Anda di halaman 1dari 8

PROSES PENAMPUNGAN SEMEN

PENDAHULUAN
Penampungan semen merupakan salah satu mata rantai kegiatan Inseminasi Buatan (IB) untuk
mendapatkan semen dengan kualitas yang optimal, sehingga seluruh mata rantai yang terdiri dari
pengamatan ternak di lapangan, pengamatan kesehatan ternak, hijauan makanan ternak,
konsentrat serta seluruh personil teknis dan nonteknis terlibat aktif dalam tugas inseminasi
buatan. Untuk menangani penampungan semen lebih dahulu harus memahami dan mempelajari
sifat sifat ternak yang akan ditampung, terutama mengenai rasnya antara lain : Limosin,
Simmetal, Brahman,dll. Secara umum penampungan semen adalah proses ejakulasi yang
dipengaruh oleh faktor eksternal dan internal. Faktor internal adalah hormonal, metabolisme,
keturunan makanan, umur dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal adalah suasana lingkungan,
tempat penampungan, manajemen, para penampung, cuaca, sarana penampungan dll. Maka
untuk mendapatkan semen yang memenuhi syarat adalah mempelajari, mengamati, dan
memperhatikan perilaku setiap pejantan yang akan di tampung semennya.

Mempersiapkan Peralatan dan Bahan Penampungan


Peralatan dan bahan penampungan harus bersih dan kering sebelum dipakai. Hal ini perlu
diperhatikan terutama vagina buatan untuk menjaga tercampurnya sperma yang ditampung
dengan kotoran atau kuman kuman penyakit yang berasak dari pejantan satu ke pejantan yang
lain. Semua bagian yang terbuat dari karet harus di cuci bersih dengan air panas lalu dengan
alkohol kemudian dikeringkan dan disimpan dalam lemari yang tertutup.

1. Peralatan penampungan semen


 Vagina buatan
 Handuk besar/lap tangan
 Vasellin (bahan pelicin)
 Kapas
 Termometer
 Label nomor bull
 Alkohol
 Stick Glass
 Tali
 Glove
 Ember
 Termos
1. Mempersiapkan Vagina Buatan
Bagian bagian dari perlengkapan vagina buatan terdiri atas :

 Silinder karet tebal, kenyal tetapi kaku dengan panjang 24-25 cm berdiameter 5-6 cm.
Pada bagian tengan silinder tersebut terdapat lubang berkatub se[erti sekrup (kran) tempat
untuk memasukkan air panas dan diantaranya ada semacam pentil untuk meniupkan
udara ke dalam vagina buatan.
 Selongsong karet tipis sebagai lapisan dalam dengan panjang 40-0cm berdiameter 5-6cm.
 Corong penampungan terbuat karet tipis dengan panjang 9 cm berdiameter 7 cm dan 1
cm pada ujungnya, Sebuah lubang kecil pada corong tersebut dengan kegunaan untuk
menghindari tekanan udara yang berlebihan akibat dorongan penis sewaktu ejakulasi.
 Sebuah tabung penampung semen yang berskala yang terbuat dari gelas dengan panjang
11cm berdiameter 1 cm.
 Sebuah tabung plastik yang di dalamnya dilapisi kapas.
Pelaksanaan Penampungan
Pelaksanaan penampungan dilakukan pada tempat khusus, menggunakan pemancing yang terikat
pada kanang jepit dan sekitar kandang diberi aas serbuk gergaji yang cukup tebal sehingga
memberikan rasa empuk pada pejantan. Hal ini perlu diperhatiak sebab apabila pejantan tersebut
terpeleset, maka pejantan tersebut enggan atau tidak mau menaiki teaser. Penampungan
dilakukan di pagi hari dan suasana sejuk. Pada pagi hari lebih merangsang pejantan untuk kawin
dibanding siang hari karena udara panas.

1. Mempersiapakan pejantan yang akan ditampung


Bersana dengan mempersiapkan vagina buatan di laboratorium ditenpatpenampungan kita
mempersiapkan pejantan yang akan ditmpung semnnya dan teaser sebagai pemncing. Sebelum di
tampung semua ternak pejantan harus dipersiapkan dengan baik, bulu dekat ujung preputium
harus digunting sehingga panjangnya hanya 1 cm daerah ventral abdomen disekeliling preputium
sebaiknya dicuci dengan air hangat tanpa sabun dan dikeringkan. Pejantan yang akan ditampung
dibiasakan dengan keadaan sekitar, terhadap ternak pemancingatau teaser yang diikat pada
kandang penampungan. Pejantan tersebut harus berada dalam keadaan psikologik yang optimum.
Perhatikan ketenangan disekitar tempat penampungan dan jaga agar sedikit mungkin orang yang
berada di tempat penampungan.

1. Melakukan teaching
Pejantan yang akan ditampung semennya didekatkan ada bagian punggung ternak pemancing
dan secara perlahan akan terlihat perubahan atau kelakuan kelamin yang khas pada peantan.
Setiap respons menjadi stimulus yang akan merespon stimulus lainnya.
Tanda tanda kelaukan kelamin yang diperlihatkan dimulai dari :

 Percumbuan
Mengais ngais tanah, mencakar alas tempat penampungan, menempelkan kepala di bagian
punggung/belakang pemancing, mengendus preputium, menunjukan flehmen atau nyengir yang
berlangsung 10-30 detik.

 Mountingan
 Pejantan yang terangsang akan mencoba menaiki pemancing disertai dengan ereksi penis
secara partial dan keluar dari preputim. Pada proses penunggangan ini dikeluarkan cairan
pelengkap dari kelenjar cowper. Pada kejadian penunggangan petugas penampungan/
kolektor memindahkan posisi penis pejantan tersebut dengan memegang preputiumnya
ditarik ke arah samping atau ke arah kolektor agar supaya penis tidak menempel pada
bagian belakang tubuh pemancing disertai dengan merasakan ketegangan penis.
Penunggangan ini berlangsung 3-4kali hingga dapat dirasakan ketegangan penis
maksimal.
 Pemasukan penis ke dalam vagina buatan
Pejantan yang sudah mencapai rangsangan kopulasi yang maksimal, diupayakan agar posisi
mounting(pemeganggnya) lurus atau sejajar dengan pemancing agar kualitas semen yang
diperoleh bermutu tinggi. Petugas penampungan dengan tangan kiri mengarahkan penis ke
lubang vagina buatan yang dipegang oleh tangan kanan yang menempel pada bagian belakang
ternak (teaser).

 Ejakulasi
Apabila ujung penis menempel pada permukaan vagina buatan. Pejantan akan melakukan reaksi
kopulasi yang disertai dengan loncatan kedua kaki belakang secara bersamaan. Bersamaan
dengan loncatan dan masuknya Penis ke dalam vagina buatan. Pejantan akan mengeluarkan
semen ke dalam tabung yang terdapat dalam vagina buatan. Sesudah ejakulasi pejantan turun dan
penisnya segera beretraksi ke dalam preputium. Ejakulasi dapat terjadi di luar vagina buatan
apabila terjadi ejakulasi “abortir” atau kondisi vagina buatan terlalu kencang. Refraktoris (fase
relaksasi), yaitu setelah pejantan berkopulasi dan tidak menunjukkan aktivitas seksual.

Petugas penampungan harus mampu mendeteksi stimulus yang tergambar dari tanda tanda atau
kelakuan kelakuan kelamin pejantan yang dimaksud sehingga semen yang ditampung bermutu
tinggi. Hal ini perlu mendapat perhatian dari petugas penampungan semen antara lain :

1. Pada fase percumbuan akan didapati pejantan yang kurnag bernafsu untuk menunggangi
ternak pemancing. Upaya harus dilakukan adalah :
 Membuat pejantan menjadi penasaran, yitu dengan cara membwa pejantan untuk
dijatuhkan dari pemcing sambil memberi kesempatan kepada pejantan lain untuk
ditampung semennya.
 Menempatkan atau mengikat pejantan yang kurnag berminat untuk perangasangan
ditempat strategis yntuk melihat pejantan lain yang sedang ditampung semennya.
1. Menjaga vagina buatan agar tetap berada dalam suhu optimum, terutama suhu dan
kekenyalannya. Suhu yang diharapkan berkisar antara (42-47) C, sedangkan kekenyalan
sangat bergantung kepada individu pejantan, apabila terlalu kendur menyebabkan
pejantan tidak merasakan rangsangan yang maksimal untuk ejakulasi sehingga akan
menyebabkan semen yang ditampung kualitasnya rendah. Apabila terlalu kencang penis
tidak mampu menembus karet iner linear dan dapat menyebabkan ejakulasi diluar
(abortif).
2. Posisi kolektor (penampung) harus tetap memegang vagina buatan menempel pada
bagian belakang ternak pemancing sehingga pada saat kopulasi dan ejakulasi pejantan
dapat berlangsung maksimal. Pada kejadiann yang tidak diinginkan penampung semen
menyongsong penis, hal ini akan meyebabkan semen yang diperoleh kurang baik karena
akan terjadi goncangan vagina buatan pada ejakulasi.
3. Pengenalan kebiasaan dari individu pejantan meliputi :
 Libido jantan
 Bentuk dan karakteristik jenis pejantan
 Kebiasaan dan karakter inerliner yang halus atau bergaris-garis
 Tingkat kekenyalan dan suhu yang disenangi pejantan
1. Semen yang sudah ditampung secepatnya dibawa ke laboratorium dan tidak boleh
terkena sinar matahari, karena sinar ultra violet yang ada pada sinar matahari akan
melumpuhkan motilitas sperma.
2. Posisi kolektor harus dijaga agar kaki terhindar dari kemungkinan terinjak oleh pejantan
yang ditampung, sehingga kolektor perlu memakai sepatu boo yang dilengkapi dengan
logam pada ujung sepatunya, sehingga penampungan berlangsung aman walaupun secara
tidak sengaja terinjak oleh ternak.

Anda mungkin juga menyukai