam lokal) Indonesia berasal dari satu moyang (monofiletik), yaitu spesies ayam hutan merah.
Ciri ayam nunukan berwarna coklat kemerahan (buff), bulu utama sayap dan ekor tidak
berkembang, paruh dan ceker berwarna kuning, pola bulu columbian. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Wafiatiningsih, et al., (2005) bahwa ciri khusus dari ayam ini adalah baik jantan
maupun betina mempunyai bulu berwarna coklat sebagai warna dasar, pola warna bulu polos,
kerlip bulu keemasan dan corak bulu polos. Ciri khas lain dari ayam jantan Nunukan adalah
lambatnya pertumbuhan bulu di sayap dan bulu ekor sangat sedikit/sangat pendek atau bahkan
tidak tumbuh sama sekali. Dapat diartikan bahwa karakteristik yang ada pada ayam nunukan di
Pulau Tarakan saat ini dapat dijadikan penanda karakteristik ayam nunukan yang murni.
Karakteristik lainnya pada ayam nunukan di Pulau Tarakan adalah ayam yang belum
dewasa, cenderung berbulu kapas. Bagian tertentu tubuh ternak ayam tidak ditumbuhi bulu, pada
jantan tidak tumbuh sempurna pada bulu sayap, sedangkan pada betina terdapat bulu sayap
namun jumlahnya sedikit. Wafiatiningsih, dkk (2012) menyatakan bahwa ayam Nunukan
mempunyai ukuran panjang kaki yang lebih pendek (panjang paha 9,93 ± 0,69 cm untuk betina
dan 10,33 ± 0,81 cm untuk jantan) dibanding ayam buras jenis lain. Sifat karakteristik ayam
Nunukan dapat dilihat pada table 1.
Ayam nunukan lebih unggul jika dibandingkan dengan jenis ayam kampung lainnya
sesuai dengan pernyataan Alwi, dkk (2014) bahwa ayam Nunukan merupakan ayam tipe
dwiguna, yaitu sebagai penghasil daging dan telur, dengan bobot badan dewasa berkisar 1,5-3,0
kg pada jantan, dan betinanya berkisar 1,1-2,8 kg. Sedangkan menurut Murtidjo (2000),
menyatakan bahwa produksi pertama ayam Nunukan pada umur 153 hari, sedangkan ayam ras
petelur umur 150 hari. Produksi telur ayam Nunukan sebanyak 182 butir sedangkan ayam ras
sebanyak 259 butir. Walaupun produksi telur lebih sedikit tapi konsumsinya juga lebih sedikit
yaitu sebanyak 85 gr/ekor/hari sedangkan ayam ras sebanyak 118 gr/ekor/hari, tetapi konversi
pakan ayam Nunukan lebih besar yaitu sebesar 3,6 sedangkan ayam ras sebesar 2,7. Hal ini
menunjukan bahwa ayam nunukan selain sebagai ayam pedaging namun juga berpotensi sebagai
ayam penghasil telur dengan produksi telur 182 butir. Ayam Nunukan mempunyai warna
kerabang telur coklat muda keputihan, mirip dengan telur ayam kampung biasa. Hal ini
menyebabkan telur ayam Nunukan disukai oleh masyarakat, sehingga ayam Nunukan sangat
berpotensi sebagai ayam petelur. Produksi telur ayam Nunukan dapat dilihat pada table 2 dan
table bobot badan ayam nunukan dapat dilihat pada table 3.

Tabel 1. Karakteristik dan frekuensi fenotip warna bulu ayam Nunukan.


(Wafiatiningsih, dkk 2005).
Keterangan Ayam Ras Ayam Nunukan
Produksi pertama (hari) 150 153
Produksi 40 % (hari) 174 186
Puncak produksi (%) 87 62
Produksi telur (butir) 259 182
Berat telur (gr) 62.6 47,5
Konsumsi/hari (gr) 118 85
Konversi 2,7 3,6
Tabel 2. Perbandingan produksi telur ayam Ras dengan ayam Buras Nunukan

Bobot Badan (kg/ekor) Ayam Nunukan Ayam Buras Lain

Jantan dewasa 2,5 – 3,5 2,0 – 2,5

Betina dewasa 2,0 – 2,3 1,4 – 1,8

Tabel 3. Perbandingan bobot badan ayam Nunukan dengan ayam Buras lain.
Dari tabel diatas diketahui bahwa ayam Nunukan dapat dijadikan sebagai ayam tipe
pedaging ataupun tipe petelur, karena jika dibandingkan dengan ayam ras petelur produksi
pertama ayam nunukan lebih unggul walaupun lebih rendah pada puncak produksinya namun
konsumsi ayam nunukan jauh lebih rendah dari pada ayam Ras. dan ayam nunukan juga
mempuyai bobot badan yang lebih unggul dari pada ayam Buras lainnya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
ayam Nunukan yang merupakan plasma nutfah khas Kalimantan Timur yang dibawa oleh
para imigran dari Cina. Ayam nunukan termasuk ayam asli Indonesia hasil domestikasi yang
berada dalam satu clade dengan ayam hutan merah (Gallus gallus gallus). ciri khusus dari
ayam ini adalah baik jantan maupun betina mempunyai bulu berwarna coklat sebagai warna
dasar, pola warna bulu polos, kerlip bulu keemasan dan corak bulu polos dan ayam yang
belum dewasa, cenderung berbulu kapas. Bagian tertentu tubuh ternak ayam tidak ditumbuhi
bulu. ayam Nunukan merupakan ayam tipe dwiguna, yaitu sebagai penghasil daging dan
telur, dengan bobot badan dewasa berkisar 1,5-3,0 kg pada jantan, dan betinanya berkisar
1,1-2,8 kg dengan produksi telu 182 butir.

4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Muhammad., Cece Sumantri., Sri Darwati. 2014. Karakteristik Genetik dan Fenotip Ayam
Nunukan di Pulau Tarakan, Kalimantan Timur. Jurnal Veteriner. 15 (2) : 173 – 181

Murtidjo, B.A. 2000. Mengelola Ayam Buras. Penerbit Kanisius : Yogyakarta.

Wafiatiningsih., Imam Sulistyono., R. Ayu Saptati. 2005. Performans dan Karakteristik Ayam
Nunukan. Jurnal Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal. 1
(1) : 56 – 60

Wafiatiningsih., Imam Sulistyono., N.R Bariroh. 2012. Pengembangan Ayam Nunukan dan
Permasalahannya di Kalimantan Timur. Jurnal Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi
Pengembangan Ayam Lokal. 1 (1) : 31 – 35

Anda mungkin juga menyukai