Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rata-rata masyarakat Indonesia membutuhkan protein hewani yang berasal
dari ternak, salah satunya adalah susu. Susu merupakan cairan berwarna putih yang
disekresikan oleh kelenjar mammae (ambing) pada binatang mamalia betina. Salah
satu ternak yang dapat menghasilkan susu adalah kambing perah.

Kambing perah merupakan salah satu alternative ternak penghasil susu


selain dari sapi perah. Kambing perah merupakan jenis kambing yang dapat
memproduksi susu dengan jumlah melebihi kebutuhan ankanya (Atabany, 2001).
Salah satu kambing perah yang banyak dipelihara di Indonesia adalah kambing
Peranakan Ettawa. Kambing Peranakan Ettawa merupakan kambing hasil
persilangan antara kambing ettawa dengan kambing lokal yang ada di Indonesia.
Kambing peranakan Ettawa sudah banyak dikembangkan di Indonesia dan sangat
potensial sekali karena sudah beradaptasi dengan lingkungan yang ada di Indonesia.
Kambing Peranakan Ettawa mampu menghasilkan susu berkisar 0,5-3 Liter/hari
(Kaleka dan Haryadi, 2013).

Susu dari kambing yang dipelihara perlu dilakukan pemerahan untuk


mengeluarkan susu dari ambing ternak kambing perah. Teknik pemerahan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi susu kambing selain dari
faktor lingkungan yang lainnya. Untuk memerah susu dibutuhkan keterampilan
yang khusus dari pemerah. Keahlian dari seseorang pemerah sangat menentukan
hasil produksi susu dan lamanya masa laktasi (Sarwono, 2006).

Pemerah susu kambing harus memiliki kategori persyaratan yaitu sehat


tanpa menderita penyakit menular: tidak merokok pada saat memerah susu;
mengenakan pakaian bersih; dan sebelum memerah susu, pemerah membersihkan
tangannya terlebih dahulu (Sitepoe, 2008). Hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya kontaminasi susu kambing perah.
Selain dari faktor pemerah, peralatan yang digunakan untuk memerah susu
juga harus diperhatikan. Peralatan pemerahan seperti: kain lap, wadah penampung
susu, ember/botol untuk membawa air pada saat pembersihan ambing dan lain
sebagainya. Semua peralatan yang digunakan harus dalam kondisi yang steril atau
bersih dan bebas dari kontaminasi mikroorganisme. Dengan demikian, penting
sekali diadakan praktikum ini untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa
terkait dengan teknik pemerahan yang baik serta hal-hal yang penting untuk
diperhatikan pada saat melakukan pemerahan susu.

1.2. Tujuan dan Kegunaan Praktikum


1.2.1. Tujuan Praktikum
1. Untuk memberikan pemahaman praktis kepada mahasiswa tentang teknik
yang baik dalam melakukan pemerahan susu ternak kambing.
2. Untuk memahami cara menggunakan peralatan pemerahan pada ternak
kambing.
3. Untuk mengetahui waktu pemerahan yang tepat pada ternak kambing.
1.2.1. Kegunaan Praktikum
1. Mahasiswa mampu menerapkan ilmu pengetahuannya dilapangan terkait
dengan teknik pemerahan yang baik dan prosedur pemerahan pada
kambing perah.
2. Mahasiswa dapat menentukan kualitas susu kambing yang baik.
BAB II
MATERI DAN METODE

2.1. Waktu dan Tempat Praktikum


Adapun praktikum ini dilaksanakan pada hari minggu, tanggal 16 juni 2019,
pukul 08:00 WITA sampai dengan selesai di Peternakan Gopala Gunung Pengsong
Lombok Barat.

2.2. Alat dan Bahan Praktikum


2.2.1. Alat
Botol atau dot bayi / Bekas Botol Air Minum

2.2.2. Bahan
Kambing PE

2.3. Metode Praktikum


Adapun metode praktikum adalah sebagi berikut:
1. Menyiapkan kambing yang akan diperah.
2. Membersihkan ambing agar tidak terkontaminasi dengan kotoran.
3. Melakukan pemerahan dengan menggunakan dua jari atau semua jari.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Praktikum


Tabel 1 Hasil Praktikum Pemerahan Susu Kambing
Teknik pemerahan kunevelens

3.2 Pembahasan
Dalam pemeliharaan ternak perah, mempelajari teknik pemerahan yang baik
merupakan suatu keharusan bagi peternak. Pemerah susu kambing harus memiliki
kategori persyaratan yaitu sehat tanpa menderita penyakit menular: tidak merokok pada
saat memerah susu; mengenakan pakaian bersih; dan sebelum memerah susu, pemerah
membersihkan tangannya terlebih dahulu (Sitepoe, 2008). Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi susu kambing perah.
Peralatan dan bahan yang digunakan untuk memerah dipersiapkan dan harus
dalam keadaan steril (bebas dari kontaminasi mikroorganisme). Selain itu, pemerah juga
diharuskan membersihkan tangan sebelum memegang ambing. Air bersih yang akan
digunakan untuk membersihkan ambing diisi pada ember. Setelah kambing sudah siap
untuk diperah, pemerah membersihkan ambing dengan air dan kain lap. Tujuannya
adalah untuk merangsang hormone oxytocin bekerja untuk menurunkan susu ke ambing
ternak. Setelah dibersihkan pemerah harus cepat memerah susu, karena kerja dari
hormone oxytocin sangat singkat yaitu sekitar 6 -7 menit. Teknik pemerahan yang
digunakan ada beberapa cara, penggunaanya tentu memperhatikan panjang atau
pendeknya puting, besar ambing dan sebagainya.

Ada 3 tahapan yang dilakukan dalam pemerahan susu pada kambing perah:
1. Tahap persiapan
Sebelum pemerahan dimulai, pemerah harus mencuci tangannya
sampaibersih, kuku tangan pemerah juga harus dipotong pendek agar tidak melukai
putting kambing, kambing yang akan diperah dibersihkan dari dari segala kotoran,
tempat dan peralatan yang telah disediakan dalam keadaan bersih dan pemerah juga
harus mengecek kesehatan putting kambing.
2. Pelaksanaan Pemerahan
Proses pemerahan yang baik harus dalam interval yang teratur, cepat,
dikerjakan dengan kelembutan, pemerahan dilakukan sampai tuntas, menggunakan
prosedur sanitasi, serta efisien dalam penggunaan tenaga kerja. Pemerahan dapat
menggunakan 2 teknik pemerahan yaitu: a) teknik pemerahan dengan menggunakan
mesin perah dan b) pemerahan dengan teknik manual/tangan.
Pada kegiatan praktikum ini, teknik pemerahan yang digunakan adalah
teknik pemerahan secara manual/tangan. Menurut Asih (2004) teknik pemerahan ini
dapat dibedakan menjadi 3 cara, yaitu:
a) Pemerahan Legeartis
Pemerahan ini dilakukan dengan menggunakan kelima jari tangan. Putting susu
dipegang antara ibu jari dan keempat jari lainnya, kemudian seluruh jari
menekan putting secara bersamaan sampai susu keluar.
b) Pemerahan Kunevelens
Pemerahan ini dilakukan dengan cara memijit antara ibu jari yang ditekkukan
dengan dua jari lainnya.
c) Pemeraha cara Strip Method (Voipens)
Pemerahan ini dilakukan dengan cara menarik putting, yang berada diantara ibu
jari dan jari telunjuk.
Pada praktikum ini, teknik pemerahan yang digunakan adalah pemerahan
Kunevelens. Pemerahan susu hanya dilakukan sekali yaitu pada pagi hari setelah
ternak kambing diberikan pakan. Teknik pemerahan sangat penting diperhatikan
karena mempengaruhi produksi susu dan kualitasnya, hal ini sesuai dengan yang
dijelaskan oleh Sarwono (2006), bahwa teknik pemerahan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi produksi susu kambing selain dari faktor lingkungan
yang lainnya. Untuk memerah susu dibutuhkan keterampilan yang khusus dari
pemerah. Keahlian dari seseorang pemerah sangat menentukan hasil produksi susu
dan lamanya masa laktasi.
3. Pasca Pemerahan
Setelah selesai memerah, ambing dibersihkan menggunakan kain lap yang
telah dibasahi oleh air bersih. Selain air bersih, kain lap juga dapat dibasahi dengan
desinfektan. Semua peralatan yang digunakan untuk memerah juga harus
dibersihkan dan dikeringkan (Budiansyah, 2013).
Kondisi kebersihan kandang dan peralatan penting sekali untuk perhatikan
pada saat pemerahan ternak, karena dapat mempengaruhi kualitas susu yang
diperoleh. Sunarko et al. (2009) menjelaska bahwa air susu mudah sekali menyerap
bau-bauan yang berasal dari kandang dan peralatan kandang, sehingga sebelum
pemerahan harus dibersihkan terlebih dahulu.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari uraian laporan praktikum pemerahan
ternak kambing, antara lain:
1. Teknik pemerahan yng digunakan pada praktikum ini adalah pemerahan
Kunevelens.
2. Kebersihan kandang dan peralatan pemerah perlu diperhatikan untuk mendapatkan
susu yang hieginis dan berkualitas.
3. Keahlian dari seorang pemerah juga sangat mempengaruhi hasil produksi susu dan
lamanya masa laktasi.

4.2 Saran
Saran kami, untuk praktikum selanjutnya diharapkan praktikan mau mencoba
satu-persatu memerah susu. Selain itu,sebelum praktikan memerah susu, disaranka
untuk membersihka tangan terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA

Asih, R. S. 2004. Manajemen Ternak Perah. Universitas Mataram Press. Mataram.

Atabany, A. 2001. Studi Kasus Produksi Kambing Peranakan Ettawa dan Kambing
Saanen pada Peternakan Kambing Barokah dan PT Taurus Dairy Farm. Tesis
Program Pasca Serjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Budiansyah, A. 2013. Makalah Teknik Pemerahan.


Http://perahsapi.blogspot.co.id/2013/10/teknik-pemerahan.html?m=1 [Diakses
26 Oktober 2017].

Kaleka, N. dan Haryadi, N. 2013. Kambing Perah. Arcita. Surakarta.

Sarwono. 2006. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sitepoe, M. 2008. Cara Memelihara Domba dan Kambing Organik. PT Indeks. Jakarta.

Sunarko, C., B. Sutrasno, T. H. Siwi, A. Kumalajati, H. Supriadi, A. Marsudi dan


Budiningsih. 2009. Petunjuk Pemeliharaan Bibit Sapi Perah. BBPTU Sapi
Perah Baturraden. Baturraden.
Acara I pemerahan

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peternakan kambing perah merupakan salah satu alternative ternak penghasil
susu disamping sapi perah sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan susu di Indonesia.
Susu kambing memiliki keunggulan yang lebih mudah dicerna dibandingkan dengan
susu sapi karena memiliki butir-butiran lemak yang lebih kecil (Jennes, 1980). Produksi
susu kambing perah sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor
genetik salah satu contohnya adalah bangsa ternak kambing, sedangkan faktor
lingkungan mampunyai cakupan yang sagat luas. Salah satu faktor lingkungan yang
mempengaruhi produksi susu kambing adalah faktor kesehatan.
Usaha pemeliharaan kambing perah merupakan salah satu usaha yang sangat
menjanjikan, disamping perawatannya yang cukup mudah dan ketersediaan pakan yang
memadai, yaitu dari daun-daunan dan limbah pertanian. Tetapi, usaha pemeliharaan
kambing perah akan mengalami kendala apabila terinfeksi oleh penyakit. Penyakit tidak
hanya mengakibatkan kerugian secara ekonomi yaitu menurunnya produktivitas bahkan
kematian, tetapi ada dampak yang lain yang ditimbulkan yaitu menurunnya minat
peternak untuk terus mengembangkan usahanya.
Ternak kambing memang diketahui sebagai ternak yang rentan terkenan
penyakit. Melalui penerapan manajemen pengandalian penyakit yang dilakukan dengan
baik dan berkelanjutan, diharapkan dampak negative dari penyakit dapat diminimalkan.
Manajemen kesehatan ternak dapat diartikan sebagai proses perencanaan,
pengorganisasian, pengendalian faktor-faktor produksi melalui sumber daya yang ada,
optimalisasi penanggulangan kesehatan ternak. Penanganan kesehatan merupakan salah
satu hal yang sangat penting dalam pemeliharaan kambing perah. Oleh karena itu,
diharapkan dengan adanya praktikum di lapangan, mahasiswa dapat mengetahui cara
penanggulangan kesehatan pada ternak kambing perah.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum manajemen kesehatan ternak kambing perah, antara
lain:
1. Meningkatkan pengatahuan mahasiswa terkait dengan bagaimana cara
penanggulanagan kesehatan ternak yang baik.
2. Mengathui teknik pemotongan kuku pada kambing perah.
3. Mengetahui bagaimana cara penyuntikan antibiotik dan vitamin pada kambing
perah.

1.3 Manfaat Praktikum


Manfaat yang dirasakan mahasiswa setelah dilakukannya praktikum ini, dapat
meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam melakukan penyuntikan antibiotik,
vitamin dan pemotongan kuku pada kambing perah.
BAB II
MATERI DAN METODE

2.1. Waktu dan Tempat Praktikum


Adapun praktikum ini dilaksanakan pada hari minggu, tanggal 16 juni 2019,
pukul 08:00 WITA sampai dengan selesai di Peternakan Gopala Gunung Pengsong
Lombok Barat.

2.2. Alat dan Bahan Praktikum


2.2.1. Alat
a. Kater
b. Suntikan
c. Gunting kuku
2.2.2. Bahan
a. Kambing PE
b. Vitamin B12 kompleks 100 ml
c. USFA B – COMPLEX INJEKSI INTRAMUSC 100 ml
d. Gusanex
e. Wormectin 20 ml
f. Alkohol 70%
2.3. Metode Praktikum
Adapun metode yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Merebahkan badan kambing diatas tanah dengan perlahan-lahan terlebih dahulu.
2. Memegang kaki dan kepala kambing agar tidak bergerak saat pemotongan kuku.
3.Melakukan pemotongan kuku dengan kater sampai simetris.
4.Melakukan penyuntikan vitamin dan antibiotik dibagian paha belakang dan leher.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Praktikum


Tabel 1 Hasil Praktikum

Pemotongan Kuku Ternak Kambing

Penanganan penyakit

Obat-obat yang diberikan


3.2 Pembahasan
Pengontrolan kesehatan sangat penting sekali pada pemeliharaan kambing perah.
Dampak negative dari penyakit selain merugikan secara ekonomi bahkan dapat
menyebabkan kematian pada ternak, hal itu juga dapat menurunkan minat peternak
untuk mengembangkan usaha ternak kambing perahnya.
Pada praktikum ini, ada beberapa kegiatan yang dilakukan untuk penaggulangan
kesehatan ternak kambing perah, berikut akan dijelaskan:
1. Pemotongan Kuku
Kuku yang panjang pada ternak kambing harus dipotong pendek.
Pemotongan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam dan kuku dipotong
sampai bagian kuku terlihat pendek. Menurut Simanjuntak dan Rasmini (1984),
pemotongan kuku pada ternak kambing umumnya dilakukan secara rutin yaitu
setiap 6 bulan sekali. Tetapi apabila ditemukan masalah seperti ternak kambing yang
kukunya sudah panjang atau antara kuku luar dan dalam panjangnya tidak seimbang
maka pemotongan kuku dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kondisi ternak
tersebut. Kondisi kuku yang panjang dapat mengganggu ternak kambing pada saat
berdiri. Kuku yang panjang bisa berakibat kambing terserang penyakit (Sodiq dan
Abidin, 2002)
Kegiatan ini bertujuan untuk mengembalikan kondisi normal kuku,
membersihkan kotoran pada celah kuku, menghindari pincang, mempermudah pada
saat penampungan dan deteksi dini terhadap laminitis dan kemungkinan terjadinya
infeksi pada kuku.
Pemotongan kuku dilakukan dengan cara hati-hati untuk menghindari luka
pada kuku kambing. Tetapi, apabila keluar darah dari kuku harus ditangani dengan
cepat agar tidak terjadi infeksi berlanjut. Penanganan dapat menggunakan alkohol
yang ditetesi pada bagian yang berdarah.
2. Pemberian Vitamin
Pemberian vitamin pada ternak kambing dilakukan secara rutin sebulan
sekali. Vitamin yang diberikan antara lain adalah vitamin A, D, no B dan E.
Pemberian vitamin dilakukan untuk menjaga kondisi kesehatan ternak kambing
sehingga produktifitasnya terjaga (Simanjuntak dan Rasmini, 1984). Tetapi,
pemberian vitamin harus disesuaikan dengan kondisi ternak, apabila kambing
terlihat sakit atau lemas, maka pemberian vitamin dapat diberikan.
Kegiatan pemberian vitamin pada praktikum ini dilakukan dengan cara
injeksi intramuscular, artinya jarum suntik masuk sampai ke otot/daging atau kira-
kira jarum suntik masuk 0,5 cm. Sebelum dilakukan injeksi vitamin, alat injeksi
harus di sterilkan menggunakan cairan alkohol. Jenis vitamin yang diberikan adalah
vitamin B12 sebanyak 3 cc untuk anak kambing. Pemberian vitamin B12 pada
ternak kambing berfungsi untuk:
1) Mempercepat proses penyembuhan
2) Mempertahankan kenormalan proses pembentukan sel darah merah pada bagian
sum-sum tulang belakang
3) Menjaga fungsi jaringan otot dan syaraf
4) Mempertahankan kenormalan fungsi metabolisme
5) Menjaga kenormalan produksi ovum bagi kambing betina
6) Menjaga fertilitas spermatozoa kambing jantan.
3. Pemberian Antibiotik
Pemberian antibiotik dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu pemberian
untuk pencegahan dan untuk pengobatan. Pencegahan merupakan salah satu cara
penanggulangan penyakit yang sangat dianjurkan, pencegahan dilakukan sebelum
ternak terinfeksi penyakit. Pengobatan biasanya dilakukan setelah ternak kambing
terkenan penyakit tertentu.
Pada praktikum ini, jenis antibiotik yang diberikan ke ternak kambing perah
adalah wormectin. Sebelum diinjeksi, alat injeksi disterilkan menggunakan cairan
alkohol. Pemberian antibiotik dilakukan dengan injeksi ekstramuscular (diluar otot).
Dosis yang diberikan adalah 3 cc per ekor cempe. Untuk pencegahan penyakit,
pemberia wormectin dapat dilakukan 3 bulan sekali, sedangkan untuk pengobatan
harus dilakukan secara rutin 1 minggu 3 kali sampai kambing benar-benar sembuh
dari infeksi penyakit. Fungsi Wormectin antara lain:
1. Mengobati penyakit yang disebabkan oleh parasit luar, kutu, caplak, tungau dan
insekta lainnya.
2. Mengobati penyakit cacingan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari laporan manajemen kesehatan
kambing perah, antara lain:
1. Pemotongan kuku bertujuan untuk mengembalikan kondisi normal kuku,
membersihkan kotoran pada celah kuku, menghindari pincang serta untuk mencegah
terserangnya ternak kambing dari penyakit karena infeksi kuku.
2. Pemberian vitamin B12 dilakukan dengan cara injeksi intramuscular (dalam otot)
dengan dosis 3 cc/ekor cempe.
3. Pemberian antibiotik dilakukan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit. Untuk
pencegahan dapat dilakukan 3 bulan sekali sedangkan untuk pengobatan dilakukan
secara rutin 1 minggu 3 kali sampai kambing benar-benar sembuh dari infeksi
penyakit. Dosis pemberian antibiotik adalah 3 cc/ekor cempe.

4.2 Saran
Saran yang perlu disampaikan bahwa kesehatan dalam pemeliharaan kambing
perah sangat penting untuk diperhatikan. Sebaiknya penanggulangan yang tepat
terhadap penyakit tertentu sangat diperlukan, baik pencegahan ataupun pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

Simanjuntak dan Rasmini. 1984. Petunjuk Beternak Kambing Perah. Direktorat Bina
Produksi Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta.
Sodiq, A. dan Abidin, Z. 2002. Kambing Peranakan Ettawa Penghasil Susu Berkhasiat
Obat. Agro Media Pustaka. Jakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai