CULLING
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
KELAS A
Segala puji penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia yang telah diberikan, sehingga Laporan Akhir Praktikum Culling ini bisa
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa penyusun sampaikan salawat dan salam
yang telah membantu dalam penyususnan laporan ini. Adapun pihak-pihak tersebut
Semoga, dengan adanya laporan praktikum ini, akan menambah ilmu bagi
praktikum ini belum dikatakan sempurna, untuk itu penyusun dengan sangat
terbuka menerima kritik dan saran dari pembaca sekalian. Semoga laporan
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Bab Halaman
I PENDAHULUAN
II KAJIAN KEPUSTAKAAN
ii
Bab Halaman
5.1 Kesimpulan......................................................................... 19
LAMPIRAN ............................................................................ 21
iii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Dokumentasi ....................................................................... 21
2. Distribusi Tugas .................................................................. 22
v
1
PENDAHULUAN
telur ayam ras perkapita penduduk Indonesia di tahun 2016 sebanyak 99,796
butir. Culling adalah suatu usaha untuk memilih ayam yang dikehendaki dan
produktif, sakit dan sebab lainnya yang dapat menimbulkan kerugian. Culling
Dalam hal penyakit pada ayam petelur juga perlu diperhatikan karena
sangat penting juga dalam hal mengawinkan ternaknya, agar anakannya yang
dihasilkan nanti dalam kulaitas yang baik ,dan kemampuan baik atau tidak nya
tidak berproduksi.
Manfaat praktikum kali ini yaitu mengetahui ayam yang tidak berproduksi,
ayam yang berproduksi rendahm dan ayam yang berproduksi tinggi yaitu dengan
II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Ayam yang menjelang akan bertelur diperiksa lagi dan hanya ayam-ayam
yang dalam keadaan kondisi yang baik saja yang tetap dipelihara untuk
diharapkan telurnya. Bagi ayam-ayam yang di culling ini dapat untuk ayam
potongan. Culling ini dikerjakan selama 365 hari terus menerus dan supaya
dipraktekkan oleh para pemelihara ayam (Abidin Z., 2003).
Beberapa penyakit akan menyebar dari ayam yang sakit kepada ayam-ayam
yang sehat. Oleh karena itu segera mengambil ayam-ayam yang sakit dari
kawanannya.
(4) Culling akan menambah produksi, karena ruangan akan hanya dipakai oleh
(Abidin Z, 2003).
Ayam betina yang sedang berproduksi menunjukkan jengger yang merah dan
menebal serta terasa lunak dan hangat, sedangkan ayam betina yang tidak
berproduksi menunjukkan jengger yang tipis, kering dan kasar. Jengger yang
reproduksi yang lebih baik dibandingkan ayam yang memiliki jengger kecil
(Blakely, 1994).
Ciri-ciri ayam petelur produktif adalah jengger dan pial besar, lembut,
runcing, lebar dan lunak, jarak kedua ujungnya tiga jari atau lebih (Rasyaf, 1994).
Pada bagian abdomen ayam petelur yang produktif yaitu bagian abdomen sangat
lentur lembut dan terasa dalam bila di sentuh oleh tangan dan tidak keras (Abidin,
2003).
Ciri-ciri ayam yang berproduksi tinggi yaitu bentuk kepalanya lebar, halus,
dalam, pipih, dan mata cerah, bentuk badannya panjang, punggung halus dan
lebar, tubuh penuh dan dada dalam lunak kering, bulunya lurus, mengkilat, rapat
Pigmen kuning yang terdapat pada lemak sub kutan, shank dan earlobe
bagian tubuh bertahap menghilang dan ini tidak tergantikan selama individu
tersebut bertelur secara continue. Bagian vent kehilangan pigmen secara cepat dari
kuning menjadi putih atau pink. Eye ring kehilangan pigmen lebih lambat dari
vent setelah ini baru bagian earlobes. Bila earlobes warnanya putih berarti ayam
telah bertelur secara continue pada periode yang lebih panjang. Selanjutnya warna
yang menghilang adalah bagian paruh. Paruh memutih apabila ayam telah bertelur
4-6 minggu. Shank merupakan bagian paling akhir kehilangan warna. Shank yang
5
(Sudarmono, 2003).
6
Kesehatan Agresif, aktif, kulit lembut, berat Lemah, kecil atau terlalu
berat
Bulu Kusut, mudah patah, keras, agak Bersinar, agak kilat dan
kotor bersih
Jengger Besar, merah , sempurna dan segar Kecil, pucat dan kering
Tulang Flexsible, tipis dan jarak kedua Kaku, kasar dan jarak
(Yuwanta, 2004).
7
III
3.1 Alat
3.2 Bahan
Pengamatan Prosedur
abdomen
IV
PEMBAHASAN
4.1.1 Cage 1
No Kriteria Keadaan/Keterangan
1. Jengger dan Pial Jengger dan pial kecil, warna pucat, lentur dan
lentur.
3. Tulang Pubis Jarak 2 jari, tidak saling menjauh, < 3 jari dari
10. Pigmentasi
o Vent Pink
o Eyering Putih
o Earlob Putih
10
o Beak Putih
o Shank Hitam
No Kriteria Keadaan/Keterangan
3. Tulang Pubis
- Keadaan
Pipih, elastis, saling menutup
- Jaraknya
2-3 jari
- Jarak dgn
3 jari
stenum
4. Abdomen
8. Shank Gepeng
9. Pigmentasi
- Vent Pink
- Face Pink
- Beak Kuning
No Kriteria Keadaan/Keterangan
No Kriteria Keadaan/Keterangan
3. Tulang Pubis
stenum
4. Abdomen
8. Shank Gepeng
9. Pigmentasi
- Vent Pink
4.1.4 Cage 3
No Kriteria Keadaan/Keterangan
1. Jengger dan Pial Jengger dan pial relatif besar, merah cerah, halus,
mengkilat, hangat.
lebar
9. Shank Gepeng
10 Pigmentasi
. o Vent Pink
o Face Kemerahan
o Eyering Putih
o Earlob Putih
o Beak Putih
o Shank Kuning
No Kriteria Keadaan/Keterangan
1. Jengger dan Pial Jengger dan pial relatif besar, halus, tidak
mengkilat, hangat.
panjang.
9. Shank Gepeng
10 Pigmentasi
. o Vent Pink
o Face Kemerahan
o Eyering Kuning
o Earlob Putih
o Beak Kuning
o Shank Putih
No Kriteria Keadaan/Keterangan
3. Tulang Pubis
- Jaraknya 3 jari
stenum
4. Abdomen
- Panjang dada 13 cm
8. Shank Gepeng
9. Pigmentasi
- Vent Kekuningan
- Face Kuning
- Beak Kuning
- Shank Kuning
4.2 Pembahasan
untuk diambil telurnya. Praktikum culling ini juga melakukan pengamatan pada
ayam tidak produksi, yang dilihat dari eksteriornya. Dalam praktikum kemarin,
terdapat satu ayam yang tidak produksi yaitu ayam keenam atau pada cage 4.2.
Pengamatan yang pertama yaitu dilihat dari jengger dan pialnya, jenggernya
berwarna merah pucat, besar, lentur dan halus. Kemudian, vent pada ayam yang
tidak berproduksi, vent nya berwarna merah pucat, dan melebar namun kering.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Yuwanta (2004), vent pada ayam tidak
Selanjutnya, dilakukan pengamatan pada tulang pubisnya tebal dan kaku, serta
jarak tulang pubisnya sebesar 2 jadi dan jarak tulang pubis dengan sternum
sebesar 3 jari. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Yuwanta (2004), yaitu jarak
tulang pubis pada ayam yang tidak produksi yaitu kurang dari 4 jari.
sempit, lentur, dan tidak berdaging, dan panjang dadanya lebih dari 4 jari orang
dan sobek-sobek. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Yuwanta (2004), yaitu
bulu pada ayam yang tidak berproduksi yaitu kusut, mudah patah, keras, dan
kotor. Lalu dari bentuk kepalanya yang pendek, kasar, dan gepeng. Begitu juga
dengan bentuk badan dari ayam yang tidak berproduksi yang kami amati yaitu
kecil dan pendek. Warna shank pada ayam petelur yang tidak beproduksi ini
kuning sangat pucat dan sisiknya tidak rapih. Kemudian dilakukan pengamatan
pada pigmentasi dari vent, face, eyering, earlobe, paruh dan shank secara
17
berurutan hasil pengamatan yang didapat dari ayam yang tidak produksi yaitu
kuning pucat, kuning pucat, kuning pucat, kuning, kuning pucat, dan kuning
pucat. Lalu diamati ayam ini molting atau tidak yaitu ayam yang tidak
berproduksi ini belum molting. Molting adalah suatu proses perontokan bulu
yang biasa dialami oleh unggas setelah mencapai masa produksi tertentu.
dengan produksi telur, di mana selama molting akan terjadi penurunan produksi
telur secara drastis atau ayam berhenti bertelur sama sekali, serta terjadi
penurunan bobot badan. Meskipun pada ayam ini belum mengalami molting,
namun terdapat ciri dominan yang menyatakan bahwa ayam ini sudah tidak
produksi.
Ayam yang memenuhi kreteria ayam produksi tinggi yaitu ayam pada cage
2.1 (ayam 2) dan cage 2.2 (ayam 3) yang dilihat dari eksteriornya. Pengamatan
yang pertama dilakukan yaitu dilihat dari jengger dan pialnya, hasil praktikum
dapat dilihat bahwa jenggernya besar, berwarna merah pucat, kering dan
merunduk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yuwanta (2004), yaitu ayam layer
yang sedang produksi memiliki jengger yang besar merah muda dan lebih ke
pucat, dan kering. Kemudian memerhatikan vent pada ayam yang sedang
berproduksi dan hasilnya berwarna merah pucat, dan melebar serta basah hal ini
sesuai dengan pernyataan dari Yuwanta (2004), vent pada ayam tidak berproduksi
berproduksi tersebut dan didapatkan hasil bahwa keadaan dari tulang pubis
tersebut berjarak lebih dari 3 jari, elastis dan pipih, sementara pada ayam 3 agak
18
tebal. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Yuwanta (2004), yaitu jarak
tulang pubis pada ayam yang sedang berproduksi yaitu lebih dari 3 jari.
ayam yang sedang berproduksi yaitu lunak dengan panjang dada yang dalam.
Selanjutnya mengamati bagian perbuluan dan bulu ayam yang sedang berproduksi
mengkilap serta rapat. Lalu bentuk kepalanya gepeng, bersih, halus dan bersinar
yang menandakan bahwa ayam tersebut berproduksi dengan tingkat yang tinggi
atau baik. Bentuk badan dari ayam yang sedang berproduksi terlihat berdada
dalam, panjang, dan badannya penuh. Bentuk shank pada ayam petelur yang
eyering ,earlobe , paruh dan shank dan didapatkan hasil bahwa ventnya berwarna
kemerahan, dengan muka yang pink, pigmentasi dari eyering, earlobe, paruh dan
shank yaitu berwarna putih. Lalu diamati ayam ini molting atau tidak , ayam
tersebut ternyata belum molting. Molting adalah suatu proses perontokan bulu
yang biasa dialami oleh unggas setelah mencapai masa produksi tertentu.
Molting merupakan proses alamiah yang biasa terjadi pada ayam petelur yang
kualitas telur tersebut melalui proses peremajaan ayam. Hal ini disebabkan adanya
perbaikan fungsi ovarium (penghasil sel telur) oleh sel atau jaringan baru
telur, di mana selama molting akan terjadi penurunan produksi telur secara
drastis atau ayam berhenti bertelur sama sekali, serta terjadi penurunan bobot
badan. Pada hasil pengamatan, ayam 2 dan 3 belum mengalami molting dan
19
ketika melihat dari beberapa kriteria, dapat disimpulkan bahwa kedua ayam
Sama halnya ntuk mengetahui seekor ayam sedang berproduksi tinggi dan
mengamati ciri-ciri fisik eksteriornya. seperti melihat dari jengger dan pial, dari
vent ayam, tulang pubis, abdomen, bulu, holding serta pigmentasi pada eye ring,
ear lobe, dan beak. Dari praktikum yang telah dilakukan dapat dengan jelas dilihat
perbedaan antara ayam yang sudah berproduksi, berproduksi rendah dan yang
belum produksi. Hal ini terlihat dari tabel pengamatan yang membedakan kriteria
Pada saat praktikum, setelah diamati ternyata pada ayam dewasa yang
memiliki kemampuan berproduksi yang rendah, karena sudah berada pada akhir
masa produksi (menjelang masa afkir). Hal ini dilihat dari keadaan abdomen yang
fleksible, keadaan tulang pubis yang pipih dengan jarak 2- 3 jari, ukuran vent
yang kecil dan jarak dengan sternum > 3 jari. Secara eksternal (kasat mata)
terlihat jengger dan pial akan berwarna pucat, perbuluan sobek-sobek, head type
gepeng, body type panjang, dan shank pipih, jengger dan pial besar, lembut,
runcing, lebar dan lunak, hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Rasyaf (2004)
yang menytakan bahwa jengger dan pial besar, lembut, mengkilat seperti
berminyak, anus berbentuk lonjong, basah, tulang pubis runcing, lebar dan lunak,
jarak kedua ujungnya tiga jari atau lebih . Ayam yang sedang berproduksi
rendah pada saat praktikum terdapat pada ayam no 1, 4, dan 5. Dari hasil
rendah adalah dari punggung yang tidak lebar dan berdada dangkal serta bulu
yang mengkilap dan rapat, hal ini sesuai dengan tabel Yuwanta (2004) dimana
ciri ayam berproduksi rendah adalah memiliki punggung atau tulang punggung
abdomen yang tebal dan keras, vent kering, mengkerut , keras, bulat dan
pigmentasi shank yang sudah kekuningan, hal inipun sesuai dengan tabel Yuwanta
(2004) yang pada tabel tersebut menyatakan bahwa abdomen yang produksi rendah
gemuk, besar, keras, vent atau lubang anus kering, bulat, mengkerut serta untuk
pigmentasi nampak kuning. Selain itu dilihat dari molting, ayam no 4 ini sedang
mengalami molting atau perontokan bulu. Molting merupakan proses alamiah yang
biasa terjadi pada ayam petelur yang telah berproduksi cukup lama kurang lebih 80
Terakhir untuk ayam no 5 ciri yang paling menunjukan ayam ini produksi
nya rendah adalah dari bulu yang mengkilap dan rapat, vent yang kering dan
pigmentasi yang sudah kuning, hal ini pun sama dengan tabel Yuwanta (2004)
yang menyatakan bahwa ayam yang produksi rendah bulunya bersinar, agak kilat
dan bersih, vent atau lubang anus kering serta pigmentasi pada bagian kaki atau
5.1 Kesimpulan
(1) Culling adalah pemisahan atau pengafkiran ayam yang dilihat secara
produksinya.
(2) Ayam betina yang tidak berproduksi menunjukkan jengger yang tipis,
(3) Ciri-ciri ayam yang berproduksi tinggi yaitu bentuk kepalanya lebar, halus,
dalam, pipih, dan mata cerah, bentuk badannya panjang, punggung halus
dan lebar, tubuh penuh dan dada dalam lunak kering, bulunya lurus,
(4) Ciri - ciri ayam berproduksi rendah secara eksternal (kasat mata) terlihat
jengger dan pial akan berwarna pucat, perbuluan sobek-sobek, head type
gepeng, body type panjang, dan shank pipih, jengger dan pial besar, lembut,
5.2 Saran
dengan hasil praktikum yang kami dapatkan. Jadi, sedikit menghambat dalam
DAFTAR ISI
Pustaka, Jakarta.
Yogyakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi
Gambar 1. Sayap ayam sedang molting Gambar 2. Leher ayam yang sedang
molting
Pengantar + BAB 1