Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

IDENTIFIKASI BAHAN PAKAN RUMINANSIA

OLEH:

NAMA: IBNU HAJAR

NIM: 05.10.20.2227

1G-BUDIDAYA TERNAK

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM
PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala kemampuan
rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelasaikan Tugas Makalah yang
berjudul “IDENTIFIKASI BAHAN PAKAN RUMINANSIA”. Dengan mengucap
puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, serta tak lupa
sholawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SWT atas petunjuk dan
risalah-Nya, dan atas doa restu dan dorongan dari berbagai pihak-pihak yang telah
membantu kami memberikan referensi dalam pembuatan makalah ini.

Kami dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
ini, oleh karena itu kami sangat menghargai akan saran dan kritik untuk
membangun makalah ini lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan,
semoga melalui laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan ini. Dalam penulisan laporan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan laporan ini khususnya kepada Bapak/Ibu
Dosen dan Bapak/Ibu PLP yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Jeneponto, 26 April 2021

IBNU HAJAR

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan Praktikum .......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ................................ 3
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 3
B. Landasan Teori .............................................................................................. 5
BAB III METODE PRAKTIK ................................................................................ 8
A. Bahan dan Alat .............................................................................................. 8
B. Metode........................................................................................................... 8
C. Tempat dan Waktu ........................................................................................ 8
BAB IV HASIL Dan PEMBAHASAN ................................................................... 9
A. Hasil .............................................................................................................. 9
B. Pembahasan ................................................................................................. 15
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 33
A. Kesimpulan ................................................................................................. 33
B. Saran ............................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 34

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pakan merupakan kebutuhan utama dalam segala bidang usaha ternak, termasuk
dalam hal ternak ruminansia, pemberian pakan dimaksudkan agar ternak
ruminansia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sekaligus untuk pertumbuhan dan
reproduksi. Setiap ternak ruminansia membutuhkan makanan berupa hijauan
karena memiliki kandungan serat kasar yang tinggi. Pakan bernutrisi yang baik dari
segi kualitas maupun kuantitas ini sangat dibutuhkan bagi ternak yang sedang dalam
masa pertumbuhan, sedang menyusui, maupun sebagai sumber energi dalam
melakukan aktivitas (Djarijah, 1996). Permasalahan pakan di daerah sentra meliputi
kualitas pakan yang rendah dan rendahnya pengetahuan tentang kebutuhan nutrien
serta formulasi ransum ruminansia, sedangkan permasalahan di daerah nonsentra
meliputi kontinuitas pakan yang rendah, rendahnya pengetahuan tentang
pengolahan dan pengawetan pakan serta kurangnya tenaga kerja. Kebutuhan
teknologi untuk mengatasi masalah tersebut menurut persepsi peternak di daerah
sentra adalah teknologi pengolahan pakan, formulasi ransum, dan pembuatan
complete feed melalui peningkatan pengetahuan peternak. Daerah nonsentra
membutuhkan pengolahan dan pengawetan pakan, serta teknologi pembuatan
complete feed yang dikembangkan melalui penguatan kelembagaan peternak (Baba
dkk., 2011).

Ruminansian terjadi pada hewan pemamah biak. Pengeluaran kembali makanan


yang telah tercerna sebagian yang disebut cad, keluar dari rumen yang
mengunyahnya untuk kedua kalinya disebut juga cudding (Dorland, 2002).
Ruminansia adalah kelompok ternak mamalia yang bisa memah (memakan) dua
kali sehingga kelompok ternak tersebut dikenal juga sebagi hewan memamah biak.
Hewan ruminansia memiliki empat lambung, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum,
Abomasum. Selain itu hewan ruminansia juga memamah makanan yang telah

1
dicerna atau biasa disebut memamah biak. Contoh hewan ruminansia yaitu sapi,
domba, kambing dan rusa (Hakim, 2009).

B. Rumusan Masalah

1. Mengidentifikasi bahan pakan ruminansia yang berasal dari


tumbuhan/tanaman.
2. Mengidentifikasi bahan pakan ruminansia yang berasal dari ternak.
3. Mengidentifikasi bahan pakan campuran ruminansia.

C. Tujuan

Dengan dilaksanakannya praktikum ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami


dan mengenali bahan pakan ruminansia yang berasal dari tumbuhan/tanaman,
ternak, dan campuran.

2
BAB II

A. Tinjauan Pustaka

2.1 Rumen ruminansia

Di dalam rumen ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba)


terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Cairan rumen
mengandung bakteri dan protozoa. Konsentrasi bakteri sekitar 109 setiap cc
isi rumen, sedangkan protozoa bervariasi sekitar 105 - 106 setiap cc isi rumen
(Tillman dkk., 1991). Beberapa jenis bakteri/mikroba yang terdapat dalam
isi rumen adalah (a) bakteri/mikroba lipolitik, (b) bakteri/mikroba
pembentuk asam, (c) bakteri/mikroba amilolitik, (d) bakteri/mikroba
selulolitik, (e) bakteri/mikroba proteolitik (Sutrisno et al., 1994).

Isi rumen merupakan limbah rumah potong hewan ruminansia yang masih
belum optimal dimanfaatkan. Isi rumen sangat potensial sebagai pakan
ternak karena mengandung bahan pakan yang belum tercerna, dan juga
mengandung banyak mikroorganisme yang sangat berperan penting dalam
proses fermentasi bahan organik

Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya.


Mikroba rumen dapat dibagi dalam tiga grup utama yaitu bakteri, protozoa
dan fungi (Czerkawski, 1986). Kehadiran fungi di dalam rumen diakui
sangat bermanfaat bagi pencernaan pakan serat, karena dia membentuk
koloni pada jaringan selulosa pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus
dinding sel tanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim
bakteri rumen.

Bakteri rumen dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat utama yang


digunakan, karena sulit mengklasifikasikan berdasarkan morfologinya.
Kebalikannya protozoa diklasifikasikan berdasarkan morfologinya sebab
mudah dilihat berdasarkan penyebaran silianya. Beberapa jenis bakteri yang

3
dilaporkan oleh Hungate (1966) adalah (a) bakteri pencerna selulosa
(Bakteroidesuccinogenes, Ruminococcus flavafaciens, Ruminococcus
albus, Butyrifibrifibrisolvens), (b) bakteri pencerna hemiselulosa
(Butyrivibrio fibrisolvens, Bakteroides ruminocola, Ruminococcus sp), (c)
bakteri pencerna pati (Bakteroides ammylophilus, Streptococcus bovis,
Succinnimonas amylolytica), (d) bakteri pencerna gula (Triponema bryantii,
Lactobasilus ruminus), (e) bakteri pencerna protein (Clostridium
sporogenus, Bacillus licheniformis).

Isi rumen merupakan salah satu limbah rumah potong hewan yang belum
dimanfaatkan secara optimal bahkan ada yang dibuang begitu saja sehingga
menimbulkan pencemaran lingkungan (Darsono, 2011). Isi rumen limbah
rumah potong hewan di satu sisi menjadi masalah lingkungan karena
kuantitasnya yang besar di mana produksi di Indonesia pada tahun 2012
mencapai 240 juta liter, baunya kuat, kandungan air tinggi sehingga sulit
penanganannya. Disisi lain dengan

kuantitas yang besar ditambah kandungan zat makanannya yang tinggi,


mengandung pakan yang sebagian besar sudah tercerna sehingga siap
dimanfaatkan oleh ternak, dan mengandung mikrobia dalam jumlah sangat
besar sehingga berpotensi sebagai sumber single-cell protein berkualitas
baik, maka isi rumen limbah rumah potong hewan mempunyai potensi
sebagai pakan ternak sumber protein. Namun, kendala pemanfaatan isi
rumen sebagai pakan adalah baunya yang sangat kuat sehingga mengurangi
palatabilitas, dan kadar airnya yang sangat tinggi sehingga menyebabkan
sulit untuk menangani/mengolahnya dan pemberiannya pada ternak.

4
B. Landasan Teori

Berbagai penelitian yang dirangkum menunjukkan bahwa bahan pakan utama


ruminansia adalah bahan pakan yang mengandung karbohidrat yang tinggi. Produk
hasil degradasi karbohidar bermanfaat untuk berbagai fungi dalam tubuh tenak
induk ternak (Wahyudi, 2006; Anonym, 2009; Musnandar, 2011). Bahan pakan
utama ternak ruminansia berupa hijauan yang mengandung hampir 75 %
karbohidrat. Mikroba rumen memfermentasi semua karbohidrat yaitu karbohidrat
cadangan (pati); karbohydrat terlarut/ soluble (gula) dan karbohydrat struktural
(lignin , cellulosa, hemicellulosa). Kecepatan ketercernaan sumber karbohidrat
tersebut secara berurutan dari yang tercepat adalah karbodirat terlarut (soluble);
karbohidrat cadangan (storage) dan karbohidrat structural.
Produk akhir aktifitas pemecahan karbohidrat dalam rumen oleh mikroba adalah
gula sederhana (sebagai sumber energi mikroba) dan produk akhir untuk ternak
induk seperti asam lemak terbang (volatile fatty acids/VFA) terutama asetat,
propionat dan butirat dan gas (karbondioksida). VFA merupakan sumber energi
utama (70%) bagi ternak ruminansia dan juga akan diubah menjadi sumber energi
lain yang digunakan untuk berbagai fungsi seperti produksi susu, hidup pokok,
kebuntingan dan pertumbuhan.Rasio VFA yang dihasilkan tergantung pada tipe
bahan pakan yang dicerna.

• Karbohidrat Struktural dan asetat

Perombakan karbohidrat struktural (selulosa dan hemiselulosa) oleh bakteri


sebagian besar menghasilkan asam asetat. Proses pendegradasian sangat
dipengaruhi oleh kondisi kandungan lemak dan tingkat keasaman dalam rumen.
Bahan pakan dengan kandungan lemak yang tinggi atau kondisi rumen yang terlalu
asam dapat menekan pertumbuhan atau membunuh bakteri pendegradasi selulosa
sehingga dapat menurunkan kecernaan dan konsumsi pakan oleh ternak.
Karbohidrat struktural yang keluar dari rumen kecil kemungkinan dapat dipecah
dalam saluran pencernaan selanjutnya.

5
Bahan pakan dengan kandungan serat tinggi namun rendah energi menghasilkan
rasio asetat : propionat yang tingg. Asetat diperlukan untuk memproduksi lemak
susu. Produksi asam asetat yang rendah dapat menekan produksi lemak susu.

• Karbodrat cadangan dan propionat

Karbohidrat cadangan dapat ditemukan pada bahan pakan pakan berpati (biji-
bijian) dan akan didgradasi oleh bakteri menjadi asam asetat dan propionat.
Propionat dapat juga dihasilkan dari fermentasi gula. Produk ahir ini akan
meningkatkan keasaman dalam rumen. Proses ini berkebalikan dengan
pendegradasian karbohidrat struktural sehingga dapat menekan pertumbuhan
bakteri pendegradasi selulosa dan dapat menurunkan kandungan lemak susu pada
sapi perah.

• Propionat

merupkan sumber energi untuk pertumbuhan dan produksi laktosa. Bahan pakan
dengan kandungan karbohidrat mudah terfermentasi yang tinggi akan menghasilkan
propionat dan butirat relatif lebih tinggi daripada asetat. Propionat dianggap lebih
efisien sebagai sumber energi karena fermentasi dalam produksi propionat
menghasilkan lebih sedikit gas metan dan karbondioksida.

Produksi propionat yang rendah (seperti jerami) akibat pemberikan pakan bermutu
rendah mengakibatkan kandungan propionat dalam VFA rendah, sehingga
glukoneogenesis akan menggunakan asam amino, asam laktat atau liserol
(Soetanto, 19...) pada akhirnya sintesis laktosa dan produksi susu secara
keseluruhan menurun.Dengan kata lain akibat defisiensi energi dikarenakan ketidak
cukupan produksi propionat, ternak akan merombak lemak tubuh yang
menyebabkan ternak kehilangan berat badan.

6
• Butirat

akan dimetabolisme dalam hati menjadi badan keton. Badan keton digunakan
sebagai sumber energi untuk pembentukan asam lemak, otot kerangka dan jaringan
tubuh lain. Badan keton juga dihasilkan dari perombakan lemak tubuh yang dapat
digunakan sebagai sumber energi alternatif.

• Karbohidrat terlarut (Gula terlarut)

Bakteri yang memfermentasi bahan pakan dengan kandungan gula terlarut tinggi
(contoh: molase, rumput berkualitas baik) hampir sama dengan bakteri
pendegradasi pati.

• Gas

Karbondioksida (CO2) and methan dihasilkan selama fermentasi karbohidrat.


Keduanya dibuang melalui dinding rumen atau hilang melalui eruktasi atau
sendawa. Sebagian CO2 ada ang digunakan oleh mikroba intestin dan ternak untuk
mempertahankan kandungan bikarbonat saliva. Methan tidak dapat dipergunakan
oleh ternak sebagai sumber energi.

Proses pendegradaian glukosa secara singkat dapat dilihat sebagai berikut:

7
BAB III
METODE PRAKTIK

A. Tempat dan Waktu

• Tempat : Kota Makassar


• Waktu : 26 April 2021

B. Teknik Pengumpulan Data

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum


digunakan dalam praktikum identifikasi bahan pakan
2. Menggolongkan bahan pakan sesuai dengan klasifikasinya konsentrat
(sumber energi, protein), mineral, vitamin dan zat additive;
3. Mengidentifiksi dan memberikan penamaan pada masing-masing bahan
pakan;
4. Mencari sumber informasi melalui artikel atau jurnal
5. Mendokumentasi masing-masing bahan pakan sebagai pendukung dalam
penulisan.

8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

ASAL KANDUNGAN DAERAH


NO BAHAN PAKAN
TANAMAN NUTRISI PENGHASIL

• Protein
Daun ubi kayu
• lemak,
karbohidrat • Lampung
Tumbuhan • vitamin A , C , • Jawa Timur
B17 • Jawa Tengah
1 (nabati)
• mineral • Jawa Barat
• kalsium • Sumatera
• fosfor Utara

• zat besi • NTT

• bahan kering;
Rumput gajah
10,2 %
• protein kasar;
1,6%

Tumbuhan
lemak; 34%,2
• Jawa Tengah
2 • serat kasar; • Jawa Barat
(nabati) 11,7%
• abu; 42,3%
• bahan esktrak
tanpa nitrogen

9
• Bahan Kering
Batang pisang (23%)
• Protein Kasar
(16,6%)
• Serat Kasar
• Jawa Timur
(23%)
• Sumatra
• Lemak Kasar
Utara
(1,5%)
3 Tumbuhan • Selatan dan
• TDN (73,5%)
(nabati) Barat
• Mineral, • Lampung
termasuk
kalium,magnesiu
m, fosfor,dan
kalsium.

Rumput setaria

• abu 11,5%,
• (EE) 2,8%,
• SK 32,5%,
• BETN
Tumbuhan
4 44,8%, • Lampung

(Nabati) • (PK) 8,3%


• (TDN)
52,88%.

10
Rumput benggala

IVDMD dari 64%


(pertumbuhan
kembali 2 minggu)

Tumbuhan sampai 50%


• Sumatra
(pertumbuhan
5 utara
(nabati) kembali 8 minggu).
• Pulau jawa
PK dari 6-25%
tergantung pada
umur dan suplai N.

BAHAN PAKAN TERNAK UNGGAS DARI HEWANI

Tepung bulu ayam

• Protein (85-
90%)
Galloanserae • ME (2287
• bandung
6 • kkal/kg Kadar
• garut
serat (1-3%)

• PK (80%)
• Gunungkidul
7 • Lemak (1,6%)
Tepung darah Animalia ,
• SK (1%)
• Wonogiri

11
• Pacitan

Tapung ikan

• Protein (66,02%)
• Lemak (10,82%)
Vertebrata
8 • Abu (21,82%) • Jawa tengah

Tepung keong mas

Pomacea
canalicutala • Protein (52%) • Yogyakarta
9
mark

• Protein (50%)
Animalia
10 Tepung Daging Tulang • Abu (35%) • Jabotabek

12
BAHAN PAKAN TAMBAHAN

• Bahan
kering(86,5%)
• Abu(8,7%)
• Protein
Dedak
kasar(10,8%)
• Serat
kasar(11,5%)
Hewani
11 (hewan) • Lemak(5,1%)
• Bahan ekstrak
tanpa
nitrogen/BETN
(50,4%)
• Kalsium(0,2%)
• Fosfor(2,5%)

• Methionine (98 –
99% )
12 Methionin asam amino Tambahan • lisin (60 – 99%)

13
Garam

• Natrium dan
13 klorin Jeneponto
Tambahan

DiCalcium phospat

Kalsium dan
14 phospor onlineshop
Kimia

15 Antibiotic Antibiotik
Kimia

14

B. Pembahasan

1. Daun singkong

Daun singkong sudah banyak dikenal masyarakat kita sejak dahulu sebagai
sayuran alternatif pengganti dari kebanyakan sayuran pada umumnya. Bagi yang
sudah terbiasa, daun singkong adalah sayuran yang unik, dan bisa memicu selera
makan, namun bagi yang belum pernah merasakannya, mungkin butuh waktu untuk
membiasakannya. Tekstur daun singkong yang kasar, sehingga hanya cocok untuk
dimasak dalam beberapa cara saja.

Menurut Oey (1992) dalam Lakitan (1995) disebutkan bahwa dalam 100 gram daun
singkong mengandung 90 kalori; 77 g air; 6,8 g protein; 1,2 g lemak; 13 g
karbohidrat; 165 mg kalsium; 54 mg fosfor; 2 g besi; 3300 mcg retinol; 0,12 mcg
thiamin; dan 275 mg asam askorbat.

Daun ubi kayu atau singkong manfaatnya sebagai obat antara lain untuk anti kanker,
mencegah konstipasi dan anemia, serta meningkatkan daya tahan tubuh.
Kandungan vitamin dan mineralnya rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan
sayuran daun lain. Vitamin A dan C pada daun ubi kayu berperan sebagai
antioksidan yang mencegah proses penuaan dan meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap serangan penyakit. Kandungan kalsium yang tinggi sangat baik untuk
mencegah penyakit tulang seperti rematik dan asam urat (Adi, 2006).

15
2. Rumput gajah

Rumput gajah, adalah salah satu jenis hijauan makanan ternak yang sangat
disukai oleh ternak ruminansia, tanaman ini dapat tumbuh didaerah dengan minimal
nutrisi, sehingga tanaman ini dapat memperbaiki kondisi tanah yang rusak akibat
erosi. Tanaman ini juga dapat hidup pada tanah kritis dimana tanaman lain relatif
tidak dapat tumbuh dengan baik (Sanderson and Paul, 2008).

Akan tetapi tidak semua rumput gajah yang diberikan kepada ternak ruminansia
akan dikonsumsi oleh ternak tersebut. Ada sedikitnya sekitar ± 10-15% yang tidak
terkonsumsi oleh ternak ruminansia dan pada akhirnya akan menjadi limbah karena
tingginya kandungan Serat Kasar yaitu 35,33%, NDF 68,64%, ADF 56,96%,
Hemiselulosa 11,69%, Selulosa 28,10%, Lignin 24,03%, dan Silika 0,76%
(Laboratorium Ternak Ruminasia Fakultas Peternakan Universitas Andalas 2015).
Kebanyakan dari rumput gajah yang tersisa dan tidak terkonsumsi oleh ternak
adalah sisa batang rumput gajah bagian bawah yang memiliki struktur yang keras,
sehingga akan sulit dicerna dan terdegradasi di dalam rumen ternak ruminansia.
Tingginya kadar serat kasar ini secara langsung menurunkan daya cerna sisa batang
rumput gajah.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan kembali sisa batang
rumput gajah yang tidak terkonsumsi adalah dengan cara memfermentasi pakan
tersebut dengan Phanerochaete chrysosporium. Pemberian kapang ini bertujuan
untuk meningkatkan kandungan nutrisi dan mendegradasi lignin yang ada dibagian
batang rumput gajah (Pennisetum purpureum) sehingga sisa batang rumput gajah
memiliki kandungan nutrisi yang lebih baik dan bisa lebih mudah terdegradasi oleh
mikroba rumen. Diharapkan dengan perlakuan ini akan dapat merubah struktur
kimia dan ikatan zat makanan pada sisa batang

16
rumput gajah dengan factor pembatas NDF dan ADF sehingga akan meningkatkan
kualitas, palatabilitas, degradasi dan kecernaan bahan makanan oleh enzim mikroba
rumen.

Dari penelitian Hafnizar et al., (2015) proses biodegradasi dengan menggunakan


kapang Phanerochaete chrysosporium 7,5% pada pelepah sawit mampu
menurunkan kandungan NDF sampai 37,28%, ADF 35,79%, lignin 40,31%,
selulosa 6,37% dan hemiselulosa 41,29%

3. Batang pisang

Murni et al (2008) menyatakan bahwa bahan pakan alternatif dapat berasal dari
limbah pertanian, hasil sampingan agro-industri, hasil ikutan ternak dan pengolahan
ternak, limbah perikanan dan bahan pakan non-konvensional. Batang dan bonggol
pisang merupakan salah satu limbah pertanian atau perkebunan yang dihasilkan dari
pemanenan tanaman pisang yang dapat dijadikan bahan pakan alternatif.

Wina (2001) menjelaskan bahwa total produksi batang pisang dalam berat segar
minimum mencapai 100 kali lipat dari produksi buah pisangnya sedangkan total
produksi daun pisang dapat mencapai 30 kali lipat dari produksi pisang. Data
produksi pisang di Provinsi Riau menurut Direktorat Jendral Hortikultura dan
Badan Pusat Statistik (BPS, 2013) pada tahun 2008-2011 secara berurutan

adalah 29.008; 31.594; 25.224; dan 26.497 ton/tahun, sehingga dapat diasumsikan
dari produksi pisang tersebut limbah batang dan bonggol yang dihasilkan bisa
mencapai 2.649.700 ton per tahun. Kandungan nutrien batang pisang dapat dilihat

17
pada Tabel 1.1 di bawah ini.

4. Rumput setaria

Nama umum

Setaria sphacelate

Rumput setaria

Klasifikasi botani

Kingdom Subkingdom Super Divisi Divisi

Kelas
Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies

: Plantae
: Tracheobionta
: Spermatophyta

18
: Magnoliophyta
: Liliopsida
: Commelinidae
: Poales
: Poaceae
: Setaria
: Setaria sphacelata

Karakteristik botani

Rumput setaria tumbuh tegak, berumpun lebat, tinggi dapat mencapai 2 m, berdaun
halus dan lebar berwarna hijau gelap, berbatang lunak dengan warna merah keungu-
unguan, pangkal batang pipih, dan pelepah daun pada pangkal batang tersusun
seperti kipas.

Rumput setaria sangat cocok di tanam di tanah yang mempunyai ketinggian 1200
m dpl, dengan curah hujan tahunan 750 mm atau lebih, dapat tumbuh di berbagai
jenis tanah, dan tahan terhadap genangan air. Pembiakan dapat di lakukan dengan
memisahkan rumpun dan menanamnya dengan jarak 60 x 60 cm. Pemupukan di
lakukan pada tanaman berumur kurang lebih dua minggu, dengan pupuk urea 100
kg/hektar lahan, dan sebulan sekali di tambah dengan 100 kg urea/hektar.

Penggunaan

Sebagai rumput gembala dan rumput potong

Kandungan nutrisi

Komosisi rumput setaria (dasar bahan kering) terdiri atas; abu 11,5%, ekstrak eter
(EE) 2,8%, serat kasar (SK) 32,5%, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 44,8%,
protein ksar (PK) 8,3% dan total digestible nutrients (TDN) 52,88%.

Produksi

19
Produksi hijauan rumput setaria dapat mencapai 100ton rumput segar/hektar/tahun.

5. Rumput benggala

Nama umum

Rumput benggala

Klasifikasi botani

Kingdom Sub-kingdom Divisio ` Classis

Ordo Family Genus Species

: Plantae
: Angiospermae
: Spermatophyta
: Monocutyledoneae : Glumiflora
: Graminae
: Panicum
:Panicum maximum

Karakteristik botani

Spesies tanaman yang bervariasi, berumpun dengan lepas atau padat, berizoma
pendek, tegak atau merunduk, berakar pada buku-buku bawah. Helai daun linier
sampai lanceolate menyempit. Panicle terbuka.

Karena variasi agronomis, spesies ini diperlakukan menjadi 2 tipe:


a. Tipe Tinggi/sedang (TS) - berumpun, mencapai tinggi >1,5 m dengan

bunga;
b. Tipe Pendek (P) - berumpun, mencapai tinggi <1,5 m dengan bunga.

Ekologi Persyaratan tanah

20
P. maximum tumbuh pada hampir semua jenis tanah asal mendapat pengairan yang
baik, basah dan subur. Beberapa varitas dapat tumbuh pada tanah yang kesuburan
rendah dan pengairan buruk. Spesies tanaman ini umumnya tidak tahan genangan
air atau salinitas (garam).

Air

Varitas tinggi/sedang hampir semuanya tumbuh pada daerah dengan curah hujan
tahunan lebih dari 1000 mm, sedangkan varitas pendek ditanam pada daerah dengan
curah hujan 800 mm atau kurang. Daya tahan kekeringan diantara varitas berbeda-
beda, meskipun umumnya tanaman ini tidak tahan musim kering lebih dari 4-5
bulan.

Suhu

Tumbuh dari daerah permukaan laut sampai >2000 m dpl. Varitas pendek tahan
terhadap suhu lebih dingin dibanding varitas yang tinggi/sedang, menghasilkan
pertumbuhan awal musim yang baik. Varitas tinggi/sedang biasanya menghasilkan
hampir seluruh pertumbuhan pada pertengahan musim yang hangat.

Cahaya

Tumbuh dengan baik pada penyinaran matahari penuh tepai telah dilaporkan
tumbuh lebih baik pada 30% naungan, meskipun produksi berkurang sampai
separuh pada 50% naungan.

Perkembangan reproduksi

Pembungaan bervariasi diantara kultivar, beberapa menghasilkan pembungaan


tunggal sementara lainnya mungkin berbunga 2-3 kali.

Spesies pasangan
Rumput: Chloris gayana .
Legume: Centrosema pubescens , Pueraria phaseoloides , Macroptilium

21
atropurpureum , Neonotonia wightii , Stylosanthes guianensis, S. capitata, S.
macrocephala , Leucaena leucocephala .

Varitas pendek, yang sering ditanam pada tanah dengan keasaman rendah pada
lingkungan subtropis dengan curah hujan lebih rendah, mungkin ditanam bersama
Clitoria ternatea , Desmanthus leptophyllus , D. virgatus , dan Medicago sativa .

Keunggulan

• Daun banyak.
• Pakan kualitas tinggi.
• Potensi produksi tinggi.
• Disukai ternak.
• Cocok untuk gembala dan potong.
• Tahan kekeringan.
• Tumbuh diawal musim pada beberapa varitas. Keterbatasan

• Memerlukan tanah subur.


• Tidak tahan penggenangan air.
• Tidak tahan penggembalaan berat.
• Menjadi berbatang bila tidak dipotong atau tidak sering digembalai.

Penggunaan

Padang gembala jangka panjang bila kesuburan tanah tetap dipelihara. Ideal untuk
potong angkut, meskipun tipe kasar mungkin menyebabkan tidak nyaman bagi
pemotongnya. Daya tahan naungan sedang. Cukup palatable (disukai) ketika tua
dan digunakan untuk membuat hay.

Tidak tahan terhadap pemotongan rendah berkali-kali. Untuk pemeliharaan jangka


panjang, varitas Tinggi/sedang seharusnya tidak dipotong atau digembalai dibawah
30 cm, dan seharusnya dipotong atau digembalai dengan interval (selang waktu) 4
minggu untuk memperoleh hasil dengan imbangan kualitas dan kuantitas terbaik.

22
Varitas pendek dapat digembalai lebih rendah, tetapi tetap lebih baik dibawah
pemotongan dan penggembalaan yang dikelola dengan baik.

• Kandungan nutrisi

IVDMD dari 64% (pertumbuhan kembali 2 minggu) sampai 50% (pertumbuhan


kembali 8 minggu). PK dari 6-25% tergantung pada umur dan suplai N.

Palatabilitas/kesukaan

P. maximum disukai oleh ternak gembala, terutama dengan tingginya konsumsi


terhadap daun muda. Juga digunakan sebagai pakan ikan di Vietnam.

• Produksi

Bahan kering

Biasanya (10-) 20-30 (-60) ton/ha BK, tergantung pada varitas dan kondisi
pertumbuhan (terutama jika diberikan pupuk N tinggi).

Produksi ternak

Dapat mencapai sampai 0.8 kg/ekor/hari kenaikan berat badan dan sampai 1,200
kg/ha/tahun kenaikan berat badan (umumnya 300-500 kg/ha/tahun kenaikan berat
badan) tergantung terutama pada tingkat penggembalaan dan tingkat pemberian
pupuk N.

Produksi biji

Terbaik pada lingkungan dengan panjang hari lebih panjang dan musim kering yang
jelas. Biji masak tidak bersamaan, dan dilepas ketika masak. Sekitar 200 kg/ha
dengan panen sapu bersih, meskipun telah dilapork

23
6. tepung bulu ayam

Dihasilkan dari bahan sisa industri Rumah Pemotongan Ayam (RPA) atau dari
ayam-ayam yang tidak dapat dikonsumsi manusia. Karena struktur proteinnya
keratin, maka bulu yang belum diproses tidak dapat dicerna oleh ternak. Dengan
proses hidrolisis, keratin dipecah dengan merusak sistin yang terdapat dalam jumlah
dalam protein, sehingga protein lebih bisa mudah larut. Bahan pakan ini dapat
digunakan dalam ransum ayam semua umur, tetapi karena kandungan Ca dan P
tinggi, maka penggunaannya perlu dibatasi. Tepung bulu unggas dapat digunakan
sebagai bahan baku pakan. Namun, untuk membuat tepung bulu unggas ini
diperlukan proses lebih lanjut. Bulu unggas dibersihkan, kemudian dihidrolisis atau
dimasak dengan suhu tinggi dan tekanan 3 atm. Setelah itu, dikembalikan ke tekana
normal 1 atm, ditiriskan, dan dikeringkan, dengan suhu kurang dari 700C, lalu
digiling halus. Kandungan proteinnya memang sangat tinggi, sekitar 85%. Namun
unggas mempunyai keterbatasan untuk menyerap protein tersebut., sehingga akan
banyak bagian yang terbuang melalui kotoran. Selain itu, kandungan asam
aminonya relatif rendah, sehingga penggunaannya dalam pakan sebaiknya tidak
lebih dari 2%. Bahkan untuk pakan anak unggas atau pakan starter tidak dianjurkan
menggunakan bahan baku ini.

7. Tepung darah

Darah yang akan dijadikan tepung dapat diperoleh di tempat penjagalan atau
pemotongan hewan ruminansia seperti sapi. Proses pengumpulan darah harus
dilakukansecara higienis atau bersih, tidak boleh tercampur dengan kotoran.
Langkah selanjutnya sama dengan proses pembuatan tepung bulu unggas, yaitu
perebusan dalam wajan tertutup dan diberi tekanan tinggi, kemudian ditiriskan,
diiris-iris tipis dan dikeringkan. Setelah kering irisan darah digiling menjadi tepung.

Bahan pakan ini merupakan bahan sisa industri pemotongan hewan. Tepung darah
mengandung protein dalam jumlah tinggi (± 80%), tetapi kandungan asam

24
aminonya sangat tidak seimbang. Oleh karena itu, disamping palatabilitasnya
rendah, tepung darah hanya dapat dipakai 2 - 5% dalam ransum.

8. Tepung ikan

Binatang ternak memerlukan asupan yang di dalamnya terkandung nutrisi dan


energi yang mencukupi untuk meningkatkan perkembangan dan kesuburan.
Makanan tenak berkualitas dihasilkan dari meterial yang terdapat banyak protein dan
mineral lain yang terkandung di dalam tepung ikan.

Tepung ikan berperan menjadi campuran makanan yang membantu pertumbuhan


binatang ternak sekaligus menunjang produktivitas bagi ternak seperti ayam atau
bebek petelur.Produksi telur ayam banyak dihasilkan sama ternak yang diberi pakan
berkualitas karena olahan tepung ikan ini. Tepung ikan bukan sekedar sanggup
memenuhi kebutuhan protein, kandungan minyak ikan yang terkandung di dalamnya
serta mampu membentuk perbaruan jaringan dan sel yang rusak, sehingga
membantu menyempurnakan ciri binatang peliharaan itu sendiri.

Protein yang terkandung dalam tepung ikan ini bisa diserap begitu cepat sama hewan
peliharaan sehingga benar-benar baik untuk proses perkembangan. Tepung ikan baik
diberikan secara teratur pada hewan peliharaan demi memperoleh hasil peliharaan
yang diinginkan.

9. Tepung keong mas

Pemanfaatan keong mas sebagai pakan ternak merupakan salah satu solusi
untuk mendapatkan pakan ternak alternatif dan berkualitas untuk mendorong
peningkatan produksi usaha ternak. Daging keong dapat diberikan kepada ternak
dalam keadaan mentah (segar) maupun dalam bentuk olahan. Biasanya keong mas
dijadikan pakan pada sapi, kambing, ayam dan itik. Pada pengembangan ternak itik,
keong mas merupakan pakan campuran sebagai sumber protein yang murah. Selain
mengandung banyak protein, keong mas juga kaya akan kalsium.

25
Sebelum dibuat menjadi pakan ternak, keong mas terlebih dahulu diolah menjadi
tepung. keong mas dapat diolah menjadi Tepung daging keong mas, Tepung
cangkang keong mas dan Silase keong mas. Berikut beberapa cara pengolahan
keong mas menjadi pakan untuk ternak.
Pembuatan tepung daging keong mas, pertama kumpulkan keong, jangan beri
makan keong selama kurang lebih dua hari, kemudian pisahkan daging dengan
cangkangnya. Iris daging keong menjadi bagian tipis-tipis. Jemur di bawah terik
matahari atau dengan di oven 60 oC, supaya kadar air pada daging keong berkurang
kurang lebih 14%. Setelah daging keong benar-benar kering, giling daging tersebut
menjadi tepung (granule). Tepung daging keong mas ini dapat digunakan sebagai
campuran dalam pakan ternak.
Pembuatan tepung cangkang keong mas, pengolahan cangkang menjadi tepung
sama dengan tepung daging keong mas yaitu jangan memberi makan keong selama
dua hari, lalu pisahkan dari dagingnya. Selanjutnya cangkang keong mas
dibersihkan dari kotoran dan dikeringkan. Tumbuk cangkang dalam satu wadah dan
digiling dengan mesin penggiling. Tepung daging dan cangkang keong mas siap
untuk dicampurkan dalam pakan ternak sebagai penambah nutrisi.
Pembuatan silase keong mas, bersihkan dan keluarkan daging segar keong dari
cangkangnya. Cuci daging yang telah dikeluarkan sampai bersih, dengan air biasa.
Lakukan pencucian kembali dengan air garam dan di cuci ulang dengan air kapur,
supaya pakan ternak yang dihasilkan terhindar dari racun. Daging selanjutnya
digiling dengan mesin pengiling lalu ditiriskan. Campur daging keong giling
tersebut dengan bekatul, dengan perbandingan 4:1. Siapkan tong plastik, kemudian
isi dengan campuran daging keong dan bekatul yang tadi sudah disiapkan. Padatkan
sampai tidak ada rongga udara dan tutup dengan plastik secara rapat. Proses
pembuatan pakan ternak berupa silase keong dibutuhkan waktu 12 hari guna
fermentasi yang sempurna. Setelah itu silase sudah dapat digunakan untuk pakan
ternak.
Kandungan protein dalam silase keong mas berkisar 10,88% – 14,54% yang sangat
bermanfaat sebagai tambahan pakan dan dapat membantu mempercepat
pertumbuhan ternak. Manfaat pembuatan silase keong untuk pakan ternak selain

26
untuk mengawetkan daging keong, juga untuk mengaktifkan zat selulosa melalui
proses fermentasi. Dengan aktifnya kandungan tersebut dapat meymudahkan
hewan ternak dalam mencerna makanan dan dapat mempersingkat penyerapan
nutrisi.

10. Tepung daging tulang

Meat Bone Meal (MBM) atau tepung daging dan tulang adalah produk olahan
pakan ternak, dengan komposisi sekitar 50% protein, 35% abu, lemak, dengan
kelembaban Pengolahan ini, dilakukan untuk meningkatkan stabilitas dan nilai
kandungan bahan pakan, yang diambil dari limbah jaringan tubuh ruminansia.
Profil utama dari Meat Bone Meal adalah tingkat asam amino yang lebih tinggi
sebagai pakan ternak. Di Amerika sendiri, Meat and Bone Meal digunakan secara
luas untuk pakan hewan peliharaan yang terjangkau harganya.

Meskipun diperoleh dengan daur ulang dan dihaluskan dari limbah ruminansia,
Meat and Bone Meal tidak diolah dari tanduk, rambut, kulit, kotoran, dan isi perut.
Kandungan kalsium dari Meat and Bone Meal tidak boleh melebihi 2,2 kali lipat
dari kandungan fosfornya. Kandungan kalsium dalam Meat and Bone Meal yang
lebih tinggi dari ini menunjukkan bahwa ada tambahan bahan lain yang
ditambahkan ketika proses pengolahan Meat and Bone Meal selain dari tulang,
untuk menambahkan kalsiumnya.

11. Dedak

Dedak padi merupakan bagian dari tanaman serta bahan organik didapatkan dari
hasil penggilingan padi. Menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun 2015 produksi
padi mencapai 75.397.841 ton. Hal ini menyebabkan ketersediaan dedak sebagai
limbah pengolahan padi di Indonesia sangat banyak. Limbah padi ini banyak
ditemui sehingga banyak peternak yang menjadikan dedak untuk bahan pakan
hewan–hewan ternak. Dedak padi dijadikan sebagai bahan tambahan pakan ransum

27
ayam boiler dan ayam buras oleh peternak unggas seperti ayam (Ananto et al., 2015;
Bidura, et al., 2016).

Dedak padi memiliki kandungan protein yang cukup rendah berkisar antara 6–13%,
lemak 2,30%, air 10,50% serta serat yang cukup tinggi mencapai 26,80%
(Mahardika & Sudiastra, 2015). Berdasarkan kandungan tersebut, dedak padi
berpotensi untuk dijadikan sebagai salah satu jenis pakan untuk cacing tanah.
Kandungan serat yang tinggi pada dedak padi perlu diolah terlebih dahulu dengan
fermentasi agar dapat lebih mudah dicerna oleh cacing tanah. Selain serat, asam
fitat pada dedak padi mampu mengikat beberapa mineral, serta mengikat protein
yang berakibat menurunnya manfaat serta tingkat kecernaannya (Wibawa et al.,
2015). Ananto et al., (2015) menyatakan dengan fermentasi kualitas dedak padi
dapat meningkat untuk pakan cacing tanah. Fermentasi dapat memecah serat dan
memudahkan cacing tanah dalam mencerna dedak padi. Makro molekul kompleks
dapat dipecah menjadi mikro molekul sederhana yang mudah dicerna tanpa
menghasilkan senyawa beracun (Bidura et al., 2016)

12. Asam-asam amino

ini biasanya digunakan dalam ransum ayam untuk menutupi kekurangan akan
asam-asam amino tertentu. Secara komersial asam-asam amino sintetis mudah
didapat, tetapi harganya biasanya menjadi faktor pembatas dalam
penggunaannya. Asam amino sintetis yang umum dan banyak dipakai adalah
lysin dan methionin.

• DL – Methionin Bahan ini umumnya mengandung 98 – 99% kandungan


methionin. Penggunaannya tergantung kebutuhan. Apabila kandungan
methionin dalam pakan sudah cukup, maka tidak diperlukan lagi
penambahan methionin sintetis ini. Namun jika komposisi pakan yang

28
dibuat mengandung 95% bahan baku nabati, bahan sintetis ini perlu
ditambahkan.
• L – Lisin Asam amino sintetis ini mengandung 60 – 99% lisin. Sama halnya
dengan methionin, penggunaannya sesuai dengan kebutuhan. Untuk
memperoleh kedua bahan ini, peternak bisa menghubungi distributornya.
Beberapa pabrik di Indonesia sudah memproduksi bahan baku ini.

13. Garam

Kebutuhan garam nasional dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring


dengan pertambahan penduduk dan perkembangan industri di Indonesia.
Kebutuhan garam pada tahun 2007 sebesar 2,7 juta ton, meningkat menjadi 2,9 juta
ton pada tahun 2008 dan 2009, serta menjadi 3 juta ton pada tahun 2010. Namun di
sisi lain, produksi garam di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami penurunan.
Dari jumlah kebutuhan garam tersebut di atas, sekitar 1,6-1,9 juta ton dipenuhi dari
impor (Aprilia & Ali, 2011).

Garam di samping sebagai produk sebuah industri, juga digunakan sebagai bahan
bantu di berbagai industri. Penggunaan garam selama ini terkonsentrasi pada tiga
bidang, yaitu bahan pangan, industri (sebagai bahan baku maupun bahan bantu),
dan bahan pengawet (Prasetyaningsih, 2008). Garam merupakan komoditas yang
cukup penting pada industri perikanan, terutama industri pengolahan hasil
perikanan. Industri pengolahan hasil perikanan, baik tradisional maupun modern
memanfaatkan garam sebagai bahan bantu pengolahan. Umumnya, sebagian besar
pemanfaatan garam pada industri pengolahan hasil perikanan diaplikasikan pada
pengolahan yang bersifat tradisional, seperti pembuatan ikan asin, ikan pindang,
dan produk ikan fermentasi. Industri pengolahan yang modern umumnya
memanfaatkan garam untuk memperbaiki cita rasa, penampilan, dan sifat
fungsional produk yang dihasilkan. Secara umum, garam berfungsi sebagai
pengawet, penambah cita rasa maupun untuk memperbaiki penampilan tekstur
daging ikan (Yankah et al., 1996; Winarno, 1997; Irianto & Giyatmi, 2009).

29
14. DiCalcium phospat

DiCalcium Phosphate digunakan sebagai bahan tambahan atau additives pada


industri pakan ternak (feed) terutama sebagai suplemen makanan hewan ternak,
ataupun hewan lainnya. DiCalcium Phosphate diperkaya tepung dan produk
additive lainnya . DiCalciumPhosphate juga digunakan dalam proses pembuatan
farmasi dan jenis additive untuk aplikasi lainnya. DiCalcium Phosphate digunakan

sebagai zat additive makanan , dan juga ditemukan di pada beberapa pasta gigi yang
berfungsi sebagai polishing dan biomaterial. DiCalciumPhosphate dapat dipakai
untuk campuran pakan unggas, ayam dan juga kuda. DiCalcium Phosphate
memiliki rumus kimia berikut CaHPO4, ini merupakan kombinasi dari beberapa
partikel bermuatan positif kalsium (calcium) dan partikel bermuatan negatif
hidrogen phosphate , yang dipertukarkan dengan fosfat dalam tubuh . Dengan
demikian, zat additive ini juga diperlukan oleh hewan ternak, unggas, dll.
DiCalcium Phosphate berfungsi juga sebagai anti menggumpang (anti caking),
karena bentuk kering garam fosfat dikalsium ini dapat kompleks dengan air ,
membentuk garam – hidrat . Hal ini menghilangkan air dari makanan yang bisa
menjadi basi dan membantu tetap segar . Suplemen DiCalcium Phosphate
memainkan peran penting dalam industri pakan ternak. DiCalcium Phosphate
merupakan suplemen fosfat yang paling banyak digunakan , pasokan mineral
penting untuk perkembangan gigi dan tulang yang kuat pada hewan ternak dan
unggas . Bahan kimia fosfat digunakan secara komersial dalam industri lainnya,
pakan ternak , dan produk industri , dan sebagai zat additif dalam makanan.
Pemakaiankonsumsi DiCalcium Phosphate ( DCP ) untuk Indonesia cukup
signifikan, dikarenakan banyaknya jumlah industri peternakan yang semakin
bertambah setiap tahunnya. Berikut adalah contoh properties kimia dari DiCalcium
Phosphate:

a. DI-CALCIUM PHOSPHATE (DCP) * Total Phosphorus (P) % 18


• Calcium (Ca) % 23-25
• Ca/P 1,39

30
• Solubility in 2% Citric Acid % 98
• Moisture % 1,5 max
• Physical Appearance 90% between 0,3-2,0 mm * Undesired Elements and
Heavy Metals
• Fluorine (F) % 0,2 max
• Lead (Pb) < 4 ppm
• Cadmium (Cd) < 8 ppm
• Arsenic (As) < 1 ppm
• Mercury (Hg) ≤ 0,1 ppm
b. Aplikasi/pemakaian DCP (DiCalcium Phosphate):
• Konsentrat pada pakan ternak
• Pakan ternak kuda, sapi, dll
• Pakan ternak mineral
• Pakan hewan unggas

Fungsi utama DiCalcium Phosphate (DCP) pada hewan ternak sebagai zat penguat
untuk pertumbuhan hewan ternak. DiCalcium Phosphate dapat juga digunakan
sebagai pupuk dan juga makanan ternak yang berperan sebagai penunjang
pertumbuhan dan reproduksi hewan ternak.
Fosfor yang ditemukan pada
Calcium, merupakan komponen utama dalam metabolisme seperti sel yang
membelah, jantung untuk berdetak, dan untuk produksi susu, kulit wool, daging
untuk terproduksi secara bagus. Dicalcium Phosphate merupakan suplemen yang
penting dalam hewan ternak dengan kandungan nutrisi dan protein yang konsisten
untuk pertumbuhan maksimal hewan ternak.

15. Antibiotik

Antibiotik merupakan salah satu istilah medis yang kerap kali kita dengar.
Pemberian antibiotik terkadang diluar kendali karena minimnya pengawasan dan
pengetahuan akan penggunaan antibiotik itu sendiri. Terkadang penggunaan
antibiotik dengan dosis tertentu, cenderung tidak “menyelesaikan” penggunaan

31
anti biotik, namun menyudahi dengan dalih kesehatan telah membaik. Padahal
penggunaan antibiotik harus “dihabiskan” untuk “membrantas” tuntas mikroba
penyebab penyakit. Tak hanya pada penggunaan untuk tindakan medis pada
manusia, antibiotik juga akrab digunakan dalam sektor pertanian, terutama
peternakan dan perikanan. Beberapa fakta menyebutkan bahwa penggunaan
antibiotik pada sektor pertanian lebih tidak terkendali dari pada penggunaan
antibiotik sebagai obat medis untuk manusia. Miris memang mendengarnya, tapi
inilah fakta yang mungkin akan sulit menemukan datanya. Kembali menilik sejarah
tentang antibiotik. Kita ingat bahwa perang dunia melahirkan penemuan dahsyat
untuk dunia medis. Bakteri Penisiliu notatum yang kala itu dapat dimanfaatkan
untuk obat yang dapat membantu para tentara yang terluka. Tak hanya sebatas itu
saja, perkembangan penelitian dan pengembangan antibiotik terus melesat hingga
kini. Jadi, jikalau antibiotik banyak digunakan secara meluas saat ini bukan karena
hanya penemuannya tapi juga manfaat yang dirasa. Namun, dibalik banyakmanfaat
dari antibiotik perlu diketahui bahwa antibiotik juga dapat menyebabkan beberapa
dampak buruk bagi kesehatan, seperti adanya resistensi bakteri.

Pada dasarnya antibiotik merupakan substansi kimia yang berasal dari derivasi
fungi (jamur), bakteri, dan organisme lain yang dapat menghambat pertumbuhan
dan perkembangan bibit penyakit. Seiring dengan perkembangan ilmu kimia dalam
bidang kesehatan, antibiotik dapat diproduksi secara sintesis. Klasifikasi antibiotik
berdasarkan keorisinilannya terdapat antibiotik yang natural, semi-sintesis, dan
sintesis, sedangkan berdasarkan pengaruhnya terhadap mikroorganisme, antibiotik
diklasifikasikan kedalam bakteriocidal, kill bacteria, dan bacteriostatic
yangmenghambat pertumbuhan bakteri

32
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ruminansian terjadi pada hewan pemamah biak. Pengeluaran kembali makanan


yang telah tercerna sebagian yang disebut cad, keluar dari rumen yang
mengunyahnya untuk kedua kalinya disebut juga cudding (Dorland, 2002).
Ruminansia adalah kelompok ternak mamalia yang bisa memah (memakan) dua
kali sehingga kelompok ternak tersebut dikenal juga sebagi hewan memamah biak.
Hewan ruminansia memiliki empat lambung, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum,
Abomasum. Selain itu hewan ruminansia juga memamah makanan yang telah
dicerna atau biasa disebut memamah biak. Contoh hewan ruminansia yaitu sapi,
domba, kambing dan rusa (Hakim, 2009).

B. Saran

Semoga dengan adanya makalah ini para pembaca dan kami selaku pembuat
laporan mendapatkan manfaatnya. Dan apabila terdapat kekhilafan dan kekurangan
dalam penulisan atau penyajian laporan ini kami senantiasa mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun agar laporan ini lebih bermanfaat di masa yang
akan datang.

33
DAFTAR PUSTAKA

Amri, A.B. 2009. Belasan ribu hektare lahan garam belum tergarap.
http://www.kontan.co.id/index.php/ bisnis/news/27330/Belasan-Ribu-Hektare-
Lahan- Garam-Belum-Tergarap. Diakses pada tanggal 10 Juni 2010.

Anonim. 1994. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 tahun 1994


tentang pengadaan garam beriodium. http://legislasi.mahkamahagung.go.id/
docs/KEPPRES/KEPPRES_1994_69_
PENGADAAN%20GARAM%20BERYODIUM.pdf Diakses pada tanggal 10 Juni
2010.

http://scholar.unand.ac.id/27641/2/02%20bab%201.pdf
http://repository.unpas.ac.id/1352/2/II.pdf
http://repository.uin-suska.ac.id/6160/2/BAB%20I%20Pendahuluan.pdf
http://eprints.umm.ac.id/47008/2/BAB%20I.pdf

34

Anda mungkin juga menyukai