Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS

CULLING

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
KELAS A

ANGGUN PASINI 200110160001


RIFKO SEKENDARU 200110160005
IRA RANIATI 200110160017
ALDI SEPTIADI 200110160178
ARIEF MURDIANA 200110160179
NURANI RODIYAH 200110160196
SOPHIA NUR SETIAWATI 200110160205

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia yang telah diberikan, sehingga Laporan Akhir Praktikum Culling ini bisa

diselesaikan dengan baik. Tidak lupa penyusun sampaikan salawat dan salam

tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kepada keluarganya, para

sahabat sahabatnya dan kepada kita semua selaku umatnya.

Penyusun mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyususnan laporan ini. Adapun pihak-pihak tersebut

antara Bella Permata Suciati sebagai Asisten Laboratorium Produksi Ternak

Unggas Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, dan pihak-pihak lainnya

yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu.

Semoga, dengan adanya laporan praktikum ini, akan menambah ilmu bagi

para pembaca pengamatan kualitas telur. Penyusun menyadari bahwa laporan

praktikum ini belum dikatakan sempurna, untuk itu penyusun dengan sangat

terbuka menerima kritik dan saran dari pembaca sekalian. Semoga laporan

praktikum ini bermanfaat bagi pembacanya.

Sumedang, Mei 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................... ii

DAFTAR TABEL ................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................... v

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ........................................................... 1

1.3 Maksud danTujuan ......................................................... 2

1.4 Manfat Praktikum ............................................................... 2

1.5 Waktu dan Tempat ............................................................. 2

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Pengamatan Ayam Tidak Berproduksi .............................. 3

2.2 Pengamatan Ayam Berproduksi ......................................... 4

III ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA

3.1 Alat ..................................................................................... 6

3.2 Bahan .................................................................................. 6

3.3 Prosedur Kerja .................................................................... 6

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan ............................................................... 7

4.2 Pembahasan ........................................................................ 14

ii
Bab Halaman

4.2.1 Ciri Ayam Tidak Berproduksi ................................... 14

4.2.2 Ciri Ayam Berproduksi Rendah ................................ 16

4.2.3 Ciri Ayam Berproduksi Tinggi ................................. 15

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan......................................................................... 19

5.2 Saran ................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 20

LAMPIRAN ............................................................................ 21

iii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Pengamatan Cage 1 Ayam 1 ............................................. 8

2. Pengamatan Cage 2 Ayam 2.1 .......................................... 9

3. Pengamatan Cage 2 Ayam 2.2 .......................................... 10

4. Pengamatan Cage 3 Ayam 3 ............................................. 11

5. Pengamatan Cage 4 Ayam 4.1 .......................................... 12

6. Pengamatan Cage 4 Ayam 4.2 .......................................... 13

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Dokumentasi ....................................................................... 21
2. Distribusi Tugas .................................................................. 22

v
1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ayam petelur merupakan salah satu usaha yang menjanjikan di Indonesia.

Direktorat Jentral Peternakan dan Kesehatan Hewan melansir rata-rata konsumsi

telur ayam ras perkapita penduduk Indonesia di tahun 2016 sebanyak 99,796

butir. Culling adalah suatu usaha untuk memilih ayam yang dikehendaki dan

mengeluarkan ayam yang tidak dikehendaki yang disebabkan karena tidak

produktif, sakit dan sebab lainnya yang dapat menimbulkan kerugian. Culling

biasanya dilakukan saat pemeliharaan berlangsung. Manfaat dari culling sendiri

diantaranya dapat mengefesiensikan biaya ransum, menjaga produk pada flock

tersebut tetap tinggi, mengurangi penyebaran penyakit, dan menyediakan ruang

yang kebih luas.

Dalam hal penyakit pada ayam petelur juga perlu diperhatikan karena

sangat penting juga dalam hal mengawinkan ternaknya, agar anakannya yang

dihasilkan nanti dalam kulaitas yang baik ,dan kemampuan baik atau tidak nya

ayam tersebut berproduksi. Sebagai seorang mahasiswa peternakan haruslah dapat

mengidentifikasi apakah ayam tersebut berproduksi tinngi, rendah, atau bahkan

tidak berproduksi.

1.2 Identifikasi Masalah

(1) Apa yang dimaksud Culling.

(2) Bagaimana ciri ayam yang tidak berproduksi.

(3) Bagaimana ciri ayam yang berproduksi tinggi


2

(4) Bagaimana ciri ayam yang berproduksi rendah

1.3 Maksud dan Tujuan

(1) Mengetahui apa yang dimaksud culling.

(2) Mengetahui bagaimana ciri ayam yang tidak berproduksi.

(3) Mengetahui bagaimana ciri ayam yang berproduksi tinggi

(4) Mengetahui bagaimana ciri ayam yang berproduksi rendah

1.4 Manfaat Praktikum

Manfaat praktikum kali ini yaitu mengetahui ayam yang tidak berproduksi,

ayam yang berproduksi rendahm dan ayam yang berproduksi tinggi yaitu dengan

melakukan pengamatan eksterior pada ayam.

1.5 Waktu Praktikum

Hari/ Tanggal : Kamis, 3 Mei 2018

Waktu : Pukul 07.30 - 09.30 WIB

Tempat : Laboratorium Produksi Ternak Unggas

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran


3

II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Culling Pada Ayam Tidak Berproduksi

Ayam yang menjelang akan bertelur diperiksa lagi dan hanya ayam-ayam

yang dalam keadaan kondisi yang baik saja yang tetap dipelihara untuk

diharapkan telurnya. Bagi ayam-ayam yang di culling ini dapat untuk ayam

potongan. Culling ini dikerjakan selama 365 hari terus menerus dan supaya
dipraktekkan oleh para pemelihara ayam (Abidin Z., 2003).

Culling memiliki keuntungan sebagai berikut :

(1) Culling akan mengurangi biaya produksi

(2) Culling akan mengurangi atau mencegah penyebaran penyakit ayam.

Beberapa penyakit akan menyebar dari ayam yang sakit kepada ayam-ayam

yang sehat. Oleh karena itu segera mengambil ayam-ayam yang sakit dari

kawanannya.

(3) Ayam-ayam akhirnya akan uniform.

(4) Culling akan menambah produksi, karena ruangan akan hanya dipakai oleh

ayam-ayam yang bermutu saja.

(Abidin Z, 2003).

Ayam betina yang sedang berproduksi menunjukkan jengger yang merah dan

menebal serta terasa lunak dan hangat, sedangkan ayam betina yang tidak

berproduksi menunjukkan jengger yang tipis, kering dan kasar. Jengger yang

tumbuh dan berkembang dengan baik menunjukkan kinerja produksi dan


4

reproduksi yang lebih baik dibandingkan ayam yang memiliki jengger kecil

(Blakely, 1994).

2.2 Culling Pada Ayam Berproduksi

Ciri-ciri ayam petelur produktif adalah jengger dan pial besar, lembut,

mengkilat seperti berminyak, anus berbentuk lonjong, basah, tulang pubis

runcing, lebar dan lunak, jarak kedua ujungnya tiga jari atau lebih (Rasyaf, 1994).

Pada bagian abdomen ayam petelur yang produktif yaitu bagian abdomen sangat

lentur lembut dan terasa dalam bila di sentuh oleh tangan dan tidak keras (Abidin,

2003).

Ciri-ciri ayam yang berproduksi tinggi yaitu bentuk kepalanya lebar, halus,

dalam, pipih, dan mata cerah, bentuk badannya panjang, punggung halus dan

lebar, tubuh penuh dan dada dalam lunak kering, bulunya lurus, mengkilat, rapat

dan serta mudah patah (Sudarmono, 2003).

Pigmen kuning yang terdapat pada lemak sub kutan, shank dan earlobe

cenderung memudar bersamaan dengan peningkatan produksi telur. Pigmen pada

bagian tubuh bertahap menghilang dan ini tidak tergantikan selama individu

tersebut bertelur secara continue. Bagian vent kehilangan pigmen secara cepat dari

kuning menjadi putih atau pink. Eye ring kehilangan pigmen lebih lambat dari

vent setelah ini baru bagian earlobes. Bila earlobes warnanya putih berarti ayam

telah bertelur secara continue pada periode yang lebih panjang. Selanjutnya warna

yang menghilang adalah bagian paruh. Paruh memutih apabila ayam telah bertelur

4-6 minggu. Shank merupakan bagian paling akhir kehilangan warna. Shank yang
5

pucat menunjukkan ayam telah berproduksi continue selama 15-20 minggu

(Sudarmono, 2003).
6

Berikut tanda-tanda induk produktif dan non produktif :

Tabel 1. Tanda – tanda induk produktif dan non produktif

Aspek Produktif Non Produktif

Kesehatan Agresif, aktif, kulit lembut, berat Lemah, kecil atau terlalu

badan sedang gemuk, malas, timbangan

berat

Bulu Kusut, mudah patah, keras, agak Bersinar, agak kilat dan

kotor bersih

Mata Bulat dan bersinar Bentuk oval dan sayu

Jengger Besar, merah , sempurna dan segar Kecil, pucat dan kering

Cuping Besar , berminyak dan lembut Bentuk tidak menarik,

telinga kasar dan kering

Lubang anus Membesar, lebar, memanjang, basah Lubang kecil, mengkerut

dan pucat bulat, kering

Tulang Flexsible, tipis dan jarak kedua Kaku, kasar dan jarak

punggung tulang lebar kedua tulang menyempit

Perut Lembut, plexsibel, besar Gemuk, besar, keras

Pigmen kaki Tidak nampak kuning Nampak kuning

(Yuwanta, 2004).
7

III

ALAT BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

3.1 Alat

(1) Baki sebagai tempat untuk menyimpan ayam.

(2) Pita ukur sebagai alat untuk mengukur badan ayam

3.2 Bahan

(1) Ayam Dara Sbagai Objek Penelitian

(2) Ayam Dewasa/ Produksi Sebagai Objek Penelitian

(3) Ayam Tua/Afkir (molting) Sebagai Objek Penelitia

3.3 Prosedur Kerja

Pengamatan Prosedur

Ayam Dara, (1) Letakan ayam di atas baki preparat, usahakan

Ayam Produksi, ayam harus dalam keadaan tenang

(2) Perhatikan dan raba jengger serta pial, amati


Ayam Tua
ukuran, warna, dan keadaanya

(3) Perhatikan keadaan mata, paruh dan pial

(4) Perhatikan keadaan tubuhnya

(5) Perhatikan dan raba bagian abdomen dan vent

(6) Ukur dengan jari jarak antara tulang pubis,


8

serta jarak tulang pubis dengan sternum

(7) Raba keadaan tulang pubis

(8) Perhatikan lemak pada kulitnya terutama pada

abdomen

(9) Lihat juga keadaan shank

(10) Perhatikan keadaan pementasinya

(11) Periksa bulu-bulu di sayap untuk mengetahui

sudah molting atau belum.


9

IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Cage 1

No Kriteria Keadaan/Keterangan

1. Jengger dan Pial Jengger dan pial kecil, warna pucat, lentur dan

lunak, kasar, tidak mengkilap dan tidak hangat.

2. Vent Besar, tidak basah, mengembang, persegi panjang,

lentur.

3. Tulang Pubis Jarak 2 jari, tidak saling menjauh, < 3 jari dari

sternum, elastis, pipih seperti pita.

4. Abdomen Tidak luas, fleksibel, lunak, lemak tipis dan kasar,

tidak dalam, panjang dada 12 cm.

5. Bulu Mengkilap rapat.

6. Holding Tidak halus dan tipis.

7. Head type Bersih, gepeng, halus, mata bersinar.

8. Body type Panjang, punggung tidak lebar, dada tidak dalam.

9. Shank Tidak gepeng

10. Pigmentasi

o Vent Pink

o Face Kemerahan pucat

o Eyering Putih

o Earlob Putih
10

o Beak Putih

o Shank Hitam

8. Molting Belum molting

4.1.2 Cage 2 Ayam 2.1

No Kriteria Keadaan/Keterangan

1. Jengger dan pial Relatif besar, lentur, halus

2. Vent Basah, besar, mengembang

3. Tulang Pubis

- Keadaan
Pipih, elastis, saling menutup
- Jaraknya
2-3 jari
- Jarak dgn
3 jari
stenum

4. Abdomen

- Keadaan Fleksibel, dangkal, lunak, luas

5. Perbuluan Mengkilat, rapat, dan halus

6. Head type Gepeng, bersinar, halus

7. Body type Punggung lebar, dada dalam

8. Shank Gepeng

9. Pigmentasi

- Vent Pink

- Face Pink

- Eye ring Putih

- Ear lobe Putih Pucat

- Beak Kuning

- Shank Kuning Pucat


11

No Kriteria Keadaan/Keterangan

10. Molting Belum molting

4.1.3 Cage 2 Ayam 2.2

No Kriteria Keadaan/Keterangan

1. Jengger dan pial Lentur, lunak, besar

2. Vent Basah, besar, mengembang, lentur,

3. Tulang Pubis

- Keadaan Luas, fleksibel, lunak


- Jaraknya 3 jari

- Jarak dgn 4 jari

stenum

4. Abdomen

- Keadaan Fleksibel, lunak

5. Perbuluan Mengkilat, rapat, bersih, halus

6. Head type Gepeng, bersih

7. Body type Panjang, punggung lebar, badan penuh

8. Shank Gepeng

9. Pigmentasi

- Vent Pink

- Face Pink Pucat

- Eye ring Putih

- Ear lobe Putih

- Beak Putih Pucat

- Shank Kuning Pucat


12

10 Molting Belum molting


13

4.1.4 Cage 3

No Kriteria Keadaan/Keterangan

1. Jengger dan Pial Jengger dan pial relatif besar, merah cerah, halus,

mengkilat, hangat.

2. Vent Besar, kering, mengkerut, keras, bulat.

3. Tulang Pubis Saling menjauh, pipih seperti pita, elastis, jarak

2-3 jari, > 3 jari dari sternum.

4. Abdomen Luas, kaku, keras, seperti berdaging, lemak tebal

dan keras, dangkal, panjang dada 16 cm.

5. Bulu Usang,berjumbai, sobek-sobek.

6. Holding abdomen tebal, keras, tulang pubis tebal.

7. Head type Kusam, halus, gepeng, mata bersinar.

8. Body type panjang, punggung lebar, berdada

lebar

9. Shank Gepeng

10 Pigmentasi

. o Vent Pink

o Face Kemerahan

o Eyering Putih

o Earlob Putih

o Beak Putih

o Shank Kuning

8. Molting Sedang molting


14

4.1.5 Cage 4 Ayam 4.1

No Kriteria Keadaan/Keterangan

1. Jengger dan Pial Jengger dan pial relatif besar, halus, tidak

mengkilat, hangat.

2. Vent Sedang, kering, tidak mengembang, lentur, persegi,

panjang.

3. Tulang Pubis Tidak saling menjauh, jarak 2 jari, elastis, pipih

seperti pita, > 3 jari dari sternum.

4. Abdomen Sempit, fleksibel, lunak, lemak pada abdomen tipis,

halus, sedang, panjang dada 18 cm.

5. Bulu Mengkilat, rapat.

6. Holding Empuk, pubis tipis.

7. Head type Bersih, gepeng, mata bersinar.

8. Body type Panjang, punggung lebar.

9. Shank Gepeng

10 Pigmentasi

. o Vent Pink

o Face Kemerahan

o Eyering Kuning

o Earlob Putih

o Beak Kuning

o Shank Putih

8. Molting Belum molting


15

4.1.6 Cage 4 Ayam 4.2

No Kriteria Keadaan/Keterangan

1. Jengger dan pial Besar, lunak, halus, merah

2. Vent Kering, hangat, mengembang

3. Tulang Pubis

- Keadaan Tidak Lentur

- Jaraknya 3 jari

- Jarak dgn 3 jari

stenum

4. Abdomen

- Keadaan Tebal, hangat

- Panjang dada 13 cm

5. Perbuluan Usang, empuk

6. Head type Gepeng

7. Body type Panjang, punggung lebar

8. Shank Gepeng

9. Pigmentasi

- Vent Kekuningan

- Face Kuning

- Eye ring Kuning

- Ear lobe Kuning

- Beak Kuning

- Shank Kuning

10 Molting Belum molting


16

4.2 Pembahasan

4.2.1 Ayam yang Tidak Berproduksi

Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus

untuk diambil telurnya. Praktikum culling ini juga melakukan pengamatan pada

ayam tidak produksi, yang dilihat dari eksteriornya. Dalam praktikum kemarin,

terdapat satu ayam yang tidak produksi yaitu ayam keenam atau pada cage 4.2.

Pengamatan yang pertama yaitu dilihat dari jengger dan pialnya, jenggernya

berwarna merah pucat, besar, lentur dan halus. Kemudian, vent pada ayam yang

tidak berproduksi, vent nya berwarna merah pucat, dan melebar namun kering.

Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Yuwanta (2004), vent pada ayam tidak

berproduksi yaitu membesar, melebar, memanjang, dan berwarna pucat.

Selanjutnya, dilakukan pengamatan pada tulang pubisnya tebal dan kaku, serta

jarak tulang pubisnya sebesar 2 jadi dan jarak tulang pubis dengan sternum

sebesar 3 jari. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Yuwanta (2004), yaitu jarak

tulang pubis pada ayam yang tidak produksi yaitu kurang dari 4 jari.

Pengamatan dilanjutkan ke bagian abdomennya. Keadaan abdomennya,

sempit, lentur, dan tidak berdaging, dan panjang dadanya lebih dari 4 jari orang

dewasa. Kemudian, diamati dari bulu-bulunya, berwarna coklat, kusam, jarang,

dan sobek-sobek. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Yuwanta (2004), yaitu

bulu pada ayam yang tidak berproduksi yaitu kusut, mudah patah, keras, dan

kotor. Lalu dari bentuk kepalanya yang pendek, kasar, dan gepeng. Begitu juga

dengan bentuk badan dari ayam yang tidak berproduksi yang kami amati yaitu

kecil dan pendek. Warna shank pada ayam petelur yang tidak beproduksi ini

kuning sangat pucat dan sisiknya tidak rapih. Kemudian dilakukan pengamatan

pada pigmentasi dari vent, face, eyering, earlobe, paruh dan shank secara
17

berurutan hasil pengamatan yang didapat dari ayam yang tidak produksi yaitu

kuning pucat, kuning pucat, kuning pucat, kuning, kuning pucat, dan kuning

pucat. Lalu diamati ayam ini molting atau tidak yaitu ayam yang tidak

berproduksi ini belum molting. Molting adalah suatu proses perontokan bulu

yang biasa dialami oleh unggas setelah mencapai masa produksi tertentu.

Widhanarto (1996) menyatakan bahwa molting mempunyai hubungan erat

dengan produksi telur, di mana selama molting akan terjadi penurunan produksi

telur secara drastis atau ayam berhenti bertelur sama sekali, serta terjadi

penurunan bobot badan. Meskipun pada ayam ini belum mengalami molting,

namun terdapat ciri dominan yang menyatakan bahwa ayam ini sudah tidak

produksi.

4.2.2 Ayam yang Berproduksi Tinggi

Ayam yang memenuhi kreteria ayam produksi tinggi yaitu ayam pada cage

2.1 (ayam 2) dan cage 2.2 (ayam 3) yang dilihat dari eksteriornya. Pengamatan

yang pertama dilakukan yaitu dilihat dari jengger dan pialnya, hasil praktikum

dapat dilihat bahwa jenggernya besar, berwarna merah pucat, kering dan

merunduk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yuwanta (2004), yaitu ayam layer

yang sedang produksi memiliki jengger yang besar merah muda dan lebih ke

pucat, dan kering. Kemudian memerhatikan vent pada ayam yang sedang

berproduksi dan hasilnya berwarna merah pucat, dan melebar serta basah hal ini

sesuai dengan pernyataan dari Yuwanta (2004), vent pada ayam tidak berproduksi

yaitu membesar, melebar, memanjang, berwarna pucat dan basah.

Selanjutnya, dilakukan pengamatan pada tulang pubis ayam yang sedang

berproduksi tersebut dan didapatkan hasil bahwa keadaan dari tulang pubis

tersebut berjarak lebih dari 3 jari, elastis dan pipih, sementara pada ayam 3 agak
18

tebal. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Yuwanta (2004), yaitu jarak

tulang pubis pada ayam yang sedang berproduksi yaitu lebih dari 3 jari.

Pengamatan dilanjutkan ke bagian abdomennya. Keadaan abdomen dari

ayam yang sedang berproduksi yaitu lunak dengan panjang dada yang dalam.

Selanjutnya mengamati bagian perbuluan dan bulu ayam yang sedang berproduksi

mengkilap serta rapat. Lalu bentuk kepalanya gepeng, bersih, halus dan bersinar

yang menandakan bahwa ayam tersebut berproduksi dengan tingkat yang tinggi

atau baik. Bentuk badan dari ayam yang sedang berproduksi terlihat berdada

dalam, panjang, dan badannya penuh. Bentuk shank pada ayam petelur yang

sedang beproduksi yaitu gepeng.

Pengamatan selanjutnya yaitu pengamatan pada pigmentasi dari vent, face,

eyering ,earlobe , paruh dan shank dan didapatkan hasil bahwa ventnya berwarna

kemerahan, dengan muka yang pink, pigmentasi dari eyering, earlobe, paruh dan

shank yaitu berwarna putih. Lalu diamati ayam ini molting atau tidak , ayam

tersebut ternyata belum molting. Molting adalah suatu proses perontokan bulu

yang biasa dialami oleh unggas setelah mencapai masa produksi tertentu.

Molting merupakan proses alamiah yang biasa terjadi pada ayam petelur yang

telah berproduksi cukup lama (± 80 minggu) dan berlangsung selama ± 4

bulan (Blakely, 1994). Molting mampu melanjutkan produksi dan memperbaiki

kualitas telur tersebut melalui proses peremajaan ayam. Hal ini disebabkan adanya

perbaikan fungsi ovarium (penghasil sel telur) oleh sel atau jaringan baru

Suprijatna dkk, (2005). Molting mempunyai hubungan erat dengan produksi

telur, di mana selama molting akan terjadi penurunan produksi telur secara

drastis atau ayam berhenti bertelur sama sekali, serta terjadi penurunan bobot

badan. Pada hasil pengamatan, ayam 2 dan 3 belum mengalami molting dan
19

ketika melihat dari beberapa kriteria, dapat disimpulkan bahwa kedua ayam

tersebut berproduksi tinggi.

4.2.3 Ayam Berproduksi Rendah

Sama halnya ntuk mengetahui seekor ayam sedang berproduksi tinggi dan

tidak berproduksi, ayam yang berproduksi rendah dapat diketahui dengan

mengamati ciri-ciri fisik eksteriornya. seperti melihat dari jengger dan pial, dari

vent ayam, tulang pubis, abdomen, bulu, holding serta pigmentasi pada eye ring,

ear lobe, dan beak. Dari praktikum yang telah dilakukan dapat dengan jelas dilihat

perbedaan antara ayam yang sudah berproduksi, berproduksi rendah dan yang

belum produksi. Hal ini terlihat dari tabel pengamatan yang membedakan kriteria

atau ciri-ciri antara ayam produksi dan ayam dara.

Pada saat praktikum, setelah diamati ternyata pada ayam dewasa yang

memiliki kemampuan berproduksi yang rendah, karena sudah berada pada akhir

masa produksi (menjelang masa afkir). Hal ini dilihat dari keadaan abdomen yang

fleksible, keadaan tulang pubis yang pipih dengan jarak 2- 3 jari, ukuran vent

yang kecil dan jarak dengan sternum > 3 jari. Secara eksternal (kasat mata)

terlihat jengger dan pial akan berwarna pucat, perbuluan sobek-sobek, head type

gepeng, body type panjang, dan shank pipih, jengger dan pial besar, lembut,

mengkilat seperti berminyak, anus berbentuk lonjong, basah, tulang pubis

runcing, lebar dan lunak, hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Rasyaf (2004)

yang menytakan bahwa jengger dan pial besar, lembut, mengkilat seperti

berminyak, anus berbentuk lonjong, basah, tulang pubis runcing, lebar dan lunak,

jarak kedua ujungnya tiga jari atau lebih . Ayam yang sedang berproduksi

rendah pada saat praktikum terdapat pada ayam no 1, 4, dan 5. Dari hasil

pengamatan ketiga ayam tersebut menunjukan bahwa ayam-ayam tersebut sedang


20

berproduksi rendah. Untuk ayam no 1 ciri yang paling menunjukan berproduksi

rendah adalah dari punggung yang tidak lebar dan berdada dangkal serta bulu

yang mengkilap dan rapat, hal ini sesuai dengan tabel Yuwanta (2004) dimana

ciri ayam berproduksi rendah adalah memiliki punggung atau tulang punggung

yang menyempit dan bulu bersinar, agak kilat dan bersih.

Ciri yang paling menunjukan produksi rendah pada ayam no 4 adalah

abdomen yang tebal dan keras, vent kering, mengkerut , keras, bulat dan

pigmentasi shank yang sudah kekuningan, hal inipun sesuai dengan tabel Yuwanta

(2004) yang pada tabel tersebut menyatakan bahwa abdomen yang produksi rendah

gemuk, besar, keras, vent atau lubang anus kering, bulat, mengkerut serta untuk

pigmentasi nampak kuning. Selain itu dilihat dari molting, ayam no 4 ini sedang

mengalami molting atau perontokan bulu. Molting merupakan proses alamiah yang

biasa terjadi pada ayam petelur yang telah berproduksi cukup lama kurang lebih 80

minggu dan berlangsung selama kurang lebih 4 bulan (Blakely, 1994).

Terakhir untuk ayam no 5 ciri yang paling menunjukan ayam ini produksi

nya rendah adalah dari bulu yang mengkilap dan rapat, vent yang kering dan

pigmentasi yang sudah kuning, hal ini pun sama dengan tabel Yuwanta (2004)

yang menyatakan bahwa ayam yang produksi rendah bulunya bersinar, agak kilat

dan bersih, vent atau lubang anus kering serta pigmentasi pada bagian kaki atau

bagian lain sudah nampak kuning.


21

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

(1) Culling adalah pemisahan atau pengafkiran ayam yang dilihat secara

ekterior dan dinilai potensinya yang mungkin berpengaruh terhadap

produksinya.

(2) Ayam betina yang tidak berproduksi menunjukkan jengger yang tipis,

kering dan kasar.

(3) Ciri-ciri ayam yang berproduksi tinggi yaitu bentuk kepalanya lebar, halus,

dalam, pipih, dan mata cerah, bentuk badannya panjang, punggung halus

dan lebar, tubuh penuh dan dada dalam lunak kering, bulunya lurus,

mengkilat, rapat dan serta mudah patah.

(4) Ciri - ciri ayam berproduksi rendah secara eksternal (kasat mata) terlihat

jengger dan pial akan berwarna pucat, perbuluan sobek-sobek, head type

gepeng, body type panjang, dan shank pipih, jengger dan pial besar, lembut,

mengkilat seperti berminyak, anus berbentuk lonjong, basah, tulang pubis

runcing, lebar dan lunak.

5.2 Saran

Kegiatan praktikum di laboratorium ternak unggas ini bisa diterima dengan

baik mulai dari penyampaian materi praktikum hingga praktikum berlangsung.

Namun, kami sedikit kesulitan dalam mencari litelaturnya untuk dibandingkan

dengan hasil praktikum yang kami dapatkan. Jadi, sedikit menghambat dalam

pengerjaan laporan praktikum ini.


22

DAFTAR ISI

Abidin, Z., 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Petelur. AgroMedia

Pustaka, Jakarta.

Blakely, J. dan D. H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan Edisi ke-4. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press

Rasyaf, M. 2008. Panduan beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sudarmono. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius,

Yogyakarta.

Yuwanta, T. 2004. Dasar beternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta.


23

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi

Gambar 1. Sayap ayam sedang molting Gambar 2. Leher ayam yang sedang

molting

Gambar 3. Vent ayam yang sedang molting


24
25

Lampiran 2. Distribusi Pembagian Tugas

No. Nama NPM Keterangan

1. Anggun Pasini 200110160001 BAB 4

2. Rifko Sekendaru 200110160005 Menyusun

3. Ira Raniarti 200110160017 BAB 3 + Lampiran

4. Aldi Septiadi 200110160178 BAB 2 + Print

5. Arief Murdiana 200110160179 Cover + Daftar Isi + Kata

Pengantar + BAB 1

6. Nurani Rodiyah 200110160196 BAB 4

7. Sophia Nur S 200110160205 Menyusun + BAB 5

Anda mungkin juga menyukai